Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul makalah ini adalah “Peran perawat jiwa dan kolaborasi interdisiplin dalam
kesehatan dan keperawatan jiwa”. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang
berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas


dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Gorontalo, november 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Pengertian Perawat Jiwa.......................................................................................3


B. Peran Perawat Jiwa...............................................................................................5
C. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa...............7
D. Elemen penting dalam mencapai kolaborasi inter disiplin efektif.......................8
E. Manfaat kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa................9
F. Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa
10
G. Piramida pelayanan kesehatan jiwa...................................................................10
H. Jenjang pelayanan kesehatan jiwa......................................................................11
I. Komponen jenjang pelayanan kesehatan jiwa...................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di Negara- negara maju, meskipun masalah kesehatan
jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan
individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena
mereka tidak produktif (Hawari, 2009).
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan jiwa menyeluruh,
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan
perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara
medis, kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang. Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan
keadaan orang lain (Febriani, 2008).
Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua
kalangan masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
jiwa (Intan,2010).
Pelayanan kesehatan jiwa yang komperehensif yaitu pelayanan
yang difokuskan pada pelayanan kesehatan jiwa primer,sekunder dan
tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa yang holistic yaitu pelayanan yang
difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual dengan
perawatan mandiri individu dan keluarga.
Pelayanan kesehatan berperan penting untuk menjalankan konsep
kesehatan jiwa masyarakat. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan klien dalam memelihara kesehatan jiwanya.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
220/MENKES/SK/III/1992 tentang pedoman umum tim Pembina,
Pengarah, Pelaksana kesehatan jiwa Masyarakat. Kesehatan Jiwa

1
Masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa
masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa
melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Selama ini ada kesalahan dalam menerapkan pelayanan kesehatan
jiwa, dimana pelayanan kesehatan jiwa hanya berbasis di Rumah Sakit,
sehingga orang yang datan hanya yang mengalami gangguan jiwa berat,
seetelah sembuh mereka pulang dan akan datang lagi jika terserang lagi.
WHO menyarankan agar penanganan kesehatan jiwa lebih dtekankan atau
berbasis pada Masyarakat (Community Based), sehingga masyarakat
diharapkan mampu menangani kasus gangguan jiwa yang ringan, dan
hanya yang berat ang dilayani oleh Rumah Sakit Jiwa (Moersalin, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perawat jiwa?
2. Bagaimana Peran dari Perawat jiwa?
3. Apa dan Bagaimana dengan Kolaborasi Interdisiplin pada kesehatan dan
Keperawatan Jiwa?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari perawat Jiwa
2. Menjelaskan tentang peran dari perawat jiwa
3. Menjelaskan tentang pengertian dan bagaimana peran perawat dengan
kolaborasi interdisiplin pada kesehatan dan keperawatan Jiwa.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa : Dapat memahami tentang pelayanan dan
kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.

2
2.  Bagi Masyarakat : Masyarakat dapat menggunakan makalah
ini sebagai bahan bacaan maupun refrensi khususnya tentang
pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perawat Jiwa
Konsep perawat jiwa meliputi definisi perawat kesehatan jiwa,
peran perawat jiwa, Fungsi perawat Jiwa.
a) Definisi kesehatan Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan merupakan sebagian dari penerapan
ilmu tentang perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori
kepribadian, dimana penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik
sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Erlinafsiah, 2010)
b) Peran Perawat Jiwa
Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi
dan spesifik (Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi
kemandirian dan kolaborasi diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, yaitu perawat memberikan pelayanan dan
asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam
menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia,
perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
komunitas. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu
pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi
terhadap tindakan tersebut.
Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan
keperawatan yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada

3
individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada
diri sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya
diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap
kesehatan jiwa. Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan
adalah perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung
jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan
perannya ini perawat diminta menerapkan teori manajemen dan
kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan
yangdiperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan
mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian


yaitu perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa
dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

c) Fungsi Perawat
Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan
secara langsung dan asuhan keperawatan secara tidak langsung
(Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut dapat dicapai melalui aktifitas perawat
jiwa, yaitu:
1. Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang
ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perasaan aman, nyaman baik fisik, mental,dan sosial
sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.
2. Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now”
yaitu dalam membantu mengatasi segera dan tidak ditunda
sehingga tidak terjadi penumpukkan masalah.
3. Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan
bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri sebagai
alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.

4
4. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien
merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini perawat
perlu memasukkan pengkajian biologis secra menyeluruh
dalam evaluasi pasien jiwa untuk mengidentifikasi adanya
penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi
dengan cara yang tepat.
5. Memberikan pendidikan kesehatan yangditujukan kepada
pasien, kleuarga dan komunitas yang mencakup pendidikan
kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa,
penyebab gangguan jiwa, ciri- ciri gangguan jiwa, fungsi
dan tugas keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan
jiwa.
6. Sebagai perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi
perantara dari pihak pasien, keluarga dan masyarakat dalam
memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7. Fungsi yang ketujuh adalah kolaborasi dengan tim lain
adalah perawat membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat
kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial,
psikolog, dll.
8. Memimpin dan membantu tenaga perawatan adalah
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa
didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa.
Kesembilan, menggunakan sumber di masyarakat
sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang ada
dimasyarakat perlu diidentifikasi untuk digunakan sebagai
faktor pendukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa
yang ada dimasyarakat.

5
B. Peran Perawat Jiwa
Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan
jiwa yaitu:
1. Peran dalam prevensi primer
2. Peran dalam prevensi sekunder
3. Peran dalam prevensi tersier

a) Peran dalam prevensi primer


 Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat
kemiskinan, & pendidikan
 Memberikanpendidikankesehatan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa
terjadi
 Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri
dimasa mendatang
 Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga
& meningkatkan fungsi kelompok
 Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa

b) Peran dalam prevensi sekunder


 Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
 Memberikan konsultasi
 Melaksanakan intervensi krisis
 Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada
berbagai tingkat usia
 Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah
teridentifikasi masalah yang dialaminyananganan dirumah

6
 Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
 Menciptakan lingkungan yang terapeutik
 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

c) Peran dalam prevensi tersier


 Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi
 Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari
fasilitas kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah
sakit ke komunitas
 Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat
siang) pada klien.

C. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa
merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim
kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun
pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang
jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis,
dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa.
Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota
tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit
jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi
pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu

7
rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang
optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena
dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan
pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat
dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam
menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit
jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat
dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling
sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit
jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah
yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan
mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal
pemberian pengobatan.

D. Elemen penting dalam mencapai kolaborasi inter disiplin efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan
kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi
interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,
komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah ini.

 Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia


untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan
kepercayaan. 

8
 Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat
mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai. 
 Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh
dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. 
 Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa
dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. 
 Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat
memberikan tindakan pertolongan namun tetap mengacu pada
aturan-aturan yang telah disepakati.
 Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas
kompetensinya.
 Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam
perawatan pasien sakit jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin
orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
 Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan
memiliki tujuan untuk kesehatan pasien sakit jiwa.

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :


  Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
 Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
 Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
 Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
tergabung dalam tim.

E. Manfaat kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa


Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi
praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan
kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan

9
pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan
jiwa antara lain :
 Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa
 Produktivitas  maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
 Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
 Meningkatnya kohesifitas antar profesional
 Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
 Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami
orang lain.

F. Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam


keperawatan jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah.
Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
 Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
 Struktur organisasi yang konvensional
 Konflik peran dan tujuan
 Kompetisi interpersonal
 Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

G. Piramida pelayanan kesehatan jiwa

10
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan yang berkesinambungan yaitu
pelayanan yang :
 Sepanjang hidup
 Sepanjang rentang sehat – sakit
 Pada setiap konteks keberadaan (dirumah, disekolah, di tempat
kerja, di rumah sakit atau dimana saja).

H. Jenjang pelayanan kesehatan jiwa


Menurut Ommeren tahun 2005 jenjang kesehatan antara lain :
 Perawatan mandiri individu dan keluarga
 Dukungan dari sektor formal dan informal diluar sektor kesehatan
 Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar
 Pelayanan kesehatan jiwa di RSU atau RSUD
 Pelayanan kesehatan jiwa di RSJ
I. Komponen jenjang pelayanan kesehatan jiwa
 Perawatan mandiri individu dan keluarga
Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan
jiwa yang dipenuhi oleh masing-masing individu dan keluarga. Mayarakat
baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri
memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat mungkin untuk
memperdayakan keluarga dengan melibatkan mereka dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya.
Dukungan masyarakat formal dan informal diluar sektor kesehatan
Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak mampu
diatasi secara mandiri ditingkat individu dan keluarga maka upaya solusi
tingkat berikutnya adalah leader formal dan informal yang ada di
masyarakat mereka menjadi tempat rujukan. Tokoh masyarakat, kelompok
formal dan informal diluar tatanan pelayanan kesehatan merupakan target
pelyanan kesehatan jiwa, kelompok yang dimaksud adalah TOMA ( tokoh
agama, tokoh wanita, kepala desa/lurah, RT/RW )

11
 Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar
Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk rawat jalan dan
kunjungan ke masyarakat sesuai wilayah kerja masyarakat. Tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa adalah perawat
yang telah dilatih CMHN atau perawat plus CMHN dan dokter yang telah
dilatih kesehatan jiwa ( dokter plus kesehatan jiwa ) yang bekerja secara
team yang disebut team kesehatan jiwa puskesmas.
 Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat kabupaten/kota
Tim kesehatan yang terdiri dari psikiater, psikolog klinik, perawat
jiwa CMHN dan psikolog (yang telah mendapat pelatihan jiwa)
 Pelayanan kesehatan jiwa di RSU
Diharapkan tingkat kabupaten atau kota menyediakan pelayanan
rawat jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa dengan jumlah
tempat tidur terbatas sesuai kemampuan
 Pelayanan RSJ
RSJ merupakan pelayanan spesialis jiwa yang difokuskn pada pasien
gangguan jiwa yang tidak berhasil dirawat dikeluarga/puskesmas/RSU.
Sistem rujukan dari RSU dan rujukan kembali dari masyarakat yaitu
puskesmasharus jelas agar kesinambungan pelayanan dikeluarga dapat
berjalan. Pasien yang telah selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali
kepuskesmas. Penanggungjawaban pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
(puskesmas) bertanggungjawab terhadap lanjutan asuhan dikeluarga.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang
efektif maka keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika
digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan
memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas. 
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan
mudah dalam keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota
interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim,
struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi
interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

B. Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi
bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for
Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: Trans
Info Media
Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
Hawari, 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
220/MENKES/SK/III/1992

14

Anda mungkin juga menyukai