Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA


PENDEDERAN IKAN BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii)
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BPBL) BATAM,
KEPULAUAN RIAU

OLEH:

NORA SAULINA

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LAPORAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA


PENDEDERAN IKAN BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii)
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BPBL) BATAM,
KEPULAUAN RIAU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Ujian Magang


Pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Riau

OLEH:

NORA SAULINA
2004113000

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK MAGANG

Judul :Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada Pendederan Ikan


Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau

Nama : Nora Saulina

Nomor Mahasiswa : 2004113000

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan

Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh:

Ketua Jurusan Pembimbing

Dr. Ir. Eddiwan, M.Sc Dr. Ir. Adriman, M.Si


NIP. 196312311991031001 NIP. 196401011991031009
RINGKASAN

Nora Saulina (2004113000) Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada


Pendederan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau. Di bawah bimbingan Bapak
Dr. Ir. Adriman, M.Si.

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) merupakan salah satu ikan laut yang
berpotensi tinggi untuk dibudidayakan karena mempunyai keunggulan seperti
pertumbuhan yang cepat, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan relatif tahan
terhadap penyakit. Salah satu kegiatan dalam budidaya ikan bawal bintang adalah
pendederan. Melihat potensi budidaya bawal bintang yang baik maka diperlukan
teknik pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang. Dengan
adanya praktek magang maka dapat mengetahui tata cara pengelolaan kualitas air
pada pendederan ikan bawal bintang.
Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari – 15 Februari 2023,
bertempat di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau.
Praktek magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan soft skill berupa
pengetahuan secara teori dan hard skill berupa praktek langsung dilapangan
dibidang pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang. Adapun
manfaat dari praktek magang ini untuk mendapatkan informasi tentang teknik
pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang, menambah
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kualitas air.
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode mentorial
yaitu pemberian materi dan informasi dari pembimbing lapangan dan melakukan
diskusi dengan pembimbing lapangan. Metode selanjutnya yaitu metode praktek
langsung dengan melakukan kegiatan magang langsung di lapangan yang sesuai
arahan pembimbing lapangan.
Pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada pendederan ikan bawal bintang
(Trachinotus blochii) di BPBL Batam ini diawali dengan persiapan bak yaitu
sterillisasi bak dan pemasangan aerasi. Selanjutnya penyiponan untuk
membersihkan sisa-sisa pakan dan feses yang berada di dasar bak pendederan.
Sistem air yang digunakan yaitu sistem resirkulasi air. Sistem resirkulasi air
merupakan sistem yang memanfaatkan ulang air yang telah digunakan dengan
mensirkulasi kembali melewati sebuah filter. Sumber air yang digunakan dari air
laut yang dipompa, kemudian disaring melewati sand filter dan air tersebut
ditampung pada bak tandon lalu dialirkan ke bak penampungan (Reservoir) dan
masuk ke bak pemeliharaan. Sehingga air yang digunakan benar-benar dalam
kondisi baik dan dapat dialirkan ke setiap bak pendederan ikan bawal bintang.
Untuk memastikan kualitas air pada bak pendederan dilakukan pengukuran
kualitas air secara periode yang meliputi parameter yaitu suhu, pH, salinitas,
oksigen terlarut, amonia, nitrit dan fosfat. Adapun alat yang digunakan meliputi
DO meter, pH meter, salinometer, dan spektrofotometer. Hasil pengukuran
kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) sesuai
dengan baku mutu kualitas air sehingga pertumbuhan ikan bawal bintang
berlangsung baik dikarenakan pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan
bawal bintang berjalan secara optimal dan disiplin.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat karunia-Nya, penulis masih memiliki kesempatan untuk
menyelesaikan laporan praktek magang dengan judul “Teknik Pengelolaan
Kualitas Air Pada Pendederan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di
Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir.
Adriman, M.Si yang telah memberi bimbingan kepada penulis sehingga laporan
hasil praktek magang ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Disamping itu
penulis juga berterima kasih kepada orang tua yang selalu mendukung dalam
proses pembuatan usulan praktek magang ini serta pihak lain yang mendukung.
Penulis juga mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan kearah yang lebih baik. Harapan penulis semoga hasil praktek
magang ini dapat memberi manfaat khususnya kepada penulis. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, April 2023

Nora Saulina
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................... 1
I.2 Tujuan Praktek Magang................................................................. 2
I.3 Manfaat Praktek Magang............................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Biologi Ikan Bawal Bintang ....................................................... 3
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bawal Bintang................. 4
2.1.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Bawal Bintang ................... 4
2.1.3. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Bawal Bintang............ 5
2.1.4. Pengendalian Hama dan Penyakit..................................... 6
2.2. Pendederan Ikan Bawal Bintang ................................................ 6
2.3. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pendederan Bawal Bintang....... 7
2.3.1. Parameter Pengukuran Kualitas Air................................. 8
2.3.1.1. Parameter Fisika.................................................. 8
2.3.1.2. Parameter Kimia.................................................. 8

III. METODE PRAKTEK MAGANG


3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 11
3.2 Metode Praktek Magang.............................................................. 11
3.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 11
3.4. Prosedur Praktek Magang............................................................ 12
3.5. Jadwal Kegiatan........................................................................... 12

IV. HASIL PRAKTEK MAGANG


4.1. Keadaan Umum Lokasi Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Batam........................................................................................... 14
4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Perikanan Budidaya Laut
Batam.................................................................................. 14
4.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok Balai Perikanan Budidaya Laut
Batam............................................................................... 15
4.1.3. Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam..... 16
4.1.4. Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam 16
4.1.5. Sarana dan Prasarana Balai Perikanan Budidaya Laut Batam 18
4.2. Pelasanaan Kegiatan Praktek Magang............................................. 19
4.3. Alat dan Bahan................................................................................. 21
4.4. Teknik Pendederan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)....... 22
4.5. Teknik Pengelolaan Kualitas Air..................................................... 22
4.5.1. Sumber Air............................................................................. 22
4.5.2. Persiapan Bak......................................................................... 23
4.5.3. Resirkulasi Air....................................................................... 24
4.5.4. Penyiponan............................................................................. 24
4.6. Teknik Pengukuran Kualitas Air...................................................... 25
4.6.1. Prosedur Pengukuran Kualitas Air......................................... 25
4.7. Hasil Pengukuran Kualitas Air......................................................... 29
4.7.1. Suhu........................................................................................ 29
4.7.2. pH........................................................................................... 29
4.7.3. Salinitas.................................................................................. 30
4.7.4. Oksigen Terlarut..................................................................... 30
4.7.5. Amonia (NH3)........................................................................ 31
4.7.6. Nitrit (NO2)............................................................................. 31
4.7.7. Fosfat (PO4)............................................................................ 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...................................................................................... 33
5.2. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)........................................... 4
2. Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam................................... 14
3. Struktur Organisasi BPBL Batam......................................................... 17
4. Sumber Air............................................................................................ 23
5. Persiapan Bak........................................................................................ 24
6. Penyiponan ........................................................................................... 25
7. Pengukuran Suhu.................................................................................. 25
8. Pengukuran pH...................................................................................... 26
9. Pengukuran Salinitas............................................................................. 26
10. Pengukuran Oksigen Terlarut............................................................. 27
11. Pengukuran Amonia........................................................................... 27
12. Pengukuran Nitrit............................................................................... 28
13. Pengukuran Fosfat.............................................................................. 28
14. Grafik Pengamatan Suhu.................................................................... 29
15. Grafik Pengamatan pH....................................................................... 29
16. Grafik Pengamatan Salinitas.............................................................. 30
17. Grafik Pengamatan Oksigen Terlarut................................................. 30
18. Grafik Pengamatan Amonia............................................................... 31
19. Grafik Pengamatan Nitrit.................................................................... 31
20. Grafik Pengamatan Fosfat.................................................................. 32
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Magang...................................................................... 13
2. Sarana dan Prasarana BPBL Batam...................................................... 19
3. Kegiatan Magang.................................................................................. 19
4. Alat yang digunakan Dalam Pengelolaan Kualitas Air Pada Pendederan
Ikan Bawal Bintang................................................................................ 21
5. Bahan yang digunakan Dalam Pengelolaan Kualitas Air Pada Pendederan
Ikan Bawal Bintang................................................................................. 21
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Magang.............................................................................. 38


2. Organisasi Praktek Magang.................................................................. 39
3. Anggaran Biaya Magang...................................................................... 40
4. Alat yang digunakan............................................................................. 41
5. Bahan yang digunakan.......................................................................... 43
6. Dokumentasi Kegiatan Magang............................................................ 44
7. Dokumentasi Bersama Pihak BPBL Batam.......................................... 45
8. Sertifikat Praktek Magang di BPBL Batam.......................................... 46
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bawal bintang (Trachinotus blochii) merupakan salah satu ikan laut yang
berpotensi tinggi untuk dibudidayakan karena mempunyai keunggulan seperti
pertumbuhan yang cepat, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan relatif tahan
terhadap penyakit. Ikan bawal bintang merupakan ikan introduksi dari Taiwan
memiliki nilai ekonomis tinggi dengan harga jual berkisar Rp.65.000 – Rp.95.000
per kg (Setiadharma et al. 2014). Ciri – ciri yang merupakan nilai tambah dari
bawal bintang sehingga diminati di pasar lokal dan internasional adalah tekstur
daging yang baik, pertumbuhan cepat, dan survival rate yang tinggi. Bawal
bintang juga dapat dijual dalam keadaan hidup maupun segar sehingga
mempermudah proses pemanenan (KKP 2018). Oleh karena itu, bawal bintang
mulai dikembangkan dalam kegiatan budidaya untuk memenuhi permintaan pasar.
Persediaan terbatas bawal bintang akibat hasil penangkapan ikan yang
tersebar menyebabkan permintaan akan bawal bintang dari hasil budidaya.
Permintaan bawal bintang yang terus meningkat setiap waktunya memerlukan
pasokan benih yang mencukupi untuk menutupi kegiatan budidaya ikan bawal
bintang (Jayakumar et al., 2013). Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam
sudah mampu memproduksi benih ikan bawal bintang konsumsi dalam jumlah
massal (KKP 2018). Pemeliharaan bawal bintang juga lebih mudah dibandingkan
komoditas ikan laut lainnya serta lebih tahan penyakit sehingga bawal bintang
sangat diminati sebagai komoditas budidaya. Kegiatan pembenihan bawal bintang
ini sudah menjadi suatu usaha yang mulai bersifat komersial untuk dikembangkan
dikarenakan teknologi budidayanya sudah mulai dikuasai di BPBL Batam
(Setiadharma et al., 2014).
Mengingat ikan bawal bintang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka
perlu dilakukan teknik budidaya seperti pendederan yang benar agar bisa
menghasilkan benih ikan dengan kualitas yang baik. Keberhasilan pendederan
benih bawal bintang tidak terlepas dari teknik pengelolaan kualitas air selama
masa pendederan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan praktek
magang tentang teknik pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal
2

bintang (Trachinotus blochii) di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam,


Kepulauan Riau.
1.2. Tujuan Praktek Magang
Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa baik soft skill berupa pengetahuan secara teori maupun hard skill yang
berupa praktek langsung di lapangan di bidang yang berkaitan dengan teknik
pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang (Trachinotus
blochii) di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam.
1.3. Manfaat Praktek Magang
Adapun manfaat dari praktek magang ini yaitu dapat memahami tentang
teknik pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang beserta teknik
pengukurannya. Kemudian dapat melihat secara langsung ataupun ikut bekerja di
kegiatan BPBL Batam untuk menambah kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan soft skill dan hard skill dalam hal kualitas air.
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)


Ikan bawal bintang secara biologis hidup di laut bebas namun memiliki
tingkat toleransi yang cukup baik dengan salinitas sehingga dapat dibudidayakan
di tambak yang bersalinitas payau (Kurnia et al., 2016). Ikan bawal bintang
termasuk predator perenang cepat. Pada saat ukuran dewasa ikan ini memiliki
bentuk tubuh sangat gepeng dan ramping (much compressed) dengan ekor
bercagak (foged), ikan ini juga memiliki mulut kecil terletak diujung kepala
dengan rahang bergigi, lubang hidung terletak didepan mata, badan tanpa sisik
dengan warna kulit keperak-perakan dengan punggung berwarna hitam (Anonim,
2012).
Bawal bintang memiliki posisi mulut sub terminal dan insang dikatup
sembulkan, dengan dilengkapi gigi-gigi beludru halus (villiform teeth). Sirip
punggung (dorsal fin) diawali jari-jari keras yang sedikit terbenam ke dalam tubuh
sebanyak 7-9 dan di puncak punggung bermula jari-jari lemah yang memanjang
hampir menyentuh ekor sebanyak 19-21. Sirip dubur (anal fin) dimulai dengan 2-
3 jari-jari keras, tepat dibelakang urogenitalia dan disambung dengan 16-18 jari-
jari lemah yang memanjang hingga pangkal ekor. Sirip perut (ventral fin) ada
sepasang dan tepat dibawah sirip dada (pectoral fin) yang menyerupai bendera dan
tumbuh tepat dibelakang keping tutup insang utama (operculum). Permukaan
tubuh ditutupi sisik-sisik kecil bertipe sisir (ctenoid), dilengkapi dengan gurat sisi
(lateral fin) yang melengkung mengikuti profil punggung dan tersusun dari 130–
140 keping sisik. Ikan bawal bintang tergolong ikan perenang aktif dan mampu
hidup dengan tingkat kepadatan cukup tinggi. Pada saat berumur dibawah 10 hari,
bentuknya lonjong, berwarna hitam dengan titik kuning (spot) pada bagian badan
tertentu. Namun selanjutnya bentuk dan warna akan berubah secara berangsur-
angsur menjadi putih menyerupai induknya. (Darmono dan Kadari, 2007).
Badan ikan bawal bintang dibagian punggung keperakkan berwarna biru
keabu-abuan, dibagian bawah pucat, pada ikan-ikan dewasa dan muda tidak
terdapat bercak-bercak lateral. Ujung lobe sirip punggung dan sirip dubur
4

berwarna orange gelap, pinggiran depan sirip dubur dengan warna kecoklatan;
sirip ekor gelap sampai orange kotor (Juniyanto, 2008).
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bawal Bintang
Klasifikasi dari ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) berdasarkan
taksonomi menurut Saanin (1986) adalah sebagai berikut : Kingdom Animalia,
Filum Chordata, Sub Filum Vertebrata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes,
Famili Carangidae, Genus Trachinotus, Spesies Trachinotus blochii.
Morfologi dari ikan bawal bintang adalah badan dengan bentuk pipih
melebar, lubang hidung terletak di depan mata, posisi mulut subterminal,
memiliki gigi halus, warna kulit keperak-perakan dengan punggung berwarna
hitam. Sirip punggung diawali jari-jari keras sebanyak 7-9 dan di puncak
punggung terdapat jari-jari lemah yang memanjang hampir menyentuh ekor
sebanyak 19-21. Sirip perut ada sepasang dan tepat berada di bawah sirip dada.
Sirip dubur dimulai dengan 2-3 jari-jari keras tepat di belakang urogenetalia dan
disambung dengan 16-18 jari-jari lemah yang memanjang hingga pangkal ekor.
Sirip ekor bawal bintang bercabang (Hidayat, 2017).

Gambar 1. Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)


(Sumber : Dokumen pribadi)

2.1.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Bawal Bintang


Ikan bawal bintang adalah ikan pelagis yang memiliki habitat di daerah
terumbu karang, dekat pantai dan bebatuan di perairan tropis dari indo pasifik
barat sampai pasifik tengah. Di Australia ikan bawal bintang ditemukan di barat
daya Australia bagian barat dan sekitar bagian utara. Populasi bawal bintang juga
5

terdapat di Laut Merah, Afrika Barat sampai ke pulau Marshall dan Samoa, Utara
Jepang bagian selatan dan selatan Australia (Amri et al., 2008).
Bawal bintang menghabiskan seluruh hidupnya di air laut murni. Bawal
bintang memijah sepanjang tahun dan biasanya mengikuti fase bulan terutama
bulan purnama. Pemijahan berlangsung malam hari bersamaan dengan datangnya
air pasang. Telur bersifat planktonis, dapat terbawa arus dan menetas di padang
lamun atau celah-celah akar bakau sebelum akhirnya kembali ke laut lepas atau
dewasa di rerimbunan bunga karang.
Menurut Huet (1971), mengatakan bahwa bawal bintang banyak hidup di
daerah laut, sedikit di daerah pantai terutama Atlantik, India dan Samudera
Pasifik. Habitat bawal bintang adalah pada masa juvenile di dasar perairan
berpasir dangkal atau perairan dekat mulut sungai yang lumpur berpasir. Pada saat
dewasa akan bergerak kearah terumbu karang. Cara hidupnya bergerombol saat
juvenile dan soliter saat dewasa.
2.1.3. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Bawal Bintang
Bawal bintang termasuk ikan pemakan segala (omnivora) mulai dari
plankton, alga cacing merah, jentik nyamuk, maupun jenis udang-udangan kecil.
Pada ikan dewasa dapat diberikan pakan rucah segar yang telah dicincang serta
dapat juga diberikan pellet ikan (Anonim, 2012).
Pakan merupakan aspek penunjang dalam kegiatan budidaya yang harus
diperhatikan dalam usaha budidaya karena pakan adalah kebutuhan dasar yang
harus di penuhi untuk pertumbuhan, perkembangbiakan dan kelangsungan hidup
ikan. Pakan buatan adalah makanan ikan yang di buat dengan menggunakan
beberapa bahan baku yang sudah di tentukan baik kualitas maupun kuantitas dan
mengandung gizi penting untuk ikan, mudah di cerna dan memiliki rasa yang
disukai oleh ikan (Miati, 2019).
Ezraneti et al., (2019) menyatakan ikan bawal bintang cenderung bersifat
omnivora, dimana berbagai jenis pakan akan dimangsa, namun yang paling baik
adalah pemberian pakan buatan. Pakan yang diberikan berupa pellet yang
ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Pemberian pakan tambahan berupa pellet pada pendederan dan
penggelondongan merupakan hal yang sangat penting pada budidaya ikan secara
6

intensif. Kandungan asam lemak esensial dalam pakan sangat penting, apabila
kekurangan akan menyebabkan pertumbuhan ikan lambat, menurunnya kualitas
pakan dan dalam beberapa hal akan menyebabkan kematian benih ikan
(Kompyang dan Ilyas dalam Setiadharma et al., 2014).
2.1.4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Budidaya ikan bawal bintang (T. blochii) mengalami berbagai macam
kendala. Salah satu masalah yang timbul dalam budidaya bawal bintang adalah
terserang penyakit salah satunya infeksi bakteri. Jenis bakteri yang sering
menyerang bawal bintang adalah Vibrio sp (Novriadi, 2014).
Secara umum, jenis penyakit pada budidaya ikan laut dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yakni penyakit infeksius dan non-infeksius. Penyakit
infeksius disebabkan oleh organisme patogen dan mampu menyebar melalui
pergerakan inang yang telah terinfeksi. Secara rinci, kelompok penyakit ini dapat
dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu penyakit parasitik, bacterial, viral dan
mikotik. Sementara penyakit non-infeksius umumnya disebabkan oleh kondisi
lingkungan, defisiensi nutrient, genetik, pengelolaan aktivitas budidaya yang
buruk dan kontaminasi dari senyawa yang bersifat toksik. Disamping hal tersebut,
organisme yang ada di lingkungan budidaya dan digolongkan sebagai hama
budidaya ikan laut juga dapat digolongkan sebagai penyebab penyakit non-
infeksius (Subasinghe, 2009).
Penanganan penyakit jenis bakteri dapat diatasi dengan antibiotik, namun
penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pada bakteri dan residunya
berbahaya untuk manusia. Salah satu alternatif yang dapat di manfaatkan untuk
meningkatkan sistem imun ikan adalah dengan pemberian probiotik dari golongan
Bacillus sp. yang telah banyak diaplikasikan untuk kepentingan bioteknologi
termasuk jenis enzyme dan asam amino yang dihasilkan serta produksi antibiotik
yang berguna untuk mengendalikan pathogen (Sorokulova et al., 2007).
2.2. Pendederan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih
yang siap untuk ditebar diunit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual.
Pendederan diawali dengan kegiatan penebaran. Penebaran benih dilakukan pada
pagi atau sore hari guna menghindari stress pada benih ikan karena kondisi
7

lingkungan terutama dengan suhu. Penebaran diawali dengan melakukan


aklimatisasian benih dengan lingkungan bak pendederan. Pengaklimatisasian
dilakukan dengan cara memasukan benih yang berada dalam media sementara
kedalam media pendederan dan dibiarkan selama 15-30 menit. Hal ini bertujuan
untuk menjaga perubahan pada suhu dan tekanan udara terhadap benih tidak
berubah secara mendadak (Hidayat, 2019).
Pada tahap pendederan terdapat beberapa kegiatan didalamnya yaitu
persiapan, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan air, dan grading (pemilihan
ukuran ikan). Persiapan yang dilakukan adalah persiapan wadah atau bak
pendederan yang dilengkapi dengan sistem aerasi dan sirkulasi air laut.
Pendederan dapat dilakukan dalam bak yang terbuat dari beton atau fiberglass.
Volume bak berkisar antara 1-5 ton. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu
disterilkan menggunakan chlorine. Bak pendederan dilengkapi dengan sistem air
mengalir 24 jam dan sistem aerasi.
Benih yang didederkan berasal dari hatchery dengan ukuran sekitar 1,2-3
cm. Benih dipelihara hingga ukuran 4-5 cm di dalam bak dan siap untuk dipanen.
Pemberian pakan pada tahap pendederan berupa jenis pakan pelet kering. Metode
pemberian pakan untuk mendederkan benih bawal bintang adalah Ad Satiation.
Ad Satiation merupakan metode pemberian pakan ikan dengan ikan diberi pakan
hingga kenyang dan setelah kenyang maka pemberian pakan segera dihentikan.
Ukuran pakan yang diberikan sesuai dengan bukaan mulut ikan dengan frekuensi
sebanyak 4-6 kali sehari, diberi sesering mungkin agar tidak terjadi kanibalisme
(Ismi et al., 2013).
2.3. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pendederan Ikan Bawal Bintang
Pengelolaan kualitas air ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang
optimal bagi ikan agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Air yang keluar
dari kolam budidaya, seperti sisa pakan, kotoran ikan, dan amonia (NH3). Feses
dan sisa pakan tersebut akan menghasilkan amonia yang bersifat beracun dan
dapat menghambat pertumbuhan ikan. Dengan demikian, air harus dibuang dan
diganti dengan air yang baru (Mahyuddin, 2009).
Penyediaan air untuk pendederan ikan bawal bintang perlu diperhatikan,
karena air merupakan media hidup bagi ikan. Air laut yang akan digunakan secara
8

fisik, kimiawi maupun biologis harus memenuhi syarat untuk kehidupan ikan
bawal bintang. Air untuk pendederan ikan bawal bintang yang dipompa dari laut
sebaiknya disaring terlebih dahulu melewati sand filter, kemudian air tersebut
ditampung pada bak tandon dan dialirkan ke bak penampungan kemudian masuk
ke bak pemeliharaan dan siap digunakan sebagai media untuk pendederan ikan.
Pada bak pemeliharaan ini sebaiknya dilakukan aerasi secara terus menerus, agar
oksigen terlarut dalam air dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan ikan dan
untuk melepaskan bahan-bahan beracun (Sumantadinata, 2013).
Penambahan air dilakukan hanya untuk mengganti air yang terbuang
akibat penyiponan. Agar kualitas air tetap terjaga dilakukan monitoring setiap
minggunya. Dengan memperhatikan parameter kualitas air seperti suhu, pH,
salinitas, oksigen terlarut, amonia, fosfat, dan nitrit.
2.3.1. Parameter Pengukuran Kualitas Air
Dalam budidaya perikanan harus memahami pengukuran parameter
kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu budidaya ikan yaitu,
parameter fisika, parameter kimia.
2.3.1.1. Parameter Fisika
A. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat
mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan. Dilakukan dengan alat
DO meter yang dinyatakan dalam derajat celcius. Tanthowi et al., (2014)
menyatakan bahwa organisme perairan dapat hidup dengan baik pada kisaran
o o
suhu 25 C–35 C sedangkan ( Ashari et al., 2014) suhu optimal yang diperlukan
o o
dalam mendukung laju pertumbuhan ikan bawal bintang yaitu 28 C – 32 C.
2.3.1.2. Parameter Kimia
A. Salinitas
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air dan merupakan salah satu
parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung
akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju
pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan
daya kelangsungan hidup. Menurut SNI 7901.4:2013 pertumbuhan ikan bawal
bintang berlangsung baik pada salinitas minimal 28 ppt.
9

B. Derajat Keasaman (pH)


Poisoning Hidrogen (pH) sering disebut juga sebagai derajat keasaman air.
pH menandakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang bisa menunjukkan suasana
asam, basa atau netral dalam perairan. Kadar pH juga dipengaruhi oleh proses
fotosintesis dan respirasi organisme. Menurut Radiarta dan Erlania (2015)
menyatakan kisaran pH yang baik untuk kegiatan budidaya laut yaitu 7,5-8,5.
Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk
kehidupan ikan air laut. Suatu perairan yang ber- pH rendah dapat mengakibatkan
aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah
terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian
(Suwono,2011).
C. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO-Dissolved Oxygen) adalah ukuran banyaknya
oksigen yang terlarut dalam air dan diukur dalam suatu miligram per liter (mg/l).
Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton
atau tumbuhan air lainnya dan difusi dari udara. Konsentrasi oksigen dalam air
dapat mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan, dan mengurangi daya dukung
perairan. Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan
dengan konsentrasi oksigen terlarut 3 mg/l, namun konsentrasi minimum yang
masih dapat diterima Sebagian besar ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 mg/l.
menurut Anonimous (2013) menyatakan bahwa kisaran DO yang ideal untuk ikan
bawal bintang adalah 7-9 mg/L.
D. Amonia (NH3)
Amonia merupakan parameter penting dalam budidaya perikanan karena
dapat dianggap sebagai satu racun paling mematikan dalam kegiatan budidaya.
Amonia merupakan produk akhir metabolisme nitrogen yang bersifat racun (Haris
et al., 2019). Tingginya kandungan amonia suatu perairan erat kaitannya dengan
tinggi suhu dan derajat keasaman yang dikandungnya. Tingginya kandungan
amonia suatu perairan karena terjadi pemupukan kotoran biota budidaya dan hasil
kegiatan jasad renik di dalam pembusukan bahan-bahan organik yang kaya akan
nitrogen atau protein. Menurut SNI 7901.4:2013 pertumbuhan ikan bawal bintang
berlangsung baik pada amonia maksimal 1 mg/l.
10

D. Nitrit (NO2)
Nitrit adalah senyawa nitrogen organik yang dapat mempengaruhi pada
kualitas air. Permasalahan utama yang muncul jika nitrit berada dalam kadar
tinggi adalah senyawa nitrit akan secara aktif ditranspor melewati insang dan
menuju aliran darah yang bisa mengoksidasi hemoglobin normal menjadi
methemoglobin. Menurut SNI 7901.4:2013 pertumbuhan ikan bawal bintang
berlangsung baik pada nitrit maksimal 1 mg/l.
E. Fosfat (PO4)
Fosfat adalah senyawa kimia dalam ion yang dapat menurunkan kualitas
air dan membahayakan kehidupan makhluk hidup. Menurut SNI 7901.4:2013 ikan
bawal bintang berlangsung baik pada fosfat maksimal 1 mg/l.
III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat


Praktek magang dilaksanakan pada 15 Januari – 15 Februari 2023 di Balai
Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam yang terletak di jalan Raya Balerang
Jembatan III, Pulau Setoko, Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
3.2. Metode Praktek Magang
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode praktek
langsung dan metode mentoring. Metode praktek langsung yaitu dengan
melakukan praktek langsung ke lapangan dibimbing langsung oleh pembimbing
lapangan dan staf pegawai setempat serta pihak lain yang terkait. Metode
mentoring yaitu dengan berdiskusi dan pemberian materi serta informasi dari
pembimbing lapangan terkait praktek magang yang dilaksanakan di Balai
Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua data yang akan dikumpulkan pada saat praktek langsung
dilapangan yaitu berupa data primer dan data sekunder, seperti :
A. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan atau diperoleh secara
langsung melalui kegiatan langsung dilapangan yang dilakukan di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan Riau. Data primer berupa data tempat
untuk kegiatan pendederan, data pengukuran kualitas air pada wadah budidaya
seperti suhu, pH, salinitas, DO, amonia, nitrit dan fosfat.
B. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi sejarah pendirian Balai
Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, struktur organisasi BPBL Batam, sarana
dan prasarana di BPBL Batam, serta dengan membaca literatur-literatur terkait
dengan teknik pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal bintang
(Trachinotus blochii). Data sekunder tersebut didapatkan dengan pengumpulan
berupa literatur data yang berhubungan dengan teknik pengelolaan kualitas air
pada pendederan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) yang bersumber dari
buku, jurnal, internet dan juga staff BPBL Batam.
12

3.4. Prosedur Praktek Magang


Prosedur praktek magang di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Batam ini adalah :
 Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus mengenai lokasi
magang
 Mencari informasi tentang kegiatan kegiatan di Balai Perikanan Budidaya
Laut (BPBL)Batam
 Melakukan konsultasi lagi dengan dosen pembimbing mengenai tempat
magang dan judul pengamatan
 Koordinasi dan melengkapi administrasi ke Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
 Mengajukan permohonan untuk melakukan magang di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL)Batam
 Melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing lapangan di Balai
Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam
 Melakukan persiapan praktek kerja teknik pengelolaan kualitas air pada
pendederan ikan bawal bintang di Balai Perikanan Budidaya Laut
(BPBL)Batam.
 Menyusun laporan hasil magang.
 Konsultasi kepada pembimbing tentang hasil kegiatan praktek magang
 Persetujuan untuk ujian magang, pengajuan ujian magang dan penyelesaian
administrasi ujian magang ke Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
3.5. Jadwal Kegiatan
Praktek magang dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Batam, Kepulauan Riau selama 1 bulan. Adapun jadwal kegiatan praktek magang
dapat dilihat pada Tabel 1.
13

Tabel 1. Jadwal kegiatan magang


No Kegiatan Minggu ke Keterangan
1 2 3 4
1. Pengenalan dan Kegiatan berupa tutorial di
peninjauan lokasi √ dalam ruangan dan peninjauan
di Balai Perikanan ke lokasi magang dengan
Budidaya Laut bimbingan oleh staf Balai
(BPBL) Batam, Perikanan Budidaya Laut
Kepulauan Riau (BPBL) Batam, Kepulauan
Riau
2. Pengenalan alat Dilaksanakan di lapangan dan
dan bahan untuk √ √ laboratorium serta dibimbing
pengelolaan oleh staf Balai Perikanan
kualitas air pada Budidaya Laut (BPBL) Batam,
pendederan ikan Kepulauan Riau
bawal bintang
3. Pelaksanaan Dilaksanakan di lapangan dan
kegiatan √ √ √ √ laboratorium serta dibimbing
pengelolaan oleh staf Balai Perikanan
kualitas air pada Budidaya Laut (BPBL) Batam,
pendederan ikan Kepulauan Riau
bawal bintang

4. Dokumentasi √ √ √ √ Setiap kegiatan berlangsung
kegiatan praktek dilakukan dokumentasi
magang

5. Seminar magang di √ Dilaksanakan di Balai


Balai Perikanan Perikanan Budidaya Laut
Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kepulauan
(BPBL) Batam, Riau
Kepulauan Riau
14

IV. HASIL PRAKTEK MAGANG

4.1. Keadaan Umum Lokasi Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)


Batam
Wilayah Barelang dengan letak geografis yang strategis terletak dipintu
gerbang utama Indonesia bagian barat yang merupakan zona perdagangan bebas.
Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau (Berdasarkan RT/RW
Kota Batam 2004-2014), Keadaan ini memberi peluang yang cukup besar untuk
usaha perikanan budidaya. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam berada pada
daerah berbukit dengan tanah bebatu-batuan. Perairan lautnya jernih dengan
substrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu karang, rumput laut,
lamun, vegetasi hutan mangrove di kawasan pesisir pantainya. Keadaan ini sangat
mendukung untuk pelaksanaan kegiatan budidaya karena lokasi ini juga masih
relatif jauh dari sumber-sumber pencemaran yang ditimbulkan oleh aktivitas
masyarakat atau kegiatan industri (Sitompul et al., 2015).

Gambar 2. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam (BPBL) Batam


BPBL Batam terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III, Pulau Setokok,
Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km dari kota
Batam dan bersebelahan dengan Pulau Akar. Dengan luas lahan yang dimiliki
sekitar 6,5 Ha yang digunakan untuk sarana perkantoran, perpustakaan, masjid,
perumahan pegawai, laboratorium, hatchery, kultur pakan alami dan sisanya
sebagai tempat budidaya ikan.
15

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Perikanan Budidaya Laut Batam


Balai Budidaya Laut Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat
(UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bidang pengembangan budidaya
laut. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama
stasiun Budidaya Laut Batam yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian pada
tahun 1990 berganti nama menjadi Sub Balai Budidaya Laut yang berkantor di
Tanjung Riau, Sekupang, Batam.
Sejak tahun 1994 Sub Balai Budidaya Laut resmi terbentuk dengan nama
Loka Budidaya Laut Batam melalui surat Keputusan Menteri No.
347/KPTS/OT.210/5/94 tanggal 06 Mei 1994, lalu disempurnakan dengan SK
Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Nomor : 64 Tahun 2000 tanggal 31 Juli
2000, kemudian disempurnakan lagi dengan surat Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor : KEP.26C/MEN/2001 tanggal 01 Mei 2001.
Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di
Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2006. Tanggal 12
Januari 2006 Loka Budidaya Laut Batam resmi menjadi Balai Budidaya Laut
Batam. Kemudian pada tahun 2014 melalui peraturan Menteri KP No. 6/2014
berganti nama menjadi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam dan seluruh
kegiatan dipusatkan dilokasi dengan luas 6,5 Ha.
4.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Fungsi dari Balai Budidaya Laut Batam adalah sebagai berikut:
1) Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar pembenihan dan
pembudiayaan ikan laut.
2) Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan sertifikasi
personil pembenihan serta pembudidayaan ikan laut.
3) Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk penjenis
dan induk dasar ikan laut.
4) Pelaksanaan pengujian pembenihan dan pembudidayaan ikan laut.
5) Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian
hama dan penyakit ikan laut.
16

6) Pengkajian dan pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk / benih ikan


laut.
7) Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengajian pengawasan benih dan
pembudidayaan laut.
8) Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi pembenihan dan
pembudidayaan ikan laut.
9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Tugas pokok dari BPBL Batam itu sendiri yaitu melaksanakan penerapan
teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan laut serta pelestarian sumberdaya
induk/benih ikan laut dan lingkungan.
4.1.3. Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Visi Balai Budidaya Laut Batam adalah mewujudkan Balai Budidaya Laut
Batam sebagai institusi pelayanan dalam pembangunan dan pengembangan sistem
budidaya air laut yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan.
Misi dari Balai Budidaya Laut Batam sebagai berikut:
1) Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis agribisnis dan
melaksanakan alih teknologi kepada dunia usaha.
2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan.
3) Mengembangkan sistem informasi IPTEK perikanan.
4) Meningkatkan pelayanan jasa dan sertifikasi.
5) Memfasilitasi upaya pelestarian sumberdaya ikan dan lingkunganya.
4.1.4. Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Struktur organisasi BPBL Batam dapat dilihat pada Gambar 3. Dari
gambar dapat dilihat bahwa BPBL Batam dipimpin oleh Kepala Balai yang dalam
kerjanya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan
Teknis dan Informasi, Kepala Seksi Sarana Teknik dan Kelompok Pejabat
Fungsional. Tugas dari masing-masing pembantu kepala balai adalah sebagai
berikut:
1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan urusan tata usaha balai
serta memberi pelayanan teknis dan administrasi kepada semua satuan organisasi
dalam lingkungan Balai Budidaya Laut Batam yang terdiri dari sub bagian
keuangan dan sub bagian umum.
17

2) Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi bertugas melaksanakan teknik kegiatan


dan penerapan teknik budidaya air Iaut yang palaksanaannya dibantu oleh sub
seksi pelayanan teknis dan sub pelayanan informasi dan publikasi.
3) Seksi Sarana Teknik bertugas melaksanakan penyediaan, pengelolaan dan
pemeliharaan sarana teknik kegiatan dan penerapan teknik budidaya air laut yang
terdiri dari sub seksi budidaya dan sub seksi laboratorium.
4) Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan perekayasaan teknik
budidaya air laut sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kepala BPBL Batam


Ikhsan Kamil, S.T, M.Sc

Kasub Bag Tata Usaha


Faisal Andre Siregar, A.Md, S.PKP

Kepala Tim PDT


Kepala Seksi UTTKS
Dwi Martha Dinata
Ade Harwono, A.Md
A.Md, S.PKP

Kelompok Jabatan
Fungsional
Ipong Adi Guna,S.ST.Pi
Gambar 3. Struktur Organisasi BPBL Batam
Berdasarkan SK. Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan No. 64 Tahun
2000 Tanggal 31 Juli 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya
Laut Batam yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya BBL Batam, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jendral Perikanan Budidaya. Sesuai SK Menteri Eksplorasi Laut dan
Perikanan No. 64 Tahun 2000 tersebut didalam struktur organisasi terdapat
kelompok jabatan fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar teknik alat
dan mesin, serta sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan, pengendalian hama
dan penyakit ikan, pengawasan benih budidaya, penyuluhan dan kegiatan lain
yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fugsional berdasarkan peraturan
18

perundang-undangan yang berlaku.


Kelompok jabatan fungsional terdiri dari perekayasa, pengawas benih
ikan, pengawas perikanan pengawas budidaya. pengendalian hama dan penyakit
ikan dan jahitan fungsional lain yang diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan
nomor KLP. 47/MEN/2002 tanggal 18 November 2002, struktur organisasi Balai
Budidaya laut Batam sebagai berikut:
1) Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam
2) Sub Bagian Tata Usaha
3) Sub Pelayanan Teknis
4) Sub Standarisasi dan Informasi
5) Kelompok Jabatan Fugsional
Untuk mempermudah koordinasi dan mempelancar pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan SK keputusan Balai Budidaya Laut Batam No.PER.
10/MEN/2006tanggal 12 Januari 2006 dibentuk kelompok kegiatan perekayasaan
sebagai berikut :
1) Kelompok kegiatan pembenihan ikan
2) Kelompok kegiatan pembesaran ikan.
3) Kelompok kegiatan pembesaran non ikan.
4) Kelompok kegiatan kultur pakan alami.
5) Kelompok kegiatan manajemen kesehatan hewan aquatik.
6). Kelompok kegiatan pengendalian lingkungan.
4.1.5. Sarana dan Prasarana Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam memiliki sarana dan
prasarana yang digunakan untuk mendukung kegiatan yang berlangsung di BPBL
Batam dalam kegiatan produksinya. BPBL Batam didukung oleh beberapa
prasarana pokok yang sangat dibutuhkan dan menunjang kelancaran kegiatan
budidayanya. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 2.
19

Tabel 2. Sarana dan prasarana BPBL Batam


No Fasilitas Fungsi
1. Keramba Jaring Apung Pemeliharaan Induk, Pembesaran dan
Penggelondongan
2. Bak Induk Beton (225 Ton) Pemeliharaan Induk
3. Bak Beton (1-8 Ton) Pemeliharaan Larva, Penyediaan Pakan Alami
4. Bak Induk Fiberglass Pemeliharaan Induk dan Pemijahan
5. Bak Fiberglass Pemeliharaan Post Larva dan Benih
6. Bak Persegi Panjang Perekayasaan
7. Indoor Hatchery Lokasi Pemeliharaan Larva
8. Outdoor Hatchery Lokasi Pendederan
9. Laboratorium Penyakit Indentifikasi Mengenai Penyakit Ikan
10. Laboratorium Plankton Perekayasaan dan Penyediaan Pakan Alami
11. Bak Beton Pemeliharaan Plankton dan Alga
12. Bak Kultur Alat Kultur Artemia
13. Sistem Filter Menyaring Air
14. Tandon Air Laut (100 Ton) Stock Air Laut
15. Tandon Air Tawar (125 Ton) Stock Air Tawar
16. Pompa Pengisi Air
17. Aquarium Wadah Rotifer
18. Mess Operator Tempat Tinggal Karyawan
19. Kendaraan Operasional Kelancaran Operasional Pegawai dan
Produksi
20. Kantor Kelancaran Operasional Pegawai dan
Produksi
21. Genset Sumber Energi
22. Asrama Penginapan Peserta Diklat
23. Ruang Pelatihan Pendidikan dan Latihan
24. Rumah Genset Fasilitas Penerangan dan Operasional
25. Rumah Pompa Penyedia Air Laut
26. Pos Jaga Keamanan
27. Perpustakaan Pengadaan Buku-Buku Perikanan
Sumber: Laporan Tahunan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam 2019

4.2. Pelasanaan Kegiatan Praktek Magang


Adapun kegiatan magang yang dilakukan adalah sebagai berikut
Tabel 3. Kegiatan magang
Minggu ke- Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Pertama Senin-Sabtu/ 08.00  Pengarahan oleh pihak BPBL Batam
16-21 Januari - serta pembagian pembimbing lapangan
2023 16.00 di unit pelayanan publik yang langsung
WIB disampaikan oleh ketua pelayanan
bagian humas
 Diarahkan ke Laboratorium kualitas air
 Diarahkan ke divisi Bawal Bintang,
untuk pengenalan secara langsung
20

mengenai kegiatan pendederan ikan


bawal bintang
 Diskusi mengenai kegiatan praktek
magang serta pengarahan oleh
pembimbing lapangan
 Mengikuti upacara bendera dalam
rangka memperingati hari kesadaran
nasional
 Melakukan pengecekkan kualitas air
 Melakukan penebaran benih bawal
bintang
 Pemberian pakan pada ikan
 Melakukan penyiponan

Kedua Senin-Sabtu/ 08.00  Melakukan kegiatan grading


23-28 Januari -  Pemberian pakan pada ikan
2023 16.00  Melakukan pengecekkan kualitas air
WIB  Melakukan sampling
 Melakukan penyiponan
 Melakukan kegiatan gotong royong di
sekitar lingkungan Laboratorium

Ketiga Senin-Sabtu/ 08.00  Melakukan penyiponan


30 Januari-4 -  Pemberian pakan pada ikan
Februari 2023 16.00  Melakukan kegiatan grading
WIB  Melakukan sampling
 Melakukan pengecekan kualitas air
 Melakukan dokumentasi alat dan bahan

Keempat Senin-Sabtu/ 08.00  Pemberian pakan pada ikan


6-11 Februari -  Melakukan kegiatan grading
2023 16.00  Melakukan sampling
WIB  Melakukan pengecekan kualitas air
 Melakukan panen untuk bantuan benih
ikan bawal bintang
 Melakukan penyiponan
 Melakukan senam pagi
 Melakukan bimbingan bersama
pembimbing lapangan

Kelima Senin-Kamis/ 08.00  Pemberian pakan pada ikan


13-16 -  Melakukan pengecekan kualitas air
Februari 2023 16.00  Melakukan bimbingan bersama
WIB pembimbing lapangan
 Seminar
 Penyerahan plakat
21

4.3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktek magang di BPBL Batam sebagai berikut:
Tabel 4. Alat yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air pada pendederan
ikan bawal bintang
No Nama Alat Fungsi
1. pH meter Mengukur derajat keasaman air
2. DO meter Mengukur DO dan suhu
3. Salinometer Mengukur kadar garam
4. Spektrofotometer Analisa Nitrit (NO2), Fosfat (PO4) dan
Amonia (NH3)
5. Bak fiber glass Sebagai bak pendederan Ikan Bawal
Bintang
6. Selang sipon Alat penyedot sisa pakan dan feses ikan
7. Aerator Sebagai penyuplai oksigen
8. Botol sampel Sebagai wadah air sampel
9. Pompa air laut Untuk menyedot air laut menuju tandon
10. Tandon Sebagai bak penampungan dan
pengendapan air laut
11. Sand filter Menyaring padatan tersuspensi pada air
12. Saringan Menyaring kotoran atau benih agar tidak
keluar pada pipa outlet pada bak
pendederan
13. Pipet tetes Mengambil sampel air dalam botol
sampel
14. Timbangan digital Untuk menimbang berat tubuh ikan
15. Serokan Untuk menangkap ikan

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktek magang di BPBL Batam


sebagai berikut:
Tabel 5. Bahan yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air pada pendederan
ikan bawal bintang
No Bahan Fungsi
1. Ikan Bawal Bintang (Trachinotus Sebagai ikan yang diamati kualitas air
blochii)
2. Air sampel Sebagai bahan untuk diukur parameter
kualitas airnya
3. Reagen Amonia Salycilate Untuk mengikat amonia pada uji
amonia
4. Reagen Amonia Cyanurate Pemberi warna pada uji amonia
5. Reagen Fosfat Law Range Uji kadar fosfat
6. Reagen Nitriver Mengikat nitrit pada uji nitrit
7. Virkon (Desinfektan) Untuk membunuh virus dan bakteri
8. Chlorine Sebagai penjernih air
22

4.4. Teknik Pendederan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)


Sebelum benih ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) dimasukkan ke
dalam bak pendederan perlu dilakukannya pembersihan dan sterilisasi bak dengan
menggunakan chlorine. Setelah bak bersih kemudian diisi air laut yang
sebelumnya telah diendapkan di dalam tandon. Kemudian dilakukan pemasangan
aerasi yang digunakan untuk penambahan oksigen didalam air. Setelah kurang
lebih 2 hari, benih ikan bawal bintang dimasukkan ke dalam bak. Padat tebar 1200
ekor per bak dengan padat tebar awal berukuran ± 1 cm.
Pakan ikan bawal bintang yaitu pakan buatan (pelet) dilakukan pemberian
pakan sebanyak 6 kali sehari. Waktu pemberian pakan pada pukul 07:00 WIB,
09:30. 11:00, 12:30, 14:00 dan pukul 15:30 WIB. Pemberian pakan untuk ikan
bawal bintang dilakukan dengan pemberian pakan sedikit demi sedikit sampai
ikan kenyang. Pemberian pakan yang terlalu banyak akan menumpuk di dasar bak
dan membuat air pada bak menjadi keruh. Dalam pembersihan bak perlu
dilakukannya penyiponan. Penyiponan dilakukan apabila terdapat kotoran di dasar
bak akibat dari sisa pakan dan feses. Setelah ikan berukuran sekitar 4-5 cm,
kemudian dilakukan proses grading dan panen. Ikan di packing dan dibawa ke
tempat pembesaran selanjutnya yaitu keramba jaring apung.
Hal ini sesuai dengan Ismi et al, (2013) jenis pakan digunakan selama
tahap pendederan termasuk jenis pakan pelet kering (komersial), pemberian pakan
sesering mungkin untuk bawal bintang setidaknya 4-6 kali sehari dengan sistem
adlibitum yaitu pemberian pakan pada ikan sekenyang kenyangnya. Pendederan
ikan bawal bintang telah dikembangkan untuk membesarkan bibit berukuran ±1
cm menjadi 4–5 cm atau lebih besar, guna selanjutnya ditebar di keramba di laut
untuk pembesaran.
4.5. Teknik Pengelolaan Kualitas Air
4.5.1. Sumber Air
Sumber air yang digunakan pada kegiatan pendederan ikan bawal bintang
di BPBL Batam berasal dari air laut sekitar Pulau Setoko. Air laut diambil
menggunakan pompa dengan kapasitas 20 liter/detik yang dialiri melalui pipa
PVC dengan diameter 6 inchi dan panjang 100 m. Air yang masuk kemudian
disaring menggunakan sand filter dan ditampung pada tandon utama, air yang
23

telah mengalami pengendapan partikel terlarut dialirkan pada bak penampungan


(Reservoir). Air laut tersebut di distribusikan menggunakan pompa dan disaring
kembali dengan sand filter, kemudian dialirkan kedalam bak pemeliharaan yang
dilengkapi dengan aerasi. Sumber air dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. Sumber Air (a) Pompa air laut, (b) sand filter, (c) Tandon, (d) Bak
pemeliharaan
4.5.2. Persiapan Bak
Pada pendederan ikan bawal bintang digunakan bak yang terbuat dari
fiberglass dengan volume bak yaitu 5 ton. Proses awal dari pengelolaan kualitas
air pada pendederan ikan bawal bintang adalah persiapan bak. Dalam proses
persiapan bak dimulai dengan pembersihan bak pemeliharaan dengan cara
menyikat bak dengan spons dan menggunakan air laut yang dicampur dengan
larutan chlorine 100 ppm untuk membersihkan bak. Kemudian dibilas dengan air
tawar sampai efek chlorine (bau) tidak berada dipermukaan bak. Setelah
pembersihan bak dilakukan, selanjutnya bak diisi dengan air laut yang bersih. Air
laut dibersihkan melalui treatment disaring dengan sand filter.
Pada setiap bak diberi aerasi sebanyak 5-6 unit hal ini bertujuan untuk
menambah oksigen di dalam air. Setiap selang aerasi dilengkapi dengan batu
aerasi dan pemberat. Saat pengisian air pada bak dilakukan pengisian air sebanyak
24

80% dari volume bak. Hal ini bertujuan agar ikan tidak keluar dari dalam bak.
Persiapan bak dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) (b)
Gambar 5. Persiapan Bak (a) pencucian bak, (b) pemasangan aerasi
4.5.3. Resirkulasi Air
Sistem resirkulasi air merupakan sistem yang memanfaatkan ulang air
yang telah digunakan dengan mensirkulasi kembali melewati sebuah filter.
Saluran pembuangan air terletak pada dasar bagian pinggir bak dilengkapi dengan
pipa berfungsi sebagai pembuangan kotoran dan pengeringan bak. Sehingga
terjadi pertukaran air yang bertujuan untuk menyuplai oksigen terlarut (DO),
mempertahankan suhu air dan mengurangi kadar amonia. Sistem air mengalir
dilakukan pada proses pemeliharaan yaitu air masuk dan keluar secara terus
menerus sehingga kualitas air pada bak pendederan ikan bawal bintang dapat
terjaga, ikan dapat sehat dan tumbuh dengan maksimal.
4.5.4. Penyiponan
Penyiponan dalam pendederan ikan bawal bintang bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa pakan dan feses yang berada di dasar bak pendederan.
Proses penyiponan dengan cara menyedot (menghisap) kotoran yang terdapat di
dasar bak pendederan. Penyiponan dilakukan secara perlahan agar pakan dan feses
yang berada di dasar bak tidak teraduk. Peyiponan dilakukan apabila terdapat
kotoran akibat sisa pakan dan feses. Pada saat akan melakukan proses penyiponan
maka aerasi dimatikan dan aerasi dihidupkan kembali apabila sudah melakukan
penyiponan. Penyiponan dapat dilihat pada Gambar 6.
25

Gambar 6. Penyiponan
4.6. Teknik Pengukuran Kualitas Air
4.6.1. Prosedur Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama praktek magang pada
pendederan ikan bawal bintang di BPBLBatam dilakukan pada pagi hari setiap
hari rabu dan jumat. Adapun parameter kualitas air yang diukur selama magang
adalah suhu, DO, pH, salinitas, nitrit, amonia, dan fosfat. Adapun prosedur
pengukuran yang dilakukan selama praktek magang sebagai berikut ini:
1. Suhu

Pengukuran suhu pada bak pendederan ikan bawal bintang dilakukan pada
pagi hari setiap hari jumat. Alat ukur yang digunakan yaitu DO meter. Sebelum
digunakan untuk mengukur suhu sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu
menggunakan aquades. Penggunaannya dengan menekan tombol power kemudian
ditunggu sampai angka pada layar stabil. Selanjutnya mencelupkan ujung probe
ke bak dan tunggu kembali angka pada layar stabil. Setelah angka pada layar
stabil lalu dicatat hasilnya. Kemudian ujung probe dibilas dengan aquades dan
dilap dengan tisu. Pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengukuran Suhu
26

2. Derajat Keasaman (pH)


Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui nilai keasaman (pH) yang
terdapat pada bak pendederan ikan bawal bintang. Alat yang digunakan yaitu pH
meter. Penggunaannya dengan menekan tombol power kemudian ditunggu sampai
angka pada layar stabil. Selanjutnya mencelupkan ujung probe ke bak dan tunggu
kembali angka di layar stabil. Setelah angka pada layar stabil lalu dicatat hasilnya.
Kemudian ujung probe dibilas dengan aquades dan dilap dengan tisu. Pengukuran
pH dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengukuran pH
3. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan untuk mengetahui kadar garam pada bak
pendederan ikan bawal bintang sesuai atau tidak setiap minggunya. Alat yang
digunakan yaitu salinometer. Penggunaannya dengan menekan tombol power
kemudian ditunggu sampai angka pada layar stabil. Selanjutnya mencelupkan
ujung probe ke bak dan tunggu kembali angka di layar stabil. Setelah angka pada
layar stabil lalu dicatat hasilnya. Kemudian ujung probe dibilas dengan aquades
dan dilap dengan tisu. Pengukuran salinitas dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengukuran salinitas


27

4. Oksigen Terlarut (DO)


Pengukuran oksigen terlarut pada bak pendederan ikan bawal bintang
dilakukan seminggu sekali menggunakan alat DO meter. Sama dalam mengukur
suhu, probe dimasukkan kedalam bak pendederan ikan bawal bintang sampai
angka stabil. Selanjutnya dilihat angka pada monitor dan mencatat hasilnya.
Pengukuran DO dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengukuran DO


5. Amonia (NH3)
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kadar amonia yang terkandung
di dalam air bak pendederan ikan bawal bintang agar kualitas air bak selalu
terjaga. Untuk mengukur amonia menggunakan spektrofotometer yaitu dengan
cara air sampel diambil sebanyak 25 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu
ditambahkan 1 ml larutan fenol lalu dihomegenkan. Selanjutnya ditambahkan 1
ml natrium nitropusid lalu dihomogenkan. Tambahkan 2,5 ml larutan
pengoksidasi dan dihomogenkan, tutup erlenmeyer dengan plastik simpan dalam
keadaan gelap dan dibiarkan bereaksi selama ± 1 jam. Selanjutnya dimasukkan
kedalam kuvet dibaca pada λ (panjang gelombang) 640 nm di spektrofotometer.
Pengukuran amonia dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pengukuran amonia


28

6. Nitrit (NO2)
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui senyawa nitrogen organik yang
terkandung di dalam air bak pendederan ikan bawal bintang agar kualitas bak
selalu terjaga. Untuk mengukur nitrit menggunakan spektrofotometer yaitu
dengan cara air sampel diambil sebanyak 25 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer
lalu ditambahkan 1 ml larutan pewarna dan dihomogenkan. Diamkan selama 10
menit lalu dimasukkan kedalam kuvet dibaca pada λ (panjang gelombang) 543 nm
di spektrofotometer. Pengukuran nitrit dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Pengukuran nitrit


7. Fosfat (PO4)
Alat yang digunakan dalam pengukuran fosfat adalah spektrofotometer.
Prosedur pengukurannya yaitu dengan cara air sampel diambil sebanyak 25 ml
dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambahkan 0,5 ml asam aksorbat (reagen
1) dan ditambahkan 0,5 ml larutan campuran (reagen 2) diamkan selama 10 menit
kemudian dimasukkan kedalam kuvet dibaca pada λ (panjang gelombang) 880 nm
di spektrofotometer. Pengukuran fosfat dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pengukuran fosfat


29

4.7. Hasil Pengukuran Kualitas Air


4.7.1. Suhu
Pengukuran suhu langsung dilakukan pada bak pendederan ikan bawal
bintang menggunakan DO meter. Grafik pengamatan suhu dapat dilihat pada
gambar 14.

Suhu
28.7
28.7
28.5 28.4
Nilai (oC)

28.3
28.3 28.2
28.1
27.9
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4
Gambar 14. Grafik pengamatan suhu
Pengukuran dilakukan pada hari rabu dalam waktu sekali seminggu. Data
diambil pada pagi hari dengan suhu rata-rata yang didapatkan berkisar antara 28,2
- 28,7oC yang berarti bahwa pada kisaran suhu tersebut masih berada dalam
kondisi baik dan layak dalam budidaya dan masih dalam batas baku mutu. Hal ini
sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada suhu berkisar antara 28-32oC. Pada bak pendederan ikan
bawal bintang tidak terjadi fluktuasi suhu yang signifikan hal ini dikarenakan
pada area bak pendederan diberi pengatapan dan dilengkapi dinding bangunan.
4.7.2. pH
Pengukuran pH dilakukan dilaboratorium menggunakan pH meter. Grafik
pengukuran dapat dilihat pada gambar 15.

pH
8.16
8.15 8.09
8.05

7.95 7.93
Nilai

7.89
7.85

7.75
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4
Gambar 15. Grafik pengamatan pH
Pengukuran pH dilakukan sekali dalam seminggu yaitu pada hari rabu. Data
diambil pada pagi hari dengan pH rata-rata yang didapatkan berkisar antara 7,89 –
30

8,16. Menurut SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada pH berkisar antara 7 – 8,5. Dari hasil pengukuran
menunjukkan pH pada bak pendederan ikan bawal bintang masih sesuai untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bawal bintang.
4.7.3. Salinitas
Pengukuran salinitas yang dilakukan pada bak pendederan ikan bawal
bintang menggunakan alat ukur yaitu salinometer. Pengukuran dilakukan pada
pagi hari setiap hari rabu. Grafik pengukuran salinitas dapat dilihat pada gambar
16.

Salinitas
31 31 31
31

30.6
Nilai (ppt)

30.2 30
29.8

29.4
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4
Gambar 16. Grafik pengamatan salinitas

Berdasarkan hasil pengukuran salinitas yang dilakukan maka rata-rata yang


didapatkan pada bak pendederan ikan bawal bintang berkisar antara 30 – 31 ppt.
Hal ini sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada salinitas minimal 28 ppt.
4.7.4. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut (DO) dilakukan dibak pendederan ikan bawal
bintang menggunakan alat DO meter. Pengukuran DO dilakukan sekali dalam
seminggu yaitu pada hari rabu. Grafik pengukuran oksigen terlarut dapat dilihat
pada gambar 17.

DO
7 6.9
6.8
Nilai (mg/L)

6.8
6.6
6.6 6.5
6.4
6.2
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4
Gambar 17. Grafik pengamatan oksigen terlarut (DO)
31

Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) yang dilakukan maka


rata-rata yang didapatkan pada bak pendederan ikan bawal bintang berkisar antara
6,5 – 6,9 mg/L. Hal ini sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan
bawal bintang berlangsung baik pada DO minimal 5 mg/L.
4.7.5. Amonia (NH3)
Pengukuran amonia dilakukan di laboratorium menggunakan
spektrofotometer. Pengukuran amonia dilakukan setiap hari jumat pada pagi hari.
Amonia yang terkandung dalam suatu perairan merupakan salah satu hasil dari
proses penguraian bahan organik. Adapun hasil dari pengukuran amonia dapat
dilihat pada gambar 18.

Amonia
0.7 0.573
0.6 0.482
Nilai (mg/L)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0.009 0.028
0
Minggu Minggu Minggu Minggu
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
Gambar 18. Grafik pengamatan amonia
Berdasarkan hasil pengukuran amonia dilaboratorium nilai rata-rata yang
didapatkan berkisar antara 0,009 – 0,573 mg/L. Hal ini menunjukkan kondisi bak
pendederan ikan bawal bintang layak untuk kehidupan ikan bawal bintang. Hal ini
sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada amonia maksimal 1 mg/L.
4.7.6. Nitrit (NO2)
Pengukuran nitrit dilakukan di laboratorium menggunakan
spektrofotometer. Pengukuran nitrit dilakukan setiap hari jumat pada pagi hari.
Adapun hasil dari pengukuran nitrit dapat dilihat pada gambar 19.

Nitrit
0.06 0.05
0.05
Nilai (mg/L)

0.04 0.028
0.03 0.021
0.02
0.01 0.002
0
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4
Gambar 19. Grafik pengamatan nitrit
32

Berdasarkan hasil pengukuran nitrit dilaboratorium nilai rata-rata yang


didapatkan berkisar antara 0,002 – 0,05 mg/L. Hal ini menunjukkan kondisi bak
pendederan ikan bawal bintang layak untuk kehidupan ikan bawal bintang. Hal ini
sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada nitrit maksimal 1 mg/L.
4.7.7. Fosfat (PO4)
Pengukuran fosfat dilakukan di laboratorium menggunakan
spektrofotometer. Pengukuran fosfat dilakukan setiap hari jumat pada pagi hari.
Adapun hasil dari pengukuran fosfat dapat dilihat pada gambar 20.

Fosfat
0.45 0.395 0.402
0.4
0.35
Nilai (mg/L)

0.3
0.25
0.2
0.15 0.124
0.1
0.05 0.014
0
Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Gambar 20. Grafik pengamatan fosfat
Berdasarkan hasil pengukuran fosfat dilaboratorium nilai rata-rata yang
didapatkan berkisar antara 0,014 – 0,402 mg/L. Hal ini menunjukkan kondisi bak
pendederan ikan bawal bintang layak untuk kehidupan ikan bawal bintang. Hal ini
sesuai dengan SNI 7901.4:2013 tentang produksi benih ikan bawal bintang
berlangsung baik pada fosfat maksimal 1 mg/L.
33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan selama praktek magang
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kualitas air pada pendederan ikan bawal
bintang dilakukan dengan mengelola air mulai dari sumber air yang berasal dari
air laut sekitar Pulau Setoko yang diambil menggunakan pompa yang dialiri
melalui pipa. Air yang masuk kemudian disaring menggunakan sand filter dan
ditampung di tandon utama, air yang telah mengalami pengendapan partikel
terlarut dialirkan pada bak penampungan (Reservoir). Air laut tersebut di
distribusikan menggunakan pompa dan disaring kembali dengan sand filter,
kemudian dialirkan ke bak pemeliharaan yang sudah dilengkapi dengan aerasi.
Dalam proses persiapan bak dimulai dengan pembersihan bak pemeliharaan
dengan cara menyikat bak dengan spons dan menggunakan air laut yang dicampur
dengan larutan chlorine 100 ppm untuk membersihkan bak. Kemudian dibilas
dengan air tawar sampai efek chlorine (bau) tidak berada dipermukaan bak.
Setelah pembersihan bak dilakukan, selanjutnya bak diisi dengan air laut yang
bersih. Air laut dibersihkan melalui treatment disaring dengan sand filter. Untuk
menjaga kualitas air dilakukan penyiponan bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa pakan dan feses yang berada di dasar bak. Penyiponan dilakukan apabila
terdapat kotoran akibat sisa pakan dan feses. Hasil pengukuran kualitas air dengan
rata-rata Suhu berkisar 28,2 – 28,7oC, pH berkisar 7,89 – 8,16, Salinitas berkisar
30 – 31 ppt, DO berkisar 6,5 – 6,9 mg/L, Amonia berkisar 0,009 – 0,573 mg/L,
Nitrit berkisar 0,002 – 0,05 mg/L dan Fosfat berkisar 0,014 – 0,402 mg/L. Nilai
pengukuran parameter kualitas air tersebut sesuai dengan SNI 7901.4:2013
tentang produksi benih ikan bawal bintang dan menunjukkan hasil yang baik
untuk mendukung kehidupan ikan bawal bintang.
5.2. Saran
Sebaiknya waktu praktek magang ditambah sehingga ilmu yang diperoleh
lebih banyak dan kegiatan magang menjadi efektif untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa. Serta diharapkan mahasiswa aktif bertanya dan aktif
mengikuti kegiatan magang secara langsung di lapangan.
34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Ikan Bawal Bintang. http://wikipedia.com. Diakses pada 8


Desember 2022.

Anonimous. 2013. Pembesaran Ikan Bawal Bintang di Keramba Jaring Apung


(KJA). Leaflet. Direktorat Usaha Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, 2 hal.

Amri, Khairul, Khairulman. 2008. Budidaya Ikan Bawal. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Ashari, S., Rusliadi, A., & Putra, I. (2014). Pertumbuhan dan kelulushidupan ikan
bawal bintang (Trachinotus Blochii, Lacepede) dengan padat tebar berbeda
yang dipelihara di keramba jaring apung. Makalah Skripsi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru.

Cabello, F. C. 2006. Heavy Use of Prophylactic Antibiotics in Aquaculture: a


Growing Problem for Human and Animal Health and For the Environment.
Environmental Microbiology. 8(7): 1137-1144.

Darmono A, dan Muh Kadari. 2007. Pembesaran Bawal Bintang (Trachinotus


blochii), (Lacepede) di Keramba Jaring Apung dengan Pemberian Pakan
Buatan (Pellet) yang Mempunyai Kadar Protein Berbeda. Balai Budidaya
Laut Batam Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan. Batam.

Ezraneti, R., Adhar, S., & Alura, A. M. (2019). Pengaruh salinitas terhadap
kondisi fisiologi pada benih ikan bawal bintang (Trachinotus blochii). Acta
Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 6(2), 52–57.

Gurning PS, WK. Putra dan S. Miranti. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bawal
Bintang (Trachinotus blochii) dengan Penambahan Tepung sargassum sp.
yang Berbeda Pada Pakan. Intek Akuakultur. 2019. 34-44.

Hidayat, R, S. 2019. Teknik Pendederan dan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer, Bloch) di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan, Banjar Dinas Gondol Gerogak, Kabupaten Buleleng, Bali.
Laporan Praktik Kerja Lapangan Program Diploma. Universitas Hang Tuah.
Surabaya.

Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish.
Fishing New (Book) Ltd London. 436 pp.

Haris, I.Yusanti. 2019. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Keramba Jaring


Apung di Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir
35

Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal : Journal of


Suboptimal Lands. Vol. 8, No.1: 20-30

Indonesia, S. N., & Nasional, B. S. (2013). Bagian 4 : Produksi benih. Sni Ikan
Bawal Bintang (Trachinotus Blochii,Lacepede).

Ismi S., Sutarmat T., NA Giri, Rimmer MA, Knuckey RMJ, Berding AC dan
Sugama K. 2013. Pengelolaan Pendederan Ikan Kerapu: Suatu Panduan
Praktik Terbaik. Monograf ACIAR No. 150a. Australia Centre for
International Agricultural Research: Canberra. 44 hal

Jayakumar, R. Purba, dan P.I Imanto. 2013. “Pemilihan Lokasi untuk Usaha
Budidaya Ikan Laut” dalam Sudrajat, A. W. Ismail. Prosiding Temu Usaha
Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya Laut,
Jakarta.

Juniyanto. 2008. Manajemen Pembesaran Bawal Bintang (Trachinotus blochii,


Lacepede) di Keramba Jaring Apung. Lokasi Budidaya Laut Batam
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan. Batam.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Pembenihan Bawal Bintang


(Trachinotusblochii)https://kkp.go.id/djpb/bpblbatam/artikel/pembenihan-
bawal-bintang-trachinotus-blochii-lacepede. Diakses pada 10 Desember
2022.

Kordi, K.M.G.H. 2017. Budidaya Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii).


Rineka Cipta. Jakarta.

Mahyuddin, R. 2009. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.


Yogyakarta.

Miati, N. R. S. 2019. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bawal Bintang


Trachinotus blochii dengan Penambahan Minyak Kelapa Pada Pakan.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Novriadi, R. (2014). Penyakit Ikan Air Laut di Indonesia. Kementerian Kelautan


Dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat
Kesehatan Ikan Dan Lingkungan. Hal, 28.

Putra, W. K. A., R. Handrianto dan T.S. Raza’i. 2017. Maturasi Gonad Bawal
Bintang Trachinotus blochii dengan Induksi Hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG).
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19(2): 75-78.

Radiarta, I. N., & Erlania, E. (2015). Indeks kualitas air dan sebaran nutrien
sekitar budidaya laut terintegrasi di perairan Teluk Ekas, Nusa Tenggara
Barat: Aspek penting budidaya rumput laut. Jurnal Riset Akuakultur, 10(1),
141–152.
36

Ransangan, J., B.O. Manin, A. Abdullah, Z. Roli, dan Sharudin, E. F. 2011.


Betanodavirus Infection In Golden Pompano, Trachinotus blochii,
Fingerlings Cultured In Deep-Sea Cage Culture Facility In Langkawi,
Malaysia. Aquaculture, 315(3-4): 327-334.

Retnani, H. T., dan Abdulgani, N. 2013. Pengaruh Salinitas Terhadap Kandungan


Protein dan Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii). Jurnal
Sains dan Seni ITS, 2(2):E177-E181.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Indentifikasi Ikan. Banatjipta. Bandung.

Setiadharma, T., Wibawa, G. S., & Setiadi, I. (2014). Performa pertumbuhan


benih ikan bawal laut, Trachinotus Blocii (Lacepede) pada penggelondongan
dalam hapa di tambak. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 1(6),
81–86.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2013. Bagian 4 : Produksi benih. Sni Ikan
Bawal Bintang (Trachinotus Blochii,Lacepede).

Sorokulova, I. B., I.V. Pinchuk, M. Denayrolles, I.G. Osipova, J.M. Huang, S.M.
Cutting, M.C. Urdaci. 2007. The safety of two Bacillus probitic Strain For
Human Use. Dig. Dis. Sci. 53: 954-963.

Subasinghe, R. (2009). Disease control in aquaculture and the responsible use of


veterinary drugs and vaccines: the issues, prospects and challenges. Options
Méditerranéennes, 86, 5–11.

Sumantadinata K., (2013). Pendederan Bawal. Modul: Penyiapan Bak dan Air


Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta

Suseno, A., 2013. Budidaya Laut. Batam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam.

Suwono, H. S. 2011. Kajian kualitas air pada budidaya kerapu macan


(Epinephelus fuscoguttatus) sistem tumpang sari di areal mangrove. Berkala
Perikanan Terubuk, 39(2).

Tanthowi, M. I., Tang, U. M., & Putra, I. (2014). Effect of Thyroxine Hormone
(T4) Addition in Feed to the Growth Rate Trachinotus Blochii, Lacepede.
Riau University.
37

LAMPIRAN
38

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Magang


39

Lampiran 2. Organisasi Praktek Magang


1. Pelaksana Praktek Magang
Nama : Nora Saulina
Nim : 2004113000
Pekerjaan : Mahasiswi

2. Dosen Pembimbing
Nama Lengkap : Dr. Ir. Adriman, M.Si
Nomor Induk Pegawai : 196401011991031009
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau
40

Lampiran 3. Anggaran Biaya Magang


1. Biaya Persiapan
a) Persiapan proposal Rp.35.000
b) Kertas alat tulis Rp.25.000

2. Biaya Pelaksanaan
a) Transportasi (pulang pergi) Rp.1.000.000
b) Sewa kamar selama magang Rp.600.000
c) Konsumsi Rp.1.000.000
d) Paket data Rp.75.000
e) Biaya tidak terduga Rp.500.000

3. Biaya Penulisan Laporan


a). Pengetikan laporan Rp.50.000
b). Perbanyakan laporan Rp.150.000
c). Biaya ujian Rp.300.000 +
Total biaya Rp.3.735,000

Terbilang: “Tiga juta tujuh ratus tiga puluh lima ribu rupiah”
41

Lampiran 4. Alat yang digunakan

Do meter pH meter Salinometer

Spektrofotometer Pipet filler Botol sampel

Erlenmeyer Pipet tetes Pipet volume

Kuvet Gelas ukur Bak fiberglass


42

Selang aerasi Batu aerasi Sipon

Alat grading Alat ukur panjang ikan Timbangan digital

Pompa air laut Tandon Sand filter


43

Lampiran 5. Bahan yang digunakan

Air sampel Aquades Pelet

Reagen amonia Reagen nitrit Reagen fosfat

Air laut buatan nitrit Air laut buatan fosfat Air laut buatan amonia

Desinfektan Chlorine Larutan pewarna nitrit


44

Lampiran 6. Dokumentasi kegiatan magang

Membersihkan bak Pemasangan aerasi Penebaran benih ikan


bawal bintang

Melakukan penyiponan Pemberian pakan Melakukan kegiatan


sampling dan grading

Pengambilan sampel air Pengecekkan kualitas air Pengecekkan sampel air


untuk diuji dibak pendederan bawal di laboratorium
dilaboratorium bintang

Pengambilan ikan untuk Melakukan pemanenan dan


dipanen packing untuk bantuan Melakukan seminar di
BPBL Batam
45

Lampiran 7. Dokumentasi bersama pihak BPBL Batam

Penyerahan plakat

Tenaga kerja di laboratorium penguji kesehatan ikan dan lingkungan


46

Lampiran 8. Sertifikat praktek magang di BPBL Batam

Anda mungkin juga menyukai