KEWIRAUSAHAAN
“Kepemimpinan”
Oleh :
NIM : 432418015
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Teori Genetis
Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born and not
made”. Teoriini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami.
Pemimpin itu tidak dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan
bahwa pemimpin itu ada dengan membawa bakat-bakat memimpin yang
luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan bahwa dia
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang
bagaiamanapun juga. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena
kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Berbagai pengalaman dalam
hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di
kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi
pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka
anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi
pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin.Teori
ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan. Misalnya di
Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja. Seseorang bisa menjadi
pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang
tuanya.Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau
kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk
bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap
bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul berbagai
masalah akibat ketidak mampuan tersebut.
2. Teori social
Teori Sosial Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and
not born”, jadi merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan
atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri.
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di
bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa
menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong
oleh kemauan dari diri sendiri. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena
pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak
dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin
yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses
tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman. Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi
pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin,
hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
3. Teori ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan
teorikejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir
telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan
pengalaman pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan
lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori genetis
berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah
ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan
itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka
teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya
akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah
melalui pendidikan. Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan
seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang
yang memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia
mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya, tidak
akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak
ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya
kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead,
timbulnya seorang pemimpin itu karena:
1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born
leader).
2. Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena
kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
3. Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan
disetujui oleh pihak atasan.
2.4 Teori Kepemimpinan Model Terkini
1. Teori Manusia Hebat (Great Man Theories), teori ini didasarkan pada
pemikiran bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar biasa, lahir
dengan kualitas kepemimpinan dan ditakdirkan untuk menjadi
pemimpin. Teori ini beranggapan bahwa kapasitas kepemimpinan
adalah melekat (inherent), bahwa pemimpin besar dilahirkan, tidak
dibentuk. Teori ini sering menggambarkan pemimpin besar seperti
pahlawan, mistis, dan naik ke kepemimpinan bila diperlukan.
Digunakannya istilah Great Man karena pada saat itu kepemimpinan
dianggap sebagai kualitas laki-laki, khususnya dalam hal kepemimpinan
militer.
2. Teori Sifat (Trait Theories), teori ini mempelajari atau mengidentifikasi
sifat-sifat atau karakteristik kepribadian atau perilaku tertentu yang
dianggap dimiliki oleh orang-orang besar atau pemimpin besar
kemudian membuat daftar kata-kata sifat yang menjelaskan beberapa
atribut manusia yang positif atau budi luhur, mulai dari ambisi hingga
semangat hidup. Dalam hal tertentu, teori ini hampir sama dengan teori
Great Man yang berasumsi bahwa orang mewarisi sifat-sifat tertentu
dari sifat-sifat yang membuat seseorang lebih cocok untuk menjadi
pemimpin.
3. Teori Perilaku (Behavioral Theories), teori ini mendasarkan diri pada
keyakinan bahwa pemimpin besar dibentuk, tidak dilahirkan. Berakar
pada keperilakukan, teori ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan
pada kualitas mental atau kondisi internal. Berdasarkan teori ini, orang
bisa menjadi seorang pemimpin melalui pengajaran dan observasi.
4. Teori Situasional (Situational Theories), pendekatan teori ini melihat
kepemimpinan sebagai suatu yang spesifik terhadap suatu situasi
tertentu yang sedang dihadapi. Menurut teori ini para pemimpin
memilih tindakan yang terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya
kepemimpinan akan tidak sama untuk jenis pengambilan keputusan
tertentu. Sebagai contoh, dimana pemimpin merupakan anggota
kelompok yang paling berpengetahuan dan paling berpengalaman,
barangkali penggunaan gaya kepemimpinan otoriter adalah yang paling
cocok, sebaliknya dimana anggota kelompok terdiri para ahli dan
terampil, maka penggunaan gaya demokratis barang kali yang paling
efektif.
5. Teori Kontingensi (Contingency Theories of Leadership), teori ini
memperbaiki pendekatan situasional dan berfokus pada variabel-
variabel tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang dapat
menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok dengan
situasi saat itu. Menurut teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang
terbaik dalam segala situasi. Sukses kepemimpinan tergantung banyak
variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas dari pengikut dan
aspek situasi.
6. Teori Transaksional (Transactional Theories) atau dikenal juga Teori
Manajemen (Management Theories), pendekatan dari teori ini
menekankan pada pentingnya hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Fokus teori ini pada peran supervisi, organisasi, kinerja kelompok. Teori
ini mendasarkan kepemimpinan pada system imbalan dan hukuman.
Dalam praktek bisnis, penerapan teori ini adalah ketika karyawan
berhasil, mereka dihargai, sebaliknya ketika gagal mereka ditegur atau
diberi hukuman.
7. Teori Kepemimpinan Partisipatif (Paticipative Leadership Theories),
teori ini gaya kepemimpinan dikatakan ideal jika seorang pemimpin
mengambil dan memperhatikan masukan dari pihak lain. Para pemimpin
mendorong anggota kelompok untuk berpartisipasi dan berkontribusi
serta membantu anggota kelompok untuk merasa lebih diperlukan dan
lebih komit terhadap proses pengambilan keputusan.
8. Teori Transformasional (Transformational Theories) juga dikenal
sebagai Teori Hubungan, fokus pada hubungan yang terbentuk antara
pemimpin dan pengikut. Konsep utama darai teori ini adalah perubahan
dan peran kepemimpinan dalam membangun dan mengarahkan visi dan
menerapkan transformasi kinerja organisasi. Pemimpin
transformasional memotivasi dan menginspirasi orang dengan
membantu anggota kelompok melihat lebih penting dan lebih baiknya
tugas. Para pemimpin fokus pada kinerja anggota kelompok, tetapi juga
ingin setiap orang memenuhi potensi dirinya. Pemimpin dengan gaya ini
sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.
Model-model kepemimpinan yang sejauh ini dibahas, khususnya Teori
Manusia Hebat dan Teori Sifat, mendudukkan pemimpin sebagai tokoh yang
berada di depan yang memiliki karakteristik menonjol dibanding dengan yang
lain, dan entah bagaimana memiliki perbedaan dengan pihak lain tersebut
sehingga dapat menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain tersebut. Kondisi
seperti itu pada saat ini telah berubah, dan kajiankajian kepemimpinan telah
berpindah ke arah pengakuan tentang pentingnya hubungan antara pemimpin
dengan pengikutnya dan peran interdependensi. Tidak ada lagi pahlawan atau
pemimpin soliter, yang ada adalah pemimpin tim. Dan pemimpin tidak selalu
harus berada di depan, tetapi pemimpin yang memiliki kapasitas untuk
mengikuti. Bukan master, tapi pelayan.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh kouzes & posner (2004:26-
27) ada 20 karakteristik dari seorang pemimpin:
1. Jujur
2. Berorientasi ke depan
3. Kompeten
4. Membangkitkan semangat
5. Cerdas
6. Berwawasan adil
7. Berwawasan luas
8. Mendukung
9. Dapat dipercaya
10. Dapat diandalkan
11. Kooperatof
12. Tegas
13. Imajinatif
14. Ambisius
15. Berani
16. Perhatian
17. Dewasa
18. Setia
19. Pengendalian diri
20. Independen
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (2003:75) Teori tentang analisis
kepemimpinan berdasarkan ciri yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
“traits theory” memberi petunjuk bahwa ciri-ciri ideal tersebut ialah :
1. Pengetahuan umum yang luas,
2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
3. Sifat inkuisitif,
4. Kemampuan analitif,
5. Daya ingat yang kuat,
6. Kapasitas integratif,
7. Kemampuan berkomunikasi secara efektif,
8. Keterampilan mendidik,
9. Rasionalitas,
10. Objektivitas,
11. Pragmatisme,
12. Kemampuan menentukan skala prioritas,
13. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting,
14. Rasa tepat waktu,
15. Rasa kohesi yang tinggi,
16. Naluri relevansi,
17. Keteladanan
18. Kesediaan menjadi pendengar yang baik,
19. Adaptabilitas,
20. Fleksibititas,
21. Ketegasan,
22. Keberanian,
23. Orientasi masa depan,
24. Sikap yang antisipatif
Sedangkan menurut Amirullah (2015:17) Analisis yang terkait pada
penelitian yang dilakukan oleh Stogdill (1974) mengungkapkan sejumlah
karakter yang secara konsisten menunjukkan ciri-ciri pemimpin efektitif.
Karakter-karakter tersebut adalah:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok)
yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya,
menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan
tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, sertamemiliki
komitmen untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas
dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi. Pimpinan (leader) memiliki
fungsi dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak
pada arah yang sama yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer berkaitan
dengan manajemen, yaitu kegiatan-kegiatan seputar perencanaan (planning),
pengorganisasian (organising), penempatan staff (staffing), pengarahan
(directing) dan kontrol (controlling). Teori-teori munculnya seseorang
pemimpin adanya tiga teori,yaitu:
1. Teori Genetis;
2. Teori Sosial;
3. Teori Ekologis.
Amirullah. 2015. Kepemimpinan & Kerjasama Tim. Jakarta : Mitra Wacana Media
Referensi
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/KONSEPKEPEMIMPINAN.pdf
https://www.academia.edu/8969965/Tugas_ke_2_makalah_teori_kepemimpinan