Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hewan dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok hewan bertulang
belakang (Vertebrata) dan tidak bertulang belakang (Avertebrata). Anggota
masing-masing kelompok hewan tersebut sangatlah beranekaragam dan
jumlahnya yang banyak. Habitat Vertebrata dan Avertebrata hidup di darat dan
diperairan. Walaupun kebanyakan ukuran anggota Avertebrata relatif kecil juga
menempati peran penting satu ekosistem dalam menjaga keseimbangan yang
tentunya memiliki hubungan kondisi dengan komunitas lainnya. Keragaman dan
jumlahnya banyak bahkan memungkinkan belum teridentifikasi jenis yang
termasuk dengan kelompk Avertebrata (Sugiarti, 1989).
Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan yang tidak bertulang
belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya hidup di dalam air.
Pengetahuan mengenai hewan avertebrata yang hidupnya di air merupakan salah
satu ilmu dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu di bidang perikanan. Karena bidang
perikanan tidak hanya mencakup studi tentang pemeliharaan ikan serta cara
menangkapnya saja, namum juga menyangkut seluruh kehidupan yang berada
didalam perairan, termasuk avertebrata air. Seluruh kehidupan dalam perairan
membentuk suatu hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya (Nontji,
1993).
Secara garis besar, lingkungan hewan avertebrata air dapat dibagi menjadi
dua, yaitu lingkungan air laut dan air tawar. Air laut merupakan perairan yang
memiliki salinitas antara 34 0/00 – 35 0/00 dan memiliki kestabilan lingkungan
yang tinggi. Pada permukaan air laut menduduki 71% dari seluruh permukaan
bumi. Serta lingkungan air laut merupakan lingkungan yang homogen. Namun,
kehidupan hewan avertebrata air tidak dapat tersebar merata, karena berpengaruh
kepada faktor fisika dan kimia air (Kimball, 1993).

1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis
organisme avertebrata yang ada diperairan Pantai Kaluku (Bone-Bone).

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Avertebrata Air


Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone),
yang sebagian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Ditinjau dari segi bentuk,
ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai
keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran dijumpai mulai dari
yang berukuran kecil sampai besar, dan dari segi bentuk tubuh yang sederhana
sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang di darat, air
tawar, air payau, atau laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam
(Suwignyo 2005).

2.2. Bulu Babi (Diadema Setosum)


Bulu babi termasuk filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima.
Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di
permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang
luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu
sama lain.
Diadema setosum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di
Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002).
Diadema setosum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular
echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang
biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral.
Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda
tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987 dalam Ratna 2002).
Klasifikasi bulu babi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Echinodermata
Class : Echinodea
Sub Class : Euchinoidea

2
Ordo : Cidaroidea
Familly : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum

Gambar 1. Bulu Babi


Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atauedible sea urchin
ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan
cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji 2005).
Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya
terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan,
panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm dan lebih. Hewan unik ini juga
memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat diantara duri-durinya. Duri
dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di dasar laut. Mulutnya
terletak dibagian bawah menghadap kedasar laut sedangkan duburnya menghadap
keatas di puncak bulatan cangkang. Makanannya terutama alga, tetapi ada
beberapa jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji, 2005).
Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan
lamun. Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan
merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰
(Aziz 1995 dalam Hasan 2002). Hyman (1955) dalam Ratna (2002)
menambahkan bahwa bulu babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut
dan lautan dengan batas kedalaman antara 0-8000 m. Karena echinoide memiliki
kemampuan beradaptasi dengan air payau lebih rendah dibandingkan invertebrate
lain. Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-

3
batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat
pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk
mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang
tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi
ombak.

2.3. Landak Laut


Klasifikasi hewan landak laut menurut LIPI (2015) adalah sebagai berikut:
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Bangsa : Diadematoida
Suku : Diadematidae
Marga : Diadema
Jenis : Diadema setosum (Leske ,1778).

Gambar 2. Landak Laut


Tubuh landak laut terdiri dari duri-duri panjang menutup tubuh. Tubuh
terbungkus oleh cangkang yang terdiri dari lempengan-lempengan yang menyatu.
Mulut landak laut terletak dibawah dan ditengah-tengah bagian mulut atau gigi
merapat jadi satu yang dilekatkan oleh sederetan bagian untuk membentuk
struktur yang dinamakan lentera aristotle. Lentera aristotle ini adalah himpunan
gigi yang terdapat pada banyak jenis landak laut, kaki tabung bersama dengan
duri digunakan untuk berjalan dan landak laut memiliki kelamin yang terpisah
(Romimohtarto, 2009).
Landak laut biasanya berukuran dari 6 sampai 12 cm, ukuran terbesarnya
bisa mencapai 36 cm. Semua organ dari landak laut ini terletak di dalam

4
cangkang. Permukaan cangkangnya terdapat tonjolan-tonjolan bulat dan pendek
tempat menempelnya duri, pangkal duri berlekuk ke dalam yang sesuai dengan
tonjolan pada cangkang, dengan adanya otot penghubung maka duri dapat
digerakkan kesegala arah. Sistem anatomi landak laut terdiri dari sistem respirasi,
sistem saraf, sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Kelas Echinoidea
termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, warna, ukuran dan
pertumbuhan tergantung pada jenis dan lokasi tempat tinggal (Sugiarti, 2005).

2.4. Bintang Ular


Klasifikasi Bintang Ular
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Genus : Ophiuroidea
Spesies : Ophiuroidea brevispinum

Gambar 3. Bintang Ular


Bintang ular laut dalam klasifikasi makhluk hidup masuk dalam kingdom
animalia. Pengelompokan hewan menempatkan bintang ular laut dalam filum
Echinodermata. Filum Echinodermata merupakan golongan biota laut yang
tubuhnya berbentuk bulat atau berduri. Oleh karena itu kelompok ini banyak
ditemukan hewan berduri seperti bulu babi, bintang laut, mentimun laut, dan
hewan lain yang menyerupainya. Klasifikasi Echinodermata dibagi menjadi 5
kelas, yaitu:
1) Asteroidea – kelas ini merupakan kelas bintang laut. Hewan dalam kelas ini
dapat menangkap makanannya sendiri. Bintang laut cukup mudah dikenali
karena memiliki bentuk seperti gambaran bintang, yaitu berlengan lima dan

5
tubuhnya simetris radial. Meskipun demikian, dalam klasifikasi bintang
laut ada juga yang memiliki lengan lebih dari lima.
2) Crinoidea – kelas ini merupakan kelas lili laut. Dinamakan demikian karena
bentuknya menyerupai bunga lili di dasar laut. Meskipun ada fase dimana
lili laut dapat berenang bebas dilaut.
3) Echinoidea – kelas ini merupakan kelas bulu babi. Bulu babi memiliki ciri
fisik tubuh bulat dengan duri disekelilingnya. Oleh karena itu banyak juga
yang menyebutnya landak laut.
4) Holothuroidea – kelas ini merupakan kelas teripang atau timun laut.
Termasuk dalam hewan invertebrata, timun laut biasa disajikan sebagai
makanan. (baca juga: hewan vertebrata dan invertebrata).
5) Ophiuroidea – Inilah kelas dari bintang ular. Kelas ini hampir menyerupai
bintang laut. Perbedaannya, lengan bintang ular sangat fleksibel dan
bergerak layaknya ular. Oleh karena itu disebut dengan bintang ular laut.
Ciri ciri Echinodermata juga dimiliki oleh bintang ular laut. Seperti anggota
Echinodermata lain, tubuhnya tersusun atas kalsium karbonat. Beberapa ciri fisik
yang bisa dilihat antara lain:
1) tubuhnya simetris bilateral;
2) memiliki 5 lengan (beberapa spesies memiliki 6 lengan), berbentuk seperti
cambuk dan bisa digerakkan secara fleksibel;
3) panjang lengannya dapat mencapai 60 cm;
4) lengan menempel pada cakram tubuh. disebut calyx;
5) mulut terletak pada pusat tubuh dan memiliki 5 rahang;
6) mulut bintang ular laut berfungsi sebagai tempat masuk makanan dan
keluarnya zat sisa;
7) beberapa spesies memiliki kemampuan regenerasi yang cepat;
8) beberapa spesies dapat menghasilkan cahaya sebagai cara hewan
beradaptasi dengan lingkungannya.
Bintang ular laut memiliki ciri-ciri makhluk hidup seperti bernafas,
membutuhkan energi, dan dapat bergerak. Semua hal ini dilakukan oleh kerja
sistem dalam tubuhnya. Beberapa sistem tersebut antara lain:

6
2.5. Tiram
Klasifikasi bivalvia menurut Linnaeus (1758) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Heterodonta
Infraclass : Euheterodonta
Order : Veneroida
Superfamily : Cardioidea
Family : Cardiidae
Subfamily : Fraginae
Genus : Fragum
Species: Fragum unedo

Gambar 4. Tiram
Kelas bivalvia mencangkup kerang-kerangan tubuhnya bilateral simetris
terlindung oleh cangkang kapur yang keras. Bagian cangkang terdiri atas bagian
dorsal dan bagian ventral pada bagian dorsal terdapat :
1) Gigi sendi sebagai poros ketika katup membuka dan menutup serta
meluruskan kedua katup
2) Ligament sendi berfungsi menyatukan katup bagian dorsal dan memisahkan
katup sebelah vertal.
3) Umbo tonjolan cangkang di bagian dorsal.
Kehidupan bivalvia sering ada di perairan yang dipermukaannya terdapat
substrat pasir atau lumpur. Bivalvia biasanya hidup dengan membenamkan
dirinya di pasir, lumpur atau permukaaan subtrat. Tetapi ada juga yang hidup

7
dengan menempel di permukaan benda yang keras. Binatang infauna seringkali
memberikan reaksi yang mencolok terhadap ukuran butir atau tekstur dasar laut
sehingga habitat bivalvia dari berbagai lereng pasir lumpur akan berbeda (Odum.
1994).

2.6. Belut Laut


Belut laut termasuk hewan hemaprodit protogini yaitu mengalami
perubahan kelamin dalam hidupnya. Pada awal kehidupan, belut muda berkelamin
betina, kemudian berubah menjadi jantan ketika sudah dewasa.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Pisces
Sub-Class : Teleostei
Famili : Palaemonoidae
Ordo : Synbranchoidae
Genus : Synbranchus
Species : Macrotema Caligans

Gambar 5. Belut Laut


Beberapa ciri-ciri fisik yang bisa dilihat pada belut laut antara lain:
1) Tubuh belut berbentuk silindris memanjang seperti ular
2) Tidak memiliki sirip dada
3) Sirip duburnya menyerupai permukaan kulit tanpa adanya penyangga jari-
jari keras atau lemah (duri)
4) Sirip punggung hanya berbentuk semacam guratan kulit yang halus
5) Bentuk ekor pendek dan tirus
6) Badan lebih panjang dari ekornya

8
7) Panjang tubuh belut laut sekitar ± 90 cm
8) Tubuh tidak bersisik dan hanya dilapisi kulit
9) Kulit belut terlihat berkilau dan terasa licin, hal tersebut karena disebabkan
adanya cairan lendir yang menyelimuti permukaan kulit
10) Gurat sisi kelihatan jelas yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
11) Kepala belut berbentuk meruncing kearah moncong mulutnya dan sedikit
lebih tinggi daripada tubuhnya
12) Kedua mata tampak kecil dan dilindungi keriputan kulit dibagian atas

2.7. Kelomang
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Infraordo : Anomura
Superfamili : Paguroidea

Gambar 6. Kelomang
Kebanyakan spesies kelomang memiliki abdomen (perut) yang panjang dan
bergelung bagai spiral, serta lunak lembut, tidak keras seperti abdomen krustasea
lain yang terlindung cangkang terkalsifikasi. Abdomen yang telanjang dan rentan
ini dilindungi dari serangan predator dengan memanfaatkan cangkang siput
kosong yang dibawa-bawa oleh kelomang; cangkang siput itu dapat
menyembunyikan seluruh tubuhnya apabila ditarik masuk (karenanya, dinamakan
'rumah'). Untuk keperluan itu, kelomang paling sering menggunakan cangkang

9
siput laut (meskipun beberapa spesies kelomang juga menggunakan cangkang
kerang, bahkan kepingan kayu dan batu yang berlubang sebagai
rumahnya). Ujung abdomen kelomang telah beradaptasi untuk dapat
mencengkeram kuat kolumela (tiang poros) cangkang siput.
Sebagian besar spesies bersifat akuatik dan hidup dalam berbagai
kedalaman air asin, dari wilayah garis pantai dan perairan yang dangkal sampai ke
dasar laut dalam. Di daerah tropis terdapat beberapa spesies kelomang yang hidup
di darat; meskipun begitu, mereka memiliki larva akuatik dan karena itu
memerlukan akses ke air untuk bereproduksi. Kebanyakan kelomang aktif di
malam hari.
Jenis-jenis kelomang sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuknya; mulai
dari spesies dengan ukuran karapas hanya beberapa milimeter panjangnya hingga
ke Coenobita brevimanus, yang bisa hidup selama 12-70 tahun dan ukurannya
dapat mendekati besar buah kelapa. Ketam kenari Birgus latro yang tanpa
cangkang masih tergolong kerabat kelomang, dan dikenal
sebagai invertebrata daratan yang terbesar di dunia.

2.8. Kerang
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : A. Granosa

10
Gambar 7. Kerang
Kerang darah (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan
oleh warga Asia Timur dan Asia Tenggara. Anggota suku Arcidae ini disebut
kerang darah karena ia menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang
dihasilkannya.
Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari
pantai Afrika timur sampai ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke
dalam pasir atau lumpur dan tinggal di mintakat pasang surut. Dewasanya
berukuran 5 sampai 6 cm panjang dan 4 sampai 5 cm lebar.
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang
hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping
cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.
Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini
terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang
berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal
kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan
induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang
paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan
cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar,
menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.

11
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2018 bertempat di Pantai
Kaluku Kelurahan Bone-Bone Kecamatan Batupoaro Kota Baubau.

3.2. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat Bahan
1. Plot
2. Meter Roll
Bahan yang digunakan adalah
3. Patok Panjang (Kayu)
organisme Pantai Kaluku (Bone-
4. Tali Rafia
Bone)
5. Kamera
6. Alat Tulis

3.3. Prosedur Praktikum


Sebelum praktek dimulai terlebih dahulu memilih lokasi yang akan
dijadikan lokasi praktikum, selanjutnya setelah didapatkan lokasi maka yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ukur tali rafia sepanjang 100 meter, lalu tempatkan tali rafia tersebut pada
titik yang telah ditentukan bentangkan tali raffia tersebut menujuh arah
laut untuk membuat line transek.
2. Buat plot persegi empat dengan ukuran 1 x 1 meter
3. Tempatkan plot tersebut pada daerah dengan jarak tiap plot 10 meter
secara bersilang.
4. Catat semua organisme yang ada di dalam plot.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jenis Organisme berdasarkan line transek.
No. Plot Jenis Substrat Organisme
1. 1 Batu Berpasir Siput laut, Lamun, dan Ganggang
2 2 Pasir Berbatu Kerang dan Lamun
3. 3 Batu Berpasir Ganggang, Siput Laut
4. 4 Batu Berpasir Ganggang
5. 5 Batu Berpasir Landak Laut dan Ganggang
6. 6 Batu Berpasir Bulu Babi dan Lamun
7. 7 Pasir Piring laut dan Siput Laut
8. 8 Pasir Berbatu Ganggang
9. 9 Pasir Berbatu Ganggang dan Siput Laut
10. 10 Pasir -
11. 11 Pasir Berbatu Siput Laut dan Ganggang
12. 12 Pasir Lamun dan Ganggang
13. 13 Batu Berpasir Lamun dan Ganggang
Landak Laut, Bintang Laut, dan Bintang
14. 14 Batu Berpasir
Ular
Landak Laut, Bintang Ular, Ganggang dan
15. 15 Batu Berpasir
Porifera
16. 16 Pasir Berbatu Ikan Kecil dan Ganggang
17. 17 Batu Berpasir Ganggang dan Lamun
18. 18 Batu Berpasir Lamun
19. 19 Batu Berpasir Ulat Laut, Lamun, dan Ganggang
20. 20 Pasir Berbatu Kerang dan Lamun

13
Tabel 3. Identifikasi Jenis Organisme Tiap Plot
Jenis Plot
No.
Organisme 1 2 3 5 6 7 11 14 15 19 20
1. Siput Laut 2 - 1 - - 1 1 - - - -
2. Kerang Laut - 1 - - - - - - - - 1
3. Landak Laut - - - - 1 1 - - - - -
4. Bulu Babi - - - - 9 - - - - -
5. Bintang Ular - - - - - - - 1 - - -
6. Sand Dollars - - - - - 2 - - - - -
7. Porifera - - - - - - - - 1 - -
8. Ulat Laut - - - - - - - - - 1 -
9. Bintang Laut - - - - - - - 1 - - -

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Pantai Kaluku telah
ditemukan berbagai jenis organisme, dan hasil pengamatan jenis-jenis organisme
yang ditemukan pada saat praktikum adalah Siput Laut, Kerang laut, Sand
Dollars, Landak Laut, Bulu Babi, Bintang Laut, Bintang Ular, Porifera dan Ulat
laut.
Hasil pengamatan perairan pantai Kaluku ditemukan bahwa spesies Siput
dan yang dominan ditemukan yakni terdapat dalam b plot 4 dengan jumlah
individu sebanyak 5 selain itu speies Bulu Babi masuk dalam kategori dominan
karena memiliki jumlah individu sebanyak 9 dalam 1 plot.Dari hasil pengamatan
juga dapat diperoleh organisme pesisir terkecil terdapat pada spesies Bintang
Ular, Bintang Laut, Porifera, dan Ulat Laut. Dimana masing-masing plot masih
dikategorikan dalam stabilitas organisme pesisir rendah atau kualitas air tercemar.
Pada suatu komunitas sering dijumpai spesies dominan. Spesies dominan
menyebabkan keragaman jenis rendah. Keragaman jenis rendah, jika hanya
terdapat beberapa jenis yang melimpah, dan sebaliknya suatu komunitas dikatakan
mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis tinggi
(Odum 1993).

14
Berdasarkan hasil yang di peroleh dari praktikum maka dapat di ketahui
bahwa dominansi di perairan Pantai Kaluku (Bone-Bone) mempunyai
indeks dominansi yang cukup rendah karna jumlah organisme yang ada diperairan
tersebut sangat sedikit dengan kata lain di perairan tersebut cukup baik hal
tersebut dipicu oleh kegiatan masyarakat yang lebih banyak. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Odum (1971) yang menyatakat bahwa nilai indeks
dominansi mendekati satu (1) apabila komunitas didominasi oleh jenis atau
spesies tertentu dan jika indeks dominansi mendekati nol (0) maka tidak ada jenis
atau spesies yang mendominasi.

15
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Perairan Pantai
Kaluku (Bone-bone) didominasi oleh spesies Siput dan Bulu Babi. Penyebab
kurangnya suatu organisme di perairan tersebut adalah substrat yang dimiliki oleh
perairan tersebut serta banyaknya aktivitas masyarakat di daerah tersebut.

5.2. Saran
1. Saran yang dapat diberikan praktikan pada praktikum biologi umum ini
yaitu sebaiknya sebelum penulisan laporan terlebih dahulu diadakan
asistensi tentang penyusunan laporan dan rumus perhitungan yang akan
digunakan dalam laporan ini agar praktikan tidak bingung dalam penulisan
laporan praktikum.
2. Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan
sehingga nantinya akan didapatkan hasil yang optimal.
3. Selain itu diharapkan agar sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
praktikum tersebut lebih di tingkatkan lagi atau cukup memadai sehingga
praktikum dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. 1993. Beberapa Catatan tentang Perikana Bulu Babi. Oseana Vol. 18
No. 2. Pusat Pengembangan Oseanologi. Indonesia – LIPI. Jakarta: Hal 65-
75.
Barbour, G. M., J. K. Burk, and W. D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. Los
Angeles : The Benyamin/Cummings Publishing Company Inc.

Barnes, R, S. K dan K. H. Mann. 1994. Fundamental of Aquatic Ecology.


Backwell Scientific Publications.

Dahuri R, Rais Y, Putra SG, Sitepu, M,J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
Hasan F. 2002. Pengaruh konsentrasi garam terhadap mutu produk fermentasi
gonad bulu babi jenis Tripneustes Gratilla (L) [Skripsi]. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hyman, L. H. 1955. The Invertebrate Vol. IV : Echinodermata. McGraw-Hill
Book Company, Inc. New York.
Krebs, C. J. 1989. Exprimental Analysis Of Distribution and Abundanc. Third
Edition. New York.

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.


Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta.
Michael. 1995. Metoda Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
terjemahan Yanti R.Koester. UT-Press, Jakarta.
Misra R. 1973. Ecology Work Book. New Delhi : Oxford & IBH Publishing Co.

Molles, M. C., Jr. 2005 . Ecology : Concept and Application. Third Edition.
McGraw-Hill. New York.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada


Press, Yogyakarta (Penerjemah Tjahjono Samingan).

17
Ratna F D. 2002. Pengaruh penambahan gula dan lama fermentasi terhadap
mutu pasta fermentasi gonad bulu babi Diadema Setosum dengan
Lactobacillus Plantarum sebagai kultur starter [Skripsi]. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2009. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Simpson, E. H. 1949. Measurement of Diversity. Nature Science. USA.

18
LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan Praktikum Avertebrata

19

Anda mungkin juga menyukai