Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ikan adalah hewan aquatis yang suhu tubuhnya tidak tetap atau berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Hewan yang punya suhu tubuh demikian disebut hewan berdarah dingin. Ikan juga mempunyai tulang belakang, insang untuk bernafas, bergerak dengan menggunakan sirip dan tergantung pada air sebagai medium tempat hidupnya (Nelson, 1984). Ikan merupakan salah satu kelompok dari hewan vertebrata yang mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak (Moyle dan Chech, 1982). Ikan tersebar di seluruh perairan dunia yaitu 50 % di laut, 41 % di air tawar, dan 1% di estuaria. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman ikan yang sangat beragam yaitu sekitar 8000 jenis ikan dalam 482 famili. Dari lima macam kelas hewan-hewan vertebrata ikan merupakan kelas terbesar. Ikan merupakan jenis vertebrata yang toleran terhadap suhu lingkungan yang ekstrim dan merupakan nenek moyang dari keempat kelas hewan-hewan vertebrata lainnya (Salsabila, 1992) Tubuh ikan mengandung lendir hingga menjadi sangat licin. Lendir bersifat antiseptik sehingga memudahkan ikan bergerak di dalam air. Sirip sebagai alat gerak ikan memiliki bentuk yang berbeda- beda pada setiap jenis yang berbeda pula. Sirip tersebut ada yang tunggal dan ada pula yang berpasangan (Djuhanda, 1982). 1.2 Tujuan Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagian-bagian morfologi dan melakukan identifikasi pada beberapa jenis ikan. 1.3 Tinjauan Pustaka Ikan adalah hewan vertebrata aquatik yang suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Hewan dengan suhu tubuh seperti ini disebut dengan ikan poikiloterm (Mahardono dkk, 1979). Ikan merupakan salah satu kelompok dari hewan vertebrata yang mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak (Moyle dan Chech, 1982).

Filum pisces dapat dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas Agnatha, Placodermi, Chonrichtyes dan Osteichthyes. Semua hewan yang mempunyai ciri-ciri umum subfilum vertebrata tetapi tidak mempunyai rahang tergolong pada kelas agnatha. Seluruh jenis hewan ini tidak mepunyai rahang dan tidak mempunyai sirip kembar. Ikan yang tidak mempunyai rahang ini merupakan verebrata yang paling tua dan paling primitif. Sehingga ikan ini sedikit yang dapat diketahui oleh orang awam. Hal ini disebabkan karena adanya prediksi yang mengatakan bahwa hewan ini telah punah (Djuhanda, 1980). Pada kelas agnatha dikenal beberapa istilah yaitu ostracodermi yaitu empat ordo kecil yang berperisai tebal dan berat. Hidup di zaman paleozoikum, contohnya Memicyclapis (Djuhanda, 1980). Kelas ini terdapat ordo Cyclostomata yaitu hewan yang terdiri dari ikan-ikan yang disebut Lampreys dan Hagfishes. Tubuhnya menyerupai belut, mulutnya bundar tanpa rahang, tidak mempunyai sirip kembar, dan kulitnya berlendir tanpa sisik, contohnya glutinosa yang hidup di laut (Jangkaru, 1988). Kelas Placodermi terdiri dari lima ordo. Ikan-ikan pada kelas ini merupakan ikan primitif yang telah mempunyai rahang. Jenis ikan ini hidup di zaman Paleozoicum. Hewan ini mempunyai sirip-sirip berpasangan. Umumnya mempunyai sisik tulang dan pelat-pelat tulang, terutama pada bagian depan tubuhnya. Selain itu ikan ini juga mempunyai notochord dan rangka dalam mengandung beberapa tulang (Nelson, 1984). Struktur Placodermi yang banyak dikenal yaitu : Antiarchi dan Arthrodira, yang pada umumnya diklasifikasikan ke dalam ordo. Beberapa kelompok yang dikenal hanya sedikit saja yang bentuknya seperti hiu dan sedikit pula yang mempunyai perisai dan pelat-pelat tulang (Djuhanda, 1980). Kelas Osteichthyes merupakan kelas ikan yang bertulang sejati. Rangka terdiri dari tulang sejati, artinya keras karena mengandung garam-garam mineral. Kulit diseliputi sisik yang gepeng dan tipis dan tersusun teratur, berdempet di ujung pangkal. Anggota berupa sirip yang berpasangan, ditunjang oleh bilah-bilah tulang atau tulang rawan. Tubuh berbentuk gelendong, sesuai dengan garis arus. Mulut berada diujung tubuh. Bagian tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor. Batas kepala Petromyzon marinus dan Myxine

dengan badan nampak jelas dengan adanya tutup insang (operculum). Sirip terdiri dari sirip punggung, sirip ekor, sirip dada, sirip perut atau sirip dubur. Tiap-tiap sirip ditunjang bilah-bilah tulang (Brotowijoyo, 1990). Kelas Chondrichthyes merupakan keluarga dari ikan yang memiliki tulang rawan seperti Hiu dan Pari. Kelas ini dengan mudah dapat dibedakan dari ikan-ikan lainnya karena kotak otaknya yang pepat, struktur siripnya dan pola percabangan aliran darah serta giginya amat berbeda dibandingkan dengan nenek moyangnya. Ikan ini mempunyai gurat insang dan tidak memiliki gelembung renang (Djuhanda, 1982). Ikan adalah hewan simetris bilateral, yang artinya memiliki bagan anatomi dasar yang sederhana, yakni berbentuk tabung yang kedua ujungnya terbuka dengan sebuah saluran makanan yang memanjang dari depan kebelakang. Lubang depan merupakan mulut sedangkan lubang dibagian belakang merupakan dubur. Bagian atas tubuhnya terdapat rangkaian tulang berbentuk piringan dengan bahan tulang keras atau tulang rawan yang menegakkan keseluruhan bagian tubuhnya. Salah satu ciri khas dari ikan adalah sirip yang strukturnya mirip sayap kecil atau besar yang berfungsi menjaga keseimbangan ikan ini didalam air dan membantu gerak serta pengemudiannya. Kebanyakan ikan mempunyai perangkat sirip kembar, sirip dada terdapat dibelakang insang, yaitu pada kedua sisi kepala ikan (Ommaney, 1982). Bentuk ikan bermacam-macam. Perubahan bentuk yang paling luar biasa terjadi pada ikan yang hidup didasar perairan. Tubuh ikan ini menjadi gepeng. Ada juga yang menelungkup sehingga bagian permukaan tubuhnya pada bagian bawah menjadi rata. Ada pula yang terletak miring pada sisinya sehingga tubuhnya rata sebelah (Ommaney, 1982). Ciri-ciri ikan yang paling mencolok dan sangat mudah terlihat adalah bahwa tubuhnya mulai dari kepala sampai ekor yang diliputi oleh sisik. Sisik tertanam pada lapisan bawah kulit dan merupakan pelindung penting bagi ikan. Selain dilindungi sisik, ikan juga dilindungi oleh lapisan lendir yang bersifat antiseptik yang dihasilkan oleh kelenjar diseluruh bagian tubuhnya (Ommaney, 1982).

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 Februari 2013 bertempat di Museum zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. 2.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain yaitu vernier caliper, mistar, bak bedah, jarum pentul, alat tulis dan pinset. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Osphronemus gooramy (ikan gurami), Cyprinus carpio (ikan mas), Monoptherus albus (belut), Clarias bathracus (ikan lele), dan Poecilia reticulata (ikan pantau). 2.3 Cara Kerja Semua ikan yang telah disediakan, diletakkan didalam bak bedah untuk masingmasingnya. Kemudian diukur bagian-bagian tubuh ikan tersebut dengan

menggunakan vernier caliper. Bagian-bagian yang diukur yaitu panjang standart, panjang total, tinggi badan, panjang ekor, tinggi batang ekor, panjang dimuka sirip punggung, panjang dasar sirip punggung, panjang dasar sirip ekor dan seluruh parameter pengukuran ikan lainnya dan kemudian di tentukan pula tipe mulut, sisik, dan sirip ekornya serta ciri-ciri khas lain yang terdapat pada objek tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Class : Actinoptherygii Ordo : Siluriformes Family : Claridae Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus

Class : Actinoptherygii Ordo : Siluriformes Family : Cyprinodotiformes Genus : Poecilia Spesies : Poecilia reticulate

Class : Actinoptherygii Ordo : Cypriniformes Family : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio

Class : Actinoptherygii Ordo : Peciformes Family : Osphrenomidae Genus : Osphrenemus Spesies : Osphrenemus goouramy

Class : Actinoptherygii Ordo : Synbrachiformes Family : Syanbranchidae Genus : Monopterus Spesies : Monopterus albus

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut berdasarkan hasil pengukuran vernier caliper dapat dilihat bahwa ikan memiliki keanekaragaman yang tinggi. Dari lima jenis ikan yang diamati saja sudah dapat ditemukan banyak perbedaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moyle dan Chech (1982), bahwa ikan merupakan vertebrata yang memiliki jumlah jenis terbesar. Saat ini sekitar dua puluh lima ribu jenis ikan yang telah teridentifikasi dan diperkirakan masih banyak lagi jenis jenis yang belum teridentifikasi. Ikan mas (Cyprinus carpio ) memiliki sisik tipe cycloid, mulut tipe terminal dan ekor tipe forked. Ikan mas (Cyprinus carpio ) yang dipraktikumkan kali ini memiliki berat 210,39 gr dan memiliki panjang total 230 mm dan panjang standar 190 mm, jumlah duri dorsal 18 buah jumlah duri lunak dorsal sebanyak 17 buah. Selain itu Ikan mas (Cyprinus carpio ) memiliki panjang kepala 50 mm dan lebar kepala 45 mm. Menurut literatur Khairuman, et al (2002), ikan mas memiliki lima sirip yaitu sirip punggung, dada, perut, annal, dan sirip ekor. Ikan gurami (Osphronemus gooramy) memiliki sisik dengan tipe cycloid, mulut terminal, dan ekor dengan tipe membulat. Ikan gurami (Osphronemus gooramy) yang dipraktikumkan memiliki berat badan 131,93 gr, panjang total 210 mm, panjang standar 150 mm, panjang kepala 45 mm dan lebar kepala mm. Menurut Khairuman (2002), ikan gurami memiliki duri yang tajam dan menyengat pada sirip punggung dan sirip perutnya. Nelson (1984), menyebutkan bahwa ikan ini hidup di air tawar dan temasuk kelas osteichthyes, ordo perciformis, dan family osphronemidae yang memiliki panjang maksimum 60 cm. Belut (Monopterus albus) yang di praktikumkan memiliki berat 61,40 gr. Panjang total 380 mm, lebar kepala 19 mm. Menurut Sarwono (1987), belut (Monopterus albus) memiliki ciri tubuh panjang seperti ular, tidak bersisik, kulit licin

dan berlendir, mata kecil hampir tertutup oleh kulit dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar disekeliling mulutnya. Tipe mulut terminal, tipe ekor rhombid. Hal inilah yang menyebabkan pada praktikum diameter mata belut sulit diukur karena matanya yang kecil dan tertutup oleh kulit. Habitat belut pada umumnya diparit atau sungai yang dekat dengan persawahan atau didalam area persawahan tersebut (Widagdo, 1996). Ikan lele (Clarias batrachus) yang dipraktikumkan memiliki berat 75,25 gr, panjang total 230 mm, panjang standar 200 mm, panjang kepala 55 mm, lebar kepala, 30,5 mm, tipe mulut inferior, tipe ekor rhomboid, dan tidak memiliki sisik. Menurut Nelson (1984), Ikan lele (Clarias batrachus) mempunyai ciri-ciri gigi yang berbentuk butir, tiga pasang sungut mandibula dan satu pasang sungut maxilar. Kepala dilapisi oleh lempeng tulang yang keras, mulut subterminal, ekor bercanggak, kulit tidak bersisik, sirip dada keras, sirip punggung bergerigi mengarah kebawah dan beracun. Perbedaan data tipe mulut dengan literatur karena tidak teliti dalam mengamati tipe mulut lele. Ikan sapu-sapu atan pantau (Poecilia reticulata) merupakan ikan yang bertubuh kecil memiliki sirip punggung, dada, perut, annal dan ekor seperti halnya ikan mas. Tipe ekor ikan ini adalah truncates, tipe mulut terminal namun tipe sisik ctenoid. Poecilia reticulata yang diamati memiliki berat 0,07 gr, panjang total 25 mm, panjang standar 15 mm, panjang kepala 5 mm, lebar kepala 2 mm. Mahardono (1979) menyebutkan bahwa ciri khas dari ikan ini adalah bagian perutnya yang buncit.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Cyprinus carpio memiliki mulut tipe subterminal, sisik tipe cycloid, tipe ekor foked dan memiliki lima sirip dengan sirip ekor yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. 2. Osphronemus gooramy memiliki mulut tipe terminal sisik dengan tipe cycloid, ekor dengan tipe membulat dan mempunyai duri sirip yang tajam dan menyengat. 3. Clarias batrachus memiliki ekor rhomboid, kulit tidak bersisik, sirip dada yang keras serta sirip punggung yang menghadap kebawah dan beracun. 4. Monopterus albus memiliki ekor rhomboid, tidak memiliki sisik dan sirip serta mata yang tertutup oleh kulit 5. Poecilia reticulata juga memiliki lima sirip, tipe sisik ctenoid dan tipe ekor truncatus.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowijiyo, M.D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta Djuhanda, T. 1980. Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amico. Bandung Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Amico. Bandung. Jangkaru, Z. 1988. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar swadaya. Jakarta Khairuman, Sudeda, D. Gunadi B. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta Mahardono, A.S. Patigryo dan S. Iskandar. 1979. Anatomi Ikan. PT. Hermossa. Bandung Moyle, P.B. dan J.J Cech. Jr. 1982. Fishes an Introduction to Ichtyology 4th Edition. Prentice Hall. USA Nelson, J. S. 1984. Fishes of The World. Second edition. John Wiley and Sons. New York Ommanney, F.D. 1982. Ikan Edisi II. Tira Pustaka. Jakarta. Salsabila, A. 1992. Fauna Vertebrata Air di HPPB Unand. Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang Sarwono, B. 1987. Budidaya Belut dan Sidat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Widagdo, W. 1996. Memancing Ikan Air Tawar. PT. Mandiri. Semarang

Anda mungkin juga menyukai