Oleh:
1. Andriana Tira Tainalandu Nit : 20.3.13.059
Komisi
Pembimbing,
Menyetujui,
Dewan Penguji,
Ketua Anggota
Mengetahui,
Koordinator Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong
1. Muhamad Ali Ulath, S.Pi, M.Si Selaku Koordinator Politeknik Kelautan dan
Perikanan Sorong atas izin pelaksanaan PKL 1 di Politeknik Kelautan dan
Perikanan Maluku.Achmad Jais Ely, ST., M.Si selaku Wakil Koordinator
Politeknik Kelautan dan Perikanan Maluku.
7. Narulitta Ely, S.Pi, M.Si dan Hamsah Amiruddin, M.Si selaku Pembimbing
Lapangan yang telah meluangkan waktu kepada kami serta arahan – arahan
yang diberikan sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan PKL 1
(Pembenihan Ikan Kakap Putih)
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki laut yang sangat luas, dengan perairan yang sangat bagus
untuk di jadikan tempat usaha budidaya ikan, salah satu ikan yang bagus dalam
budidaya yaitu ikan kakap putih. Ikan kakap putih merupakan komoditas perikanan
yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan ikan kakap banyak diminati
oleh masayarakat. Ikan kakap putih memilki bentuk tubuh menunjang dengan mulut
yang besar namun sedikit moncong dan rahang atas memanjang sampai belakang
mata. Tepi tulang pipinya (Preoperculum) memiliki gerigi dengan duri yang tajam di
bagian sudut. Tutup insang (operculum) memiliki duri kedic dan penutup bergerigi
diatas pangkal gurat sisi. Ikan ini meimiliki sisi tipe sisir yang berukuran besar dan
berwarna perak gelap atau terang tergantung pada lingkungan tempat hidupnya.
Prospek pemasaran ikan kakap putih sangat baik. Tingkat permintaan kakap
putih yang cukup tinggi menyababkab terjadinya penangkapan yang cukup intensif,
sehingga ketersediaan di alam semakin menurun. Usaha meningkatkan dan
mengembangkan budidaya laut kakap putih untuk memanfaatkan potensi yang cukup
besar. Agar nelayan tidak lagi mengandalkan penangkapan, sehingga stok ikan yang
ada di alam tidak berkurang.
Pengembangan budidaya kakap putih mempunyai peluang yang sangat besar kaerna
di dukung oleh potensi perairan yang cukup luas baik periran laut, payau, maupun
periran tawar. Dalam usaha budidaya ikan kakap putih salah satu faktor yang
mendukung keberhasilan adalah ketersediaan benih dalam jumlah yang cukup,
kualitas dan berkesinambungan, untuk melakukan hal tersbut perlu dilakukan usaha
peningkatan produksi benih ikan kakap putih untuk menunjang kebutuhan benih nya.
Menurut Jaya et al. (2013), budidaya ikan kakap putih telah menjadi suatu
usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk dikembangkan, karena
pertumbuhan yang relatif cepat, mudah dipelihara dan mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadikan ikan Kakap Putih cocok
untuk usaha budidaya skala kecil maupun besar.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Praktek kerja lapangan, secara umum manfaat yang diperoleh dari hasil
praktek kerja lapangan ini adalah informasi pembenihan ikan kakap putih.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
Spesies : L. Calcarifer,Bloch
Bentuk ikan kakap putih adalah pipih dan ramping dengan badan memanjang
dan ekor melebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung dan menjadi cembung di
depan sirip punggung. Mulutnya lebar, gigi halus dan bagian bawah operculum
berduri kuat. Operculum mempunyai duri kecil dengan cuping bergerigi di atas
pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari keras 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah.
Sirip dubur dan sirip ekor bulat, sirip dubur berjari-jari keras 3 dan berjari lemah 7-8.
Sirip dada pendek dan membulat. Sisisk ikan kakap putih bertipe sisik besar. Tubuh
berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisi dan perut berwarna
keperakan untuk ikan hidup di laut dan coklat keemasan pada ikan yang hidup di
perairan tawar. Ikan dewasa berwarna birukehijauan atau keabu-abuan.
Ikan kakap putih secara luas di wilayah tropis dan sub tropis termasuk Pasifik
Barat dan Lautan India, secara geografis terletak antara garis bujur 50 oE-160oW garis
lintang 24oN-25oS. Ikan kakap putih melakukan migrasi melewati seluruh perairan
bagian utara dari Asia, southward ke Queensland dan menuju ke barat yaitu daerah
Timur Afrika (Mulyono, 2011).
Ikan kakap putih merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromous. Ikan
matang gonad ditemukan dimuara-muara sungai, danau dan lagunan dengan salinitas
air antara 10-15 ppt. larva yang baru menetas (umur 15-20 hari atau ukuran panjang
0,4-0,7 cm) terdapat sepanjang pantai atau muara sungai, sedangkan larva yang
berukuran 1 cm dapat ditemukan diperairan tawar seperti sawah dan danau. Perairan
habitat ikan kakap putih rendah jika akan memijah menuju daerah habitat pemijahan
ikan kakap putih berada pada daerah yang bersalintas yang berkisar antara 30-32 ppt,
telur yang telah keluar akan menuju pantai dan larva akan hidup di perairan yang
bersalinitas 29-30 ppt, kemudian dengan bertambahnya ukuran larva bermigrasi ke
air payau hingga pada umur dewasa akan hidup di perairan yang bersalinitas antara
30-32 ppt (Mulyono, 2011).
2.3 Kandungan Gizi Ikan Kakap Putih
Produk ikan yang berasal dari laut mempunyai kandungan mineral yang lebih
baik dibandingkan ikan air tawar, sehingga baik dikonsumsi oleh orang yang menu
makannya kekurangan mineral (Sudarisman dan Elvina,1996). Komposisi zat gizi
ikan kakap dapat dilihat pada tabel berikut:
No Komponen Jumlah
1 Air 77 g
2 Energi 92 kkal
3 Protein 20 g
4 Lemak 0,7 g
5 Abu 2,3 g
6 Kalsium 20 mg
7 Fosfor 200 mg
8 Besi 1 mg
9 BDD 80 %
Habitat ikan kakap putih (L. cacarifer) berada di sungai, danau, muara dan
perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan crustacean dan ikaan-ikan kecil.
Pemijahan ikan kakap putih terjadi dimuara sunngai, di hilir muara atau sekitar
tanjung pesisir. Ikan kakap putih bertelur setelah bulan purnama dan bulan baru.
Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim daan pasang surut air laut yng
membantu penyebaran telur dan larva ke muara.
Daerah sabaran kakap, putih di daerah tropis dan sub tropis, daerah Pasifik
Barat dan Samudra Hindia, yang meliputi: Australia, Papua New Guinea, Imdonesia,
Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura,
Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman dan Negara-negara disekitar laut
Arab. Penyebarab kakap putih di Indonesia terutama terdapat di pulau utara Jawa, di
sepanjang perairan pantai Sumatera bagian Timur, Kalimantan, Sulawesu Selatan
Dan Arafuru.
Ikan kakap putih merupakan ikan yang memiliki kemampuan toleransi yang
tinggi terhadap kadar garam (euryhaline). Selain itu, ikan kakap putih juga termasuk
ikan katadromus (besar di air tawar dan kawin di air laut). Karakteristik ikan kakap
putih tersebut menyebabkan pembudidayaan dapat dilakukan di laut ataupun di
tambak. (FAO, 2006).
Suhu °C 26 – 32
pH Ppm 7,0 – 8,5
Oksigen terlarut Mg/1 4
Salinitas g/1 15 – 28
Kecerahan air cm 30 - 40
c. Lebih Higienis
g. Ramah lingkungan
Ikan kakap putih tergolong ikan buas pemakan daging atau karnivora.
Makanan pokoknya terutama berasal dari hewan dan dari cara makannya ikan kakap
putih popular disebut ikan pemangsa (Mulyono dan Farchan, 2011). Ikan kakap putih
dewasa termasuk rakus ikan karnivora yang rakus, tetapi juvenilnya bersifat
omnifora. Ikan kakap putih dewasa yang berukuran besar kadang hanya berdiam diri
sepanjang hari dan menunggu calon mendekat, begitu calon mangsa yang terdiri dari
ikan kecil dan udang-udangan ini mendekat maka dengan tiba-tiba disergapnya,
sedangkan ikan kakap putih yang kecil aktif mencari makan (Permana, 2016). Jenis-
jenis makanan ikan kakap putih berdasarkan stadia hidup adalah sebagai berikut :
Ikan-ikan muda dan dewasa : ikan selar, sardine, kuniran, teri dan udang.
Nilai nutrisi dalam pakan merupakan unsur yang sangat penting dalam
pertumbuhan, perkembangbiakan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Kebutuhan
nutrisi ikan kakap putih hampir sama dengan kebutuhan nutrisi ikan laut karnivora
lainnya, yang meliputi : protein (asam amino), lemak (asam lemak), karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Ikan karnivora memerlukan protein lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan herbivora atau omnivora (Permana, 2016).
Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang.
Ikan yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan
tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan
lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.
Penyebab Penyebabnya adalah protozoa Ichthiopthirius multifiliis. Faktor
pendukung penyebab penyakit ini adalah : kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu
rendah, pakan yang buruk dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit
bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
2. Penducle (Bakteri)
Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina
sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang. Penyakit ini sering
disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada
suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran
sekitar 6 mikron.
3. Penyakit Gatal
Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering
menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.
Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200
ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit. Direndam dalam larutan Malacyte
Green Oxalate (MGO) dengan dosis 19 gram/m3 air selama 24 jam. Dapat diberikan
ekstrak daun sambiloto, dengan dosis yang digunakan yaitu 0,2 ml daun sambiloto
untuk 2 liter air. Ikan yang terserang penyakit direndam selama 15-30 menit.
III. METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Tabel 1. Alat
1. Bak beton volume 8-20 ton Untuk wadah pemelirahaan larva/benih ikan
Tabel 2. Bahan
5. Pakan alami dan Untuk bahan makanan larva serta benih ikan
buatan
Pengumpuan data diperoleh dari data promer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan lagsung baik itu ikut keja praktek di lapangan maupun
melakukan wawancara dengan staf atau karyawan yang terkait di dalamnya.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka.
Merupakan diperoleh sumber data pertama dilokasi melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang berupa wawancara, observasi dan partisipasi aktif. Pada saat
kegiatan kerja praktek di balai, pengambilan data silakukan dengan mencatat segala
sesuatu yang dijelaskan oleh pembimbing dan semua yang dilakukan selama kerja
praktek.
A. Observasi
Observasi merupakan suatu penelitian secara sistematis menggunakan
kemampuan indera manusia. Pengamatan dilakukan pada saat terjadi aktifitas
dan wawancara secara mendalam (indept Interview).
B. Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan
praktek kerja lapangan komunikasi yang baik dan lancar antara pewawancara
dengan responden sanat diperlukan dalam wawancara, sehingga data yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan.
Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon merupakan salah satu Unit
Pelaksanaan Teknik di bidang laut yang berada dan bertanggung jawab kepada
Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.Secara geografis BPBL Ambon
Kepala Balai
Sub
Kordinator
Bagian Tata
Usaha
Bak yang akan digunakan harus dalam kondisi bersih. Sebelum bak
digunakan, bak terlebih dahulu dicuci dan disiram dengan kaporit. Tujuan dari
pemberian kaporit ini yaitu untuk menghilangkan dan menetralisir serta membunh
bibit-bibit penyakit yang terdapat pada bak indukan.
Gambar 4. Pencucian Bak Pemeliharaan Induk
Vitamin yang diberikan ada 3 jenis, yaitu vitamin b dan c, Supravit, serta
Natur E. Vitamin tersebut diberikan secara bergantian setiap harinya. Untuk dosisnya
disesuaikan dengan jumlah ikan kakap, yang harapannya satu induk dapat memakan
satu pakan yang sudah diberi vitamin.
Gambar.5. Pemotongan Serta Penambahan Vitamin Pada Pakan
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari, dengan menggunakan serok. Telur
lalu dipindahkan didalam baskom, kemudian didiamkan selama sekitar 5 menit.
Tujuan telur didiamkan yaitu untuk memisahkan telur yang baik dan jelek. Telur
yang baik dan terbuahi akan berwarna putih bening dan berada di permukaan
baskom, sedangkan telur yang jelek yang tidak terbuahi akan berwarna putih dan
berada didasar baskom. Hal ini sesuai dengan pernyataan mayunar (1991), yang
menyatakan telur yang terbuahi akan berada di permukaan dan mengapung,
sedangkan telur yang jelek akan berwarna putih dan berada di dasar wadah.
Telur yang terbuahi kemudian diambil dan dihitung menggunkaan saringan
teh yang sudah diukur sesuai dengan volume telur. Jika telur terisi penuh didalam
saringan teh maka telur berjumlah 200.000 butir. Berdasarkan induk pemijahan
kakap putih.
Sebelum telur di tebar pada bak terkontrol, dilakukan sterilisasi bak dengan
cara pencucian bak agar lumut, parasit, jamur, bakteri serta kotoran yang ada pada
dinding dan dasar bak dapat mati dan terlepas, pembersihan dapat dilakukan
mengunakan sikat dan karet pembersih, setelah itu timbang kaporit sesuai kebutuhan
(10 ppm), selanjutnya encerkan kaporit dengan air laut sebanyak 15 liter, siram bak
dengan larutan kaporit pada dinding, dasar bak serta batu aerasi.kemudian bak di
biarkan selam 10 – 15 menit, bilas bak dengan mengunakan air laut atau air tawar
sampai bau kapuritnya hilang. Kemudian bak di diamkan selam 3-4 hari serta di
tutup dengan terpal atau plastic benig sebagai cover bak, kemudian bak di isi dengan
air laut sebanyak 6 – 20 ton dan dilengkapi dengan dua saluran pemasukan (satu
saluran pemasukan air laut dan satu saluran pemasukan fitoplankton ) berbentuk
persegi panjang dengan sudut melengkung dilengkapi dengan aerasi sebanyak 16
buah dan pada dasar berwarna biru.
Sebaiknya isi air laut yang sudah di filtrasi atau pun melui pengendapan di
tandon dan kemudian di saring dengan mengunakan filter bag dengan salinitas 30-33
ppt., aerasi di pasangkan di dalam bak pemeliharaan larva, hal ini hal ini bertujuan
untuk mensuplae oksigen terlarut dalam bak pemeliharaan larva, bak ditutup plastic
transparan yang di lapisi terpal untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk
sekaligus menjaga kestabilan suhu media pemeliharaan mengunakan metodeh secara
umum yang di pakai untuk pemeliharan larva ikan bubara Caranx sp.
sudut.
Selama pemeliharaan larva diberikan pakan alami dan pakan buatan. Pakan
alami yang digunakan adalah fitoplankton jenis Clorela sp dan zooplankton jenis
Brachionus plicatilis / rotifera dan naupli artemia, sedangkan pakan buatan yang
diberikan Pelet yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Manajemen pemberian pakan pemeliharaan larva dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Fitoplankton pada bak tandon di cek setiap 2-3 hari jika warna dari hijau
sudah berubah menjadi hijau kekuningan berarti fitoplankton sudah tidak layak
diberikan kepada larva kemudian dibuang dan dicuci kembali bak tersebut dan diisi
lagi dengan yang baru.
Kepadatan pakan yang diberikan 2-4 x 10 sel/ml dan dipertahankan/ hingga air
pada bak larva berwarna hijau. Kepadatan tersebut dipertahankan sebagai
penyeimbang kualitas air dan pakan rotifer yang berada didalam bak pemeliharaan
larva. Hal ini sesuai dengan Sutrisno et al. (1999), larva D-1 media pemeliharaan
diberi fitoplankton dari jenis Clorela sp, atau Tetraselmis sp akan tetapi yang di
guanakan di Balai Budidaya Laut Ambon adalah jenis Clorela sp.
Rotifera diberikan pada larva mulai dari umur D3 tepatnya pada pagi hari
sampai larva berumur D25. Kepadatan antara 5-7 ind/ml bahkan lebih tinggi, seiring
dengan bertambahnya umur larva. Rotifer diperoleh dari bak kultur massal yang
dipanen setiap hari.
Gambar 5. Pemberian pakan rotifera pada larva ikan kakap putih
3. Artemia
Naupli artemia diberikan pada saat larva berumur D-15 sampai D-35 atau
sampai larva dipindahkan ke bak pendederan. Sebelum artemia diberikan terlebih
dahulu dilakukan pengkayaan dengan menggunakan Scot emulsion selama 4–6 jam
pada baskom dengan dosis 20 ml/10 liter dan diberi aerasi kuat. Pemberian artemia 4
liter di waktu pagi dan siang kemudian 6 liter di waktu sore hari. Diberikan dalam
sehari di waktu pagi dan siang kurun waktu 3 jam yakni jam 00:09 waktu pagi,
kemudian 12:00 waktu siang dan disiang memasuki waktu sore 4 jam setelah jam
12:00 selanjutnya di jam 16:00 waktu pemberian pakan sore.
Gambar 10. Pemberian Artemia pada Larva ikan kakap putih Gambar 6.
Artemia perbesaran 40 kali
4. Pakan Buatan
Pakan buatan yang digunakan rotemia. Pakan buatan mulai diberikan setelah
larva berumur D-15 dengan cara ditebar merata pada permukaan bak menggunakan
tapisan teh, pemberian pakan pertama ialah rotemia dengan frekuensi pakan 2-3 kali
dalam sehari dan pakan akan terus bertambah sesuai dengan pertumbuhan ikan.
Ukuran pakan yang diberikan disesuaikan dengan umur ikan dan bukaan mulutnya.
1. Penyiponan
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjaga agar kondisi air atau media
pemeliharaan benih tetap terjaga dengan baik dan meminimalkan dampak buruk
yang diakibatkan oleh penurunan kualitas air. Upaya yang dilakukan dengan
penyiponan terhadap kotoran ikan maupun sisa-sisa pakan yang mengendap di dasar
bak. Penyiponan dilakukan dengan mengguanakan alat sipon dimana alat ini berupa
pipa yang disambung dengan selang untuk menyedot di dasar bak.Penyiponan
dilakukan setiap hari. Penyiponan dilakukan ketika larva menginjak umur D14 (dua
minggu) atau jika banyak terdapat kotoran di dasar bak, sifon dilakukan setelah larva
sudah diberikan pakan alami dan plankton. Setelah itu bak di tutup plastik terpal.
Tujuannya untuk menjaga kestabilan suhu dan mencegah kotoran masuk kedalam
bak.
larva kakap putih berkisar antara 30–32 oC. Salinitas yang ideal untuk kegiatan
pemeliharaan kakap putih adalah 30-35 ppt, Standar pH untuk pemeliharaan larva
kakap putih adalah 7–8 dan kandungan oksigen terlarut untuk pembenihan kakap
putih adalah > 5.
2. Filtrasi Air
Meliputi penyaringan pada pipa yang memasukan air kedalam bak agar tidak
ada kotoran dan microorganisme yang dapat membahayakn larva, penyaringan
meggunakan Filter bag pada ujung pipa pemasuk.
4.6 Grading
kanibal sedikit berkurang pada benih yang berukuran sama. Oleh karena itu grading
langsung dengan gayung pada ikan yang ada di dalam baskom. Dilakukan 1-2
minggu sekali.
4.7 Pemanenan
Panen dilakukan pada umur larva D45, yang selanjutnya di pemeliharan
di bak pendederan dengan kapasitas bak 2 m3, dari hasil pelaksanakan, larva
1. Teknik Pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) di BPBL Ambon sudah
mengalami perkembangan teknik dan teknologi yang baik meliputi: Sterilisasi
alat dan bahan, proses grading, proses packing, monitoring pertumbuhan dan
kualitas air dan panen.
2. Pertumbuhan ikan kakap putih dapat mengalami perkembangan dengan baik
apabila tidak terjadi kontaminasi dan menjaga kualitas air tetap optimun selama
pemeliharaan sehingga perkembangan dan pertumbuhan ikan kakap dapat
berkembang dengan baik.
3. Dengan adanya penguasaan teknologi pembenihan untuk ikan Kakap Putih yang
di budidayakan, Pembudidaya dapat diproduksi benihnya secara massal untuk
mendukung kelancaran usaha budidaya Ikan Kakap Putih.
4. Pemeliharaan ikan larva Kakap Putih meliputi perisiapan bak dan media
pemeliharaan larva, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air,grading dan
pengendalian penyakit.
5.2. Saran
kuantitas ikan Kakap Putih dapat terjaga dengan baik sehingga mencegah ikan