Anda di halaman 1dari 10

LIMNOLOGI

“Eutrofikasi”

Oleh :

Alhilal Hamdi Pagoca

NIM : 432418015

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu…

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “eutrofikasi”.

Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang “eutrofikasi”. penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Wassallamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu…

Gorontalo, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................
Daftar isi.......................................................................................................
Bab I pendahuluan.......................................................................................
1.1 Latar belakang....................................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
Bab II pembahasan......................................................................................
2.1 Pengertian dan konsep eutrofikasi.....................................................
2.2 Mekanisme terjadinya eutrofikasi......................................................
2.3 Dampak eutrofikasi............................................................................
2.4 Upaya pemulihan eutrofikasi.............................................................
BabIII penutup.............................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang paling penting bagi semua organisme yang
ada di dunia dan tidak terkecuali juga manusia. Seiring dengan perkembangan
zaman yang semakin modern dan meningkatnya jumlah penduduk di dunia
ditambah lagi pengaruh perubahan iklim (climate change), telah banyak
menyebabkan pencemaran di lingkungan perairan.
Air dikatakan tercemar apabila ada pengaruh atau kontaminasi zat organik
maupun anorganik ke dalam air. Hubungan ini terkadang tidak seimbang
karena setiap kebutuhan organisme berbeda beda, ada yang diuntungkan
karena menyuburkan sehingga dapat berkembang dengan cepat sementara
organisme lain terdesak. Perkembangan organisme perairan secara berlebihan
merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang
merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung.
Pencemaran yang berupa penyuburan organisme tertentu disebut eutrofikasi
yang banyak di jumpai khususnya di perairan darat.
Pada awal abab ke-20 manusia mulai menyadari adanya gejala eutrofikasi
pada badan perairan akibat pengkayaan unsur hara yang masuk ke perairan.
Mengingat bahwa eutrofikasi merupakan ancaman yang serius bagi kualitas
air di perairan, maka kita harus memahami prosesnya, penyebab, dan dampak
dari eutrofikasi sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat untuk mencegah
dan mengatasi masalah ini. Walaupun eutrofikasi pada umumnya merupakan
proses alami, namun pada masa kini eutrofikasi antropogenik yaitu eutrofikasi
yang disebabkan oleh aktifitas manusia.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan konsep eutrofikasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme terjadinya eutrofikasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak eutrofikasi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui upaya pemulihan eutrofikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Konsep Eutrofikasi


Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam
jasad air. Eutrofikasi memberi kesan kepada ekologi dan pengurusan sistem
akuatik yang mana selalu disebabkan masuknya nutrien berlebih terutama
pada buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga. (Tusseau-
Vuilleman, M.H. 2001).
Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan
sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga sering
disebut dengan blooming. Dengan kata lain merupakan pencemaran air yang
disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.
Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada
dalam rentang 35-100 µg/L. Menurut Goldmen dan Horne (1983), eutrofikasi
perairan dapat dibagi dua macam yaitu cultural eutrophication dan natural
eutrophication. Cultural eutrophication adalah eutrofikasi yang disebabkan
karena terjadinya proses peningkatan unsur hara di perairan oleh aktivitas
manusia. Natural eutrophication adalah eutrofikasi alami yaitu peningkatan
unsure hara di dalam perairan bukan karena alami.
Aktivitas manusia yang menyebabkan eutrofikasi banyak sekali
macamnya. Menurut Morse et al (1993) 10% berasal dari proses alamiah di
lingkungan air itu sendiri), 7% dari industri, 11% dari detergen, 17% dari
pupuk pertanian, 23% dari limbah manusia, dan yang terbesar, 32%, dari
limbah peternakan. Dari data statistic di atas juga dapat diketahui bahwa 90 %
penyebab eutrofikasi adalah berasal dari aktivitas manusia. Hal ini
menunjukkan bahwa eutrofikasi cultural lebih banyak terjadi daripada
eutrofikasi alami.

2.2 Mekanisme Terjadinya Eutrofikasi


1. Eutrofikasi terjadi berawal dari penumpukan nutrien atau zat senyawa
nitrat dan fosfat yang mencemari perairan seperti sungai maupun danau.
Zat tersebut merupakan nutrien atau makanan bagi alga yang ada di sana,
sehingga alga dapat tumbuh sangat pesat atau terjadi ledakan pertumbuhan
alga yang tidak terkontrol (bloomingalgae).
2. Alga yang tumbuh sangat banyak tersebut akhirnya dapat menutupi
banyak bahkan seluruh permukaan sungai. Akibatnya, sinar matahari
terhalang oleh alga yang berada dipermukaan sungai dan tidak bisa
menembushingga ke dasar sungai.
3. Tumbuhan air yang berada pada dasar sungai membutuhkan sinar matahari
untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak mendapatkan sinar
matahari, maka tumbuhan air tersebut tidak bisa tumbuh dan akhirnya
mati.
4. Kemudian, bakteri pengurai berkembang secara pesat karena adanya
tumbuhan airyang mati tadi. Ketika bakteri pengurai sangat banyak berada
di sungai, maka oksigen di dalam air akan terus berkurang dan akhirnya
dapat habis (bersifat anoksik).
5. Selanjutnya, apa yang terjadi ketika oksigen dalam air habis? Semua
makhluk hidup yang ada pada air, seperti ikan dan hewan lainnya akan
ikut mati. Alga yang awalnya tumbuh pesat akan mati jika kehabisan
oksigen. Parahnya, jika keadaan ini terus terjadi, maka seluruh ekosistem
sungai juga dapat mati (KKN-PPM UGM, 2020)
2.3 Dampak Eutrofikasi
Pemasukan nitrat dan fosfat dapat meningkatkan kadarnya di air melebihi
ke butuhan minimal organisme perairan sehingga menyebabkan pertumbuhan
secara berlebihan. Pemasukan. nitrat dan fosfat pada kadar tertentu yang
melebihi baku mutu dapat menyebabkan pencemaran sehingga menurunkan
kualitas air. Keadaan ini dapat mengurangi nilai sumber daya air, nilai
estetika, pariwisata, dan perikanan. Secara umum, menurunnya kualitas air
danau terutama disebabkan oleh proses alami disamping kegiatan masyarakat.
Permasalahan yang diakibatkan oleh kegiatan masyarakat lebih mungkin
ditangani dengan melakukan pengelolaan danpengurangan penyebab
pencemaran pada sumbernya. Danau Buyan telah mengalami degradasi
kualitas lingkungan yang cukup tinggi di antara keempat danau yang ada di
Propinsi Bali. Bagian timur, selatan dan barat daya telah mengalami pendang
kalandan pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan. Pendangkalan terjadi
terutama karena tingginya tingkat erosi saat musim hujan. Tanah yang berasal
dari lahan didaerah tangkapan terbawa air larian. Tanah yang mencapai air
danau mengandungsejumlah unsur hara. Keadaan ini makin diperburuk oleh
kondisi danau karena tidak terdapat aliran air keluar sehingga pencemar akan
mengalami akumulasi.
Akibat sedimentasi ini, banyak perubahan terjadi pada lingkungan dan
biotadanau. Sedimentasi memicu pendangkalan kedalaman danau. Kasat
Kerops BWSBali Penida, Putu Sedana mengungkapkan kedalaman Danau
Buyan berubah, dari kedalaman awal mencapai 80 meter kini hanya mencapai
60 meter. Kondisi ini sebenarnya sudah tergolong sangat kritis apalagi bila
dilihat dari sisi fungsi Danau Buyan sebagai salah satu titik sumber mata air di
Bali (Purnama. 2016).
2.4 Upaya Pemulihan Eutrofikasi
1. Gunakan pupuk organik
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan diri
untuk menggunakan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik dan
pupuk kompos sangat bermanfaat dalam mengurangi pencemaran air.
Manfaat penggunaan kedua jenis pupuk ini adalah untuk memulihkan
kandungan mineral yang adadi dalam tanah. Dengan begitu, maka struktur
tanah akan kembali bisa diperbaiki serta aerasi tanah pun akan kembali
normal. Maka dari itu, mulai sekarang disarankan untuk lebih
mengutamakan penggunaan pupuk organik dan juga pupuk kompos untuk
menghindari terjadinya eutrofikasi pada sungai.
2. Gunakan parasitoid dan musuh alami untuk pemberantasan hama
Penggunaan parasitoid dan musuh alami lebih aman terhadap
lingkungan.Populasi dari hama akan menurun tanpa harus menyebabkan
residu terhadap pestisida di dalam tanah dan juga di dalam tubuh tanaman.
Parasitoid atau musuh alami disarankan karena penggunaannya yang aman
dan tidak menyebabkan kerusakan pada ekosistem air yang ada di sungai.
Selain itu,penggunaan parasitoid bisa membuat tanaman atau produk yang
dijualnya bernilai tinggi dibandingkan dengan mereka yang menggunakan
pestisida.
3. Jangan gunakan bahan peledak atau racun
Cara pemulihan sungai yang mengalami eutrofikasi juga bisa anda lakukan
dengan membiasakan diri untuk tidak menggunakan bahan peledak
maupun juga racun ketika menangkap ikan. Penggunaan racun maupun
bahan peledak hanya akan membuat semua organisme yang ada di dalam
sungai akan mati karena sungai sudah tercemar. Selain itu, ikan yang
sebenarnyabelum layak untuk ditangkap malah ikut terjaring dan bahkan
mati. Hal ini mengakibatkan tumbuhan atau organisme lain akan
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih dominan. Dengan
tidak menangkap dengan racun atau bahan peledak, maka ekosistem air
akan berangsur membaik. Dengan begitu, kehidupan yang ada di sungai
akan berjalan seimbang kembali dan tidak ada organisme yang tumbuh
lebih cepat ataulebih dominan dibandingkan dengan yang lainnya.
4. Jangan buang limbah ke sungai
Jangan lagi membuang limbah ke sungai, baik itu limbah rumah tangga
maupun limbah pabrik. Selain itu, jangan sampai membuang sampah
sembarangan agar supaya pengairan sungai berjalan lancar dan sungai
tidak semakin tercemar.
5. Perencanaan AMDAL yang matang
Pembangunan industri yang berada di kawasan sungai atau yang tidak,
harus memiliki perencanaan AMDAL yang baik dan matang. AMDAL
atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk
menjaga ekosistem air maupun di sekitar pabrik tersebut agar tidak sampai
mengalami masalah yang tidak diinginkan. Dengan demikian, limbah
pabrik dapat meminimalisir mencemari sungai sehingga tidak sampai
membuat sungai mengalami eutrofikasi (KKN-PPM UGM, 2020).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan


sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Eutrofikasi terjadi
berawal dari penumpukan nutrien atau zat senyawa nitrat dan fosfat yang
mencemari perairan seperti sungai maupun danau. Zat tersebut merupakan
nutrien atau makanan bagi alga yang ada di sana, sehingga alga dapat tumbuh
sangat pesat atau terjadi ledakan pertumbuhan alga yang tidak terkontrol
(bloomingalgae). Pemasukan. nitrat dan fosfat pada kadar tertentu yang
melebihi baku mutu dapat menyebabkan pencemaran sehingga menurunkan
kualitas air. Keadaan ini dapat mengurangi nilai sumber daya air, nilai
estetika, pariwisata, dan perikanan. Upaya pemulihan eutrofikasi gunakan
pupuk organik, gunakan parasitoid dan musuh alami untuk pemberantasan
hama, jangan gunakan bahan peledak atau racun, jangan buang limbah ke
sungai, dan perencanaan amdal yang matang.
DAFTAR PUSTAKA

Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill. International
Book Company : Tokyo.
KKN-PPM UGM. 2020. Edukasi tentang Bahayanya Eutrofikasi pada Sungai
Serta Cara Pencegahan Dan Pemulihannya Serta Cara Pencegahan Dan
Pemulihannya. yogyakarta: UGM
Morse. G.K., Lester and Perry R. 1993. The Economic and Environmental Impact
of Phosporus Removal from Wastewater in the European Community.
Selpet. London
Purnama, Sang Gede. 2016. MODUL Eurotrofikasi dan Dampak Bagi
Lingkungan Sekitar: Kasus di Danau Buyan. Denpasar: Progam Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat fakultas Kedokteran universitas Udayana

Tusseau-Vuilleman, M.H. 2001. Do food processing industries contribute to the


eutrophication of aquatic systems? Ecotoxicol. Environ. Saf. 50: 143-152.

Anda mungkin juga menyukai