Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yesus kristus, karna atas kasih dan anugerahNya
peneliti mampu menyelesaikan proposan yanga berjudul ”pengaruh beban keja terhadap niatan
kerja resign” dengan baik. Proposal ini disususn untuk memenuhi tugas dari mata kuliah seminar
SDM. Penyusunan proposal ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada
oara pembaca, sekaligus acuan bagi penelitin lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan
yang sama. Peniliti menyadari bahwa proposal ini masi jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar bisa menjadi tulisan yang lebih baik dan
berguna bagi siapapun. akhir kata peneliti ucapkan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era bisnis yang kompetitif, organisasi perusahaan menghadapi tantangan untuk
mempertahankan karyawan yang kompeten dan berpotensi. Salah satu aspek yang memiliki
dampak signifikan terhadap keinginan karyawan untuk tetap bekerja di suatu perusahaan
adalah beban kerja yang mereka hadapi. Beban kerja adalah istilah yang merujuk pada
jumlah
tugas, tanggung jawab, dan tekanan yang ditempatkan pada seorang karyawan dalam
konteks
pekerjaan mereka.
Seiring dengan perubahan dinamika pasar kerja dan perubahan dalam gaya hidup modern,
banyak karyawan mengalami peningkatan beban kerja yang dapat berdampak pada motivasi,
kesejahteraan, dan niatan resign mereka. Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan
stres, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
niatan resign karyawan.
Seperti yang terjadi pada karyawan yang ada di PT. jaya mereka masih mengalami beban
kerja
yang cukup berat dan cenderung menyusahkan mereka dan hal ini cukup berdampak
terhadap
niatan mereka untuk resign (intention turnover)
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh beban kerja
terhadap
niatan resign karyawan. Dengan memahami hubungan antara beban kerja dan niatan resign,
organisasi dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk meningkatkan retensi
karyawan dan memastikan keberlanjutan operasional mereka.
Penelitian ini akan melibatkan analisis data empiris, serta memeriksa faktor-faktor tambahan
seperti dukungan sosial, kepuasan kerja, dan pengembangan karir sebagai variabel yang
mungkin memoderasi hubungan antara beban kerja dan niatan resign. Hasil dari penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan wawasan berharga bagi manajer sumber daya manusia dan
pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola tenaga kerja yang efektif dan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana
seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi,
dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju
dan bersatu. Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat
kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan
kemahiran kemahiran yang dimilikinya.
Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu kelompok sehingga
pemimpin merupakan agen pembaharu, agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih
mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka, dan
kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi
kepentingan anggota lainnya dalam kelompok (Jusmawati, Satriawati, dan Imran 2018).
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana menata dan mencapai
kinerja untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang diinginkannya. 4 Kepemimpinan
adalah suatu rangkaian bagaimana mendistribusikan pengaturan dan situasi pada suatu waktu
tertentu.
Harbani mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan
senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. 5 Kepemimpinan diartikan sebagai
proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas
anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi
berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap
tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar
mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi.
4
Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja pada bawahannya.
Kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran yang sangat besar dalam
membangun hubungan antar individu dan pembentuk nilai organisasi yang dijadikan
sebagai pondasi dasar bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau
diaserahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan
yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses
menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan.
2.2. Teori-Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh
seorang pemimpin. Titik tolak teori : keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan pemimpin
ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari
bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.
Tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada teori sifat.
Teori sifat adalah teori yang mencari sifat sifat kepribadian, sosial, fisik, atau
intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan
teori ini kepemimpinan itu dibawa sejak lahir atau merupakan bakat bawaan.
Misalnya ditemukan adanya enam macam sifat yang membedakan antara pemimpin
dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi, keinginan untuk memimpin, kejujuran
dan integritas, rasa percaya diri, inteligensi, dan pengetahuan yang relevan dengan
pekerjaan. Namun demikian teori sifat ini tidak memberikan bukti dan adanya
indikasi kesuksesan seorang pemimpin.
5
2. Teori Great Man
Kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir. Bennis &
Nanus menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan.
Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan
memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk
menempati posisi sebagai pemimpin. “Asal Raja Menjadi Raja” ( Anak raja pasti
memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.8
3. Teori Big Bang
Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin.
Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut. Situasi merupakan peristiwa besar
seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi. Pengikut adalah
orang yang mengokohkan seseorang dan bersedia patuh dan taat.
4. Tingkah Laku
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan
tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi),
cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan,
cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin
rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an muncul teori kepemimpinan tingkah laku .
Teori kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku tertentu yang
membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.Berdasarkan teori ini
kepemimpinan itu dapat diajarkan, maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif
bisa dengan mendesain sebuah program khusus.
5. Teori personal situasional
Kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian
pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan
kepada kelompok. Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan
sebelumnya memberlakukan asas-asas umum untuk semua situasi. Hal ini tidak
mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan gaya kepemimpinan tunggal untuk
segala situasi terutama apabila organisasi terus berkembang atau jumlah anggotanya
6
semakin besar. Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam
menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg berbeda-beda pula.
Selanjutnya antara tahun 1960-an hingga 1970-an berkembang kajian kajian
kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan. Teori kemungkinan atau
situasional mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah laku seorang pemimpin akan
tetapi efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dalam situasi
tertentu diperlukan gaya kepemimpinan tertentu, demikian pula pada situasi yang
lain memerlukan gaya kepemimpinan yang lain pula.
Stoner mengatakan bahwa fungsi kepemimpinaadalah agar seseorang beroperasi secara efektif
kelompok memerlukan seseorang untukmelakukan dua hal fungsi utama, yaitu :
7
6. Pemimpin sebagai yang mewakili
1. Pemimpin sebagai penentu arah, yaitu setiap birokrasi, baik dibidangkenegaraan, keniagaan,
politiik, sosial dan birokrasi kemayrakatan ainnya,diciptakan atau dibentuk sebagai wahana untuk
mencapai tujuan tertentu,baik sifatnya jangka panjang, jangka pendek yang tidak mungkin
tercapaiapabila tidak diusahakan dicapai oleh anggotanya yang bertindak sendiri-sendiri, tanpa
ditentukan arah oleh pimpinan
2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara birokrasi, yaitu dalam rangkapencapaian tujuan, tidak ada
birokrasi yang bergerak dalam suasanaterisolasi. Artinya, tidak ada birokrasi yang akan mampu
mencapaitujuannya tanpa memlihara hubungan yang baik dengan berbagai pihakdiluar birokrasi itu
sendir, yaitu pihak stakeholder.
3. Pemimpin sebagai komunikator, yaitu pemeliharan baik keluar maupun kedalam dilaksanakn
dalam proses komunikasi, baik lisan maupun tulisan.
4. Pemimpin sebagai mediator,sebagai penengah dalam suatu konflik yangmungkin terjadi didalam
birokrasi itu sendiri.
Selain fungsi-fungsi tersebut di atas, maka fungsi lain kepemimpinan birokrasidapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Fungsi perintah, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat satu arah arahkepa yang dipimpinnya
.2. Fungsi kosultatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arahkepada yang dipimpinnya
meskipun pelaksanaannya sangat tergantungpada pihak yang memimpin.
3. Fungsi partsipatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arahkepada yang dipimpinnya,
tetapi juga berwujud pelaksanaan hubunganmanusia yang efektif antara pemimpin dan yang
8
dipimpin. Dalam hal inipemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya,
baikdalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalammelaksananakan keputusan.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan atau style banyak berpengaruh terhadapseorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilakunya pengikut-pengikutnya. Istilah gaya pada dasarnya sama dengan cara
yang digunakan olehpemimpin dalam proses mempengaruhi pengikutnya. Gaya kepemimpinan
merupakan cara atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang padasaat orang tersebut
mencobamempengaruhi perilaku orang lain seperti yangdiamati. Dalam konteks ini usaha
menyeleraskan persepsi diantara orang-orang yang perilakunya akan mempengaruhi menjadi sangat
penting dalamposisinya.Secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu
gayaotoriter dan gaya demokrasi.
Gaya kepemimpinan otoriter biasanyadipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuasaan
posisi danpenggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagaipemimpin. Sedangkan
gaya kepemimpinan demokrasi dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para
pengikut dalam proses pemecahanmasalah dan pengambilan keputusan.
Gaya pada dasarnya berasal dari bahasa inggris “style” yang berarti mode seseorang yang selalu
nampak yang menjadi ciri khas orang tersebut.Gaya meruoakan kebiasaan yang melekat pada diri
seseorang dalammelaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya.
Stoner, mengatakan bahwagaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku
yangdisukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhipekerja. Stoner membagi
dua gaya kepemimpinan yaitu:
9
1. Gaya yang berorientasi dalam mengawasi tugas pegawai secara ketatuntuk memastikan tugas
dilaksanakan dengan memuaskan. Pelaksanaantugas lebih ditekankan pada pertumbuhan pegawai
dan kepuasan pribadi
.2. Gaya berorientasi pada pegawai lain, menekankan pada memotivasiketimbang mengendalikan
bawahan. Gaya ini menjalin hubunganpersahabatan, saling percaya, dan salaing menghargai dengan
pegawaiyang sering kali diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusanuntuk
melaksanankan sesuatu.Gaya kepeminpinan menurut Thoha, adalah merupakan norma prilaku yang
digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhiprilaku orang lain.
Gaya pemimpian menurut Hersey & Blanchard , adalah pola-pola prilakukonsisten yang mereka
terapkan dalam rangka bekerja dengan dan melaluiorang lain seperti yang dipersepsikan orang-
orang itu.pola-pola itu timbulpada diri orang-orang pada waktu mereka memulai memberikan
tanggapandengan cara yang sama yang sama dalam kondisi serupa , pola itumembentuk suatu
kebiasan tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagimereka yang lagi bekerja dengan
pemimpin itu.Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya
1
0
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi
adanya suatu permbedaan antara pemimpin yangsatu dengan yang lainnya, hal sebagaimana
menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe
kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatukebijaksanaan yang
dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurutperaturan-peraturan yang berlaku secara ketat
dan instruksi-instruksinyaharus ditaati.
.6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanyatimbul dari kelompok
orang-orang yang informal di mana mungkin merekaberlatih dengan adanya system kompetisi,
sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul
pemimpinyang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebutmenurut bidang
keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe
kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1
1
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, telitidan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan yang berlaku dengan ketat daninstruksi-instruksinya harus ditaati.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipekepemimpinan yang
otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai
macam organisasi,yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut,
maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipekepemimpinan yang sesuai dengan
harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya,
yang pada akhirnyagaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam
bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
1
2
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang
berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen
dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi
kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuanuntuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya denganmenggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa
pemimpin memilikikekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya
sehubungandengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya
adalah tipe kepemimpinan pribadi,Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter,
tipekepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipekepemimpinan menurut bakat.
Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga
tipe antara lain :Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhiaktivitas
pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilakuatasan, karakteristik, kebutuhan
tugas, iklim dan kebijakan organisasi, danharapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa
factor-faktor tersebutdapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam
melaksanakanaktivitasnya.Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendakyang
realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknyamengenai apa-apa yang
menjadi kehendak mereka, mana yang realistis danmana yang sebenarnya merupakan
khayalan.Pemimpin yang professional
1
3
DAFTAR PUSTAKA
———, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah’, At-
Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25
Bennis.Warren and Burt Nanus, 1990, Leaders : Strategi For Taking Charge
Linkert.Rensis, 1961, New Patterns Of Management, New York: Mcgraw Hill.XMa, Luis, Al
Munjid, Al Mu, Kajian Kritis, Muhammad Abduh, and Muhammad Iqbal, ‘(Kajian Kritis
Terhadap Pemikiran Muhammad Abduh Dan Muhammad Iqbal)’, 3 (2016)
Jusmawati, Jusmawati, Satriawati Satriawati, dan R Imran. 2018. “Pengaruh Motivasi Berafiliasi
Terhadap Keaktifan Belajar Matematika Siswa SD Inpres Perumnas Antang Kota Makassar.”
JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar) 1 (2): 158–65.
https://www.academia.edu/4719834/MAKALAH_kepemimpinan
1
4