LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG II
PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN
SEMESTER III
Oleh :
FATEKHA AL FARIS
NIT. 18.3.02.043
NIT : 18.3.02.043
Menyetujui :
Dosen Pembimbing, l Dosen Pembimbing, ll
KATA PENGANTAR
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapang II ini dapat terselesaikan.
Penyusun laporan ini dapat selesai karena bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi, M.Si selaku Direktur Politeknik
Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.
2. Bapak Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik
Budidaya Perikanan yang telah membantu dan mengkoordinir dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ll
3. Bapak Teguh Harijono,. MP selaku dosen pembimbing l dan Bapak
Asep Akmal Aonuallah, S, Pi, M. Si selaku dosen pembimbing ll yang
telah memberi bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapang ll.
4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................1
1.2.1 Maksud..........................................................................................2
1.2.2 Tujuan............................................................................................2
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..........................................................19
3.2 Metode Pelaksanaan............................................................................19
3.3 Sumber Data.........................................................................................19
3.3.1 Data Primer................................................................................19
3.3.2 Data Sekunder...........................................................................19
3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................................20
3.5 Metode Pengolahan Dan Analisa Data.................................................20
3.5.1 TeknikPengolahan Data.............................................................20
iv
3.5.2 Analisa Data..............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Morfologi udang vannamei.................................................................................4
2.2 Siklus Hidup Udang...........................................................................................5
2.3 Proses Pelepasan Telur....................................................................................16
5.1 Bak Karantina Indukan Udang Vannamei..........................................................31
5.2 Bak Induk Vannamei.........................................................................................34
5.3 Pakan Induk Udang Vannamei...........................................................................36
5.4 Induk Matang Gonad..........................................................................................40
5.5 Pengisian Air di Bak Spawning...........................................................................41
5.6 Induk Betina Yang Telah Di Buahi......................................................................42
5.7 Ruang Hatching dan Pengisian Air Bak Hatching...............................................43
5.8 Ruang Ringsing..................................................................................................44
5.9 Kantong Es batu, Box Naupli , dan Karbon Aktif................................................45
5.10 Proses Pemanenan Naupli.................................................................................48
5.11 Proses Packing Naupli Udang Vannamei...........................................................49
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Kuisioner...................................................................................................25
viii
1
l. PENDAHULUAN
air payau yang saat ini telah banyak diminati di Indonesia. Udang ini mulai masuk
dan dikenalkan di Indonesia pada tahun 2001 sebagai upaya untuk meningkatkan
sistem intensif dan semi intensif, dicirikan dengan padat tebar yang cukup tinggi,
yaitu antara 60-150 ekor/m2 (Briggs et.al, 2004). Udang vannamei tergolong mudah
untuk dibudidayakan. Hal itu pula yang membuat para petambak udang ditanah air
Udang vanamei merupakan salah satu jenis udang penaeid yang memiliki
kelebihan diantara jenis udang penaeid terhadap kadar garam yang tinggi, tidak
tinggi, dan meningkatkan nafsu makan pada udang. sehingga dapat memanfaatkan
pakan berkadar protein rendah pada penebaran rendah atau pola semi-intensif
suhu rendah serta perubahan salinitas khususnya pada salinitas tinggi. Udang
vannamei juga memilih laju pertumbuhan yang relatif cepat, responsif terhadap
pakan, padat tebar dengan kelangsungan hidup yang tinggi dan pasaran yang luas
mutu benih untuk menjamin kualitas benih, memperkecil resiko kegagalan, dan
2
meningkatkan daya saing (Setiawan, 2010). Oleh karena itu pengadaan nauplius
udang vannamei yang berkualitas harus di tangani secara baik dan benar menurut
kaidah-kaidah yang telah di tetapkan. Hal ini yang mendasari penulis untuk
Central Pertiwi Bahari Situbondo yang selalu aktif dalam memproduksi nauplius
1.2.1 Maksud
Kerja Lapang (PKL) II adalah ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan produksi
1.2.2 Tujuan
udang vannamei.
3 3
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
a. Kepala (Chepal)
Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas kepala pertama terdapat mata
majemuk yang bertangkai, ruas kedua terdapat antena I atau antennule yang
mempunyai dua buah flagella pendek dan terdapat fungsi sebagai alat peraba dan
pencium, ruas ketiga terdapat Antena II atau antennae yang mempunyai dua buah
cabang, yaitu cabang pertama (Exopodite) terbentuk pipih dan tidak beruas
dinamakan
4
prosartema. Sedangkan yang lain (Endopodite) berupa cambuk yang panjang yang
berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Tiga ruas terakhir dari bagian kepala
terdapat anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu mulut. Bagian tersebut
dan dua pasang maxilla yang berfungsi sebagai pembawa makanan ke mandibula.
a. Dada (Thorax)
Dada terdiri dari delapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang
ketiga dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai pelengkap bagian mulut dalam
memegang makanan, thoracopoda lainnya (ke-5 s/d ke-8) berfungsi sebagai kaki
jalan yang disebut pereiopoda. Pereiopoda pertama sampai ketiga memiliki capit
b. Perut (Abdomen)
Perut atau abdomen terdiri dari enam ruas yaitu bagian abdomen terdapat lima
pasang kaki renang dan sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas
Udang vannamei adalah udang asli dari perairan Amerika Latin yang kondisi
iklimnya subtropis kisaran (Risaldi, 2012). Udang vannamei hidup pada kedalaman
kurang lebih 70 meter, bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam
hari. Proses perkawinan pada udang vannamei ditandai dengan loncatan betina
secara tiba-tiba saat udang betina mengeluarkan sel-sel telur yang bersamaan
dengan udang jantan yang mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma
bertemu perkawinan berlangsung dalam satu menit udang yang berukuran 30-45
nauplius, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva stadia nauplius larva
memiliki cadangan makanan berupa kuning telur Stadia zoea terjadi setelah larva
ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam Larva sudah berukuran 1,05-3,30
mm dan pada stadia ini benur mengalami tiga kali moulting pakan stadia ini berupa
artemia.
mempunyai ciri sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson), udang
vannamei mencapai stadia post larva dimana udang sudah menyerupai udang
dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1
berarti post larva berumur satu hari dalam stadia ini udang sudah mulai bergerak
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan (Subaidah et.al, 2006). Untuk memproduksi nauplius
udang vannamei dibutuhkan bak induk yang dibedakan menjadi beberapa fungsi
yaitu:
bak bulat, oval, atau persegi panjang, bersudut tumpul dengan luas dasar minimal
20 m2, dengan ketinggian bak minimal 1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m (jarak
antara permukaan air dan bibir bak minimal 0,3 m). Warna bak cerah dan warna
dinding bak gelap bak bakter terbuat dari semen, fiber glass, atau plastik.
dan setelah matang gonad dilakukan perkawinan pada bak yang sama. Bentuk bak
bulat, oval, atau persegi panjang, bersudut tumpul dengan luas dasar minimal 20
m2, dengan ketinggian bak minimal 1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m (jarak
antara permukaan air dan bibirbak minimal 0,3 m). Warna bak cerah dan warna
dinding bak gelap. Bak bakter terbuat dari semen, fiber glass, atau plastik.
telah matang gonad. Bentuk bak bulat, oval, atau persegi panjang, bersudut tumpul
dengan ketinggian bak 0,8 m sampai dengan 1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m
serta luas dasar bak minimal 2 m2. Bak pemijahan ada yang berfungsi sebagai bak
penetasan jika telur tidak dicuci, maka untuk bak penetasan volume minimal 300
literatur dengan ketinggian bak 0,8 m sampai dengan 1 m dan kedalaman air
minimal 0,6. Bak bakter buat dari semen, fiber glass, atau plastik.
d. Instalasi Aerasi
penampungan benur, dan pemeliharaan makanan alami benur yang berfungsi bak
larva selain untuk menyebar makanan, juga untuk menambah oksigen ke dalam
e. Tenaga Listrik
penerangan, karena tenaga listrik dibutuhkan selama 24 jam Sumber energi listrik
diperoleh dari mesin genset atau PLN dengan dilihat dari tegangannya maupun
kebersihannya jika menggunakan genset akan muncul asap sisa pembakaran dan
kantong saringan air, Beker glass, sepatu lapangan, senter, gayung, ember,
menyatakan bahwa kelas induk pokok menyatakan bahwa induk udang vannamei
ujung uropoda.
c. Bentuk tubuh (chepalothorax) lebih pendek dari abdomen dan punggung lurus
mendatar.
d. Bebas virus (TSV, WSSV, IHHNV), bebas nekrosis, anggota tubuh lengkap
e. Kekenyalan tubuh tidak lembek dan tidak keropos serta bergerak aktif normal
induk udang betina umum nya lebih besar dari induk jantan perbedaan alat
kelamin induk jantan dan induk betina dapat dilihat dari sisi bawah (ventral)
antara dasar sepasang kaki jalan (periopod) yang berfungsi untuk menyimpan
sperma, alat kelamin jantan dinamakan petasma yang terletak pada pangkal
berikut:
maks
kaporit 60% sebanyak 100 ppm yang dicampur dengan deterjen 5 ppm dan
dilarutkan dengan air tawar pada wadah atau ember kemudian dinding dan dasar
bak digosok- gosok dengan menggunakan scoring pad dan dibilas dengan air tawar
hingga bersih dan kemudian dilakukan pengeringan selama dua hari. Pencucian
Air laut merupakan kebutuhan pokok dari suatu unit pembenihan air laut
secara fisik harus jernih, tidak berbau dan tidak membawa bahan endapan baik
suspense maupun emulsi (Subaidah et.al 2006). Untuk mendapatkan air laut yang
Fungsi utama filter hisap adalah mencegah terhisapnya partikel kasar dari
perairan seperti bebatuan, bahan organik dan jasad akuatik lainnya yang dapat
Bak filter mekanis diisi dengan beberapa material untuk menyaring partikel-
partikel yang tersuspensi pada air laut. Beberapa material yang diinginkan adalah
batu kali ukuran sedang, kerikil, ijuk, arang kayu dan kuarsa. Batu kali dan ijuk
berfungsi sebagai penyaring partikel lumpur yang utama juga berfungsi sebagai
pengikat bahan organik dan anorganik. Arang kayu berfungsi sebagai pengikat
filter mekanis dari bawah keatas adalah batu kali sedang, batu kerikil, arang kayu,
ijuk dan pasir kuarsa kemudian tambhkan air yang disedot langsung dari laut
maupun air buangan masuk langsung ke sand filter, kemudian air dilewatkan UV 30
watt sebanyak tiga buah, Air yang telah di UV ditutup dengan kain terpal agar tidak
sistem drum filter yaitu air buangan dari bak-bak induk filter dengan koral agar
kotoran-kotoran tersaring.
Pipa distribusi dibutuhkan untuk mengalirkan air laut dari filter atau dari bak
semakin baik debit air yang dialirkan. Beberapa stop kran dibutuhkan untuk
dilakukan pemilihan atau seleksi. Induk yang akan digunakan sebelum ditebar
dimasukkan kedalam bak yang beisi air dan di aerasi selama ± 30 menit. Apabila
sudah tidak
ada perbedaan suhu (± 1-2 C) maka induk dapat dilepas kan dalam bak.
Padat tebar induk dalam satu bak pemeliharaan maksimum delapan ekor
induk per meter Pemeliharaan induk jantan dan betina terpisah bertujuan untuk
dengan kebutuhan udang tersebut. Zat-zat tersebut harus berada dalam makanan
yang secara fisiologis berfungsi sebagai sumber zat pengatur kelangsungan hidup
jenis pakan yang segar dapat memicu perkembangan induk udang vannamei yaitu
cacing laut (Niriessp) atau cacing tanah (Lumbricussp) atau Cumi – Cumi dan
keadaan batas dosis pakan yang diberikan 10-20% dari bobot udang setiap hari
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu monitoring, pengecekan kualitas air, water
exchange, dan penyimponan. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu
pada pagi hari, parameter air yang dilakukan monitoring rutin adalah suhu yang
larva lancar
yaitu pada kisaran 29-320C Sedangkan untuk pengecekan parameter kualitas air
Nilai optimal parameter pH dalam mengacu pada salinitas yang berkisar 29-
34 dan kadar nitrit maksimal 0,1 ppm, sesuai produksi benih udang vannamei.
air secara sirkulasi dengan cara melihat air secara visual, bila di permukaan air
tersebut tidak dapat pecah kembali ini diasumsikan air pada kondisi jenuh dan telah
terjadi banyak perombakan-perombakan gas di dalam air. Pengisian air pada awal
penebaran nauplius adalah sekitar 30% dari kapasitas wadah, saat stadia zoea
ditambahkan sampai 70% stadia mysis 80% dan stadia post larva 100%.
bekisar 10-30% dan PL 5 sampai dengan panen 30-50% dari volume wadah yang
sensitif terhadap perubahan lingkungan, terutama dari stadia nauplius stadia zoea.
Organisme pathogen umumnya memiliki siklus hidup yang pendek namun cepat
ditempatkan pada awal pintu masuk sebelum memasuki dan akan memasuki
menggunakan formalin 100 ppm pada setiap bak. pemeliharaan nauplius dilakukan
2005).
ovarium yang terletak pada bagian dorsal tubuh udang berwarna oranye.
Sedangkan pada udang jantan kematangan gonad terlihat jelas pada kantong
sperma yang berwarna putih penuh berisi sperma. Kematangan gonad ini dapat
dipercepat dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan yang segar
yang dapat memicu kematangan induk udang vannamei adalah cacing laut
(Nireissp) atau cacing tanah (Lumbricussp) atau Cumi-Cumi (Haliman dan Adijaya,
2005).
terbuka. Seperti halnya udang penaeid lainnya, hormon pengontrol reproduksi atau
X organ terletak di mata. Oleh karena itu untuk mendorong berkembangnya ovary,
hormon penghambat GIH yang terletak di X organ harus dihilangkan yaitu dengan
cara ablasi mata tersebut diharapkan release GSH segera terjadi, sehingga
gonad sekitar 5-6 hari setelah proses pengablasian dilakukan untuk mempercepat
pematangan gonad ini biasanya induk udang diberi pakan segar lebih banyak.
2.6 Pemijahan
oranye. Sedangkan pada udang jantan kematangan gonad terlihat jelas pada
kantong
sperma yang berwarna putih penuh berisi sperma kematangan gonad ini dapat
vannamei) dilakukan dengan cara sampling induk betina yang matang gonad lalu
dimasukan kedalam bak jantan dan akan muncul. Pemijahan berlangsung dengan
melihat tingkah laku induk jantan yang berenang di belakang mengikuti induk
sejajar dengan induk betina dan melepaskan sperma yang ditempelkan pada
thellycum betina. Proses ini terjadi 2-6 detik saat Induk jantan mengikuti induk
sebagai berikut:
b. Air yang akan digunakan harus memiliki kadar garam 15-25 ppt.
pengangkatan induk.
f. Masukkan induk jantan dan induk betina kedalam waring yang sudah
secara berlawanan dengan tubuh induk betina serta menyentakkan kepala dan
melepaskan diri dari induk betina. Induk betina yang sudah matang gonadnya telah
dicampur dengan induk jantan akan melakukan proses perkawinan sekitar 4-5 jam
dua kali dengan selang waktu 4-5 jam Pengecekan pertama dilakukan pada sore
hari pukul
15.00 lalu pengecekan kedua pada malam hari pukul 19.00 Induk betina yang telah
tidak terbuahi dikembalikan ke bak pemeliharaan semula untuk proses kawin alami
Induk udang vannamei melepaskan telurnya pada tengah malam telur yang
di keluarkan sekitar 2-3 jam induk betina di masukan kedalam bak penetasanya
pada pukul 20.00 dan pukul 05.30 induk udang betina yang telah melepaskan
semua telurnya di kembalikan pada bak pemeliharaan induk agar tidak menganggu
dan kemampuan penempelan pada telikum serta media penetasan (suhu dan
induk betina belum matang telur atau rusaknya sperma, telur menetas menjadi
naupli dalam waktu 12-16 jam. Telur udang vannamei akan menetas pada kisaran
suhu 28-
30 satu induk udang vannemi menghasilkan 100-200 ribu telur (Subaidah, et.al
2006).
sebagai berkut:
Nauplius.
3. Memberikan larutan treflan dengan dosis 0.02 ppm per tank untuk
yang berupa kuning telur sehingga pada stadia ini larva udang vannamei belum
membutuhkan makanan dari luar (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia nauplius
terbagi enam tahapan fase nauplius ini larva mengalami enam tahapan yang
Nauplius I : Bentuk badan bulat telur dan mempunyai anggota badan tiga
pasang.
Nauplius II : Pada ujung antenna pertama terdapat seta (rambut), yang satu
Nauplius III : Furcal dua buah mulai jelas masing-masing dengan tiga duri
Nauplius V : Organ pada bagian depan sudah tampak jelas disertai dengan
biasanya nauplius yang siap di panen ketika nauplius stadia N5-N6, karna ukuran
tersebut sudah kuat dan siap untuk di packing. Pemanenan di lakukan pada sore
atau pagi hari pemanenan nauplius pada bak kecil dilakukan secara sirkulasi atau
penyeseran langsung, dengan cara demikian diharapkan nauplius yang sehatakan
media hidup nauplius (Subaidah et.al, 2009). Kondisi air diusahakan dalam
1) Sistem Tertutup
bahan yang tidak berkarat, tidak beracun, tidak mudah bocor, dan tidak
menimbulkan dampak negatif, serta dapat mempertahankan kualitas fisik dan kimia
air serta kesegaran naupli. Bahan yang dapat dipakai adalah kantong plastik
rangkap dua, di oksigen dan dimasukkan dalam kotak dari kardus. Adapun cara
a) Kantong plastik rangkap dua, diisi air laut sekitar 5-10 liter, biasanya dalam
b) Kantong plastik dimasukkan dalam kotak kardus yang tepinya dilapisi gabus.
e) Kotak kardus ditutup dengan pita perekat dan naupli siap dikirim.
19
lll. METODOLOGI
Oktober 2019 sampai dengan tanggal 30 November 2019, dengan jadwal kegiatan
adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang instusi sosial,
bimbingan eksternal.
Sumber data yang diperoleh dari Praktek Lapang adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari
bentuk pengamatan dan mengikuti segala jenis kegiatan. Termasuk data primer
pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan air dan kualitasnya, panen dan
pasca
20
panen (Narkubo dan Achmadi, 2001). Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan dari lembaga lain yang sudah dipublikasikan. Jenis data sekunder
adalah literatur buku yang digunakan dalam pembahasan tinjauan pustaka, literatur
a. Observasi
b. Wawancara
antara dua orang atau lebih untuk mendapat infomasi secara langsung.
c. Dokumentasi
rekaman radio, foto, catatan khusus, notulen rapat dan lainnya (Sugiyono,
2013).
Menurut Narbuko dan Achmadi, (2001), semua data yang terkumpul, baik
nya agar untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam
b. Tabulating
c. Analizing
obyek pengamatan pada saat sekarang berdasarkan fakta yang ada, sifat
Data yang diperoleh terlebih dahulu diolah dengan cara sortasi dan
tabulasi data, kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar.
untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai suatu obyek dan menguji
suatu kebenaran dari suatu pendapat serta membandingkan keadaan yang ada di
lapangan dengan teori yang ada sesuai literatur ataupun pedoman yang digunakan.
persoalan teknis pembesaran calon induk udang vannamei yang mencakup semua
manajemen
kualitas air, manajemen pakan, pengendalian penyakit, serta panen dan pasca
panen.
23
Timur.PT. Central Pertiwi Bahari ini menempati area tanah dengan luas1,4 ha.
Ditinjau dari segi topografinya, lokasi ini termasuk dataran rendah dengan
ketinggian dari permukaan laut sekitar 3 meter. Lokasi PT.CPB yang berjarak 5
meter dari tepi pantai. Sumber air lautnya masih belum tercemar oleh limbah
industri, karena jauh dari pabrik. Suhu pada malam hari berkisar 28-290C,
PT. Central Pertiwi Bahari ini berada pada lokasi yang sangat strategis,
dengan baik. Adapun alasan pemilihan lokasi PT. CPB Situbondo adalah :
2. Terletak dekat dengan sumber air laut yang masih bersih dan belum
tercemar.
24
4. Tersedianya air besih (sumur bor), listrik, dan alat komunikasi (telpon).
Penempatan sarana dan prasarana yang ada di PT. CPB Situbondo ini
juga dinilai sudah cukup tepat dan efisien. Adapundenah lokasi/PT. CPB dapat
PT. CPB Situbondo memiliki luas skala usaha 13.785 m 2 (1,4 Ha) dengan
lokasi tersebut adalah PT. BAJA (Benur Abadi Jaya Sentosa) yang juga
memproduksi larva udang vannamei. PT. BAJA dibeli oleh PT. Charoen
Pokphand pada bulan Oktober tahun 2005, lalu berganti nama menjadi PT.
Perusahaan ini dibagi menjadi empat departemen atau divisi, yaitu divisi
maturasi (induk), divisi fry (larva udang), divisi laboratorium Algae dan Quality
Control(QC), dan divisi General Affair (GA). Keempat divisi tersebut dikepalai
dan akuntansi dalam PT. CPB Situbondo diatur dan diawasi oleh accounting
pemberian pakan, menjaga kondisi tank induk, penetasan telur menjadi naupli,
naupli akhir sampai fase post larva yang siap panen. Hal yang dilakukan dalam
pemeliharaan larva udang adalah pemberian pakan, menjaga kondisi pada setiap
tank larva udang, memastikan proses pengelolaan air untuk tank larva tetap
harus lolos uji laboratorium sehingga menghasilkan produk yang (SPF) Specific
Pathogen Free. Pengujian kualitas air budidaya dan monitoring kualitas benur
terkait dengan masalah-masalah yang ada dalam hatchery.Selain itu tugas lain
dari bidang ini dalam hal Divisi Riset dan Pengembangan adalah melakukan riset
aplikatif dan monitoring kualitas air budidaya, kualitas benur, kualitas ikan
kesehatan ikan yang terdiri dari laboratorium mikrobiologi dan laboratorium PCR
Divisi General Affair (GA) dalam perusahaan ini bertugas untuk mengatur
PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo mempunyai visi dan misi yaitu :
1. Visi
2. Misi
masyarakat sekitar.
bidang produksi membawahi Seksi Induk, Larva, Pakan Alami dan Sarana
proses produksi. Adapun bagan struktur organisasi PT. Central Pertiwi Bahari
4.5.1. Sarana
dan sarana penunjang. Sarana pokok ialah sarana yang mutlak harus ada dalam
larva yang terdapat di PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Situbondo dapat dilihat
4,5×4,5×1,5/30m3
4,5×4,5×1,5/30m3
m3
dan 5 Hp
Submersible 1 Hp
vannamei yang ada di PT.. CPB Situbondo disajikan pada tabel 4.2
indukan udang vannamei F1 yang di impor langsung dari Hawaii dan Florida.
Indukan yang ada di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo adalah indukan
F1 yang langsung impor dari Hawai dan Florida. Setelah tiba di PT. CPB
dapat beradaptasi di tempat dan lingkungan yang baru. Induk udang datang pada
31
dini hari pukul 03.00 WIB sejumlah 200 pasang indukan. Saat indukan datang,
langsung dikeluarkan dari dalam box yang bersuhu kantong 20-22oC dan di
pindahkan ke bak karantina dengan normal suhu 28oC induk berkapasitas kurang
lebih 500 ekor indukan tiap bak. Pisahkan antara indukan jantan dan betina.
Setelah itu biarkan indukan melakukan penyesuaian diri di bak. Selama di bak
karantina, indukan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru
akan mengalami kemunduran mutu. Seperti stres dan tidak nafsu makan dan
lama kelamaan akan mati. Selain itu, indukan juga bisa mengalami moulting.
Apabila indukan terjadi proses moulting, daya tahan tubuh udang akan lemah
dan semakin hari bisa terjadi kematian. Terdapat kurang lebih 10 indukan antara
jantan dan betina yang mati karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan
Selama di bak karantina, indukan tetap diberi pakan 8-9 kali dalam sehari.
Setelah kurang lebih 7 hari di bak karantina, gonad. Ketika indukan berumur 10
hari di lingkungan yang baru, indukan betina melakukan proses ablasi mata.
Ablasi mata merupakan proses pemotongan sebelah mata indukan udang yang
budidaya. Bak induk udang sebelum digunakan maka dibersihkan dari segala
kotoran yang mempengaruhi terhadap kualitas air pada bak induk udang.
Penyediaan wadah berupa bak beton. Bak yang digunakan di PT. CPB
empat terbuat dari beton dengan ruang tertutup. Ukuran bak 5 x 7, tinggi bak 80
cm, kedalaman air pada pembenihan induk udang yaitu 40-50 cm, bak
pembenihan sebanyak 8 bak dimana 4 bak induk jantan dan 4 bak untuk induk
betina. Langkah kerja agar bak pembenihan induk udang bersih dan steril dari
tawar) ke dinding dan dasar bak secara merata agar bersih dari kotoran
ppm) dilarutkan ke air tawar agar bersih dari kotoran dan lumut. Fungsi
diingkan.
4. Melakukan pembilasan dengan air tawar yang steril hingga bau deterjen
Air berasal dari laut yang berada di belakang PT. CPB Situbondo
pengambilan air dilakukan dengan pompa sejauh 200 meter dari bibir pantai dan
dilakukan saat air sedang pasang. Sebelum air laut digunakan pengisian air
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara pompa air laut, kemudian air
dari pompa disalurkan kembali kedalam bak penampungan send filter agar
kotoran atau pasir yang ikut dapat tersaring, setelah air ditampung dalam bak
terakhir air di tampung di dalam bak tandon. Pengisian air laut dilakukan pada
pukul 16.00 sore hari. Adapun treatment lama persiapan dan pengisian air pada
air laut untuk bertujuan mensterilkan air laut dari bahan yang berbahaya seperti
Awal dari treatment air laut tersebut adalah air laut di ambil menggunakan
ke arah laut sebagai penghubungnya. Setelah itu, air laut disedot dan di bawa ke
send filter (tandon air dimana pasir silika/batu split/batu kali/arang batok
digunakan sebagai media filter). Setelah dari sand filter, air laut akan ditampung
pada pressure filter. Didalamnya terdapat pasir silika yang juga akan berfungsi
baru. Adapun cara aklimatisasi yang dilakukan adalah mula-mula kantong induk
sekitar ± 3 menit kantong induk dibuka dan dilakukan pengukuran suhu pada air
media dengan menggunakan Thermometer. Selanjutnya ditambahkan air dari
bak pemeliharaan induk sedikit demi sedikit ke dalam kantong induk untuk
Hal ini sependapat dengan Murtidjo (2003), yang menyatakan bahwa calon
induk yang akan ditebar harus diaklimatisasi terlebih dahulu, dengan cara
telah diisi air dan diaerasi selama ± 30 menit, setelah itu suhu air kantong
ataupun suhu air bak diperiksa. Apabila sudah tidak ada perbedaan suhu atau
apabila perbedaannya hanya 1-2 0C, maka induk dapat dilepaskan dalam bak.
Begitupun untuk salinitas, apabila perbedaan salinitas antara air dalam kantong
dengan air dalam bak kurang dari 5 ppt maka induk sudah dapat ditebar.
Penebaran dilakukan pada sore hari pukul 15.00 dengan ukuran bak 5 x 7,
tinggi bak 80 cm, kedalaman air pada pembenihan induk udang yaitu 40-50 cm,
bak pembenihan sebanyak 8 bak dimana 4 bak induk jantan dan 4 bak untuk
induk betina
Pemberian pakan dilakukan 8 kali sehari semalam. Pakan yang diberikan berupa
cacing laut (Lumbricus Rubellus), cacing polychaeta (Nereis sp), pelet 1 (Epicore
mbf), pelet 2 (ezmate) dan cumi dengan dosis 30 - 40% dari biomass. Pakan
cacing diberikan pada pukul 07.30, 13.00 dan 19.00 kemudian pelet 1 dan pelet 2
diberikan pukul 10.00 dan pukul 20.30 sedangkan cumi diberikan pukul 11.00,
16.00 dan pukul 23.00. Kandungan protein cacing laut, dan cumi tergolong tinggi
sehingga baik untuk memacu dan merangsang pematangan gonad baik pada
induk betina maupun jantan. Selain itu sebagai suplemen, pada pakan cumi-cumi
diberikan atau dicampur dengan vitamin C. Vitamin hanya dicampur pada cumi
saja karena cacing sudah memiliki kandungan yang cukup baik sehingga tidak
Tabel 5.2 Jadwal dan jenis pakan pada induk udang vannamei.
pakan Pemberian
Pakan (gr)
7 20.30 Ezmet(pelet) 4 90
8 09.00 Epicore 4 60
MBF(pelet)
Pakan cacing laut dan cumi-cumi induk udang vannamei di PT. CPB
pertumbuhan udang. Udang akan kurang aktif apabila suhu air turun dibawah
18ᴼC dan pada suhu 15ᴼC atau lebih rendah akan menyebabkan udang stress
bahkan mati. Bak pemijahan maupun bak pematangan gonad jika salinitasnya
tinggi atau turun maka perlu melakukan pergantian air atau menambahkan air
tawar saat salinitas tinggi dan menambahkan air laut saat salinitas rendah, dan
jika suhu naik atau turun maka menggunakan alat berupa “heater” yang
fungsinya untuk menstabilkan suhu air. Jika DO rendah atau tinggi maka tinggal
mengatur besar kecilnya aerasi yang ada di bak pemijahan, sedangkan pH tinggi
(sistem air mengalir) maka air kotor yang terdapat di dasar akan keluar melalui
pipa goyang yang sifatnya sebagai sirkulasi pembuangan air dan diganti dengan
air laut baru yang melewati pipa di atas bak sehingga kualitas airnya selalu
terjaga. Pembersihan kotoran dan sisa pakan di dasar bak dilakukan setiap hari
sistem “biosecurity” yang dilakukan oleh karyawan yang mau masuk kedalam
“footbath” yang berisi kaporit atau PK dan mencuci tangan dengan menggunakan
sabun, serta menyemproktan cairan alkohol 70% pada tangan. Untuk mencegah
kontaminasi dari luar, pegawai bagian induk tidak boleh sembarang masuk ke
mata, ablasi mata merupakan pemotongan salah satu tangkai mata induk udang
Hal ini sesuai dengan Subaidah et al. (2006) yang menyatakan bahwa
pada udang vannamei, pematangan gonad induk dapat dilakukan dengan cara
pemberian secara intensif pakan yang mengandung protein tinggi seperti cacing
laut (Nereis sp) dan cacing tanah (Lumbricus sp). Induk udang betina di ablasi
salah satu tangkai matanya karena apabila diablasi kedua tangkai matanya akan
mengakibatkan induk udang susah untuk mencari makan atau beraktifitas. Induk
yang siap diablasi yaitu induk yang kulitnya keras (tidak sedang moulting),sehat
tidak cacat, berat induk 40-45 gram, panjang 15,5- 16 cm, berumur 5-6 bulan.
Teknik ablasi dapat dilakukan pagi atau siang bahkan pada malam hari.
ovary pada induk betina sehingga sperma atau sel telur terhambat
satu organ X dihilangkan atau dipotong maka GIH tidak terbentuk dan tidak ada
sperma secara cepat. Penanganan induk udang saat ablasi mata untuk
menghindari adanya kerusakan pada bagian tubuh udang maka dilakukan cara
sebagai berikut :
1. Memegang udang dengan cara berhati-hati.
4. Pemotongan salah satu tangkai mata udang yang telah diberi pelindung,
terjadinya infeksi.
5. Induk udang dikembalikan lagi ke dalam bak maturasi yang telah berisi air
5.4 Pemijahan
membentuk garis tebal didaerah punggung sampai kepala lalu pindahkan induk
yang telah matang gonad tersebut ke bak jantan untuk dilakukan pemijahan.
Khusus calon induk jantan memiliki panjang 17 cm dengan berat 38 gram dan
kantung sperma yang besar, sedangkan untuk calon induk betina berukuran
panjang 18 cm dengan berat 40 gram. Menurut SNI Induk Udang Vaname (01-
yang berkualitas. Adapun Kriteria induk yang baik dan berkualitas antara lain:
a. Ukuran berat untuk induk betina 40 gram dan induk jantan 35 gram.
b. Tubuh bersih, transparan, warna cerah, organ tubuh lengkap dan normal,
organ reproduksi dalam kondisi baik dan tidak keropos dengan organ yang
lengkap.
c. Bebas virus yang membahayakan terutama TSV (Taura Syndrom Virus)
Sukenda et. al., (2009) identifikasi virus pada udang vanamei dapat dilakukan
dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dimana teknik ini bekerja
Calon induk yang telah tersedia, diseleksi kembali untuk dipilih udang
yang layak untuk dijadikan induk. Udang yang akan dijadikan induk harus
memiliki syarat organ tubuh utuh (tidak cacat), cangkang keras atau tidak
keropos, dan warna cerah hingga transparan seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut.
dipindahkan ke ruang maturasi dengan ukuran bak yang lebih kecil. Pemijahan
dilakukan dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB . Ukuran bak maturasi
ini adalah 4,5 m x 6,5 m x 1,5 m dengan volume air 5 ton. Ukuran bak
Pada saat pukul 10.00 WIB indukan betina di pindahkan ke bak maturasi
bagian jantan agar dapat membuahi sel telur. Indukan betina yang dipindahkan
untuk sampling ke bak spawning hanya yang matang gonad saja. Indukan betina
Setelah dicampur dalam satu bak dari pukul 10.00 hingga pukul 18.00.
setelah itu indukan betina yang sudah dibuahi, maka indukan betina di
m, dan kapasitas air 2 ton. Pengisian air dilakukan di pagi hari pukul 08.00 WIB.
sehingga sampling yang untuk nanti malam telah siap dengan aerasi yang kecil.
Adapun pengisian air di bak spawning dan indukan yang berada di bak
(a) (b)
tellycum yang telah di tempeli oleh sperma. Sebelum dimasukkan kedalam bak
campur dengan 300 liter air. Pemberian iodin ini berfungsi agar membunuh virus
dan bakteri yang ada di tubuh indukan udang vannamei. Lalu dimasukkan
kedalam bak spawning dengan suhu 28,5OC dan kapasitas 20 ekor per bak.
Diamkan indukan selama kurang lebih 7 jam agar indukan dapat melepas telur
dengan baik dengan pemasangan aerasi kecil. Karena, agar indukan dapat
bertelur dengan sempurna. Apabila aerasi terlalu besar maka indukan sulit untuk
spawning agar telur dapat mengambang dan dapat di seser dengan baik.
tempat untuk menetasan telur. Dalam 1 tank bak hatching dapat menampung
kurang lebih 3-4 juta telur. Di bak hatching menggunakan aerasi yang besar
karena berguna untuk membantu mengaduk telur. Proses penetasan telur terjadi
dari pada pukul 01.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB atau sekitar kurang lebih 12
jam. setelah pukul 14.00 WIB matikan aerasi dan biarkan selama kurang lebih
sejam agar nauplis dapat mengambang di bagian atas air sedangkan kulit telur
akan berada didasar bak. Sehingga naupli mudah di seser dan di pindahkan ke
bak rinsing. Dengan demikian, naupli dapat diseser pada jam 15.00 . selain itu
panen naupli untuk pemindahan ke bak rinsing dapat dibagi menjadi beberapa
gelombang. Yakni pukul 15.00, pukul 16.00 WIB, dan pukul 18.00 WIB.
tersaring oleh seser. Penyeseran dilakukan terus menerus hingga didalam bak
hatching tidak ada naupli yang tersisa. Adapun ruang hatching dan pengisian air
(a)
(a) (b)
Gambar 5.7 (a) Ruang Hatching dan (b) Pengisian Air Bak Hatching
Sumber : Data Primer (2019)
Ukuran bak Rinsing sama dengan bak yang ada di Hatching. Dari bak
Hatching diseser kemudian dipindah ke bak Rinsing. Naupli yang sudah dipindah
adalah nauplis dari 1 – 2. Naupli yang sudah di pindah di rinsing tidak di berikan
pakan karena masih menyimpan nutrisi dari telur. Setelah 24 jam berada di bak
rinsing,naupli dapat dipanen karena sudah berubah stadia naupli 5-6. Jadi,
perubahan stadia dari naupli 1-6 membutuhkan waktu 24 jam. Dalam 1 bak
rinsing dapat menampung 4-5 juta naupli. Adapun Ruang rinsing sebagaimana
bak hatching menuju bak rinsing. Naupli yang sudah stadia 6 dapat di panen dan
dikirim ke berbagai wilayah. Ada juga naupli di jadikan stock untuk di pelihara di
bening dengan volume air sekitar 2-3 liter. Dalam satu kantong plastik 2000-4000
naupli dengan suhu 23-24oC. Setelah itu kantong plastik di beri oksigen dengan
perbandingan 1:1 terhadap volume air dalam satu kantong tersebut. Tidak lupa
pula sebelum diisi oksigen, masukkan karbon aktif. Pemasangan karbon aktif dan
karbon aktif berfungsi sebagai menjaga air agar tetap terjaga selama perjalanan,
Adapun Kantong es batu dan 1 box nauplius yang sudah siap dikirim dan karbon
Gambar 5.9 (a) kantong es batu (b) 1 box naupli yang siap dikirim (c) Karbon
aktif
Sumber : Data Primer (2019)
jumlah telur yang dihasilkan, jumlah nauplius, dan pengiriman naupli mulai
Tabel 5.3 Jumlah indukan matang gonad, nomer bak, jumlah telur yang
dihasilkan, jumlah nauplius, dan pengiriman nauplius.
telur yang banyak serta telur mampu menetas dalam jumlah yang tinggi. Nilai
hatching rate pada udang vannamei rata-rata 70-100%, sehingga hatching rate di
PT. Central Bahari Pertiwi tergolong optimal yaitu 74 %. Kualitas naupli yang
baik dapat dilihat dari warna naupli yang berwarna “orange” kemerahan,
fototaksis positif, bergerak aktif dan mengumpul diatas permukaan. Hal ini sesuai
Pasca panen yaitu dengan mepacking naupli dan kondisi air diusahakan
oksingen, naupli yang dipacking dalam plastik harus mendapatkan oksigen yaitu
dengan memasukan oksigen dengan cara dari tabung oksigen disalurkan melalui
selang kedalam plastik lalu tali plastik yang sudah terisi oksigen menggunakan
karet gelang.
6.1 Kesimpulan
2. Pakan yang diberikan berupa cacing laut (Lumbricus Rubellus), cacing polychaeta
(Nereis sp), pelet 1 (Epicore mbf), pelet 2 (ezmate) dan cumi dengan dosis 30 - 40%
dari biomass.
3. Pematangan gonad di PT. CPB Situbondo dilakukan dengan cara ablasi mata,
ablasi mata merupakan pemotongan salah satu tangkai mata induk udang pada
organ X (GIH) yang tujuanya mempercepat proses kematangan gonad induk udang
4. Pemanenan nauplii dilakukan pada pukul 14.00 WIB ketika naupli sudah mencapai
5. Kualitas naupli yang baik dapat dilihat dari warna naupli yang berwarna “orange”
6.2 Saran
b. Ketepatan waktu pada saat treatment Air bak induk maupun polycheata.
DAFTAR PUSTAKA
Amirna, O., R., Iba dan A. Rahman. 2013. Pemberian silase ikan gabus pada
(Litopenaeus vannamei) pada stadia post larva. Jurnal Minat Indonesia Vol.
Utama. Jakarta.
Jakarta.
(Litopenaeus Vannamei).BSN.:Jakarta
Nababan, E., Putra I., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan udang vaname
Pekanbaru 282943.
Risaldi. 2013 Teknik budidaya udang vannamei Di akses pada tanggal (10
ALFABETA)
UniversitasTerbuka. Jakarta.
Aksara,Bandung
Lampiran 1. Rencana Kegiatan PKL-II
Waktu Pelaksanaan
Tanggal 28 OKTOBER – 30 N0VEMBER 2019
No. Uraian Kegiatan 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5-30 30
1. Berangkat dari Politeknik x
Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
2. Tiba Di Lokasi PKL dan melapor x
pada instansi terkait
3. Melaksanakan kegiatan praktek
dengan berpartisipasi dalam
x X x x x x x x x
Teknik Produksi nauplius udang
vannamei
4. Wawancara dan Observasi x X x x x x x x x
5. Analisis Data x x x x x x
6. Menyusun Konsep Laporan x x x x x
7. Kembali ke kampus Politeknik x
Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Lampiran 2. Daftar Kuisioner
TREATMENT
BLOWER SAND FILTER SAND FILTER
AIR TAWAR BLOWER GENSET
RESERVOAR
BAK LARVA
@250 TON X 6 LAB.
@50 TON X 28 SPAWNING
MATURASI
PACKING AREA ALGAE
BAK LARVA
@30 TON X 28
RINSING
LAB. QC HOLDING RESERVOAR
NAUPLI
KANTIN GUDANG R. TAMU ARTEMIA
GM GA MUSHOLLA
AS RA MA
ALGAE INTERMEDIETE
ALGAE MASSAL
POS TREATMENT WATER MNPD
PAR KIR
ASRAMA
RINGKASAN
I. Pendahuluan
Vannamei ( Littopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan amerika latin
yang di budidayakan karena tahan terhadap penyakit. Udang vannamei masuk di Indonesia
pada tahun 1999 karena udang windu saat itu mengalami penurunan terkena serangan
penyakit bercak putih. Lebih dari 90% petambak di Jawa Timur beralih dari udang windu
menjadi udang vannamnei sehingga produksi benih udang vannamei juga meningkat
sehingga pengembangan benih perlu ditingkatkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang II adalah untuk mengikuti
seluruh kegiatan Teknik produksi nauplius udang vannamei (litopenaeus vannamei) di PT.
Central Peritiwi Bahari (CPB) Situbondo, Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menentukan sarana dan prasarana Teknik produksi nauplius udang
vannamei (litopenaeus vannamei) di PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Desa klatakan,
Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Agar dapat mengetahui Teknik produksi nauplius
dan hasil produksi nauplius udang vannamei.
II. Metodologi
Praktek Kerja Lapang (PKL II) ini telah dilaksanakan di hatchery PT. Central Pertiwi
Bahari Situbondo yang terletak di Desa Gundil, Kecamatan Klatakan, Kabupaten Situbondo,
Provinsi Jawa Timur. Mulai tanggal 28 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 30 November
2019. Metode praktek yang digunakan adalah metode survey dengan pola magang.
Haliman, R.W dan Adijaya, D. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.