PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi
di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh
untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak.
Tetapi produk perikanan tersebut merupakan produk yang memiliki sifat sangat mudah
rusak/busuk. Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi dan pH tubuhyang mendekati
netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun
organisme lain. Bahkan setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik, kimia, dan
organoleptik berlangsung dengan cepat. Semua proses perubahan ini akhirnya mengarah ke
pembusukan.
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme
atau oksidasi oksigen Penanganan dilakukan dalam rangka menghambat proses penguraian
jaringan tubuh (pembusukan) sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan
baik. Oleh karenanya begitu ikan tertangkap harus diangkat secepat mungkin ke atas kapal
dan ditangani dengan baik serta hati-hati untuk kemudian disimpan di cold storagedengan
menggunakan metode pegawetan yang menggunakan es (iceing) atau bisa diolah bahkan
Proses pengawetan ikan dengan cara pendinginan dapat mempertahankan masa kesegaran
ikan selama 12-18 hari, tergantung jenis ikan, cara penanganan, tingkat kesegaran ikan yang
Keuntungan yang dapat diperoleh dari proses pendinginan ikan adalah bahwa sifat asli ikan
relatif tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau.
Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan teknik seperti dibawah ini atau dengan
pengombinasian:
1. Pendinginan dengan es
ikan dengan es, cara penyusunan ikan, prosedur pendinginan ikan, pendinginan pada suhu
sub zero, jumlah es yang digunakan, lama pemberian es, ukuran dan jenis wadah yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendinginan Ikan
Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan atau
pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Adapula yang mengatakan, pendingunan
adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan
mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah dari pada
suhu di luar ruangan. Selain itu Pendinginan juga merupakan satuan operasi dimana suhu
mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan
sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum pendinginan. Pendinginan yang di
lakukan sebelum rigormortis lalu merupakan cara yang paling efektif jika di sertai dengan
teknik yang benar. Sedangkan pendinginan setelah proses autolisis berlangsung tidak akan
banyak membantu.
Pendinginan ikan 0°C dapat memperpanjang kesegaran ikan antara 12-18 hari dari
sejak ikan ditangkap dan mati. Sebagai contoh pengaruh pendinginan terhadap mutu ikan
Ikan kakap yang disimpan pada Tidak layak dimakan lagi sesudah
16o C 1-2 hari
11o C 3 hari
5o C 5 hari
0o C 14-18 hari
menggunakan es batu karena alasan kemudahan. Cara penanganan ikan dengan es sangat
beragam tergantung tempat, jenis ikan, dan tujuan pendinginan. Faktor yang penting dalam
proses pendinginan ikan adalah kecepatan. Semua pekerjaan harus dilakukan secara cepat
agar suhu ikan cepat turun. Es yang digunakan harus berukuran kecil, makin kecil ukuran es
maka makin banyak permukaan yang bersinggungan dengan es sehingga proses pendinginan
ikan.
d. Mempertahankan keadaan berudara (aerobik) pada ikan, selama disimpan dalam palka.
Es batu yang telah disiapkan segera ditebarkan ke dasar wadah penyimpanan ikan
sehingga membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan yang telah dicampur es batu
dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran
es batu setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontaminasi dengan udara
diluarnya. Es batu dan ikan ditumpuk sedemikian rupa sehingga semua ikan tertutup es batu.
b. Berlapis
Es batu ditaburkan ke dasar wadah penyimpanan ikan hingga membentuk lapisan es
setebal 5 cm. Selanjutnya diatasnya disusun ikan secara teratur degan bagian perur
menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan.
Di atas lapisan ikan tersebut ditaburkan es setebal 3-5 cm. Usahakan agar seluruh tubuh ikan
tertutup lapisan es tersebut. Penyusunan lapisan es dan ikan tersebut dilanjutkan terus hingga
mencapai permukaan wadah. Pada bagian paling atas ditaburkan kembali lapisan es setebal 7
cm dan kemudian tutup wadah sebaik mungkin agar tidak terjadi kontaminasi dengan
lingkungan sekelilingnya.
Bulking dilakukan dengan cara es batu disusun selapis demi selapis dalam sebuah
wadah. Bagian dasar dan bagian tepi wadah harus diberi lapisan es batu setebal 5 cm untuk
mencegah perambatan panas dari udara di bagian luar. Tebal antara ikan dan lapisan es batu
sebaiknya sama dan usahaka agar setiap tubuh ikan tertutup lapisan es.
Bila jumlah ikan yang akan di dinginkan sangat banyak, untuk mempermudah
penyusunan ikan, sebaiknya wadah dilengkapi dengan sekat hidup (sekat yang dapat
dibongkar pasang) terbuat dari kayu.
b. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar
sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung satu lapis ikan.
Penyusunan ikan ini dianggap dapat menghabiskan waktu, tenaga, dan tempat sehingga
biasanya hanya digunakan untuk penyimpanan ikan berukuran besar. Namun demikian,
dengan cara ini mutu ikan tetap baik dan kehilangan berat karena tertekan dapat dikurangi.
c. Boxing
Boxing adalah proses penyusunan ikan dengan menggunakan kotak (box) terbuat dari
alumunium atau plastik.
Ikan yang disusun dalam kotak harus terlebih dahulu dicampur dengan es batu, agar tingkat
1. Dengan cara ini tubuh ikan tidak akan mengalami luka karena tekanan. Berat ikan tidak
banyak berubah sebab tingkat penyusutannya rendah.
2. Ikan besar harus disiangi terlebih dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya. Ikan kecil
bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
5. Kemudian ikan disusun didalam wadah pendingin yang telah disiapkan.
Peralatan yang biasa dipergunakan dalam penanganan dan penyimpanan ikan pada proses
pendinginan.
Alat:
- Wadah pendinginan ikan (coolbox)
- Palka
Bahan:
- Es batu
- Air bersih
Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan yang
bersuhu lebih tinggi ke refrigerant yang bersuhu rendah. Dengan demikian kandungan air di
yaitu:
1. Terjadi penurunan suhu wadah penyimpanan yang segera diikuti dengan penurunan suhu
tubuh ikan. Proses pembekuan pada tubuh ikan baru akan terjadi setelah suhu tubuh ikan
berhenti pada suhu -12°C (kisaran suhu ini disebut daerah kritis atau critical zone). Untuk
menurunkan suhu ikan dari 0 sampai -12°C diperlukan waktu yang cukup lama, karena selain
panas yang harus dilepaskan, kristel es yang terbentuk pada permukaan tubuh ikan juga akan
menghambat proses pembekuan dalam tubuh ikan. Waktu yang diperlukan untuk mengubah
suhu tubuh dari 0 sampai-12°C disebut periode pembekuan (thermal arrest period) yaitu
ini proses pembekuan akan berlangsung lambat. Meskipun suhu terus diturunkan hingga
mencapai -30°C.
akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit dibandingkan
jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang dihasilkan tidak cukup dingin untuk
mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es
terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari
bongkahan es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0ºC dan
suhu tersebut dapat dipertahankan selama penyimpanan dalam waktu yang ditentukan.
Perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi antara 1 :
Ketebalan lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu tubuh ikan.
Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya semangkin cepat. Waktu yang
diperlukan untuk mencapai 1,5ºC dari suhu awal tubuh ikan 10ºC dari berbagai perlakuan.
Tabel. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada berbagai
ketebalan lapisan ikan.
Tebal lapisan ikan (cm) Waktu (jam)
2,5 2
10 4
12,5 6,5
15 9
25 24
60 120
G. Lama pemberian es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan dengan cermat. Hal
yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk mengatasi es yang mencair. Kecepatan es
Jenis material kotak peng-es-an yang sering sering di gunakan saat ini oleh para pelaku
penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen, fiberglass, dan Styrofoam.
Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis kemasan yang dapat memperlambat
peleburan es adalah Styrofoam, kemudian di ikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan
kayu. Namun, dalam praktiknya kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es
umumnya di buat dari kombinasi berbagai jenis material, misalnya Styrofoam dengan kayu
dan plastik dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam wadah pendinginan di maksudkan untuk
memperkecil jumlah panas yang masuk dari luar kemasan ke dalam kemasan sehingga es
menjadi lebih lama untuk melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi akan menyebabkan panas
yang masuk kedalam kemasan juga besar sehingga peleburan es semakin cepat.
ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau luka pada kulit,
sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal ini di sebabkan darah dari
ikan yang luka akan mencemari atau mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya.
keperluan, seperti dibuat menjadi ikan kaleng, ikan pindang dll. Untuk keperluan apapun,
ikan yang lebih segar adalah lebih baik dan tentu pula lebih tinggi harganya. Itulah sebabnya
dianjurkan agar ikan diperlakukan sebaik-baiknya sejak pertama ditangkap sampai
diperdagangkan ke konsumen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan atau
pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Adapula yang mengatakan, pendingunan
adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan
mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah dari pada
suhu di luar ruangan. Kelebihan dari pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat
asli ikan tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Pendinginan ikan 0°C dapat
memperpanjang kesegaran ikan antara 12-18 hari dari sejak ikan ditangkap dan mati.
Cara ideal mencampur ikan dengan es yaitu membuat lapisan es pada dasar, kemudian
berlapis.
Penyusunan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara yaitu dengan
cara Bulking, Shelfing dan Boxing
Prosedur pendinginan ikan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Ikan yang akan di dinginkan dipisahkan menurut ukuran, jenis, dan tingkat kesegarannya.
2. Ikan besar harus disiangi terlebih dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya. Ikan
kepala.
4. Ikan yang telah dibersihkan dan dibuang isi perut maupun insangnya segera dicuci dengan
air bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es
terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari
bongkahan es.
Ukuran dan jenis wadah yang digunakan, Semakin besar luas permukaan maka panas
yang masuk ke dalam kotak semakin besar pula. Jenis material kotak peng-es-an yang sering
sering di gunakan saat ini oleh para pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu,
plastik polietilen, fiberglass, dan Styrofoam.
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di es-kan ) harus di perhatikan. Ikan-
ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau luka pada kulit,
sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal ini di sebabkan darah dari
ikan yang luka akan mencemari atau mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya.
B. Saran
Pendinginan merupakan satu metode yang cukup efektif untuk menjaga mutu atau
kesegaran ikan, namun metode yang saat ini digunakan perlu dikembangkan lagi terutama
pada faktor kapasitas dan keefektifan alat pendingin sehingga kesegaran ikan lebih efektif
lagi dari sebelumnya dan terjamin kesegarannya untuk dapat dikonsumsi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Murniati dan Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Yogyakarta:
Kanisius
http://achendresthy-03-virgo.blogspot.com/2011/11/pendinginan-ikan-dengan-es.html
http://ihsanulkhairi86saja.wordpress.com/2012/01/23/media-dan-teknik-pendinginan-ikan-2/
http://mediapenyuluhan.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://www.fathonyachmad.com/2013/06/pendinginan-ikan-menggunakan-metode.html
MEDIA DAN TEKNIK PENDINGINAN IKAN
Salah satu cara penanganan ikan mati agar kesegaran tetap maksimal
adalah dengan menurunkan suhu tubuh ikan (pendinginan). semangkin besar
panas ikan yang di serap maka suhu ikan akan semangkin rendah. Pada suhu
rendah (dingin atau beku), proses-proses biokimia yang berlangsung dalam
tubuh ikan yang mengarah pada kemunduran mutu ikan menjadi lebih lambat.
Selain itu, pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri pembusuk dalam
tubuh ikan juga dapat di perlambat. Dengan demikian, kesegaran ikan akan
semangkin lama dapat di pertahankan.
4. Ekonomis.
Berdasarkan persyaratan yang harus di penuhi, ada beberapa media
pendingin yang dapat digunakan diantaranya es, es ditambah garam, es
ditambah es kering, air laut yang di dinginkan dengan es, air laut yang di
dinginkan secara mekanis, dan udara dingin.
4. Ekonomis
yang akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika
jumlah es terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan
yang dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan
dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat
menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari
bongkahan es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan
sampai 0ºC dan suhu tersebut dapat dipertahankan selama penyimpanan
dalam waktu yang ditentukan.
Tabel. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada
berbagai ketebalan lapisan ikan.
2,5 2
10 4
12,5 6,5
15 9
25 24
60 120
1. Lama pemberian es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan dengan
cermat. Hal yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk mengatasi es
yang mencair. Kecepatan es mecair atau melebur di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
volume kotak yang lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini
Jenis material kotak pengesan yang sering sering di gunakan saat ini oleh
para pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen,
fiberglass, dan Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan
jenis kemasan yang dapat memperlambat peleburan es adalah Styrofoam,
kemudian di ikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun,
dalam praktiknya kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es
umumnya di buat dari kombinasi berbagai jenis material, misalnya Styrofoam
dengan kayu dan plastik dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam wadah
pendinginan di maksudkan untuk memperkecil jumlah panas yang masuk dari
luar kemasan ke dalam kemasan sehingga es menjadi lebih lama untuk
melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi akan menyebabkan panas yang
masuk kedalam kemasan juga besar sehingga peleburan es semakin cepat.
Pada umumnya garam yang digunakan adalah garam rakyat yang komponen
utamanya adalah natrium klorida dan selebihnya berupa garam-garam
kalsium dan magnesium.garam rakyat diperoleh dari hasil penjemuran air laut
yang berkadar garam tinggi dan belum di perkaya dengan jat mineral
lainnya,seperti yodium.kemurnian garam ini dapat mempengaruhi daya
penetrasi garam adalah konsentrasi garam,suhu penetrasi,dan lama
penetrasi.
Table hubungan antara konsentrasi garam dalam air dengan titik bekunya
O O
1,0 -0,593
2,0 -1,186
3,0 -1,790
4,0 -2,409
5,0 -3,046
3. Tambahkan garam pada setiap lapisan es kira kira 2,5% dari jumlah es
tiap lapisan dengan cara di sebar merata ke permukaan lapisan .
Daya serap panas yang besar dari media pendingin es ditambah es kering ini
disebabkan oleh rendahnya titik suhu sublimasi dari es kering,yaitu sekitar -
78,5ºC.es kering adalah karbondioksida(CO2) padat yang dibuat dari gas
karbondioksida yang dicairkan,lalu dijadikan salju,dan salju dimampatkan
sehingga padat.
1. Kombinasi gas CO2 dengan uap air yang dikeluarkan oleh ikan
menhasilkan asam karbonik yang dapat menurunkan pH (derajat
keasaman). Dengan adanya penurunan pH ini maka bakteri-bakteri dalam
tubuh ikan yang tidak tahan pada keadaan asam akan terhambat. Proses
reaksinya sebagai berikut:
3. Masukkan ikan kedalam wadah dengan posisi sebelah mata ikan yang
satu berada diatas mata yang lain.
Selama perendaman, ikan dalam air yang di dinginkan dengan es ini harus
selalu di aduk. Pengadukan tersebut di tunjukkan untuk memperoleh suhu
yang homogen antara suhu air bagian atas (di permukaan) dan suhu air d
bagian bawah. Apabila suhu air tidah homogen, proses penurunan suhu ikan
tidak merata. Ikan yang di bagian atas mempunya suhu lebih rendah di
bandingkan dengan ikan yang ada di bagian bawah. Suhu air di bagian atas
lebih rendah di bandingkan suhu air di bagian bawan karena air di bagian atas
berdekatan dengan es.
Air laut yang di dinginkan dengan es atau chilled sea water (CSW) merupakan
media pendingin yang banyak digunakan untuk pendinginan ikan di atas
kapal. Namun, tidak semua kapal pengkap ikan menangani ikan dengan
media CSW, tetapi hanya terbatas pada kapal-kapal besar yang mempunyai
perlengkapan memadai.
Suhu pendinginan dari CSW lebih rendah dan penurunan suhu nya lebih
cepat dari pada suhu pendinginan dengan media pendingin es saja. Hal ini di
sebabkan media pendingin CSW lebih banyak bersinggungan lagsung
dengan permukaan ikan. Selain itu, air laut yang mengandung garam dapat
menurunkan titik lebur es sehingga es lebih lambat melebur. Dengan
demikian, panas yang dapat di serap menjadi lebih besar. Namun, dalam
praktiknya kecepatan penurunan suhu tergantung pada sirkulasi air dalam
wadah penyimpanan.
Pada penanganan ikan dengan sistem CSW, perbandingan antara ikan dan
air laut berkisar 3 : 1 sampai 4 : 1. Es yang di tambahkan harus dapat
menurunkan suhu air laut dari suhu awal sampai -1°C dan juga dapat
mempertahankan suhu tersebut selama penyimpanan.
Jumlah es yang digunakan untuk menurunkan suhu awal air laut sampai -1°C
dapat di hitung. Seandainya hasil tangkapan ikan yang akan di tangani
sebanyak 4.000 kg (4 ton) ikan dan suhu awal air laut yang digunakan
sebagai media pendingin adalah 24°C secara perbandingan ikan dengan air
yang di gunakan adalah 4 : 1 maka es yang harus di tambahkan agar suhu air
laut menjadi -1°C adalah sebagi berikut:
= 5.000 × 25 × 1
= 125.000 kkal
= 1.562,5 kg es
Jadi untuk menurunkan suhu awal air laut dari 24°C menjadi -1°C di perlukan
sebanyak 1.562,5 kg atau sekitar 1,5 ton es.
Dari perhitungan diatas dapat di simpulkan bahwa perbandingan ikan, air laut,
dan es adalah 4 : 1 : 1,5. Jumlah es dalam perbandingan tersebut hanya
untuk menurunkan suhu air laut saja. Sementara untuk mempertahankan
suhu air laut perlu ditambahkan es lagi. Banyaknya es yang harus
ditambahkan tergantung pada lamanya penyimpanan, isolasi pada wadah
atau tangki penyimpanan, dan suhu lingkungan luar tangki.
Ikan yang ditangani dengan menggunakan medium CSW akan terasa sedikit
asin karena adanya garam yang masuk kedalam tubuh ikan selama
perendaman. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya
garam dalam tubuh ikan.
1. Ukuran dan spesies ikan, ikan yang berukuran kecil dan spesies ikan
dengan kandungan lemak rendah akan lebih terasa asin dibandingkan
dengan ikan yang besar dan berlemak.
Media pendingin air yang digunakan dengan alat mekanis disebut juga
dengan refrigerated sea water (RSW). Alat mekanik yang digunakan untuk
mendinginkan air laut tersebut adalah refrigerator. Evaporator yang
merupakan bagian dari refrigerator disimpan pada salah satu dinding tangki.
Evaporator ini berfungsi untuk mendinginkan air laut dengan menyerap panas
yang dikeluarkan oleh ikan maupun air laut.
4. Proses penanganan ikan lebih mudah dan cepat, baik dalam pengisian
maupun pembongkaran sehingga akan menghemat waktu dan tenaga
kerja.
1. Ikan akan terasa asin karena adanya garam yang masuk kedalam tubuh
ikan.
2. Sebagian protein ikan ada yang larut kedalam air garam (air laut).
Jenis media pendigin berupa air tawar yang didinginkan secara mekanis
(refregerator fresh water, RFW) lebih banyak digunakan dipabrik-pabrik
pengolahan ikan dari pada penanganan ikan di atas kapal. Pendinginan
dengan media RFW diatas kapal tidak praktis dan efesien dalam penggunaan
tempat, terutama untuk kapal-kapal kecil dengan lama operasi penangkapan
kurang dari satu bulan.
Pada prinsipnya, pendinginan ikan dengan media air garam yang didinginkan
secara mekanik (refrigerated brine, RB) sama dengan cara CB.
Perbedaannya, pada cara RB pendinginan air garam dilakukan secara
mekanik dengan refrigerasi air garam ini sebagai berikut. Larutan garam
disimpan dalam suatu wadah atau tangki yang dinding-dindingnya telah
dilengkapi dengan pipa evaporator dan mesin refregeretor.
Setelah larutan garam dalam tangki dingin (suhu dapat mencapai lebih rendah
dati o°C, tergantung dari konsentrasi larutan daram yang didinginkan), larutan
garam dingin tersebut kemudian disirkulasikan atau dipompakan ke wadah
atau tangki lain dan siap digunakan untuk penanganan ikan.
2. Mudah pengerjaannya.
3. Kerusakan fisik, seperti luka atau lecet dan pudarnya warna kulit relatif
kecil.
6. UDARA DINGIN
2. Daya serap panas oleh udara dari dalam tubuh ikan sangat sedikit.
Media pendingin dengan udara dingin ini selalu dikombinasikan dengan media
pendingin lain, misalnya es. Umumnya penggunaan udara dingin dalam kapal
ditempatkan pada ruangan palkah, yaitu, ruangan penyimpanan ikan selama
penangkapan. Udara dingin yang dikombinasikan dengan es dalam
penanganan ikan ditujukan untuk meminimalkan peleburan es sehingga
fungsi es sebagai media pendingin menjadi maksimal.