PENDAHULUAN
2.1 Pisces
Pisces merupakan hewan akuatik yang berdarah dingin (poikiloterm) dan
bernafas dengan insang. Insang dilindungi oleh tutupbernama Operkulum. Pada
beberapa jenis ikan, rongga insangnya meluas membentuk lipatan tidak teratur
yang disebut labirin, yang berguna untukmenyimpan udara sehingga ikan tersebut
dapat hidup di lingkungan yang kurang oksigen (Sannin, 2001).
Tubuh ikan ditutupi sisik yang sekaligus berfungsi sebagai rangka luar
(eksoskeleton) dengan berbagai tipe sisik, yaitu plakoid, sikloid, stenoid, dan
ganoid. Sisik tersebut licin dan berlendir,sehingga dapat mempermudah ketika
bergerak di dalam air. Tubuh ikan juga dilengkapi dengan sirip-sirip yang
membantu berenang dan menjaga keseimbangan tubuh. Sirip ikan dibedakan atas
sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal, sirip ekor.Ikan mempunyai gurat
sisi (Linea Lateralis) yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air.Tipe aliran
darahnya adalah peredaran darah tunggal, yaitu darah mengalir dari jantung
melalui insang menuju ke seluruh jaringan tubuh dan kembali lagi ke jantung.
Ikan berkembangbiak dengan bertelur (ovipar), ada yang melalui fertilisasi
internal dan beberapa ada yang melalui fertilisasi eksternal. Kelas Pisces terbagi
menjadi tiga sub Kelas, yaitu Agnatha (Cyclostoma),Chondrichthyes, dan
Osteichthyes (Sannin, 2001).
2.1.1 Karakteristik umum pisces
1. Umumnya bernapas menggunakan insang.
2. Telinga hanya di dalam. Tidak ada telinga tengah dan telinga luar.
3. Pada umumnya memiliki kulit bersisik dan licin karena terdapat
selaput lender (glandula mukosa), tetapi ada juga yang tidak memiliki
sisik. Contoh: ikan lele.
4. Merupakan hewan berdarah dingin.
5. Suhu tubuhnya dapat berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungan.
6. Penapasan umumnya dilakukan dengan menggunakan insan.
7. Umumnya ovipar dan fertilisasi eksternal (di luar tubuh induk).
8. Cor (jantung) terdiri dari dua ruang yaitu atrium dan ventrikel (Sannin,
2001).
2.1.2 Karakteristik khusus pisces
1. Hidup di perairan baik di sungai maupun di laut.
2. Tubuhnya dilengkapi dengan sirip-sirip yang berfungsi untuk
membantu berenang dan menjaga
3. Keseimbangan tubuh. Sirip ikan dibedakan atas sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, sirip anal, sirip ekor.
4. Ikan mempunyai gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan
air.
5. Tubuh ikan ditutupi oleh sisik yang licin dan berlendir, sehingga dapat
bergerak dengan cepat di dalam air.
6. Ikan berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar), namun ada juga
yang melalui fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal
7. Memiliki ekor dan sirip yang memudahkannya untuk berenang dan
menjaga keseimbangan
8. Memiliki gelembung renang yang memudahkannya untuk naik turun
di dalam air (Sannin, 2001).
2.2 Kelas Chondrichthyes
Meliputi ikan yang bertulang rawan sepanjang hidupnya. Memiliki rahang,
mulut di bagian ventral. Kulitnya tertutup sisik placoid (berasal dari kombinasi
mesoderm dan ectoderm). Sirip dua pasang, serta sirip ekor heterocercal (tidak
seimbang). Sebagian notokordnya diganti oleh vertebrae yang lengkap. Ginjalnya
bertipemesonefros. Jenis kelamin terpisah dan fertilisasi eksternal atau internal,
ovipar atau ovovivipar. Habitat Agnatha di laut, memiliki insang tanpa
operculum. Contoh: Squalus sp (ikan hiu), Raja sp (ikan pari) (Burhanuddin,
2018).
2.2.1 Adapun ciri-ciri dari Chondrichthyes
1. Kulit tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik plakoid yang kasar berisi
dentin (mesodermal) dan dilapisi dengan email (ektodermal).
2. Chondrichthyes memiliki mulut yang terletakk di bagian bawah
dengan lidah dan rahang.
3. Alat kelamin terpisah dan fertilisasi terjadi secara eksternal atau
internal.Contoh : ikan hiu (Squalussp.), ikan pari (Makarajasp.)
(Astuti, 2007).
2.3 Klasifikasi ikan hiu
Ikan hiu termasuk ke dalam kelas Chondrichthyes. Berdasarkan FAO
(Compagno, 1984), ikan hiu merupakan ikan bertulang rawan yang terdiri dari
sekitar 500 jenis, dan diklasifikasikan dalam 7 ordo serta 30 famili. Adapun
klasifikasi ikan hiu menurut Last et al., (2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Sub Kelas : Elasmobranchii
Ordo 1 : Hexanchiformes
Famili : 1.1 Hexanchidae (Hiu Kucing)
Ordo 2 : Squaliformes
Famili : 2.1 Centrophoridae (Hiu Botol)
2.2 Dalatiidae (Hiu Tikus)
2.3 Etmopteriidae
2.4 Somniosidae (Hiu Tikus)
2.5 Squalidae (Hiu Botol)
Ordo 3 : Squantiniformes
Famili : 3.1 Squantinidae (Hiu Kodok)
Ordo 4 : Lamniformes
Famili : 4.1 Pseudocarcharinidae (Hiu Buaya)
4.2 Mitsukurinidae
4.3 Megachasmidae
4.4 Lamnidae (Hiu Tengiri)
4.5 Alopiidae (Hiu Monyet)
Ordo 5 : Heterodontiformes
Famili : 5.1 Heterodontidae
Ordo 6 : Orectolobiformes
Famili : 6.1 Orectolobidae
6.2 Ginglymostomatidae
6.3 Hemiscyllidae
6.4 Stegostomatidae
6.5 Rhincodontidae (Hiu Paus)
Ordo 7 : Carcharhiniformes
Famili : 7.1 Scyliorhinidae (Hiu Tokek)
7.2 Pseudotriakidae (Hiu Tahu)
7.3 Triakidae (Hiu Karang)
7.4 Hemigaleidae (Hiu Kacang)
7.5 Carcharhinidae (Hiu Buas)
7.6 Sphyrnidae (Hiu Martil)
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Elasmobranchii
Superordo : Batoidea
Ordo : Rajiformes
2.4.1 Morfologi Ikan Pari
Bentuk tubuh ikan pari pada umunya seperti cakram dengan bentuk
ekor tidak bercagak. Ikan pari mempunyai 1 atau 2 sirip punggung dan
satu sirip ekor, tetapi pada beberapa jenis tertentu tidak mempunyai sirip
punggung dan ekor. Sirip dada hampir selalu sangat melebar menyerupai
sayap, yang sisi depannya bergabung secara mulus di kepalanya (Nelson,
1976).
Sirip perut dan dua claspers di bawahnya terletak di ujung belakang
sirip dada. Sirip dubur tidak ada. Ekor ikan pari umumnya panjang mirip
cambuk, lebih panjang dari tubuhnya dan terdapat sebuah duri tajam atau
lebih yang menjadi senjata berbisa (Halsiead, 1959; Nelson, 1976;
Djamali Et Al. 1994). Celah insang terletak di sisi bawah kepala, bukan di
sepanjang sisi-sisi kepala seperti pada ikan hiu. Mulut berada di bawah
kepala sehingga pasir dan lumpur biasanya tersedot ke dalam bersama-
sama dengan arus pernapasan, tetapi masalah ini dapat dipecahkan dengan
menarik air masuk melalui 2 lubang besar dibelakang matanya (Gambar
2.4).
Gambar 2.4 Morfologi Ikan Pari
sedangkan pada beberapa jenis ikan pari yang berukuran besar, yang
hidup di lautan terbuka, bernapas normal, yaitu dengan menarik air
masuk melalui mulutnya. Gigi-gigi di sepanjang rahang biasanya pipih
dan tumpul. Umumnya berwarna cokelat tua dan abu-abu dengan pola
bervariasi. Pada ikan pari jantan mempunyai "mixopterygia" atau
penjepit, yaitu suatu tonjolan sirip pinggul yang telah mengalami
perubahan, digunakan untuk memasukkan sperma ke dalam kloaka betina
sewaktu kawin (Van Hoeve, 1992).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Awanis, H. 2015. Status Konservasi Jenis Ikan Hiu Yang di Perjualbelikan di TPI
Lampulo dan Pasar Peunayong Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh.
Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.
Baskoro, M.S., R.I Wahyu, dan A. Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.
Institut Pertanian Bogor. Departemen Pendidikan Nasional dan Sekolah
Tinggi Perikanan. Jakarta.
Becker, GenevieveDe. 2007. Atlas binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi. Solo: Tiga
Serangkai.
Camhi, M., Fowler, S., Musick, J., Bräutigam, A., & Fordham, S. (1998). Sharks and
Their Relatives: Ecology and Conservation. IUCN/SSC Shark Specialist
Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, 39 pp
Cahya, C. N., Setyohadi, D., & Surinati, D. (2016). Pengaruh parameter oseanografi
terhadap distribusi ikan. Oseana, XLI (4): 1-14. ISSN 0216- 1877
Djamal R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan
Kerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balitbang
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Dharmadi, Fahmi., & Setiya Triharyuni. (2012). Aspek Biologi Dan Fluktuasi Hasil
Tangkapan Cucut Tikusan (Alopias Pelagicus), Di Samudera Hindia.
Jakarta. Bawal, 4(3): 131-139. DOI: http://dx.doi.org/
10.15578/bawal.4.3.2012.131-139
Gunarso W. 1995. Mengenal Kakap Merah, Komoditi Ekspor Baru Indonesia. Bogor:
Diktat Kuliah Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Grimes CB, 1987. Reroductive Biology of The Lutjanidae: A review dalam Polovina
JJ dan Ralston S (Ed.): Tropical Snappers and Groupers: Biologi and
Fisheries Management. Westview Press, Inc., United States of America, 239–
294.
Halstead, B.W, 1959. Dangerous Marine Animals, Cornell Maritime Press.
Cambridge Maryland : 146 Pp.
Herianti erianti I dan Djamal R, 1993. Dinamika Populasi Kakap Merah, I dan
Djamal R, 1993. Dinamika Populasi Kakap Merah, Lutjanus malabaricus
(Bloch and Schnaeider) di Perairan Utara Laut Jawa. Jurnal Perikanan Laut
78: 18–25.
Jones, R.S And H.K. Larson, 1974. A Key To The Families Of Fishes As Recorded
From Guam. Technical Report 10: 54 - 6
Last, P. R & J.D. Stevens. 2009. Sharks and Rays of Australia Second Edition.
CSIRO. Victoria Asutralia
Mansor, M.I., H. Kohno, H. Ida, H.T. Nakamura, Z. Azanan Dan S. Abdullah. 1998.
Field Guiede To Important Commercial Marine Fishes Of The South China
Sea. Seafdec Mfrdmd/Sp/2:287 Pp
Nelson, J.S. 1976. Fishes Of The World. John Wiley & Sons. Inc. Canada: 416 Pp.
Nur Firman M., dkk. 2019. Jenis-jenis Ikan di Kawasan PT. Mifa Bersaudara
Kabupaten Aceh Barat. Aceh : Syiah Kuala University Press.
Raharjo, P. 2009. Hiu dan Pari Indonesia. Balai Riset Kelautan dan Perikanan:
Jakarta.
Saanin, H. 1968. Buku Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Penerbit Bima Cipta
Bandung.
Van Hoeve, W. 1992. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Ikan. Pt. Ichtiar Baru Van
Hoeve Jakarta: 256 Pp. 23 Sumber: