Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut beberapa pengertian keluarga

menurut beberapa sumber ;

1. Raisner : Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang

atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang

terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

2. Logan’s : Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari

beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

3. Gillis : Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks

dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang

masing-masing mempunyai sebagaimana individu.

4. Duvall : Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang

dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

5. Bailon dan Maglaya : Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang

5
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

6. Johnson’s : Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam

kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai

ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan

lainnya.

7. Spradley dan Allender : Satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

iterelasi sosial, peran dan tugas.

8. Menurut UU no. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah : unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

Menurut Robert Maclver dan Charles Horton :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Noumenclature)

termasuk perhitungan garis keturunan.

6
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga

2.1.3 Batasan keahlian keperawatan keluarga

Akhir-akhir ini keperawatan keluarga menjadi sebuah bidang keahlian

khusus yang tidak terkait dengan berbagai bidang keahlian keperawatan

lainnya. Sebagai bidang keahlian yang berbeda, keperawatan keluarga ini

masih tergolong “baik”. Akan tetapi, ada bukti kuat bahwa keperawatan

keluarga merupakan sebuah bidang keahlian khusus yang sedang

tumbuh, bersifat dinamis, dan mendapat perhatian dalam praktik,

pendidikan, dan penelitian. Sampai saat ini belum terdapat kesepakatan

mengenai cakupan bidang keperawatan keluarga dan perbedaannya

dengan keperawatan komunitas (Friedman, 1986) dan terapi keluarga

walaupun demikian praktik keperawatan keluarga dibagi menjadi tiga

tingkat. Tingkat I adalah keluarga sebagai konteks. Dalam tingkat I,

keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang dengan

keluarga dipandang sebagai konteks bagi pasien/klien (Bozzet 1987).

Pada tingkat ini, keluarga sebagai kelompok primer klien yang paling

penting digambarkan sebagai stresor atau sumber bagi klien, terkait

dengan pengkajian interaksi. Menurut Association For The Care Of

Children’s Health (1989) kepewaratan yang berpusat pada keluarga

7
merupakan filosofi dari keperawatan kesehatan anak yang

mempertimbangkan dan memperlakukan anak dalam konteks keluarga

serta mengakui keluarga sebagai pemberi asuhan pertama dan

berkesinambungan untuk anak. Tingkat II adalah keluarga sebagai

kumpulan dari anggota keluarga. Dalam praktik keperawatan tipe ini,

keluarga dipandang sebagai kumpulan individu anggota keluarga.

Dikatakan keperawatan keluarga apabila semua anggota keluarga

mendapat perawatan. Sekarang ini ada upaya untuk melihat keluarga

sebagai fokus keperawatan, bukan sebagai kumpulan yang disebutkan

sebelumnya (Roberty dan Canphell 1988) pada tingkat ini hal yang

penting adalah masing-masing klien dilihat sebagai unit terpisah, unit yang

saling berinteraksi. Tingkat III adalah keluarga sebagai klien. Pada tingkat

ini keluarga menjadi klien atau fokus utama pengkajian keperawatan.

Keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi, dengan fokusnya

adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi

keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan

kesehatan dan keluarga dengan lingkungan luarnya. Hubungan antara

penyakit dengan individu dalam keluarga dianalisis dan dimasukkan

dalam rencana asuhan keperawatan (Wright dan Leahey 1988). Fokus

dari tingkat III adalah keterampilan pengkajian dan interpensi klinis yang

lebih maju berdasarkan integrasi keperawatan, terapi keluarga, dan teori

sistem. Disini terjadi interaksi timbal balik antara fungsi keluarga dan

kesehatan/penyakit (Wright dan Leahey 1998)

8
2.1.4 Interaksi antara Antara Sehat/Sakit dan Keluarga

Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu

dengan lainnya. Menurut Gillis dkk. (1989), keluarga cenderung menjadi

reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam

menentukan masalah kesehatan anggota keluarga.

Menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1998), yang

disederhanakan oleh Marilyn M. Friedman, ada enam tahap interaksi

antara sehat/sakit dan keluarga :

1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko

Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan

kesehatan dan penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari

kurang sehat ke arah lebih sehat (berhenti merokok, latihan yang teratur,

mengatur pola makan yang sehat), perawatan pra dan pasca-partum,

imunisasi dan lain-lain

2. tahap gejala penyakit yang di alami oleh keluarga

Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya,

penyebabnya, dan urgensinya, beberapa masalah dapat ditentukan.

Dalam berbagai studi Litman (1974) disimpulkan bahwa keputusan

tentang kesehatan keluarga dan tindakan penanggulannya banyak

ditentukan oleh ibu, yaitu 67,67% sedangkan ayah hanya 15,7%. Oleh

karena itu, di Amerika ibu sering dijuluki sebagai “ahli kesehatan keluarga”

(Roberty dan Baiet 1987). Tidak sedikit masalah kesehatan yang

9
ditemukan pada keluarga yang kacau/tertekan, diantaranya adalah TBC,

artritis, gangguan mental, hipertensi, dan stroke yang fatal.

3. tahap mencari perawatan

Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan

membutuhkan pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi tentang

penyembuhan, kesehatan, dan paliditas profesional dari keluarga besar,

teman, tetangga, dan non profesional lainnya. Setelah informasi

terkumpul, keluarga melakukan perundingan, untuk mencari

penyembuhan/perawatan di klinik, rumah sakit, di rumah dan lain-lain.

4. tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan

Setelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak

dengan institusi kesehatan baik profesional atau nonprofesional sesuai

dengan tingkat kemampuan, misalnya kontak dengan rumah sakit,

puskesmas, praktik dokter swasta, paranormal/dukun dan lain-lain.

5. tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien

Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah

tentu ia menyerahkan beberapa hak istimewanya dan keputusannya

kepada orang lain dan menerima peran baru sebagai pasien. Ia harus

mengikuti aturan atau nasehat dari tenaga profesional yang merawatnya

dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh karena itu, terjadi respons dari

pihak keluarga dan pasien terhadap perubahan peran tersebut.

10
6. tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan

Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang

anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang dalam pada sistem

keluarga, khususnya pada sektor perannya dan pelaksanaan fungsi

keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut, pasien/keluarga harus

mengadakan penyesuaian atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang

diperlukan dipengaruhi oleh keseriusan penyakitnya dan sentralitas pasien

dalam unit keluarga (Sursman dan Slater 1963) apabila keadaan serius

(sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang penting

dalam keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar.

2.2 Tujuan keperawatan keluarga

Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan

kesadaran, keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,

mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang

optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.

Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan

kemampuan keluarga dalam hal (1) mengidentifikasi masalah kesehatan

yang mereka hadapi, (2) mengambil keputusan tentang siapa/ke mana

dan bagaimana pemecahan masalah tersebut misalnya dipecahkan

sendiri dengan pergi ke rumah sakit, puskesmas, praktik

keperawatan/kedokteran (3) meningkatkan mutu kesehatan keluarga

(promosi kesehatan) (4) mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah

kesehatan keluarga (5) melaksanakan usaha penyembuhan/pemecahan

11
masalah kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan di rumah (6)

melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan di

rumah (7) membantu tenaga profesional kesehatan/keperawatan dalam

penanggulangan penyakit/masalah kesehatan mereka di rumah, rujukan

kesehatan, dan rujukan medik.

2.3 Perbedaan praktik keperawatan keluarga dan praktik lainnya

Keperawatan keluarga sebenarnya berbeda dengan keperawatan

komunitas. Akan tetapi, karena keperawatan keluarga berhubungan erat

dengan keperawatan komunitas, terkadang masyarakat sulit membedakan

keduanya. Keperawatan keluarga berfokus pada keluarga sebagai target

atau penerima perawatan, sedangkan target keperawatan kesehatan

komunitas adalah komunitas (Kark 1974).

Tujuan akhir dari keperawatan komunitas adalah kesehatan komunitas,

bukan kesehatan keluarga. Melalui keluarga, perawat komunitas menjaga

dan meningkatakan kesehatan komunitas. Jadi perbedaannya terlihat

pada tujuan akhir dan prioritas . Implikasi perbedaannya terdapat pada

masalah keluarga yang unik dan masalah kesehatan komunitas yang

lazim terjadi pada keluarga (komitmen pertama pada klien dan keluarga).

Perbedaan antara perawat keluarga dan perawat individu menurut

Kerschling.al(1989) terdapat pada (1) pengakuan dan integrasi konsep

keluarga (2) penerapan perspektif yang lebih luas seperti teridentifikasi

dalam pendidikan keperawatan terhadap asuhan keperawatan terutama

dengan melakukan pengkajian keluarga (3) fokus interaksi dan dinamika

12
keluarga (4) keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan, terutama

dalam hal pengambilan keputusan dan pemberian asuhan.

2.4 Faktor yang mempengaruhi berkembangnya keperawatan

keluarga

Belakangan ini keperawatan keluarga berkembang dengan pesat

karena :

1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatan dan masyarakat tentang

perlunya peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara

menyeluruh, bukan hanya praktik yang berorientasi pada penyakit .

2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis

yang menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan

keperawatan keluarga menjadi penting.

3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.

4. Pengakuan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah

dalam komunitas kita.

5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada

keluarga, seperti tori kedekatan dan teori sistem umum.

6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke

klinik layanan anak,perkawinan dan keluarga.

7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada

tahun 1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang

bermasalah pada komunikasinya terkait dengan anak-anak yang

bermasalah.

13
2.5 Tahap Perkembangan keluarga

Keluarga selalu mengalami perubahan dan perkembangan setiap waktu.

Di setiap tahap perkembangan keluarga mempunyai tantangan dan

kebutuhan sendiri-sendiri untuk sukses dan lanjut pada tahap selanjutnya.

Dengan model tahapan hidup keluarga berdasarkan ekpansi, kontraksi,

dan penaturan kembali hubungan keluarga yang mendukung masuk,

keluar, dan perkembangan anggota keluarga, dapat membantu perawat

untuk meningkatkan perilaku yang bertujuan untuk membantu keluarga

dalam perawatan dan masa transisi.

“Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh posisi kerabat dalam

masyarakat.”(Potter dan perry,2005).

Setiap keluarga mempunyai variabel-variabel yang dapat merefleksikan

struktur, fungsi, dan kesehatan dari keluarga tersebut. Variabel itu antara

lain : kelas sosial, suku, sumber ekonomi. Kelas dan suku dapat

menimbulkan perbedaan akses untuk setiap keluarga dalam masyarakat,

akses ini dapat menimbulkan perbedaan kehidupan antara keluarga dan

anggotanya. “Pendidikan yang rendah kemiskinan dan dukungan

makanan yang rendah untuk satu dengan yang lain, memperbesar setiap

pengaruh yang lain pada penyakit dalam keluarga, dan memperbesar

pengaruh penyakit tersebut di dalam keluarga.”(ross,1990)

“Keluarga adalah bentuk social utama yang merupakan tempat untuk

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.”(Campbell,1994).

Berarti prilaku sehat setiap keluarga akan berdampak pada kesehatan

14
keluarga dan kemampuan untuk mencapai tujuan. “ Walaupun hubungan

dapat direnggangkan pada saat berhadapan penyakit, penelitian,

mengindikasikan bahwa keluarga memiliki potensi untuk menjadi

pendorong utama koping.”(hough,1991).

Kesukaran menjadi faktor yang mendukung kesehatan jangka panjang.

Keluarga merupakan kekuatan untuk menghadapi kesengsaraan ini.

Bilamana keluarga tahan-krisis, keluarga tersebut akan secara tidak

langsung mempengaruhi respon anggotanya untuk menghadapi kejadian

yang menimbulkan stress.

2.6 Tipe/jenis Keluarga

Keluarga berdasarkan bentuk keluarga dalam kehidupan manusia

dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain:

1. Keluarga Inti

Seperti yang telah disebutkan di atas, tipe keluarga inti merupakan tipe

keluarga kebanyakan dalam kehidupan manusia, oleh karenanya banyak

orang yang mendefinisikan keluarga sebagai keluarga inti. Keluarga inti

terdiri atas ayah, ibu dan anak-anaknya. Dalam keluarga tipe ini,

kehadiran anak akan mempengaruhi waktu

dan sumber ekonomi. Ketidakhadiran anak akan memungkinkan suami

dan istri mencari konseling dan pelayanan kesehatan. Tipe ini biasanya

adalah ayah yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga dan ibu mengurus

rumah tangga dan keluarga di rumah. Tetapi dewasa ini tak jarang kedua

posisi tersebut terbalik.

15
2. Keluarga Besar

Keluarga ini termasuk kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, sepupu) selain

keluarga inti. Keluarga tipe ini dapat memberikan berbagai macam

dukungan berdasarkan kebutuhan anggota keluarga terhadap pelayanan

kesehatan. Makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar, makin

mempunyai pengaruh pada pelayanan kesehatan.

3. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal

Keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga

inti karena kematian, perceraian, mengabaikan, kelahiran anak tanpa

pernikahan Orang tuanya, atau pada saat seseorang yang belum menikah

memutuskan untuk mengadopsi anak. Situasi perpisahan berdampak

pada keluarga tipe ini. Hal ini merupakan akibat yang paling umum dari

perceraian pada saat ini. Pengurangan

sumber finansial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluarga dengan

orang tua tunggal.

4. Keluarga Campuran

Keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang

tidak memiliki hubungan dari hubungan yang sebelumnya ke dalam

hubungan yang baru, bergabung dalam situasi kehidupan. Situasi

kehidupan alami yang sebelumnya dari rata-rata adaptasi terhadap

perubahan mempengaruhi kesehatan. Tekanan dari bentuk

pola keluarga yang baru dapat mempengaruhi kesehatan mental anggota

keluarga.

16
5. Keluarga dengan Orang Tua Berkarir

Pada keluarga tipe ini, kedua orang tua adalah pencari nafkah (berkarir).

Biasanya mereka tidak memiliki anak. Keluarga tipe ini semakin

meningkat dewasa ini karena banyaknya kesempatan bekerja pada

wanita, keinginan pada peningkatan kualitas

hidup dan desakan ekonomi. Masalah terberat yang biasanya dihadapi

oleh keluarga dengan orang tua berkarir adalah masalah mengenai

penanganan dan pengasuhan anak.

6. Keluarga Regenerasi

Dalam beberapa kebudayaan dan rumah tangga yang berumur panjang,

adalah mungkin jika dua keluarga dalam generasi yang berbeda hidup

dalam satu atap. Anak yang telah menikah dan memiliki anak

memungkinkan hidup bersama dengan orang tuanya, ataupun orangtua

yang biasanya menaruh kepengurusan dan kepedulian anak terhadap

kakek atau neneknya, sedangkan orang tua anak tidak termasuk ke dalam

bagian keluarga regenerasi.

7. Orang Dewasa yang Tinggal Sendiri

Merupakan bentuk keluarga dimana seseorang yang dewasa dan telah

menikah hidup dan mengurusi dirinya sendiri. Tipe keluarga ini terbentuk

karena biasanya diakibatkan oleh perceraian, kematian pasangan hidup,

maupun karena pasangan yang telah menikah namun terpisah oleh jarak.

8. Pasangan Homoseksual

17
Merupakan bentuk keluarga yang terdiri atas pasangan homoseksual.

Keluarga ini terbentuk karena adanya tujuan yang sepaham dalam

kepedulian sesama dan komitmen yang kuat dalam hubungan

heteroseksual. Anggapan masyarakat dan prasangkanya adalah masalah

terbesar dalam keluarga tipe ini.

Bermacam-macam bentuk keluarga yang ada dalam kehidupan

bermasyarakat menuntut profesionalitas dalam diri perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan yang lebih profesional. Dengan

mengetahui bentuk-bentuk keluarga, seorang perawat diharapkan dapat

mengembangkan asuhan keperawatannya dengan mendayagunakan

potensi dari anggota keluarga dan mengetahui permasalahan-

permasalahan yang ada dalam lingkungan klien.

2.7 Fungsi, struktur dan tugas keluarga dan perawat keluarga

2.7.1 fungsi,struktur dan tugas keluarga

Struktur dan fungsi keluarga memiliki hubungan erat dan saling berkaitan

satu sama lain. Menurut Wright dan Leahey (2000) dalam buku

Community Public Health Nursing edisi 4 struktur keluarga dapat dibagi

menjadi tiga aspek yaitu struktur internal, struktur ekstrnal, dan konteks.

Struktur internal terdiri dari komposisi keluarga atau anggota keluarga,

jenis kelamin, posisi anggota keluarga berdasarkan umur dan jenis

kelamin, dan batasan tertentu yang ada dalam keluarga, siapa yang

berpartisipasi dan bagaimana partisipasinya dalam keluarga. Sebagai

contoh seorang ibu yang melarang anak gadisnya berhubungan dengan

18
teman lawan jenis karena kekhawatirannya terhadap anaknya. Setiap

anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.

Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan

pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan

pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan

berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan

sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri,

dan kemampuan menyelesaikan masalah. Aspek yang kedua yaitu

struktur eksternal yang berupa keluarga secara luas dan sistem besar.

Keluarga secara luas meliputi keluarga asal dan keturunan dari keluarga

tersebut. Sistem besar meliputi pekerjaan, kesehatan, dan kesejahteraan

keluarga. Aspek yang ketiga yaitu konteks. Konteks yang dimaksud yaitu

gambaran keadaan berupa etnik, suku, kelas sosial, kepercayaan, dan

keadaan lingkungan.

Struktur didasari pada keanggotaan keluarga dan pola hubungan yang

bersifat kompleks dan banyak. Sebagai contoh seorang ayah memiliki

hubungan suami-istri, ayah-anak, pekerja-atasan, sejawat-sejawat yang

masing-masing memiliki tuntutan dan peran masing-masing dengan

harapan yang berbeda. Pola hubungan membentuk kekuatan dan struktur

peran dalam keluarga. Struktur yang terlalu kaku atau fleksibel akan

mengganggu fungsi. Jika didalam keluarga ibu satu-satunya yang

diperbolehkan mendukung anak secara emosional akan terjadi beban

keluarga. Jika ia sakit tidak ada orang yang menggantikan perannya.

19
Struktur yang terbuka secara ekstrim akan memberikan masalah. Pola

tingkah laku tidak konsisten dan terlalu fleksibel membuat anggota

keluarga bingung dan terjadi krisis dalam keluarga. Menurut Friedman

(1992) dalam buku Fundamentals of Nursing : Concepts, Process and

Practice edisi 6 Fungsi keluarga dideskripsikan sebagai apa yang

keluarga lakukan yang berfokus pada proses yang digunakan untuk

mencapai tujuan. Proses tersebut meliputi komunikasi antar-anggota

keluarga, penyusunan tujuan, penyelesaian konflik, pemberian layanan,

pengasuhan, dan penggunaan sumber daya internal maupun eksternal.

Fungsi keluarga menurut Friedman yaitu yang pertama fungsi afektif dan

koping dimana keluarga sebagai pemberi layanan kenyamanan emosional

anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas. Kedua,

keluarga memiliki fungsi sosialisasi. Keluarga sebagai guru, menanamkan

kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feeback,

dan petunjuk. Fungsi ketiga yaitu fungsi reproduksi yang dimaksud

sebagai penerus keturunan. Fungsi keempat yaitu fungsi ekonomi sebagai

pemberi financial bagi anggota keluarga dan kepentingan di masyarakat.

Fungsi kelima yaitu fungsi fisik sebagai pemberi keamanan dan

kenyamanan. Salah satu syarat keluarga dapat mencapai tujuannya jika

komunikasi didalam keluarga jelas dan langsung. Menurut Effendi (1998)

ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya yaitu yang

pertama adalah fungsi asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian,

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehinga memungkinkan

20
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Fungsi

yang kedua yaitu fungsi asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan

dan keperawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga

diharapkan menjadikan anak-anak mereka sehat baik fisik, mental, sosial

dan spiritual. Fungsi yang ketiga yaitu fungsi asah, adalah memenuhi

kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang

bersifat mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi

fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

1. Fungsi biologis

- Untuk meneruskan keturunan

- Memelihara dan membesarkan anak

- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

- Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi psikologis

- Memberikan kasih sayang dan rasa aman

- Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

- Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi

- Membina sosialisasi pada anak

- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

21
- Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi

- Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

- Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

- Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa

yang akan datang misalnya pendidikan pada anak-anak, jaminan hari

tua dan sebagainya

5. Fungsi Pendidikan

- Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan

untuk membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya

- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranya sebagai orang dewasa

- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

Jika kebutuhan psikologis anggota keluarga tidak dipenuhi maka akan

timbul gejala gangguan fungsi keluarga. Keluarga sebaiknya memiliki

sumber daya. Sebagai contoh jaringan sosial yang berguna sebagai

salahs satu sumber daya atau hubungan sosial seperti teman atau rumah

ibadah yang bertindak yang bertindak sebagai penyeimbang, terutama

pada masa stress dan mengurangi kerentanan keluarga. Sama halnya

dengan struktur dan fungsi, fungsi dan tugas juga berhubungan. Sebagai

22
contoh fungsi keluarga sebagai guru. Maka keluarga bertugas

memberikan pendidikan, menanamkan kepercayaan, nilai, dan sikap

positif pada anggota keluarga.

Tugas keluarga berfokus pada apa yang ingin dilakukan anggotanya

didalam keluarga. Tugas keluarga bersifat dinamis dan berubah

dipengaruhi oleh keluarga maupun lingkungan. Tugas keluarga bersifat

dinamis dan berubah dipengaruhi oleh keluarga maupun lingkungan.

Tugas keluarga bersifat timbal balik. Keseimbangan keluarga bergantung

pada bagaimana tugas yang tepat dalam keluarga diseimbangkan dan

saling timbale balik (Duvall,1977; Friedman,1986; Robischon&Scolt,1969).

Tugas keluarga dipengaruhi oleh berbagai jenis faktor yang meliputi

watak, tinggi, berat, jenis kelamin, usia, dan status kesehatan anggota

keluarga. Sebagai contoh tugas anggota keluarga berdasarkan jenis

kelamin. Seorang perempuan dapat dikategorikan sebagai saudara

perempuan, anak, istri, ibu, atau teman lawan jenisnya. Begitupula

seorang laki-laki dapat menjadi saudara laki-laki, anak, ayah, suami, atau

teman. Keluarga bertugas memimpin, memelihara, merawat, menghibur,

dan melindungi anggota keluarga lainnya. Saat terjadi krisis atau konflik

didalam sebuah keluarga, anggota keluarga lain bertugas meredakan dan

menyelesaikan konflik yang terjadi dengan memberikan pengarahan dan

pencerahan.

2.7.2 Fungsi,struktur dan tugas perawat keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu

23
memerhatikan prinsip-prinsip berikut.

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap

perkembangan keluarga.

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.

e. Menekankan pada kemampuan keluarga.

Dalam meningkatkan kemampuannya menyelesaikan masalah

kesehatan perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai :

1. pemantau kesehatan (health monitor).

Perawat membantu keluarga mengenali penyimpangan kesehatan

dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar

tentang akibat masalah tersebut terhadap perkembangan anggota

keluarga.

2. Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Selain berperan dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan,

perawat keluarga tetap berperan dalam memberi perawatan pada anggota

keluarga yang sakit. Sering kali kontak pertama dengan keluarga dimulai

dengan adanya anggota keluarga yang sakit baik melalui penemuan

langsung, rujukan,atau tindakan lanjut perawatan di rumah sakit. Setelah

kontak pertama ini baru diberikan asuhan keperawatan secara

menyeluruh pada keluarga.

3. Koordinator keperawatan kesehatan keluarga.

24
Dengan adanya orientasi ulang pelayanan kesehatan rumah sakit ke

masyarakat, tenaga kesehatan yang lain juga bertujuan memberikan

perawatan kesehatan kepada keluarga, misalnya dokter, dokter gigi, ahli

gizi, dan lain-lain. Untuk mencegah tumpang tindih pelayanan, diperlukan

seorang koordinator. Dari semua tenaga kesehatan yang telah disebutkan

sebelumnya, perawatlah yang lebih tepat menjadi koordinator dengan

pertimbangan karena perawat (1) mempunyai pandangan yang

menyeluruh tentang kesehatan keluarga, (2) mempunyai hubungan yang

terus menerus dan nama dengan keluarga serta lebih mengetahui

kebutuhan keluarga tersebut, (3) dapat mengambil tindakan yang tepat

dalam menanggulangi masalah kesehatan baik perawatan mandiri atau

rujukan ke puskesmas atau tempat lain.

4. Fasilitator.

Perawat dapat menyingkirkan rintangan yang menghambat perawatan

kesehatan keluarga. Rintangan yang sering terjadi adalah (1)

ketidaktahuan keluarga tentang kemana dan bagaimana mendapatkan

perawatan kesehatan yang lebih baik, (2) budaya, kebiasaan dan adat

istiadat yang menggangu perawatan kesehatan. Perawat dapat memberi

motivasi dan penyuluhan tentang keadaan yang seharusnya atau cara

menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik, (3) kendala ekonomi.

Perawat dapat memberi informasi kepada keluarga tentang bantuan

ekonomi, misalnya informasi tentang dana sehat.

5. Pendidik.

25
Ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan keluarga merawat

keluarganya sendiri selalu menjadi masalah dalam bidang keperawatan

kesehatan. Oleh karena itu, perawat harus mampu memberi

pendidikan/latihan kepada klien atau siapa saja sehingga klien mampu

mengatasi masalahnya sendiri.

6. Penasehat.

Dengan komunikasi yang baik serta keterbukaan antara perawat dan

klien, keluarga berani meminta nasehat pada perawat dan perawat

berkewajiban memberi nasehat dengan baik dan benar.

2.8 Keluarga sebagai Sistem

Sistem merupakan kumpulan beberapa bagian fungsional yang

saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Keluarga didefinisikan secara biologis, hukum atau sebagai jaringan sosial

dengan ikatan dan ideologi yang dibangun secara pribadi ( Potter

Perry;141). Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai

berikut:

1. Keluarga mempunyai subsistem yang meliputi anggota, fungsi, peran,

aturan, budaya, dll.

2. Terdapat saling ketergantungan antar subsistem.

3. Merupakan unit terkecil dari masyarakat dan dapat mempengaruhi

supra-sistemnya. Komponen sistem keluarga meliputi lingkungan,

masukan, proses, luaran dan umpan balik. ( Asuhan keperawatan

keluarga, Supratjitno, S.kp ; 18-19) Keluarga sebagai sistem memiliki

26
karakteristik dasar yang dikelompokkan sebagai sistem terbuka dan

sistem tertutup. Keluarga sebagai sistem terbuka adalah suatu sistem

yang mempunyai kesempatan, mau menerima atau mempertahankan

lingkungan (masyarakat) sekitarnya melalui pola komunkasi yang

langsung, jelas, selalu bermusyawarah untuk menentukan aturan.

Keluarga sebagai sistem tertutup merupakan suatu sistem yang kurang

mempunyai kesempaan dan kurang mau menerima atau memberi

perhatian kepada lingkungan sekitarnya. Pemahaman tentang sistem

keluarga membantu seorang perawat dalam menyediakan fondasi toritis

untuk terapi keluarga dan pedoman untuk melaksanakan keperawatan

keluarga ( Exploration in Family Nursing; 8). Skynner(1996) Menyarankan

perubahan konseptual baru disajikan dalam pengembangan ilmiah,

hubngan antar keterkaitan sistem fisiologis dan hubungan antar keluarga

dalam keperawatan keluarga. Konsep penting dalam pertimbangan

asuhan keperawatan keluarga adalah stabilitas, perubahan, circuarity, dan

batasan. Sistem keluarga secara umum berusaha untuk menjaga keadaan

tetap stabil melalui proses homeostatis dalam struktur keluarga dengan

mempertahankan kekompakkan dan keseimbangan unit secara

keseluruhan. Berdasarkan analisis wili dan wrate ( 1985 ) dan baker(1992)

prinsip dalam sistem keluarga berguna untuk memahami keperawatan

keluarga. Proses keperawatan digunakan sebagai pendekatan sistematis

untuk mempertimbangkan keperawatan keluarga. FHS ( family health

system ) adalah model holistik yang membantu pengkajian dan perawatan

27
bagi keluarga yang meliputi lima bagian kehidupan keluarga yaitu

interaksi, perkembangan, adaptasi, integritas, dan kesehatan. Dengan

memahami komponen-komponen sistem keluarga yakni masukan (input)

terdiri dari anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, aturan,

budaya , agama;

proses dalam melaksanakan fungsi keluarga, luaran yang berbentuk

perilaku keluarga dari proses, dan umpan balik sebagai pengontroldalam

masukan dan proses yang berasal dari perilaku keluarga, perawat

diharapkan mampu memberikan pelayanan yang penuh kasih bagi klien

dan keluarganya sehingga dapat membantukeluarga dan anggotanya

mencapai dan mempertahankan kesehatan maksimal dam fokus pada

seluruh lingkungan praktik keperawatan keluarga ( Asuhan keperawatan

keluarga ; 19). Menurut will dan wrate keluarga sebagai sistem karena

bagian keluarga saling berhubungan,fungsi keluarga tidak hanya untuk

anggota, organisasi dan struktur keluarga dapat menentukan kebiasaan

keluarga, terdapat komunikasi dan umpan balik diantara keluarga itu.

Untuk itu dalam melaksanakan keperawatan keluarga harus

melaksanakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi berdasarkan teori

keluarga sebagai sistem.

2.9 Studi Kasus

Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan

sebagai potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun

28
tidaklah demikian, karena anak merupakan individu yang bertumbuh dan

berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya

bertambah. Untuk mencapai perkembangan secara optimal, pada akhir

masa kanak-kanak tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab

sekolah, tetapi juga tanggung jawab guru dan kelompok sebaya serta

orang tua yang meletakkan dasar-dasar

penyesuaian diri anak. Anak yang diasuh dengan tipe keluarga

homoseksual dengan lingkungan yang berbeda akan mengalami interaksi

yang berbeda dengan masyarakat karena struktur, fungsi, peran, dan

tahap perkembangan keluarga berbeda dengan yang lazim didaerah

tersebut. Anak tersebut tidak memiliki ayah dan ibu melainkan dua ayah

dan dua ibu. Fungsi dari kedua orang tuanya juga berbeda dengan fungsi

dari keluarga teman-temannya yang memiliki ayah dan ibu sehingga anak

tersebut akan mencari sosok lain yang dapat menggantikan ayah atau ibu.

Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan

dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga. Anak-anak membentuk

konsep diri ideal, seperti dalam tokoh sejarah, film, atau tokoh nasional

yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum

yang diinternalisasi. Anak pada umumnya mencari identitas diri agar

diterima oleh kelompoknya karena takut kehilangan dukungan dari

kelompok. (Asuhan Keperawatan Keluarga;64) Masalah-masalah yang

terjadi pada anak meliputi bahaya fisik dan psikologis. Untuk menghadapi

anak yang diasuh oleh pasangan homoseksual harus mementingkan

29
aspek psikologis anak tersebut. Perawat harus mengkaji bagaimana pola

komunikasi, pengambilan keputusan, dan peran anggota keluarga.

Perawat harus berhati-hati saat melakukan proses wawancara kepada

anak karena anak memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap orang tuanya.

30

Anda mungkin juga menyukai