Anda di halaman 1dari 12

Nama: Fienda Putri

Nim: 201310026
Kelas: 12 Manajemen Pagi
Makul: Perilaku Organisasi (Tugas Meresumen ke-8 Pertemuan 10)

1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hal yang memegang peran dominan, kritikal, krusial dalam
keseluruhan upaya. Upaya yang dimaksud adalah untuk meningkatkan prestasi kerja.
Baik pada tingkat individual, kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam diri
seseorang. Sikap kepemimpinan tersebut digunakan ketika memimpin. Salah satu
pengaruh yang ditimbulkan dati sikap kepemimpinan tersebut adalah dapat
mempengaruhi seseorang. Pengaruh yang diberikan ini dimaksudkan di dalam sebuah
pekerjaan atau organisasi. Hal itu dikarenakan umumnya sikap kepemimpinan
dibutuhkan seseorang dalam memimpin sebuah pekerjaan atau organisasi. Tujuan dari
sikap kepemimpinan tersebut adalah untuk mencapai sebuah target atau goal. Baik di
bidang pekerjaan atau sebuah organisasi, selalu ada target yang ingin di capai. Target-
target yang sudah ditentukan tersebut dapat terlaksana karena adanya sikap
kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah sikap yang ada di dalam seorang pemimpin. Sedangkan pemimpin
adalah seseorang yang sudah diberi kepercayaan. Kepercayaan tersebut digunakan untuk
menjadi sebuah kepala atau ketua di dalam perusahaan atau organisasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan untuk memandu
anggotanya. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi sekaligus
meyakinkan sekelompok orang atau seseorang. Ketika pemimpin dan anggotanya sudah
berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah dicapai.
Lalu, apa itu kepemimpinan secara umum? Secara umum, kepemimpinan adalah sesuatu
yang ada di dalam diri seseorang. Kepemimpinan tersebut dapat mempengaruhi
seseorang. Selain itu, sikap kepemimpinan juga dapat digunakan untuk memandu sebuah
pihak tertentu. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah supaya dapat mencapai sebuah
tujuan. Di dalam KBBI atau kamus besar bahasa Indonesia, kepemimpinan adalah perihal
pemimpin atau cara memimpin. Sedangkan pemimpin menurut KBBI adalah orang yang
memimpin. Berikut ini adalah beberapa ahli yang mengemukakan tentang apa itu
kepemimpinan:
1. Wahjosumidjo
Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo pada hakikatnya merupakan sesuatu yang
melekat di dalam diri seorang pemimpin. Sesuatu tersebut adalah berupa sifat-sifat
tertentu. Seperti kepribadian atau personality, kemampuan atau ability dan kesanggupan
atau capability.
Kepemimpinan juga diartikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan atau activity. Seorang
pemimpin tidak akan dapat dipisahkan dengan kedudukan atau posisi, serta gaya atau
perilaku dari pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah proses antara hubungan
atau interaksi di antara pemimpin, anggota atau pengikutnya serta situasi.
2. Sutarto Wijono
Arti kepemimpinan menurut Sutarto adalah sebuah rangkaian aktivitas penataan.
Aktivitas tersebut berupa kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang
lain. Hal itu dilakukan dalam situasi tertentu. Tujuannya adalah agar bersedia untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
3. Moejiono
Menurut Moejiono, kepemimpinan atau leadership sebenarnya adalah akibat dari
pengaruh yang terjadi secara satu arah. Hal itu terjadi karena seorang pemimpin mungkin
memiliki sebuah kualitas tertentu. Kualitas tersebut adalah sesuatu yang membedakan
dirinya dengan para pengikutnya. Para ahli teori sukarela atau compliance induction
theorist, akan cenderung memandang sebuah kepemimpinan atau leadership sebagai
pemaksaan. Selain itu, kepemimpinan adalah pendesakan pengaruh yang terjadi secara
tidak langsung. Kepemimpinan adalah sarana untuk membentuk sebuah kelompok yang
sesuai dengan keinginan pemimpinnya.
4. Sondang P. Siagian
Kepemimpinan bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kemampuan tersebut ada ketika menjabat sebagai seorang pemimpin di dalam organisasi
tertentu. Kemampuan yang dimaksud adalah untuk mempengaruhi orang lain, khususnya
bawahannya atau anggotanya. Hal ini dilakukan supaya mereka dapat bertindak dan
berpikir sesuai sebuah lahan tertentu. Supaya sebuah tujuan bisa dicapai dengan mudah.
5. Imam Moejiono
Pengertian kepemimpinan menurut Imam Moejiono adalah sebuah kemampuan yang
dimiliki dalam memberikan pengaruh satu arah. Hal itu karena seorang pemimpin
mungkin memiliki beberapa kualitas tertentu. Kualitas tersebut umumnya adalah sesuatu
yang berbeda dari para pengikutnya.
6. Fiedler
Apa itu kepemimpinan? Fiedler menjelaskan bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah
sebuah pola. Pola tersebut tergambar antara individu yang telah menggunakan sebuah
wewenang. Selain itu, individu tersebut juga menggunakan pengaruhkan kepada
sekelompok orang. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah supaya orang-orang akan
bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan.
7. Ott
Kepemimpinan adalah sesuatu yang bisa didefinisikan sebagai suatu proses hubungan
antar pribadi. Dimana hubungan tersebut yang di dalamnya akan ada sebuah pengaruh
kepercayaan, sikap, serta khususnya perilaku orang lain yang dilakukan oleh seseorang.
8. Stoner
Kepemimpinan menurut Stoner adalah sebuah proses dalam mempengaruhi atau
mengarahkan sebuah kegiatan. Kegiatan tersebut terkait dengan kelompok atau
organisasi. Tujuannya adalah untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
9. Ralp M. Stogdill
Pengertian kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill adalah sebuah proses untuk
memberikan pengaruh bagi berbagai kegiatan kelompok yang terorganisasi. Hal itu
dilakukan dalam usaha mereka untuk menetapkan serta mencapai sebuah target.
10. Hemhiel dan Coons
Menurut Hemhiel dan Coons, kepemimpinan adalah sebuah perilaku dari individu, ketika
memimpin aktivitas dalam organisasi atau kelompok. Tujuannya adalah untuk mencapai
tujuan secara bersama atau shared goal.
11. George R. Terry
Kepemimpinan atau leadership adalah sebuah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain.
Pengaruh tersebut dilakukan untuk diarahkan dalam mewujudkan tujuan dari sebuah
organisasi.
12. Jacobs dan Jacques
Jacobs dan Jacques menjelaskan bahwa arti kepemimpinan adalah sebuah proses dalam
memberi arti terhadap usaha kolektif. Hal itu membuat adanya kesediaan dalam
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sebuah tujuan.
13. Charles F. Rauch dan Orlando Behling
Rauch dan Behling menjelaskan bahwa arti kepemimpinan adalah sebuah proses dalam
mempengaruhi berbagai aktivitas dari sebuah kelompok. Aktivitas tersebut yang
diorganisasikan ke arah pencapaian berbagai tujuan.
14. Kenneth N. Wexley dan Gary Yukl
Menurut Wexley dan Yukl, kepemimpinan adalah sebuah kegiatan dalam mempengaruhi
orang lain. Pengaruh tersebut ditujukan supaya lebih berupaya dalam mengarahkan
tenaga di dalam tugasnya, atau mengubah perilaku-perilaku mereka.
15. Sullivan dan Decker
Kepemimpinan adalah penggunaan keterampilan seseorang. Keterampilan tersebut
digunakan dalam mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan sesuatu dengan sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Mendefinisikan Teori Sifat
Trait Theory juga sering disebut sebagai teori sifat kepribadian. Teori ini meyakini bahwa
seseorang yang dilahirkan atau dilatih menggunakan sebuah kepribadian tertentu, maka
mereka akan menjadi unggul dalam peran kepemimpinannya.
Hal tersebut dapat diartikan sebagai kualitas kepribadian tertentu. Contohnya seperti
kecerdasan, keberanian, kecakapan, pengetahuan, imajinasi, daya tanggap, kreativitas,
fisik, disiplin, rasa tanggung jawab dan nilai-nilai lainnya yang membuat seseorang dapat
menjadi pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini memfokuskan pada analisis karakteristik fisik, mental dan sosial.
Gunanya adalah untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengetahuan serta pemahaman
mengenai karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum di antara pemimpin-
pemimpin.
3. Mendefinisikan Teori Perilaku
Teori perilaku merupakan suatu teori terkait hubungan antara keyakinan dan perilaku.
Teori kepemimpinan berdasarkan gaya dan perilaku ini disebut sebagai kebalikan dari
teori orang hebat atau great man theory. Teori berdasarkan gaya dan perilaku ini
menyatakan bahwa pemimpin yang hebat itu dibuat. Teori ini menjelaskan bahwa
pemimpin yang hebat itu bukan berasal sejak mereka dilahirkan.
Teori kepemimpinan ini memfokuskan pada tindakan dari seorang pemimpin. Vulkan
pada kualitas sifat, mental atau karakter bawaan dari orang tersebut. Teori gaya dan
perilaku ini juga menyebutkan bahwa seseorang dapat belajar serta berlatih menjadi
pemimpin. Pelatihan tersebut dilakukan melalui sebuah ajaran, pengalaman serta
pengamatan yang dilakukan secara baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
yang efektif adalah hasil dari tiga keterampilan utama. Keterampilan tersebut, disebut
dimiliki oleh individu. Di antaranya adalah keterampilan teknis, keterampilan manusiawi
dan keterampilan konseptual.
4. Mendefinisikan Teori Kemungkinan
Teori kemungkinan adalah suatu teori yang memprediksikan atau meramalkan suatu
keadaan yang akan terjadi terkait suatu aktifitas yang akan dilakukan atau dikerjakan.
Contingency theory menganggap bahwa tidak ada acara yang paling baik untuk
menyatakan dan memimpin. Teori ini menganggap bahwa setiap gaya kepemimpinan
harus didasarkan pada kondisi dan situasi tertentu. Atas dasar teori kontingensi ini,
seseorang akan mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin, dengan sangat efektif pada
situasi, kondisi dan tempat tertentu.
Akan tetapi, kinerja kepemimpinan juga berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang
sedang terjadi. Apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke kondisi dan situasi lain atau
ketika faktor-faktor di sekitarnya juga telah berubah pula. Contingency Theory atau teori
kontingensi ini juga sering disebut dengan teori kepemimpinan situasional.
5. Mendefinisikan Leader-Member Exchange (LMX) Theory
LMX adalah sebuah teori yang berfokus pada kualitas hubungan antara
pemimpin dan bawahan untuk memahami pengaruh peran pemimpin terhadap
member, tim atau organisasi (Berrin, E., & Bauer, T, N, 2014). Teori LMX
mengatakan bahwa seorang pemimpin membedakan relasi dengan bawahan.
Terdapat kemungkinan pemimpin membentuk hubungan secara merata pada seluruh
bawahannya tetapi membentuk hubungan baik membutuhkan pengorbanan waktu
dan energi dan karyawan memiliki kualitas kerja dan motivasi yang berbeda
sehingga pemimpin akan lebih sering membeda–bedakan relasi pada karyawan
organisasi (Liden, R. C., & Graen, G, 1980). Pembedaan hubungan antara pemimpin dan
bawahan dikategorikan menjadi dua yaitu in–group dan out–group.
Dasar dibalik teori LMX adalah pemimpin membuat dua kelompok dimana
masing–masing kelompok membangun jenis relasi yang berbeda dengan pemimpin.
Teori LMX berbeda dengan kebanyakan teori kepemimpinan lain yang berasumsi
bahwa pemimpin berperilaku sama terhadap setiap member bawahan. LMX
berfokus pada pembahasan hubungan pemimpin dan bawahan secara independen
daripada hubungan pemimpin pada bawahan secara keseluruhan dimana terdapat
pembedaan kualitas hubungan pada individu yang berbeda (dalam Lunenburg, FC,
2010). Kualitas LMX yang baik ditandai dengan adanya sikap saling support antara
pemimpin dan bawahan, rasa saling percaya, komunikasi yang baik dan nyaman,
kesetiaan terhadap sesama serta daya tarik interpersonal yang baik sedangkan
kualitas LMX yang rendah ditandai dengan pengaruh dan support timbal balik yang
terbatas antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin juga memberlakukan otoritas
formal dan memberikan benefit hanya sebatas standar organisasi kepada
bawahan (Deluga, R. J, 1998).
6. Mendefinisikan Kepemimpinan Otentik: Etika dan Kepercayaan
Kepemimpinan otentik merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada penyelarasan
karakter seseorang dengan nilai yang ada di dalam kelompok atau organisasi agar
berjalan secara efektif. Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini harus mampu jujur
pada dirinya sendiri dan pengikutnya terkait nilai apa yang hendak dibawa agar dapat
bekerja sama secara maksimal.
Karakteristik
Terdapat beberapa karakteristik dari kepemimpinan otentik (Kruse, 2013), yaitu:
1. Authentic leaders are self-aware and genuine
Pemimpin-pemimpin yang otentik adalah individu yang mengaktualisasikan dirinya
dengan memiliki self-awareness (kesadaran diri). Mereka mengetahui kekuatan dan
kelemahan pada diri mereka sendiri dan emosi mereka. Mereka juga tidak berperilaku
berbeda di berbagai kondisi, dengan kata lain mereka menjadi diri mereka di hadapan
para pengikutnya. Mereka juga tidak takut untuk terlihat lemah dengan mengakui
kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dan kegagalan yang pernah mereka lalui.
2. Authentic leaders are mission-driven and focused on results
Mereka mampu menempatkan misi-misi untuk mencapai tujuan orang banyak atau
organisasi di atas tujuan pribadi. Mereka melakukan pekerjaan mereka untuk mencapai
hasil bukan untuk kekuasaan, ego, dan keinginan materi pribadi.
Authentic leaders lead with their heart
Mereka tidak takut untuk menunjukkan emosi-emosi yang mereka miliki, kerentanan
mereka terhadap karyawan. Namun bukan berarti mereka “lembek”, akan tetapi dapat
mengomunikasikan apa yang dirasakan dengan tata cara yang tepat secara empatik.
Authentic leaders focus on the long term
Mereka fokus untuk hasil jangka panjang, bersedia untuk membimbing setiap orang dan
memelihara organisasi dengan sabar dan kerja keras karena mereka yakin dengan hasil
yang akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.
Dimensi
Aspek-aspek kepemimpinan otentik menurut Walumbwa et al. (2008) di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Self-Awareness (Kesadaran Diri)
Cara seseorang memandang dan memahami dirinya sendiri dari waktu ke waktu, serta
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal ini mencakup wawasan mengenai dirinya
berdasarkan sudut pandang orang lain (Kernis, dalam Winbaktur & Sutono, 2019).
Misalnya, seorang pemimpin menyadari bahwa ucapan dan tindakan tertentu dapat
memberikan dampak bagi orang lain.
2. Relational Transparency (Relasi yang Transparan)
Persepsi pengikut terhadap perilaku pemimpin yang menampilkan dirinya secara asli
dalam berinteraksi dengan orang lain, bukan pencitraan diri maupun perubahan bentuk
diri. Misalnya, seorang pemimpin menampilkan sifatnya secara orisinal dan tanpa dibuat-
buat dengan maksud pencitraan (Kernis, dalam Winbaktur & Sutono, 2019). Contoh,
seorang pemimpin mengakui kesalahan yang telah dilakukannya.
3. Balanced Processing (Pemprosesan yang Seimbang)
Menunjukkan seorang pemimpin yang secara objektif menganalisis semua informasi dan
data yang ada secara relevan sebelum mengambil keputusan. Misal, seorang pemimpin
ketika akan mengambil keputusan melihat dari berbagai sudut pandang serta
menganalisis berbagai informasi terlebih dahulu (Gardner, Avolio, Luthans, dkk., 2005).
Contoh, seorang pemimpin akan memperhatikan dengan seksama sudut pandang yang
berbeda sebelum mengambil keputusan.
4. Internalized Moral Perspective (Perspektif Moral yang Terinternalisasi)
Merupakan gambaran bawahan terhadap atasan mengenai internalisasi dan regulasi diri,
artinya adalah apabila atasan membuat suatu keputusan maka keputusan tersebut sesuai
dengan regulasi diri atau tidak bertentangan dengan nilai moral yang dianutnya.
Misalnya, pemimpin yang ketika mengambil keputusan berdasarkan standar nilai
moral/etika yang telah ditetapkan (Ryan & Deci, dalam Winbaktur & Sutono, 2019).
Contoh, seorang pemimpin mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup yang
diyakininya
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
- Peningkatan keterlibatan relasional yang dihasilkannya.
Pemimpin dengan gaya ini akan fokus pada tujuan dan perilaku serta nilai-nilai batin
seseorang. Pemimpin lebih mampu menjaga kepercayaan dan kohesi di antara kelompok.
Fokusnya adalah memberdayakan karyawan dan membimbing mereka melalui tugas
dengan cara yang empatik dan jujur.
- Fokus pada hubungan karyawan-pemimpin adalah pada pengembangan dan
mendengarkan ide dan pemikiran orang.
Hubungan terbuka, yang tidak berarti semuanya selalu kebahagiaan dan kesepakatan,
menciptakan lingkungan yang otentik, sehingga orang-orang mengetahui tempat mereka
dalam organisasi dan arah kerja tim.
- Konsistensi gaya kepemimpinan otentik yang dapat diberikan untuk organisasi.
Ini adalah nilai-nilai batin pemimpin, dikombinasikan dengan tujuan operasional
organisasi, yang merupakan inti dari cara kerja tim. Ini berarti bawahan tahu apa yang
diharapkan di saat-saat sulit dan senang.
- Cenderung menjamin standar etika dan moral yang tinggi.
Gaya ini menekankan penggunaan moralitas sebagai pedoman kepemimpinan, sehingga
organisasi dapat memiliki pijakan etika yang lebih kuat.
Kekurangan
1. Teori kepemimpinan otentik tidak memiliki teori yang koheren atau terpadu
Penulis yang berbeda menambahkan cita rasa mereka sendiri pada apa artinya menjadi
pemimpin sejati. Oleh karena itu, analisis yang tepat tentang manfaat dan pengukuran
keaslian bisa jadi sulit.
2. Komponen moral dapat menyebabkan tujuan yang bertentangan dalam suatu organisasi
Nilai pemimpin mungkin tidak selalu sejalan dengan apa yang benar untuk organisasi
atau pemegang sahamnya. Padahal, kebutuhan bawahan dan pemangku kepentingan
lainnya mungkin tidak selalu dapat dipenuhi. Oleh karena itu, seorang pemimpin
mungkin mendapati dirinya dalam situasi yang menuntut mereka mengorbankan nilai
batin mereka dengan memberikan bonus karyawan atau menumbuhkan potensi penjualan
perusahaan.
3. Kepemimpinan otentik mungkin menghalangi kemampuan organisasi untuk membuat
keputusan cepat. Pemimpin ingin mengumpulkan umpan balik dan mendengarkan
pendapat lain sebelum menggunakan penilaiannya, sehingga kecepatan pengambilan
keputusan dapat terancam.
Contoh
- Howard Schultz di Starbucks
Howard Schultz bisa dibilang memenuhi standar “authentic leaders lead with their heart”.
Sepanjang kariernya di Starbucks, perhatian utama Schultz adalah pada kesejahteraan
karyawannya. Hal tersebut mungkin dikarenakan pengalaman ayahnya saat mendapat
kecelakaan dan tidak memiliki asuransi kesehatan, untuk itu kemudian Schultz
memberikan fasilitas kesehatan dan kepemilikan saham kepada semua karyawannya,
termasuk karyawan paruh waktu (part-time). Bahkan Starbucks di AS juga memberikan
uang penggantian biaya bagi karyawan yang melanjutkan kuliah.
- Bob Sadino
Bob Sadino memiliki cara yang berbeda dalam mengawasi karyawannya, yaitu dengan
ikut bekerja seperti rekan kerja yang lain tanpa membedakan karyawannya dari top
sampai karyawan paling rendah. Bahkan beliau sering mengajak istri dan anaknya untuk
“nongkrong” di tempat kerja. Ini menggambarkan ciri-ciri “authentic leaders are self-
aware and genuine”, sebab terlihat bahwa Bob Sadino tampil apa adanya sebagai seorang
pemimpin dan sekaligus manusia.
7. Mendefinisikan Mentoring
Mentoring merupakan kegiatan yang dibentuk oleh mentor untuk menciptakan
pembimbingan dan pendampingan yang lebih terarah kepada orang yang disebut sebagai
mente. Berbekal segudang pengalaman dan pengetahuan, seorang mentor akan
memberikan ilmu yang dimilikinya seoptimal mungkin kepada mentee bimbingannya.
Istilah mentoring sebenarnya merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang
bisa diartikan sebagai bentuk pendampingan atau pembimbingan. Dalam ruang lingkup
yang lebih luas, istilah mentoring ini juga dapat didefinisikan sebagai proses interaksi
yang didasarkan oleh keyakinan, kepercayaan, dukungan dan dorongan yang kuat.
Interaksi ini dapat direalisasikan untuk mengembangkan performa karier serta memenuhi
tujuan hidup tertentu.
Menurut Anderson dan Shannon (1998)
Pengertian mentoring menurut para ahli yang pertama datang dari Anderson Shanon.
Kedua ahli ini mengartikan kegiatan mentoring sebagai sebuah proses pendampingan.
Sosok yang memiliki bekal kemampuan dan pengalaman yang lebih banyak dapat
memberikan bimbingan atau pendampingan kepada seseorang yang masih memiliki
intensitas kemampuan dan pengalaman yang terbilang minim.
Menurut Kasper (2022)
Pengertian mentoring menurut para ahli berikutnya datang dari Kasper. Beliau
mengartikan mentoring sebagai beragam bentuk hal yang bersifat khusus, berkaitan
dengan peninjauan, serta didasari hubungan saling mendukung dan percaya.
Menurut Hasan dan Chien (2003)
Masih menjadi pengertian mentoring menurut para ahli. Hasan dan Chien telah
mendefinisikan kegiatan mentoring sebagai sebuah proses yang menghadirkan berbagai
aspek kehidupan melalui adanya pembimbingan, pendampingan dan pelatihan yang
dibentuk oleh orang yang berpengalaman sebagai tujuan pembelajaran bagi remaja.
Menurut Kurniawati (2015)
Kurniawati mengartikan mentoring sebagai prosedur pembelajaran yang dibentuk oleh
mentor untuk menanamkan kemandirian dalam diri seorang mentee. Mentoring
merupakan bentuk bantuan yang dibuat secara samar dari mentor untuk mentee. Bantuan
tersebut diberikan melalui hadirnya pembekalan pengetahuan, pembentukan pemikiran
dan pengembangan tindakan dalam menjalankan peranan.
Menurut Romansah (2017)
Mendefinisikan mentoring sebagai kegiatan yang bertujuan untuk membimbing dan
mendampingi individu dengan dukungan positif. Romansah juga mengartikan mentoring
sebagai wujud dari umpan balik yang secara berkala diberikan oleh dua individu berbeda.
Kegiatan ini direalisasikan untuk mengembangkan pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan tertentu
Dengan mekanisme dan pengelolaan keseimbangan yang adaptif, kegiatan mentoring
dirancang dengan tepat untuk membantu Mentee menyelesaikan permasalahannya.
Peranan Penting Kegiatan Mentoring
Ada berbagai peranan yang dihadirkan kegiatan mentoring untuk membantu mentee
dalam menjalankan berbagai aktivitas secara optimal dan maksimal. Tidak hanya
menyajikan keuntungan bagi mentee, hadirnya mentoring ini juga menjadi kesempatan
emas bagi mentor, sehingga mampu memberikan peranan penting bagi kedua belah
pihak. Apa saja peranan penting yang diperoleh dari kegiatan mentoring ini? Berikut
adalah pembahasannya!
Peranan Perbaikan atau Rehabilitatif
Mentoring mampu menghadirkan dampak positif berupa bimbingan yang terfokus pada
peranan perbaikan. Peranan perbaikan ini dapat mempengaruhi psikologi klinik dan
psikis, serta berpusat terhadap berbagai masalah adaptasi, rehabilitasi masalah psikologis,
perbaikan gangguan emosional dan penstabilan diri.
Peranan Pengembangan atau Pembelajaran
Hadirnya peranan perbaikan atau rehabilitatif tidak lepas pula dari adanya peranan
pengembangan yang dapat membantu kamu meningkatkan keterampilan, pembentukan
kemampuan, serta menanamkan nilai-nilai positif seperti halnya kemandirian.
8. Tantangan Pada Gaya Kepemimpinan
Ada beberapa tantangan kepemimpinan yang paling sering dihadapi oleh seorang leader.
Koordinasi yang tidak lancar bisa jadi salah satu tantangan seorang pemimpin yang bisa
berdampak negatif pada tim. Itulah mengapa bekal leadership skill sangatlah diperlukan,
baik untuk di dunia kerja maupun kuliah. Selain hal yang berkaitan dengan koordinasi,
kira-kira apa sajakah tantangan terbesar lainnya dan bagaimana cara menghadapinya?
1. Anggota yang sulit diatur
Persoalan ini adalah salah satu tantangan yang paling banyak terjadi. Kamu mungkin
pernah menemui salah satu anggota yang sulit diajak kerja sama atau tak bisa diandalkan.
Tugas utamamu sebagai pemimpin adalah menghadapi mereka dengan cara yang baik.
Jangan biarkan sifat mereka justru mengendalikanmu dan membuat kepemimpinanmu
menjadi kurang bijak. Kamu bisa coba beberapa strategi, seperti memberi feedback
kepada mereka atau meminta mereka untuk berubah. Jika tidak berhasil, kamu bisa
menerapkan kepemimpinan yang lebih asertif.
2. Menghadapi tekanan
Tantangan kepemimpinan selanjutnya adalah harus mampu menghadapi segala tekanan
yang ada. Sebagai pemimpin, kamu pasti tidak bisa selalu bekerja dengan prima 100%
setiap waktu. Jadi, meluangkan waktu untuk sedikit bersantai bisa membantumu lebih
rileks untuk atasi tekanan. Jangan lupa juga untuk mengatur prioritas dan waktumu
dengan baik, serta temukan hobi atau aktivitas yang bisa mengurangi stres.
3. Harus selalu termotivasi
Kamu tidak perlu menjadi cheerleader yang selalu ceria di dalam tim. Namun, para
anggota pasti mengandalkanmu sebagai seorang yang mampu membangun kembali
antusiasme untuk mencapai goal. Ini merupakan tantangan seorang pemimpin ketika
harus selalu menjaga motivasinya agar tidak berpengaruh buruk pada anggota tim. Kalau
pemimpinnya saja tidak bersemangat, kemungkinan anggotanya juga tidak terlalu
termotivasi untuk meraih tujuan dan hanya mengerjakan tugasnya hanya demi
menggugurkan kewajiban. Kamu bisa fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan,
mengingat kembali professional dan personal goal-mu, serta motivasi terbesarmu yang
lain.
4. Tidak dihormati atau disukai
Sebagai pemimpin, kamu tidak bisa selalu dihormati dan disukai oleh semua orang. Apa
akibatnya jika orang tidak menghormatimu? Mereka tidak akan mendengarkan apa pun
yang kamu katakan. Tantangan kepemimpinan yang satu ini memang cukup sulit untuk
diatasi. Namun, menurut Butter Up, kamu memang tidak harus selalu disukai sebagai
pemimpin. Pasalnya, setiap orang pasti memiliki reaksi yang berbeda atas keputusanmu.
Yang penting, kamu bisa tetap dihormati. Usahakan untuk tetap merespon mereka secara
positif, sambil coba terapkan gaya kepemimpinan dan leadership framework yang paling
cocok untukmu dan tim.
5. Masalah komunikasi
Menurut Life Hack, masalah komunikasi bisa jadi masalah nomor satu yang akan kamu
hadapi ketika memimpin.
Tantangan bagi seorang pemimpin adalah memastikan bahwa semua orang di dalam tim
memiliki pemahaman yang sama akan segala hal. Baik itu tentang deadline, standar kerja,
strategi tim, dan lainnya. Jadi, gunakan saluran komunikasi yang efektif dan memonitor
mereka secara intensif. Misalnya dengan melakukan weekly check in untuk memastikan
semua progres ada di track yang benar.
6. Perubahan anggota
Hal ini sangat lumrah terjadi, terutama di dunia kerja. Orang-orang yang selama ini
menjadi anggota timmu mungkin saja akan memutuskan untuk pindah kerja suatu hari.
Perubahan anggota ini termasuk ke dalam tantangan kepemimpinan, karena kamu harus
mampu mempercepat penyesuaian dalam organisasi. Pastikan proses transisi berjalan
lancar dan anggota baru bisa mendapatkan training yang ia butuhkan.
7. Menjalin hubungan baik dengan stakeholder
Menurut Center for Creative Leadership, salah satu tantangan seorang pemimpin ialah
harus mampu membangun hubungan baik dengan semua pihak. Sebagai pemimpin, kamu
perlu menjaga komunikasi yang efektif, baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk
melakukannya, kamu perlu mengasah interpersonal skill, termasuk empati, skill
mendengarkan, problem solving, dan lain-lain.
8. Menyampaikan kabar buruk
Apakah project timmu gagal? Apakah kamu harus memberikan penilaian buruk pada
anggotamu?
Sebagai leader, kamu harus mampu menyampaikan berita buruk ini pada atasan atau
bawahanmu secara jelas dan tanpa drama. Dengan begitu, kamu akan bisa menemukan
solusi yang tepat ke depannya. Menurut Indeed, beberapa strategi melakukan hal ini di
antaranya adalah:
- Ungkapkan dengan jelas dan jujur tanpa berusaha menutupi apapun, sehingga mereka
benar-benar mengerti situasi apa adanya.
- Beri mereka waktu untuk bertanya, merespons, dan mengungkapkan perasaan
mereka.
- Akhiri pembicaraan dengan mendiskusikan atau merekomendasikan langkah ke
depannya.
9. Mencari Gaya Kepimpinan Yang Efektif
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memberi contoh, serta member motivasi
kepada orang lain, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dan mendatangkan manfaat
bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan merupakan faktor yang penting dalam suatu
organisasi. Tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak
hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi
lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya,
anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu
memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan. Kepemimpinan juga
dapat merupakan sesuatu yang dapat dipelajari sehingga dapat dilaksanakan spontan dan
otomatis sepanjang waktu. Para pemimpin atau manager misalnya dapat segera membuat
beberapa keputusan penting mengenai sebuah masalah, sementara orang lain masih
dalam tahap menganalisis masalah. Pemimpin yang memiliki gaya memimpin yang baik
akan membawa perubahan dan kemajuan besar, pada sebuah lembaga, organisasi, negara
dan bangsa. Setiap kelompok membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjalankan
roda kelompok tersebut, guna mencapai tujuan kelompoknya. Namun seperti apakah gaya
kepemimpinan yang baik? Berikut adalah lima cara untuk menerapkan gaya
kepemimpinan yang sehat dan produktif:
1. Meningkatkan Partisipasi Karyawan Dalam Penetapan Tujuan.
Salah satu kekhawatiran pemimpin dalam mengelola organisasi, adalah ketakutan bahwa
karyawan akan membuat pimpinan terlihat buruk. Karena ketakutan itulah tujuan yang
ditetapkan untuk staf tidak didasarkan pada potensi individu mereka, tetapi lebih tepatnya
apa yang pimpinan inginkan dari mereka. Dapat dimengerti, mereka tidak benar-benar
termotivasi. Kuncinya, adalah untuk melibatkan karyawan dengan proses penetapan
tujuan sehingga mereka dapat melihat tujuan dalam pekerjaan mereka.
Duduk dan berbincang dengan karyawan tentang tujuan organisasi. Alih-alih memberi
tahu pekerjaan yang dapat menekankan karyawan, tanyakan bagaimana mereka dapat
membantu berkontribusi pada gambaran yang lebih besar. Itu akan memberi tim lebih
banyak kemandirian dan kepemilikan atas nilai prestasi mereka.
2. Menumbuhkan Komunikasi Dua Arah.
Salah satu masalah terbesar dalam sebuah organisasi adalah manajemen yang sepihak.
Semuanya harus dilakukan dengan cara manajer. Hal itu membuat karyawan pasif, tidak
kreatif, inovatif. Karyawan juga tidak bisa bebas mengeluarkan suara dan aspirasinya.
Hasil survei SHERM mengungkapkan bahwa 37 persen karyawan yang berpartisipasi
mengatakan, mereka yang yang diberikan kebebasan akan ide dan suara serta aspirasi,
menunjukkan tingkat kepuasan dan kebahagiaan serta merasa dihargai di tempat kerja.
Hal itu menimbulkan tingkat produktivitas dan loyalitas yang tinggi kepada organisasi.
Alih-alih hanya memberikan perintah kepad karyawan, sebaiknya kita meminta pendapat
mereka dan mendiskusikan bagaimana mereka bekerja paling baik baik dan efisien.
Jika mereka melihat cara berbeda untuk melakukan sesuatu, biarkan mereka mencobanya.
Lagi pula, selama mereka menyelesaikan pekerjaan dan melakukannya dengan baik, apa
bedanya jika mereka memilih metode yang berbeda.
3.Sistem Kerja Fleksibel
Opsi kerja yang fleksibel dan jarak jauh terkadang menjadi ketakutan bagi pemimpin. Hal
ini membuat karyawan keluar dari pandangan dan jauh dari kendali mereka. Tetapi
kenyataannya adalah sebagian besar karyawan lebih produktif ketika mereka diberi
kebebasan untuk bekerja di tempat yang mereka sukai. Dalam survei Flexjobs pada
bulaan Agustus terhadap lebih dari 3.100 profesional, 65 persen mengatakan mereka
bekerja lebih baik di lokasi di luar kantor. Entah itu karena karyawan ingin keluar dari
gangguan kantor atau merasa lebih terinspirasi bekerja di sebuah kedai kopi. Untuk itu
para pemimpin perlu melepaskan karyawan dari meja mereka. Membiarkan karyawan
bekerja dnegan bebas dimanapun ia kehendakinya, selama proyek atau tugas yang
diberikan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Hal ini juga akan memberi
mereka lebih banyak kemandirian profesional dan mengurangi sifat mikromanajer dalam
diri kita.
4. Memberikan Penghargaan Pada Karyawan
Ketika karyawan dapat memilih penghargaan mereka sendiri, itu lebih efektif. Itulah
yang membuat platform pengakuan seperti Blueboard menonjol.
Blueboard memungkinkan manajer untuk memberikan penghargaan kepada karyawan,
tetapi karyawan memilih cara memilih hadiah itu. Mereka dapat memilih dari berbagai
pengalaman yang memperkaya kehidupan individu mereka seperti perawatan spa, tiket ke
acara olahraga atau peristiwa tak terlupakan yang benar-benar berarti bagi mereka.
Alih-alih mengakui karyawan dengan cara yang menurut manajemen harus membuat
mereka merasa baik, mereka dapat memilih kepuasan mereka sendiri. Itu membuat
penghargaan lebih pribadi dan lebih memotivasi.
5. Selalu Berorientasi Pada Feedback
Feedback ataupun umpan balik yang hebat memungkinkan karyawan untuk belajar dan
tumbuh. Jika seorang manajer hanya mengatakan, “Anda harus melakukan hal-hal seperti
ini,” karyawan merasa terkendali. Pilihan yang lebih baik adalah fokus pada fakta dan
hasil daripada proses. Misalnya, jika tujuan memenangkan 10 akun baru telah ditetapkan,
mintalah umpan balik seputar apakah harapan itu dipenuhi atau tidak.
Karyawan dapat melihat hasil mereka dan berpikir tentang apakah proses mereka
berfungsi atau tidak seperti yang mereka harapkan. Mereka dapat melihat apa yang
mereka lakukan dengan benar dan apa yang mengarah pada kesuksesan mereka, serta
bagaimana mereka perlu beradaptasi. Jenis umpan balik ini memberi mereka lebih
banyak kontrol atas bagaimana mereka meningkat. Ini lebih kolaboratif daripada diberi
tahu apa yang mereka lakukan benar atau salah.

Anda mungkin juga menyukai