Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KEPEMIMPINAN, ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB

Oleh :
Kelompok 5

Mulyadi Paramata
Ferawati Suratinoyo
Sri Ni’Matullah Husain
Veggy Liansyah

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Makalah

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan pada penulis khususnya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kepemimpinan, Etika dan Tanggung jawab”. Makalah ini disusun dengan harapan
dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan para pembaca makalah ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan beberapa
hambatan, namun berkat dukungan dari semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan cukup baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Penulis penyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Gorontalo, November 2023

Penulis
Makalah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang
penting karena pemimpin itulah akan mnggerakan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Karena harus memahami setiap
perilaku bawahan yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa
sehingga bisa memberikan pengabdian dan partisipasiinya kepada organisasi secara
efektif dan efisien. Dengan kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan
organisasi ditentukan oleh kualitas pemimpin.
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik
secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin,
sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai
kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo pada hakikatnya merupakan sesuatu
yang melekat di dalam diri seorang pemimpin. Sesuatu tersebut adalah berupa
sifat-sifat tertentu. Seperti kepribadian atau personality, kemampuan atau ability dan
kesanggupan atau capability.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
Makalah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik
secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin,
sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai
kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo pada hakikatnya merupakan sesuatu
yang melekat di dalam diri seorang pemimpin. Sesuatu tersebut adalah berupa
sifat-sifat tertentu. Seperti kepribadian atau personality, kemampuan atau ability dan
kesanggupan atau capability.
Makalah

Kepemimpinan juga diartikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan atau activity.


Seorang pemimpin tidak akan dapat dipisahkan dengan kedudukan atau posisi, serta
gaya atau perilaku dari pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah proses
antara hubungan atau interaksi di antara pemimpin, anggota atau pengikutnya serta
situasi.
Arti kepemimpinan menurut Sutarto adalah sebuah rangkaian aktivitas
penataan. Aktivitas tersebut berupa kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
perilaku orang lain. Hal itu dilakukan dalam situasi tertentu. Tujuannya adalah agar
bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang
pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan
dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul
kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif
atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam
mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi
organisasi tersebut.

2. Aspek Kepemimpinan
1. Seorang pemimpin harus melibatkan orang lain
Orang lain yang dimaksud di sini adalah sebagai pengikut, bawahan, atau
anggota-anggota kelompok. Kesediaan dari anggota kelompok dalam menerima
sebuah arahan dari pemimpin tentu akan membantu. Melalui hal tersebut, akan
membantu menegaskan status pemimpin.
Selain itu, akan memungkinkan terjadinya sebuah proses kepemimpinan.
Tanpa adanya bawahan atau anggota, semua sikap dan sifat dari kepemimpinan
seorang pemimpin menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
Aspek kedua, kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama
di antara pemimpin dan para anggota kelompok. Maksud dari aspek ini adalah
anggota kelompok tetap memiliki kuasa di dalam sebuah organisasi. Mereka dapat
membentuk kegiatan kelompok melalui berbagai cara. Akan tetapi, kekuasaan dari
Makalah

pemimpin organisasi cenderung akan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan anggota
kelompoknya.
3. Kepemimpinan sebagai kemampuan dalam menggunakan kekuasaan
Aspek ketiga dari kepemimpinan adalah sebagai kemampuan dalam
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin umumnya akan digunakan dalam memengaruhi perilaku anggota
kelompoknya. Hal itu dilakukan melalui sejumlah cara.
Pada dasarnya, para pemimpin akan memengaruhi para anggota kelompoknya.
Supaya anggota kelompok dapat melakukan pengorbanan secara pribadi.
Pengorbanan tersebut digunakan demi tujuan organisasi. Oleh karena itu, para
pemimpin diharapkan memiliki kewajiban khusus dalam mempertimbangkan etika,
saat akan mengambil sebuah keputusan.
3. Teori Kepemimpinan
1. Great Man Theory
Great Man Theory yang dikenal sebagai teori orang hebat ini berkembang
sejak abad ke-19. Teori ini membuat asumsi mengenai sifat kepemimpinan dan bakat
kepemimpinan. Teori ini menyebutkan bahwa hal-hal tersebut dibawa seseorang sejak
orang itu dilahirkan.
Meskipun tidak dapat diidentifikasi dengan sebuah kajian ilmiah mengenai
karakteristik serta kombinasi manusia seperti hal apa yang bisa dikatakan sebagai
pemimpin yang hebat, tetapi sudah banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang
diantara banyak individu, pasti memiliki ciri khas sebagai seorang pemimpin yang
hebat.
2. Teori gaya dan perilaku
Teori kepemimpinan berdasarkan gaya dan perilaku ini disebut sebagai
kebalikan dari teori orang hebat atau great man theory. Teori berdasarkan gaya dan
perilaku ini menyatakan bahwa pemimpin yang hebat itu dibuat. Teori ini
menjelaskan bahwa pemimpin yang hebat itu bukan berasal sejak mereka dilahirkan.
Teori kepemimpinan ini memfokuskan pada tindakan dari seorang pemimpin.
Vulkan pada kualitas sifat, mental atau karakter bawaan dari orang tersebut. Teori
gaya dan perilaku ini juga menyebutkan bahwa seseorang dapat belajar serta berlatih
menjadi pemimpin.
Pelatihan tersebut dilakukan melalui sebuah ajaran, pengalaman serta
pengamatan yang dilakukan secara baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
Makalah

yang efektif adalah hasil dari tiga keterampilan utama. Keterampilan tersebut, disebut
dimiliki oleh individu. Di antaranya adalah keterampilan teknis, keterampilan
manusiawi dan keterampilan konseptual.
3. Trait Theory
Trait Theory juga sering disebut sebagai teori sifat kepribadian. Teori ini
meyakini bahwa seseorang yang dilahirkan atau dilatih menggunakan sebuah
kepribadian tertentu, maka mereka akan menjadi unggul dalam peran
kepemimpinannya.
Hal tersebut dapat diartikan sebagai kualitas kepribadian tertentu. Contohnya
seperti kecerdasan, keberanian, kecakapan, pengetahuan, imajinasi, daya tanggap,
kreativitas, fisik, disiplin, rasa tanggung jawab dan nilai-nilai lainnya yang membuat
seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini memfokuskan pada analisis karakteristik fisik, mental
dan sosial. Gunanya adalah untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengetahuan serta
pemahaman mengenai karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum di antara
pemimpin-pemimpin.
4. Behavioral Theories
Teori kepemimpinan behavioral theories ini adalah reaksi dari trait theory.
Behavioral theories atau teori perilaku ini menghadirkan sudut pandang yang baru
mengenai kepemimpinan. Daripada karakteristik fisik, mental dan sosial dari seorang
pemimpin, teori ini memberikan perhatian pada perilaku para pemimpin itu sendiri.
Teori ini juga menganggap bahwa keberhasilan seorang pemimpin akan
ditentukan dari perilakunya. Seperti perilaku dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan. Serta perilaku tersebut juga dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu,
teori ini juga menganggap bahwa kepemimpinan yang terbilang sukses adalah yang
didasarkan pada perilaku yang bisa dipelajari.
5. Contingency Theory
Contingency theory menganggap bahwa tidak ada acara yang paling baik
untuk menyatakan dan memimpin. Teori ini menganggap bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada kondisi dan situasi tertentu. Atas dasar teori
kontingensi ini, seseorang akan mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin,
dengan sangat efektif pada situasi, kondisi dan tempat tertentu.
Akan tetapi, kinerja kepemimpinan juga berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi yang sedang terjadi. Apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke kondisi dan
Makalah

situasi lain, atau ketika faktor-faktor di sekitarnya juga telah berubah pula.
Contingency Theory atau teori kontingensi ini juga sering disebut dengan teori
kepemimpinan situasional.
6. Teori Servant
Teori kepemimpinan selanjutnya adalah teori servant. Dalam bahasa
Indonesia, disebut sebagai pelayan. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada awal
tahun 1970 an. Teori ini meyakini bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat bertugas melayani, menjaga serta memelihara kesejahteraan
fisik dan mental para anggota atau pengikutnya.
Gaya kepemimpinan ini cenderung terfokus untuk memenuhi kebutuhan dari
pengikutnya. Serta membantu mereka untuk menjadi lebih mandiri dan berwawasan
yang lebih luas. Pada teori inim pemimpin yang baik diharuskan memiliki simpati.
Selain itu, dapat meredakan kecemasan yang dirasa berlebihan dari anggotanya.
Oleh karena itu, fungsi kepemimpinan diberikan pada seseorang yang pada
dasarnya memiliki jiwa melayani atau pelayan. Teori ini menunjukkan bahwa tugas
seorang pemimpin untuk berkontribusi dalam kesejahteraan orang lain. Hal itu adalah
bentuk dari pertanggungjawaban sosial.
7. Teori transaksional
Transaksional berasal dari kata dasar transaksi. Teori ini menggambarkan
sebuah gaya kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan.
Perjanjian atau kesepakatan tersebut dibuat seseorang dengan orang lain.
Dalam hal ini, tentu yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau
anggotanya. Perjanjian tersebut dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran atau
transaksi yang sepadan. Atau saling menguntungkan di antara pemimpin dan stafnya.
Seorang staf yang dapat melaksanakan tugas dari seorang pemimpin dengan baik,
adalah nilai yang lebih. Baik untuk staf maupun untuk pemimpin yang telah
memberikan tugas tersebut. ketika tugas itu diselesaikan dengan baik, maka seorang
pemimpin akan memberi apresiasi.
Bentuk apresiasinya bisa beragam, seperti kenaikan gaji, tunjangan, bonus,
kenaikan posisi dan lain sebagainya. Pemberian apresiasi berupa yang atau tanda mata
yang lain adalah bentuk penghargaan atas kinerja seseorang. Hal itu akan membuat
seseorang tersebut merasa kerja kerasnya dihargai. Penghargaan ini juga termasuk
suatu bentuk yang sudah disepakati sebelumnya.
8. Teori transformasional
Makalah

Teori ini mengacu pada kata transformasi, kata tersebut memiliki arti umum
perubahan. Teori kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang
mengarahkan pada istilah “memanusiakan manusia”. Teori ini mengedepankan
pendekatan personal pemimpin dengan bawahannya atau organisasi.
Hal itu dilakukan dalam rangka mengubah kesadaran, membangun semangat
serta memberi inspirasi. Dilakukan demi mencapai tujuan bersama, tanpa merasa
ditekan atau tertekan. Bahkan, mampu memberikan motivasi pada setiap anggotanya.
4. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu.
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Istilah otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal dari
dua kata yaitu: autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi, kratos
adalah kekuasaan atau kekuatan. Otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan
yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang.Jadi otokratis berarti
berkuasa sendiri secara mutlak (centre of authority).
Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan
oleh seorang pemimpin dengan prilaku otoriter. Gaya Kepemimpinan
Otoriter/Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan.
1. Indikator gaya kepemimpinan otokratis
a. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang
harus dipatuhi
b. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
c. Berambisi untuk merajai situasi
d. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
e. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan
Makalah

f. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan


atas pertimbangan pribadi
g. Adanya sikap eksklusivisme
h. Selalu ingin berkuasa secara absolut
i. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
2. Kelebihan
a. Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak
pemimpin.
b. Mudah dilakukan pengawasan.
c. Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi
kepentingan satu orang.
d. Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik
kepentingan dalam organisasi.
3. Kekurangan
a. Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.
b. Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan
tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan.
c. Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi
abuse of power.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin
otoriter. Disini pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah
anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku seperti majikan
dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri. Pemimpin selalu
memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan
kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau
menerima masukan dan saran dari bawahannya.
1. Indikator gaya kepemimpinan otokratis
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Terdapat pelimpahan sebagian wewenang kepada bawahan
c. Keputusan atau Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan
Makalah

d. Komunikasi berlangsung timbal balik


e. Pengawasan dilakukan secara wajar
f. Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan
g. Penyaluran aspirasi bawahan secara luas
h. Tugas diberikan bersifat permintaan
i. Pujian dan kritik seimbang
j. Pimpinan mendorong prestasi bawahan
k. Kesetiaan bawahan secara wajar
l. Memperhatikan perasaan bawahan
m. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai.
2. Kelebihan
a. Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak
kaku
b. Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga
bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
c. Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat
mengajukan pendapat dan saran
d. Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa
mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan
tugasnya
e. Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan
sejalan
3. Kelemahan
a. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena
diambil secara musyawarah
b. Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap
orang jelas berbeda
c. Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak
sesuai dan apabila ego masing-masing anggota tinggi
3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik yang
luar biasa untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila
memiliki pengikut atau masa yang jumlahnya besar. Sifat kharismatik yang
Makalah

dimiliki adalah karunia dari tuhan. Pemimpin kharismatik bisa dilihat dari cara
mereka berbicara, berjalan maupun bertindak.
1. Kelebihan
a. Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
b. Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih
giat.
c. Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena
sifatnya yang berkharisma sehingga bisa dipercaya.
d. Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa
memanfaatkannya semaksimal mungkin.
2. Kelemahan
a. Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang
beresiko.
b. Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa
apa yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah
terlanjur percaya
c. Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk
pemimpin yang berkompeten sulit
2.2 Etika dan perilaku etis dalam organisasi
1. Pengertian Etika
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Dalam
kaitanya dengan etika tersebut, Bartens menjelaskan etika berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat,
akhlak yang baik.
Menurut Austin Fagothey, etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan tentang yang benar dan yang salah
dalam bentuk perbuatan manusia. Etika mencari dan berusaha menunjukan nilai-nilai
kehidupan yang benar secara manusiawi kepada setiap orang.
Jadi, Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika
diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan
moral. Di samping itu, dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik
menurut teori-toeri tertentu, dan sikap yang baik.
Makalah

Dalam perkembanganya, etika bisa dibagi menjadi dua, yaitu etika perangai
dan etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang
mengambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu, pada
waktu tertentu pula. Sementara etika moral adalah berhubungan dengan kebiasaan
berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar,
timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini
berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Secara umum, teori etika adalah gambaran rasional mengenai hakikat dan
dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan
klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral di perintahkan atau
dilarang. Oleh karena itu penelitian etika selalu menenmpatkan tekanan khusus
terhadap definisi konsep-konsep etika, justifikasi atau penilaian terhadap keputusan
moral, sekaligus membedakan perbuatan atau keputusan yang baik dan yang buruk.
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
1. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Misalnya kode etik.
2. Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika baru menjadi
ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asasasas dan nilai-nilai tentang
yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat – seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama dengan filsafat
moral.
Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika
mempersoalkan normanorma yang dianggap berlaku; menyelidiki dasar norma-norma
itu; mempersoalkan hak dari setiap Lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama untuk memberi perintah atau latangan yang harus ditaati. Dengan demikian,
etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua norma. Sehingga etika
akhirya membant manusia menjadi lebih otonom.
Otonom manusia tidak terletak pada kebebasan dari segala norma dan tidak
sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk
mengakui norma-norma yang diyakininya sendiri sebagai kewajiban. Etika
dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa
yang sah dan apa yang tidak sah; membedakan apa yang benar dan apa yang tidak
benar. Etika dibagi menjadi dua:
Makalah

1. Etika deskriptif, Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan,


menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak memilih
mana yang baik dan mana yang buruk, tidak mengajarkan bagaimana
seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika.
2. Etika normatif Etika normatif sudah memberikan penilaian mana yang
baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana
yang tidak. Etika normatif juga dibagi menjadi dua yaitu :
a. Etika umum, membicarakan prinsipprinsip umum, seperti
apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan
sebagainya.
b. Etika khusus, adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum,
seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya.
2. Perilaku Etis dalam Organisasi
Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang
diterima secara umum, sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik
sebab perilaku etis dapat menentukan kualitas individu (karyawan) yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor dari luar kemudian menjadi prinsip untuk dijalani dalam bentuk
perilaku.
Dalam organisasi saat ini perilaku etis menjadi hal yang paling penting
terutama dalam proses pengambilan keputusan, atau kebijakan karena kesalahan kecil
akan membuat dampak yang besar pada organisasi.
Secara keseluruhan perilaku etis dalam organisasi, terdiri dari budaya
organisasi, nilai-nilai organisasi, simbol, perilaku, kepemimpinan dan asumsi akan
hal-hal yang dilakukan didalam organisasi. Ada banyak elemen yang termasuk di
dalam konsep perilaku etis dalam organisasi dan pola perilaku yang ditetapkan akan
menjadi bagian dari budaya, kemudian karyawan akan menerima aspek budaya
tersebut untuk dianut, karena budaya adalah sistem asumsi yang dapat memiliki
pengaruh kuat dalam mengarahkan perilaku dan keyakinan pengikutnya.
Kepemimpinan etis adalah demonstrasi yang normatif secara tepat melalui
tindakan pribadi, hubungan interpersonal, dan tindakan disiplin kepada pengikut
melalui komunikasi dua arah yaitu penguatan dan pengambilan keputusan secara
altruistik bukan alasan egois. Pengertian ini mencerminkan dimensi pemimpin etis
sebagai orang yang bermoral ditandai dengan ciri-ciri seperti kejujuran, integritas,
altruisme, jaminan mutu, motivasi kolektif dan keadilan. Komunikasi dua arah yang
Makalah

disebutkan juga menggunakan penghargaan dan hukuman untuk menahan pengikut


agar dapat bertanggungjawab atas perilaku etis mereka dalam organisasi.
Ada 4 unsur etika dalam berperilaku di organisasi dilihat dari kepemimpinan
melalui deinisi diatas yaitu :
1. Pimpinan harus melakukan hal yang normatif dimata pengikut atau
sebagai model dari peran etis
2. Pimpinan mampu membuat pesan etika yang eksplisit dalam pekerjaan
sehingga mendorong umpan balik dari para pengikut.
3. Pimpinan menetapkan standar etika yang jelas kemudian mengontrol
perilaku tersebut dengan penghargaan dan hukuman.
4. Pimpinan harus turut serta masuk dalam proses dimana keputusan dan
proses tersebut juga diamati oleh pengikut. Dengan demikian
lingkungan kerja dengan para pemimpin yang etis mungkin untuk
memiliki norma dan kebijakan atas perilaku etis
Dampak dari kepemimpinan yang etis terhadap perilaku etis dalam organisasi
dapat dilihat dari dua konsep kepemimpinan yaitu :
1. Konsep kepemimpinan transformasional, dimana terjadi dalam
perubahan kepercayaan dan standar bagi karyawan dengan
menghormati, memberikan tanggungjawab, dan memaksa mereka
untuk menyerap tujuan organisasi dan menjalankannya dengan ide-ide
dan pendekatan baru melalui stimulasi intelektual, mempengaruhi
nilai-nilai pribadi seperti keadilan, kejujuran, dan motivasi karyawan
dengan moral dan nilai yang tinggi.
2. Kepemimpinan transaksional, dimana pesan etika akan diucapkan dan
diperkuat melalui komunikasi dua rah dengan tujuan untuk mengikuti
dan mengontrol karyawan menurut faktor rasional dan ekonomi
kemudian mengharuskan karyawan untuk melakukan pekerjaan secara
akurat, mematuhi aturan tanpa pengecualian dan tidak berani untuk
menjalankan resiko selama perilaku yang sesuai aturantetap dijalankan
dan yang diluar standar aturan tidak dijalankan.
Prinsip-prinsip Etis Menurut Alvin A. Arens terdapat beberapa prinsip etis,
antara lain:
Makalah

1. Tanggung Jawab Dalam mengemban tanggungjawabnya sebagai


profesional, para anggota harus melaksanakan pertimbangan
profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan Publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk
bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik,
serta menunjukkan komitmennya dan profesionalnya.
3. Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan
publik, para anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab
profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi.
4. Objektivitas dan Independensi Anggota harus mempertahankan
objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan
tanggung jawab profesionalnya.
5. Keseksamaan Anggota harus mempertahankan standar teknis dan etis
profesi, terus berusaha keras meningkatkan kompetensi danmutu jasa
yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab professional
serta sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa Anggota yang berpraktik bagi publik
harus memperhatikan prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam
menentukan ruang lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.
Penyebab Perilaku Tidak Etis Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku etis
sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena, interaksi antar individu di dalam
masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. Pada dasarnya dapat dikatakan
kesadaran semua anggota masyarakat untuk berperilaku secara etis dapat membangun
suatu ikatan dan keharmonisan bermasyarakat. Namun demikian, kita tidak dapat
mengharapkan semua orang dapat berperilaku etis. terdapat dua faktor utama yang
mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu:
1. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada
umumnya.
2. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai