Anda di halaman 1dari 22

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM

ARTIKEL/STUDI KASUS TENTANG KETERKAITAN ORGANISASI


PEMBELAJARAN DENGAN KINERJA/KEPUASAN/BUDAYA ORGANISASI PADA
ORGANISASI KESEHATAN DENGAN TEMA BERPIKIR SISTEM
Dosen Pengampu : Dr. Ratih Sari Wardani, S.Si, M.Kes

DISUSUN OLEH
FITRI ANINDYA SARATHI
A4A023003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM
Fauziah Nasution, Fitriani Pramita Gurning, Eliska

Abstrak

Memimpin orang berarti menginspirasi, memengaruhi dan membimbing. Kepemimpinan dapat


digambarkan sebagai kemampuan untuk membujuk orang lain dengan sukarela berperilaku berbeda. Ini adalah
proses mempengaruhi orang, mendorong mereka melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Ini melibatkan pengembangan dan komunikasi memperbaiki visi untuk masa depan, memotivasi
orang dan mengamankan keterlibatan mereka. Kepemimpinan adalah gagasan yang rumit dan sejumlah teori
yang telah dibuat/diproduksi untuk menjelaskannya. Teori-teori tersebut telah dirangkum di dalam buku ini dan
dijelaskan lebih lengkap sesuai dengan perkembangannya selama bertahun-tahun. Buku ini juga mengekplorasi
sejumlah aspek yang berbeda dari kepemimpinan dan perilaku kepemimpinan yang saling melengkapi satu sama
lain. Melalui buku ini, pembaca akan mendapatkan pemahaman tentang seluk beluk kepemimpinan dan proses-
prosesnya.

Abstract
Leading people means inspiring, influencing and guiding. Leadership can be described as the ability to
persuade others willingly to behave differently. It is the process of influencing people, encouraging them to do
their best to achieve desired results. It involves developing and communicating a refine vision for the future,
motivating people and securing their engagement. Leadership is a complex idea and a number of theories have
been summarized in thus book and explained more fully according to their development over the years.

PENDAHULUAN
Kita mendefinisikan kepemimpinan dengan berbagai keyakinan dan sikap unik tentang sifat orang dan
sifat pekerjaan, ber beda keyakinan dan sikapnya dalam menghadapi suatu masalah maka akan berbeda juga
gaya kepemimpinan dan cara berpikirnya. Bagaimana Islam memandang konsep kepemimpinan, bagaimana
kepemimpinan yang ideal dalam pandangan Islam, seperti kepemimpinan yang amanah, kepemimpinan yang
berilmu, kepemimpinan yang kuat, kepemimpinan yang regeneratif, dan kepemimpinan yang bertakwa.
Selanjutnya di dalam buku ini juga memaparkan beberapa pendekatan kepemimpinan, seperti pendekatan sifat,
pen-dekatan perilaku, pendekatan situasional, pendekatan relasional, dan pendekatan kepemimpinan baru.

METODE
Metode penulisan pada buku ini adalah metode kualitatif pendekatan studi literatur (Library Researh).
Sumber yang menjadi rujukan dalam penulisan buku ini adalah buku-buku, artikel ilmiah online dari Mendeley
dan google scholar. Studi literatur bisa didapatkan daru berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,
internet dan Pustaka.

HASIL
Buku ini dibuat kurang lebih selama 6 bulan dan menjadi semakin menarik karena disandingkan dengan
desain keilmuan baru, yakni integrasi transdisipliner. Hal ini meliputi perkembangan paradigma kepemimpinan,
peran dan fungsi pemimpin, pendekatan dalam kepemimpinan, gaya kepemimpinan, kepemimpinan strategik
dan transformasional, konsep dasar pengambil keputusan, kepemimpinan dan berpikir sistem.

PEMBAHASAN
 Perkembangan paradigma kepemimpinan
Masing-masing dari kita mendefinisikan kepemimpinan de- ngan berbagai keyakinan dan sikap
unik tentang sifat orang dan sifat pekerjaan. Ini adalah dasar dari filosofi kepemimpinan. Kepemimpinan
adalah suatu sifat, hubungan, proses pengaruh, kemampuan, ketrampilan, perilaku dimana menggabungkan
antara perilaku tugas dengan perilaku proses. Sifat dari seseorang yang dapat berkontribusi untuk proses
pembentukan kepemimpinan diantaranya adalah cerdas, percaya diri, karisma, tekad, ramah, dan integritas,
 Peran dan fungsi pemimpin
Peran dan fungsi utama seorang pemimpin adalah administratif, Interpersonal dan konseptual.
Administratif mengacu pada kompetensi-kometensi yang dimiliki seseorang pemimpin untuk menjalankan
organisasi. Ketrampilan administratif disini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu mengelolam manajemen
manusia, mengelola sumber daya, dan menunjukkan kompetensi teknis.
Interpersonal mengacu pada persepsi sosial memiliki wawasan dan kesadaran tentang apa yang
penting bagi orang lain, bagaimana mereka termotivasi, cara menghadapi masalaj dan bereaksi terhadapa
perubahan. Memiliki kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami
emosinya sendiri dan orang lain dan menerapkannya untuk memfasilitasi pemikiran, un tuk memahami dan
bernalar dengan emosi, dan mengelola emosi secara efektif dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Konseptual adalah tentang bekerja dengan konsep dan ide-ide. Keterampilan konseptual
melibatkan aspek berpikir atau kognitif dan untuk hal-hal seperti menciptakan visi atau rencana strategis
untuk suatu organisasi. Seorang pemimpin dengan keterampilan konseptual mampu memahami dan
mengomunikasikan ide-ide yang membentuk organisasi dari tujuan dan misinya hingga cara terbaik
memecahkan masalah.
 Pendekatan dalam kepemimpinan
Pendeketan dalam kepemimpinan antara lain pendekatan sifat, pendekatan perilaku, pendekatan
kontingensi, dan pendekatan terpadu. Dalam pendekatan sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin
adalah Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cakap, cerdik dan jujur, Sehat jasmani dan Rohani, Tegas,
berani, disiplin dan efisien, Bijaksana dan manusiawi, Berilmu, Bersemangat tinggi, Berjiwa matang dan
berkemauan keras, Mempunyai motivasi kerja tinggi, Mampu berbuat adil, Mampu membuat rencana dan
keputusan, Memiliki rasa tanggung jawab yang besar, Mendahulukan kepentingan orang lain.
Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan se- orang pemimpin itu dilakukan oleh
gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari
cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong
semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin, cara pengawasan, dan lain-lain.
Pendekatan kontingensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai Teknik manajemen yang
paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan mungkin bervariasi
dalam situasi atau lingkungan berbeda.
Pendekatan terpadu harus dimiliki oleh seorang pemimpin harus memiliki , karakteristik
pemimpin seperti kepribadian, jenis kelamin, kecerdasan, dan pengalaman dapat berinteraksi, dan
interaksi ini dapat menciptakan situasi atau kontingensi yang memengaruhi hubungan antara perilaku
pemimpin dan hasil.
Untuk pelatihan dan pengembangan atau untuk proses evaluasi dalam seleksi dan tinjauan kinerja.
Untuk mempertimbangkan situasi, analisis pekerjaan sebelum identifikasi kompetensi dan kemampuan
mungkin memperjelas sifat pekerjaan, ruang ling- kup posisi, dan konteks pekerjaan. Dengan demikian,
prosedur ini memungkinkan untuk penentuan prioritas kompetensi yang lebih akurat, keterampilan, dan
kemampuan (Dierdorff, Rubin, & Morgeson, 2009).
 Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku pemimpin, berfokus pada apa yang dilakukan
dan dilakukan oleh pemimpin bagaimana mereka ber tindak. Berikut ini akan diuraikan tipe kepemimpinan
yang diklasifikasikan ke dalam beberapa gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan otoriter (adalah sangat
efisien dan berhasil dalam memotivasi orang lain untuk menyelesaikan pe- kerjaan), gaya kepemimpinan
demokratis (adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah), gaya kepemimpinan liberal (adalah
Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam
mengambil keputusan dan me- lakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing- masing,
baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil), gaya kepemimpinan Laissez-faire (adalah
Pemimpin laissez- faire tidak berusaha menilai atau mengatur kemajuan pengikut).
 Kepemimpinan strategik dan transformsional
Kepemimpinan strategik dalam suatau organisasi adalah sebuah proses hubungan timbal-balik
antara pemimpin dan mere ka yang dipimpin di dalam organisasi tersebut sebagai manusia yang
bermartabat, yang berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang berkelanjutan.
Sedangkan kepemimpin transformasional diukur dengan pengaruh nya terhadap pengikut pemimpin dalam
hal sejauh mana mereka merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat kepada pemimpin
dan bersedia bekerja lebih keras dari yang diharapkan semula. pemimpin transfor- masional memiliki tiga
peran utama: mengenali kebutuhan revi talisasi, menciptakan visi baru, dan melembagakan perubahan.
 Konsep dasar pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah tentang menganalisis situasi atau masalah, mengidentifikasi
kemungkinan tindakan, menim- bangnya, dan menentukan tindakan. Namun, sejauh mana hal itu dapat
sepenuhnya logis dibatasi oleh faktor sosial, politik, dan kontekstual. Proses dalam pengambilan keputusan
dalam sebuah kepemimpinan meliputi beberapa faktor, yang pertama adalah menemukan masalah
sebenarnya dan mendefinisikannya. Yang kedua melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan.
Yang ketiga mengatur adanya system keputusan. Dalam pengambilan keputusan, umpan balik tentang hasil
keputusan membantu kelompok dan individu mengenali bias kognitif (misalnya, kecenderungan terlalu
membebani informasi yang diberi kata-kata negatif) dan untuk menghindari bias ini di masa depan.
 Kepemimpinan dan berpikir system
Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling bekerjasama dalam satu unit untuk
menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien. Sistem memiliki beberapa prinsip dasar, yakni: oppeness
(keterbukaan); purposefulness (tujuan); multidimentionality (multidimensi); emergent property (property
yang muncul); dan counterintuitive behaviour (perilaku kontra intuitif).
Oppeness (Keterbukaan) berarti sifat atau tingkah laku yang mengharuskan untuk memprediksi
dan mempersiapkan kemungkinan. Sistem ini jika dibiarkan akan cenderung berkembang sesuai dengan
kebutuhannya. Purposefulness (Tujuan) prinsip ini mengedepankan hasil, bertujuan menilai dan
memahami perbedaan perilaku system yaitu reaksi, respon dan Tindakan. Multidimensionality
(Multidimensi) adalah salah satu prinsip system yang paling kuat proses berpikirnya dan membentuk
hubungan yang saling melengkapi. Emergent Property (Properti yang Muncul) adalah Proses ini sesuai
dengan mengumpulkan dan mengembang- kan kekayaan, kekuatan, pengetahuan, keindahan, dan nilai.
Properti yang muncul ini tidak dapat diukur secara langsung, seseorang hanya dapat mengukur
manifestasinya. Counterintuitive Behaviour (perilaku kontra intuitif) adalah Perilaku berlawanan dengan
intuisi berarti tindakan yang dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan dapat
menghasilkan hasil yang berlawanan. Hal ini berarti sebab dan akibat bisa dipisahkan dalam ruang dan
waktu. Sebuah peristiwa sedang terjadi pada waktu dan tempat tertentu mungkin memiliki efek yang
tertunda, menghasilkan dan berdampak pada waktu dan tempat yang berbeda.

KESIMPULAN
Kita mendefinisikan kepemimpinan dengan berbagai keya- kinan dan sikap unik tentang sifat orang dan
sifat pekerjaan, berbeda keyakinan dan sikapnya dalam menghadapi suatu masalah maka akan berbeda juga
gaya kepemimpinan dan cara berpikirnya. Selain itu, kita dapat memahami peran dan fungsi pemimpin,
pendekatan yang dipakai dalam kepemimpinan, mengenal gaya kepemimpinan, kepemimpinan strategik dan
transformasional serta konsep dasar pengambilan keputusan pada kepemimpinan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah telibat dalam penulisan buku ini
terkhusus kepada kedua orang tua yang selalu berdoa untuk kesehatan dan kesuksesan anak-anaknya. Dan juga
terima kasih kami ucapkan kepada para dosen dan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Antonakis J, David V. The Nature of Leadership, 3rd Edition. California. 2017
2. Armstrong M. Buku Pegangan Manajemen dan Kepemimpinan Armstrong : Mengembangkan
Keterampilan Orang yang Efektif untuk Kepemimpinan dan Manajeman yang Lebih Baik. India. Replika
Press Pvt Ltd. 2012
3. Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Binarupa Aksara. 2001
4. Gharajedaghi, Jamshyid. Berpikir Sistem Mengelola Kekacauan dan Kompleksitas. Amerika Serikat :
Publikasi MK. 2011
5. Munaf, Dicky R. Berpikir Desain: Pendekatan Holistik di Dalam Pemecahan Masalah pada
Masyarakat Agraris dan Maritim Indonesia. 2015 [dikutip 3 Desember 2015]; Vol.14 No.3 Hlm.295
6. Nawawi, Hadari, Martini H. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. 2000.
7. Northouse, Peter G. 2017. Introduction of Leadership: Concepts and Practise, 4th Edition.
United Kingdom: Sage Publication.
8. Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Cet. ke-2. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
9. Shukri, Ahmad dkk. Konsep Teori, Dimensi, dan Isu Pembangunan.
10. Malaysia: Penerbit Universiti Teknologi Malaysia.
11. Suryadi, Rudi Ahmad. 2015. Dimensi-dimensi Manusia Perspektif Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Deepublish Publisher, hlm. 2.
12. Sutarto. 1986. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakar- ta: Gajah Mada
University Press.
13. Senge, Petter M. 1996. Disiplin Kelima Seni dan Praktek Organisasi Pembelajaran. Jakarta:
Binarupa Aksara.
14. Taman Universiti, 81300 Skudai, Johor Darul Ta’zim Malaysia: 2003. hlm. 116.
15. Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Ri- neka Cipta.
BERPIKIR SISTEM UNTUK PENGUATAN SISTEM KESEHATAN
Dian Mawarni

Abstrak

Berawal dari kompleksitas masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia, pendekatan berpikir sistem
menjadi suatu yang tidak dapat terelakkan bagi pemangku kebijakan. Hal ini mendorong tingginya tuntutan
untuk menggunakan pendekatan berpikir sistem yang dilakukan tidak hanya di salah satu melainkan di seluruh
pemangku kebijakan yang terlibat. Selain itu, sistem kesehatan yang kuat sangat penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan mempercepat kemajuan untuk mencapai Sustainable Development Goals
(SDGs). Pendekatan berpikir sistem ini juga diakui di dunia internasional memiliki peran dalam mendesain
intervensi kesehatan yang lebih baik untuk mendukung penguatan sistem kesehatan.

Abstract
Starting from the complexity of health problems that occur in Indonesia, the systems thinking approach
becomes inevitable for policymakers. This encourages high demands to use a systems thinking approach that is
carried out not only in one but in all stakeholders involved. In addition, a strong health system is essential to
improve the degree of public health and accelerate progress towards achieving the Sustainable Development
Goals (SDGs). This systems thinking approach is also recognized internationally as having a role to play in
designing better health interventions to support health system strengthening.

PENDAHULUAN
Tantangan untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) untuk kesehatan tetap tangguh. Sementara
dekade saat ini telah melihat kemajuan yang signifikan di sektor kesehatan negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah, kemajuan ini lebih lambat dari yang diharapkan. Dalam banyak kasus, masalah mendasar
terletak pada sistem kesehatan yang lebih luas dan kemampuannya untuk memberikan intervensi kepada mereka
yang membutuhkannya. Kelemahan dan hambatan ada di seluruh sistem, termasuk masalah pengelolaan dan
manajemen secara keseluruhan; masalah sisi penawaran yang kritis seperti sumber daya manusia, infrastruktur,
informasi, dan penyediaan pelayanan; dan menuntut masalah-masalah sampingan seperti partisipasi,
pengetahuan, dan perilaku orang

METODE
Metode penulisan pada buku ini adalah metode kualitatif pendekatan studi literatur (Library Researh).
Sumber yang menjadi rujukan dalam penulisan buku ini adalah buku-buku, artikel ilmiah online dari Mendeley
dan google scholar. Studi literatur bisa didapatkan daru berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,
internet dan Pustaka.

HASIL
Tujuan utama dalam penulisan ini adalah untuk mengkatalisasi pemikiran konseptual baru tentang sistem
kesehatan, intervensi tingkat sistem, dan penguatan sistem kesehatan. Berpikir sistem dan menunjukkan
bagaimana hal itu dapat meningkatkan desain intervensi dan evaluasi dengan pertimbangan efek sistem-lebar
yang lebih hati-hati. Dasar ilmiah untuk ini, memberikan pendekatan konseptual dan operasional untuk
merancang dan mengevaluasi intervensi dengan perspektif sistem. Ini termasuk menggambarkan tantangan
penting yang sedang berlangsung dan mengusulkan langkah-langkah praktis, sementara juga memperkuat
advokasi untuk pendanaan dan melakukan evaluasi intervensi penguatan sistem kesehatan.
Berpikir sistem dan apa artinya bagi sistem kesehatan sebagai primer keseluruhan untuk masalah dan
literatur yang relevan. Sambil mempertahankan basis ilmiah yang ketat, berpikir sistem mengharuskan kita
melampaui pendekatan sebab-akibat.
Dasar pemikiran ilmiah untuk evaluasi yang mengambil perspektif sistem dan menggambarkan dalam
sepuluh Langkah, bagaimana intervensi dengan dampak seluruh sistem dapat dirancang dan dievaluasi
dengan lebih baik. Ini termasuk panduan untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual dan memahami
implikasi seluruh sistem, dan tinjauan umum desain intervensi yang relevan dan pertanyaan evaluasi, pilihan
indikator, dan bagaimana mencocokkan desain evaluasi dengan desain intervensi.
Tentu saja, menerapkan perspektif berpikir sistem jauh dari mudah, ditandai dengan banyak tantangan
seperti peluang. Hal ini dapat, misalnya, meningkatkan pendekatan partisipatif yang lebih inklusif yang
mendorong hubungan langsung dengan pembuatan kebijakan, dan kepemilikan proses dan hasil yang lebih baik.
Ini dapat membangun kapasitas nasional dalam menyelesaikan masalah sistem kesehatan dan memfasilitasi
penggunaan bukti penelitian untuk menginformasikan pembuatan kebijakan.
Tapi itu juga bisa bertentangan dengan paradigma dan hubungan dominan. Berpikir sistem untuk
penguatan sistem kesehatan dan menyediakan serangkaian ide untuk berbagai pemangku kepentingan. Seperti
semua masalah yang berorientasi pada sistem, masalah dan pendekatan yang dibahas di sini pada dasarnya rumit
dan tidak selalu intuitif. Pendekatan berpikir sistem yang lebih luas dalam bentuk yang mudah diakses oleh
audiens lintas disiplin ilmu yang luas, termasuk pengelola sistem kesehatan, pelaksana program, peneliti,
evaluator, dan mitra pendanaan.

PEMBAHASAN
 Berpikir system untuk penguatan system kesehatan
Berpikir sistem merupakan pendekatan untuk penyelesaian masalah yang memandang "masalah"
sebagai bagian dari sistem yang luas dan dinamis. Beberapa sistem kesehatan memiliki kapasitas untuk
mengukur atau memahami kekuatan dan kelemahan mereka, terutama dalam hal kesetaraan, efektivitas,
dan faktor penentu masing-masing. Tanpa pemahaman yang lebih luas tentang kapasitas sistem, komunitas
penelitian dan pengembangan berjuang untuk merancang intervensi spesifik yang mengoptimalkan
kemampuan sistem kesehatan untuk memberikan intervensi kesehatan yang penting. Dan yang terpenting
terlalu sering ada fenomena lain yang kurang dihargai: setiap intervensi kesehatan, dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks, memiliki efek pada keseluruhan sistem. Berpikir system di
sektor kesehatan mengalihkan fokus ke:
o Sifat hubungan di antara blok-blok bangunan
o Ruang antar blok-blok (dan memahami apa yang terjadi di sana)
o Sinergi yang muncul dari interaksi di antara blok
Pendekatan berpikir sistem akan membantu mengantisipasi dan mengurangi efek seperti ketika
mengembangkan intervensi, serta memanfaatkan sinergi yang tidak terduga dengan memodifikasi
intervensi.
 Makna berpikir system bagi system kesehatan
Menerapkan berpikir sistem pada sistem kesehatan telah muncul konsep sistem kesehatan dan
menghargai kegunaan berpikir sistem. Karakteristik system secara umum yang termasuk dalam system
kesehatan adalah pengorganisasian diri, berubah secara konstan, berkaitan erat, diatur umpan balik, non-
linear, melawan intuitif dan kebal terhadap perubahan. Untuk itu memahami karakteristik dasar system
sangat penting untuk melihat bagaimana system tersebut bekerja. Karateristik system kesehatan tersebut
dapat mempengaruhi terutama ketika Bersatu, bagaimana system tersebut merespon faktor-faktor eksternal
atau terhadap suatu intervensi.
Pengorganisasian diri, dinamika system muncul secara spontan dari struktur internal. Struktur
system adalah sumber perilaku system dimana perilaku system tersebut adalah serangkaian peristiwa dari
waktu ke waktu.
Berubah secara konstan, sistem menyesuaikan dan menyesuaikan kembali pada banyak skala waktu
interaktif. Perubahan adalah sesuatu yang konstan dalam semua sistem berkelanjutan. Unsur perubahan
dan adaptasi ini menimbulkan tantangan khusus dan seringkali tersembunyi dalam mengevaluasi atau
memahami intervensi sistem kesehatan yang berbeda.
Berkaitan erat, tingkat konektivitas yang tinggi berarti bahwa perubahan dalam satu sub-sistem
mempengaruhi yang lain. Berkaitan dengan karakteristik perubahan dan adaptasi memiliki efek tertentu
(positif dan negatif). Efek positif dan negatif ini dalam konteks interkoneksi adalah kuncu untuk
merancang dan mengevaluasi dari waktu ke waktu.
Diatur umpan balik, respons positif atau negatif yang dapat mengubah intervensi atau efek yang
diharapkan. Sistem dikendalikan oleh "putaran umpan balik" yang memberikan arus informasi pada
kondisi sistem, perilaku moderat sebagai elemen bereaksi dan "bereaksi balik" satu sama lain.
Non-linearitas, hubungan dalam suatu sistem tidak dapat diatur sepanjang jalur input-output
sederhana. Intervensi tingkat sistem biasanya tidak linier dan tidak dapat diprediksi, dengan efeknya sering
tidak proporsional atau jauh berkaitan dengan tindakan dan niat awal.
Melawan intuitif, sebab dan akibat seringkali jauh dalam ruang dan waktu, menentang solusi yang
menyebabkan lubang dekat dengan efek yang ingin mereka atasi. Beberapa intervensi yang tampaknya
sederhana dan efektif mungkin tidak berfungsi di beberapa pengaturan, sementara berfungsi dengan sangat
baik di tempat lain.
Kebal terhadap perubahan, solusi yang tampak jelas mungkin gagal atau memperburuk situasi.
Karakteristik sistem dapat membuat sistem "kebal terhadap kebijakan," terutama ketika semua pelaku
dalam sistem memiliki tujuan mereka sendiri, dan seringkali bersaing

 Penerapan perspektif system untuk merancang dan mengevaluasi intervensi system kesehatan
Perspektif sistem dapat menciptakan desain dan evaluasi yang lebih dinamis dari intervensi tingkat
sistem yang bermaksud memperkuat sistem kesehatan. Sepuluh Langkah untuk berpikir sistem
menunjukkan secara praktis bagaimana menghubungkan tindakan perencanaan, desain dan evaluasi
dengan cara yang lebih koheren, partisipatif dan berpusat pada sistem. Sepuluh langkah untuk berpikir
sistem: penerapan perspektif sistem dalam intervensi desain dan evaluasi antara lain :
I. Desain Intervensi
1. Bertemu pemangku kepentingan: Identifikasi dan kumpulkan pemangku kepentingan yang
mewakili masing-masing blok bangunan, ditambah desainer dan pelaksana intervensi terpilih,
pengguna sistem kesehatan, dan perwakilan dari komunitas penelitian
2. Bertukar pikiran secara kolektif: Secara kolektif mempertimbangkan kemungkinan seluruh efek
sistem dari intervensi yang diusulkan sehubungan dengan karakteristik sistem (umpan balik,
keterlambatan waktu, resistensi kebijakan, dll.) dan dinamika sistem
3. Mengkonseptualisasikan efek: Mengembangkan pemetaan jalur konseptual bagaimana intervensi
akan mempengaruhi kesehatan dan sistem kesehatan melalui sub-sistemnya
4. Beradaptasi dan mendesain ulang: Beradaptasi dan mendesain ulang intervensi yang diusulkan
untuk mengoptimalkan sinergi dan efek positif lainnya sambil menghindari atau meminimalkan
potensi efek negatif utama.
II. Desain Evaluasi
1. Menentukan indikator: Menentukan indikator yang penting untuk melacak intervensi yang
dirancang ulang (dari proses ke masalah ke konteks) di seluruh yang terkena dampak sub-sistem
2. Memilih metode: Menentukan metode evaluasi untuk melacak indikator terbaik
3. Memilih desain: Memilih desain evaluasi yang paling baik mengelola metode dan sesuai dengan
sifat intervensi
4. Mengembangkan rencana dan jadwal: Mengembangkan rencana evaluasi secara kolektif dan
timeline dengan melibatkan disiplin ilmu yang diperlukan
5. Menetapkan anggaran: Menentukan anggaran dan skala dengan mempertimbangkan implikasi
untuk intervensi dan kemitraan evaluasi
6. Sumber pendanaan: Mengumpulkan dana untuk mendukung evaluasi sebelumnya intervensi
dimulai.

 Tantangan dan peluang nyata berpikir system


Mengidentifikasi empat tantangan spesifik dalam menerapkan perspektif sistem, dan menyarankan
bagaimana perspektif ini dapat mengubahnya menjadi peluang untuk memperkuat sistem kesehatan.
Empat tantangan tersebut yaitu menyelaraskan kebijakan, prioritas dan perspektif di antara para donor dan
pembuat kebijakan nasional. Mengelola dan mengkoordinasikan kemitraan dan harapan di antara para
pemangku kepentingan system. Menerapkan dan membina kepemilikan intervensi di tingkat nasional dan
sub-nasional. Membangun kapasitas di negara ini level untuk menerapkan analitik perspektif system.
Peluang nyata dalam berpikir system ditunjukkan dalam membangun dan mengelola kemitraan sangat
penting untuk perspektif system, Ini melibatkan keterampilan khusus seperti fasilitasi pertemuan
interdisipliner dan diskusi yang melibatkan dinamika kelompok yang kompleks, perspektif dan motivasi
yang berbeda; membangun konsensus tanpa mengecualikan pandangan yang berbeda; dan yang paling
penting, menanamkan kepemilikan produk dan proses akhirnya. Keterampilan dan teknik ini biasanya
tidak diajarkan di lembaga formal dan biasanya memerlukan dukungan eksternal yang disewa untuk
memimpin atau menanamkannya.
Ada beberapa tantangan berat yang dihadapi - dan bahkan mencegah - aplikasi penuh dari perspektif
sistem dalam memahami dan menyelesaikan kelemahan dalam sistem kesehatan negara berkembang.
Tetapi jika berpikir sistem dapat mengalihkan perhatian ke kepemimpinan dan komitmen pelayan sistem,
dan ke kemitraan baru di seluruh sistem kesehatan - dari pelaksana kebijakan hingga pemberi dana global
(Global Fund)- maka mungkin sangat memperkuat sistem kesehatan.

 Berpikir system untuk system kesehatan bergerak ke depan


Untuk memperkenalkan berpikir sistem dalam konteks yang sering didominasi oleh penyakit
tunggal dan pemikiran program yang terpecah-pecah, ada sepuluh langkah berurutan untuk mulai
memecahkan masalah tingkat sistem yang kompleks
Sepuluh langkah untuk sistem pemikiran untuk kesehatan penguatan sistem

I. Desain Intervensi II. Desain Evaluasi

1. Mengelola pemangku kepentingan 1. Menentukan indikator


2. Melakukan brainstorming secara kolektif 2. Memilih metode
3. Mengkonseptualisasikan efek 3. Memilih desain
4. Beradaptasi dan mendesain ulang 4. Mengembangkan rencana
5. Menetapkan anggaran
6. Sumber pendanaan
Menerapkan Sepuluh dilakukan secara berurutan. Menerapkan Sepuluh Langkah membuka ruang
yang dibutuhkan untuk menghargai dan mengatasi kompleksitas, koneksi, putaran umpan balik, penundaan
waktu dan hubungan non-linear.
Tentu saja ada tantangan praktis untuk memperkenalkan dan menerapkan berpikir sistem di sektor
kesehatan (33). Pemikir sistem secara konseptual memetakan ini. Mereka termasuk kebutuhan untuk
bekerja di sepanjang baris berikut:
1. mengeksplorasi masalah dari perspektif sistem;
2. menunjukkan potensi solusi yang bekerja lintas sub-sistem;
3. mempromosikan jaringan dinamis para pemangku kepentingan yang beragam;
4. menginspirasi pembelajaran; dan
5. mendorong lebih banyak perencanaan, evaluasi, dan penelitian di seluruh sistem.

Pertimbangan berpikir system merupakan Tindakan bergerak kedepan yang diperlukan untk
membangun kapasitas perspektif system. Berikut ini adalah beberapa refleksi tentang tindakan yang
mungkin atau langkah selanjutnya untuk memperdalam dan mengembangkan berpikir sistem untuk
penguatan sistem kesehatan. Diantaranya yaitu satuan tugas berpikir system untuk system kesehatan,
jaringan berpikir system atau komunitas praktik, membangun kapasitas pengelola system, konferensi
berpikir system untuk praktik terbaik, metode berpikir system, pemodelan dinamis sitem kesehatan,
menerapkan berpikir system di kampus kesehatan Masyarakat dan jenjang dalam manajemen system
kesehatan, menerapkan sepuluh Langkah, jurnal berpikir system untuk kesehatan.

KESIMPULAN
Di luar pendekatan yang berpusat pada sistem, kita membutuhkan inovasi terus-menerus yang dicapai
bukan melalui perubahan radikal dari masa lalu tetapi dengan secara kreatif menggabungkan pengalaman masa
lalu. Laporan ini berkontribusi pada upaya ini dengan mengeksplorasi potensi besar dari berpikir sistem
dalam merancang cara kami maju ke sistem kesehatan yang lebih kuat, dan untuk mengevaluasi bagaimana
kemajuan itu dicapai. Laporan mengidentifikasi berpikir sistem sebagai pendekatan yang sangat berharga tetapi
kurang dimanfaatkan. Kami memperkenalkan konsep-konsep, dan mendiskusikan apa artinya bagi penguatan
sistem kesehatan. Kami mengacu pada keberhasilan yang muncul dari penerapan sistem yang berpikir pada
skala yang lebih kecil dan mengusulkan cara yang dapat diterapkan pada skala yang sekarang sedang ditangani
di banyak sistem kesehatan negara berkembang. Kami telah menunjukkan seperti apa rasanya menggunakan
ilustrasi dari intervensi yang sangat kontemporer. Kami telah mengeksplorasi tantangan dan membuat sketsa
beberapa langkah untuk maju untuk memanfaatkan pendekatan ini dan menghubungkannya dengan peluang
yang muncul ini.
Sistem kesehatan masa depan tidak diragukan lagi akan berlabuh dalam arsitektur yang dinamis, sangat
dirancang, dan jelas sistemik. Ini akan menjadi sistem yang mampu berkinerja tinggi dalam menghasilkan
kesehatan dengan kesetaraan. Pertanyaannya adalah bagaimana mempercepat kemajuan ke arah itu. Kami
berharap Laporan Aliansi ini merangsang pemikiran segar dan tindakan nyata menuju sistem kesehatan yang
lebih kuat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan buku ini, kepada pimpinan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, Dr. Sapto
Adi, M.Kes. selaku Dekan, Dr. dr. H. Moch. Yunus, M.Kes. selaku Wakil Dekan I, dan Dr. Supriyadi M.Kes
selaku Wakil Dekan II, kepada pimpinan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang
drg. Rara Warih Gayatri, M.P.H., selaku ketua jurusan dan Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes. selaku sekretaris
jurusan, kepada seluruh dosen di jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, serta teman- teman angkatan CPNS IKM
FIK UM 2019.
DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations . The Millennium Development Goals Report 2009. New York, United Nations, 2009.
2. Bryce J et al. Countdown to 2015: tracking intervention coverage for child survival. Lancet, 2006,
368(9541):1067-1076.
3. Victora CG et al. Co-coverage of preventive interventions and implications for child-survival strategies:
evidence from national surveys. Lancet, 2005, 366(9495):1460-1466.
4. Kruk ME, Freedman LP. Assessing health system performance in developing countries: A review of the
literature. Health Policy, 2007, 85(3): 263-276.
5. World Health Organization. Everybody's Business: Strengthening Health Systems to Improve Health
Outcomes: WHO's Framework for Action. Geneva, WHO, 2007.
6. Travis P et al. Overcoming health-systems constraints to achieve the Millennium Development Goals.
Lancet, 2004, 364(9437):900-906.
7. Tugwell P et al . Applying clinical epidemiological methods to health equity: the equity effectiveness loop.
BMJ, 2006, 332(7537):358-361.
8. World Health Organization Maximizing Positive Synergies Collaborative Group. An assessment of
interactions between global health initiatives and country health systems. Lancet, 2009, 373(9681):2137-
2169.
9. Banati P, Moatti JP. The positive contributions of global health initiatives. Bulletin of the World Health
Organization, 2008, 86(11):820.
10. Yu D et al. Investment in HIV/AIDS programs: Does it help strengthen health systems in developing
countries? Globalization and Health, 2008, 4:8.
11. Hanefeld J. How have Global Health Initiatives impacted on health equity? Promotion & Education, 2008,
15(1):19-23.
12. Schieber GJ et al. Financing global health: mission unaccomplished. Health Affairs, 2007, 26(4):921-934.
13. Murray CJ, Frenk J, Evans T. The Global Campaign for the Health MDGs: challenges, opportunities, and
the imperative of shared learning. Lancet, 2007, 370(9592):1018-1020.
14. Buse K, Walt G. Globalisation and multi-lateral public- private health partnerships: issues for health
policy. In: K Lee, S Fustukian, K Buse, editors. Health Policy in a Globalising World. Cambridge,
Cambridge University Press, 2007.
15. Lu C et al. Absorptive capacity and disbursements by the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and
Malaria: analysis of grant implementation. Lancet, 2006, 368(9534):483-488.
PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN
PENDEKATAN SISTEM
Salamah

Abstrak

Pembangunan manusia secara kontekstual berkaitan dengan budaya, nilai-nilai dan norma-norma; Oleh karena
itu, dari waktu budaya mencakup Pendidikan. Proses Pendidikan terpadu individu, pada dasarnya, ternyata
merupakan proses transfer budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi ada dan berkembang berdasarkan budaya
tertentu dan mengkristal sebagai entitas, ilmu pengetahuan dan teknologi. Artikel ini berkaitan dengan
contributor ilmiah dan teknologi.

Abstract
Human development in contextual way has concerned with cultures, values and norms; hence, from time
culture covers education. Individual integrated educational process, in essence, turns out to be a cultural
transfer process. Science and technology exist and develop based on given culture and crystalized as entities,
sciences and technologies. This article relates to scientific and technological contributor.

PENDAHULUAN
Dunia Pendidikan tidak pernah bebas dari masalah yang bersifat makro dan mikro. Masalah Pendidikan
yang bersifat makro dapat dikelompokkan dalam kuantitas, kualitas, relevansi, keaktifan dan efisiensi,
sedangkan masalah Pendidikan yang bersifat mikro disini adalah masalah yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar antara lain masalah efektivitas mengajar guru, motivasi belajar mengajar, penggunaan media, daya
serap, kurikulum, penilaian. Masalah Pendidikan makro dan mikro sangat berkaitan erat, saling mempengaruhi
dan saling tergantung.
Tujuan penelitian pendidikan ialah untuk menemukan jawaban terhadap persoalan pendidikan yang
dikaji.
Kompleksnya masalah pendidikan tidak terlepas dari pendidikan itu sebagai sistem, yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berinteraksi dalam melaksanakan fungsi untuk mencapai tujuan. Karena itu, untuk dapat
menemukan jawaban yang tepat terhadap suatu permasalahan pendidikan maka penelitian pendidikan harus
didasarkan pada pendekatan sistem.
Berpikir sistem dalam penelitian pendidikan mengandung makna bahwa dalam menelaah suatu masalah,
peneliti hendaklah dapat melihat secara menyeleruh tentang berbagai faktor yang terkait dengan masalah
tersebut dan membentuk suatu konstelasi permasalahan. Hal ini sangat penting sebab pada dasarnya suatu
masalah tidak berdiri sendiri. Adanya suatu masalah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama dapat menyebabkan masalah tersebut. Berpikir sistem dalam penelitian pendidikan
juga sangat diperlukan dalam penerapan hasil penelitian. Sebab hasil penelitian yang akan diintroduksikan pada
suatu sistem pendidikan perlu memperhatikan berbagai komponen yang ada. Ruang lingkup pembahasan,
pembahsan makalah ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: (1) Konsep pendekatan/berpikir sistem, (2)
Variabel pembelajaran dalam penelitian pembelajaran, (3) Penerapan berpikir sistem pada penelitian
pembelajaran.

METODE
Metode penulisan pada jurnal ini adalah metode kualitatif pendekatan studi literatur (Library Researh).
Sumber yang menjadi rujukan dalam penulisan buku ini adalah buku-buku, artikel ilmiah online dari Mendeley
dan google scholar. Studi literatur bisa didapatkan daru berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,
internet dan Pustaka.

HASIL
 Konsep Pendekatan/Berpikir Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai sebuah wujud keseluruhan dari suatu objek penelaahan dimana unsur
dari objek tersebut berhubungan satu sama lain dalam suatu jalinan yang teratur. wujud sesuatu adalah
merupakan totalitas dari seperangkat komponen yang tergantung dalam satu jalinan yang teratur dalam
proses kegiatan menghasilkan tujuan tertentu.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan dapat kita gunakan berbagai
pendekatan. Salah satu diantaranya dengan menggunakan “pendekatan sistem”. Pendekatan sistem dapat
diartikan sebagai suatu cara berpikir dengan menggunakan konsep sistematik dan sistemik (menyeluruh).
Pendekatan sistem dapat juga dikatakan sebagai metode untuk mendeskripsikan suatu objek yang
dideskripsikan meliputi bagaimana hubungan antar komponen yang satu dengan komponen yang lainnya
yang menunjuk pada suatu hasil secara keseluruhan.

 Variabel Pembelajaran dalam penelitian pembelajaran


Menurut Reigeluth dan Merill (1978), variabel-variabel pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu 1. Kondisi pembelajaran, 2. Metode pembelajaran. 3. Hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran
didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatrkan hasil pembelajaran.
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda. Pada dasarnya, semua cara ini dapat dimanipulasi oleh perancang pembelajaran. Hasil
pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
metode pembelajaran di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran bisa berupa hasil
nyata, dan hasil yang diinginkan. Hasil nyata adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan suatu
metode di bawah kondisi tertentu, sedangkan hasil yang diinginkan adalah tujuan yang ingin dicapai, yang
sering mempengaruhi keputusan perancang pemebelajaran dalam melakukan pilihan metode.
 Penerapan berpikir system pada penelitian pembelajaran
Konsep berpikir sistem berorientasi pada output, output dalam contoh ini adalah prestasi belajar
siswa. Prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses. Jadi, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,
terlebih dahulu kita lihat berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut baik dari segi
perlakuan yang diberikan pada siswa yang bersangkutan maupun dari segi kondisi. Faktor yang berkaitan
dengan perlakuan antara lain: (a) pengorganisasian bahan ajaran; (b) strategi penyampaian ; dan (c)
Pengelolaan kegiatan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kondisi adalah karakteristik siswa.

PEMBAHASAN
Dari beberapa pengertian tentang sistem tersebut di atas, dapat di ungkapkan bahwa sistem memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Sistem bertujuan bersama dan berorientasi pada tujuan itu
b. Tujuan sistem dapat dijabarkan kepada beberapa fungsi
c. Sistem memiliki komponen-komponen yang dapat menjalankan fungsi- fungsi tersebut
d. Komponen-komponen sistem saling berkaitan dan tergantung satu sama lain.
e. Sistem memiliki aspek keterpaduan antar komponen
f. Sistem memiliki mekanisme umpan balik
g. Memproses masukan (input) menjadi keluaran (output).

Pendekatan sistem atau berpikir sistem memiliki beberapa karakteristik ditinjau dari 3 aspek sebagai
berikut : (a). Aspek Ontologi (1). Pendektan holistik (menyeluruh). (2). Mulai dari keseluruhan kemudian
dibatasi. (3) Dimulai dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh. (b). Aspek
Epistemologi. (1). Menggunakan model untuk memudahkan analisis. (2) sifat keseluruhan lebih diperhatikan
daripada pendekatan analitik dan atomistik (3) Logika sistem merupakan konsep dasar dalam kegiatan
inquiry (mencari tahu). (c). Aspek Aksiologi, menguaraikan tercapainya tujuan sistem secara sistemik (runtut).
Klasifikasi variabel pembelajaran yaitu (a) Tujuan dan karakteristik bidang studi. Diartikan sebagai
pernyataan tentang hasil pembelajaran yang diharapkan. Tujuan ini dapat sangat umum, sangat khusus, atau di
mana saja dalam kontinum umum-khusus. (b). Kendala dan karakteristik bidang studi, karakteristik bidang studi
adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam
mempreskripkan strategi pembalajran. Sedangkan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang.
(c) Karakteristik siswa yaitu, aspek- aspek atau kualitas si belajar (bakat, motivasi, dana hasil belajar).
Variabel metode pembelajaran diklasifikasi lebih lanjut menjadi 3 jenis, yaitu : (a) strategi
pengorganisasian
adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
“Mengorganisasi” mengacu pada sautu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format,
dan lainnya yang setingkat dengan itu. (b) strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan
pembelajaran kepada si-belajar dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari si-belajar.
Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini (c) strategi pengelolaan adalah metode
untuk menata interaksi antara si-belajar dan variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu : (a). Keefektifan pembelajaran biasanya diukur
dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan
keefektifan pembelajaran, yaitu, kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari (sering disebut tingkat
kesalahan), kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, tingkat retensi dari apa yang dipelajari. (b). Efisiensi
pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan,
atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. (c) Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan
mengamati kecenderungan siswa untuk tetap/terus belajar
variabel-variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : (a) kondisi pembelajaran ; (b)
metode pembelajaran, (c) hasil pembelajaran Bahan ajaran yang baik, yang mengakibatkan prestasi meningkat.
Disinilah kita perlu mengkaitkan pendekatan sistem dalam penelitian pembelajaran. Untuk memperjelas
penerapan berpikir sistem dalam penelitian pembelajran dapat dilihat model di bawah ini :

INPUT INSTRUMENTAL

INPUT MENTAH OUTPUT


MASALAH POSISI HASIL
PENELITIAN PENELITIAN
PENELITIAN

Bagan : PENELITIAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tidak terlepas dari permasalahan yang timbul, maka salah satu
alternatif haru dilakukan penelitian.Konsep berpikir sistem dlam menelaah masalah penelitian harus memlihat
masalah secara keseluruhan dengan menentukan faktor-faktor yang terkait.

KESIMPULAN
Dalam penelitian pembelajaran yang berkaitan dengan berpikir sistem harus memperhatikan bagaimana
katerkaitan antara variabel yang ada dalam pembelajaran tersebut dapat diarahkan untuk memecahkan masalah
pembelajaran, sehingga pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Diharapkan sebagai pendidik dalam
meningkatkan prestasi terhadap prestasi belajar dengan cara penelitian.

UCAPAN TERIMA KASIH


Artikel jurnal ini ditulis oleh Salamah. Berdasarkan hasil penelitian teknologi pembelajaran berdasarkan
pendekatan system. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ary D. Introduction to Research in Education, Holt, Reinehart and Wilson. 1992
2. Degeng IN. Jurnal Penelitian. 1998. T.P.IKIP Malang
3. Gay LR. Educational Reseacrh, Competencies for Analysis and Aplication. 1987. Derril Publiching
Company
4. Jujun SS. Systme Thinking. 2000. Bhina Cipta. Bandung
5. Jujun SS. Program Strategis Penelitian Pendidikan. 2003. Bhina Cipta. Bandung
6. Reigeluth, Charles M. Instructional Design Theories and Models. 1983. Lawrence Erlbaum Associates.
7. Wolter RB, Meredith DG. Educational Research. 1983. Logman
PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR SISTEM DALAM KERANGKA TUJUAN SISTEM,
BATASAN SISTEM DAN STRUKTUR SISTEM GUNA BERPIKIR
KESISTEMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Nasir, Hapzi Ali, Imron Rosadi

Abstrak

Dalam kajian ini penulis mencoba mengangkat isu-isu mengenai prinsip-prinsip berfikir system dalam
kerangka tujuan system, batasan system dan struktur system guna berfikir kesisteman dalam pendidikan Islam.
Ketertarikan penulis untuk mengkaji tema ini adalah ingin melihat lebih dalam tentang bagaimana prinsip
berpikir system dalam kerangka tujuan system dan bagaimana batasan dan struktur system guna berfikir
kesisteman dalam pendidikan Islam Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan atau library research. Dan hasil dari kajian ini menunjukan bahwa secara prinsip setiap sistem
selalu terdiri atas empat elemen: Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, maupun variabel, Atribut, yang
menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya, Hubungan Internal, di antara objek-objek di
dalamnya dan lingkungan, tempat di mana sistem berada. Kemudian batasan system dapat berupa fisik atau
konseptual. Batasan struktur kesisteman pendidikan islam di indonesia sangat dibatasi oleh beberapa faktor
diantaranya: Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, perkembangan
ekonomi, perkembangan politik Islam, perkembangan agama dan budaya masyarakat yang berkembang.
Kesisteman ini harus saling berkaitan antara satu komponen dengan komponen lainya. Tujuanya ialah untuk
menemukan suatu model pendidikan atau pembelajaran yang baik, dan efektif, yaitu yang saling berhubungan
antara apa yang di pelajari dan di praktikan dalam kehidupan peserta didik. Sehingga dapat membantu para
peserta didik untuk mencapai pribadi yang baik dan berakhlak muliya.

Abstract
In this study the author tries to raise issues about the principles of system thinking in the framework of
system goals, system limitations and system structure in order to think systematically in Islamic education. The
author’s interest in studying this theme is to want to see mode deeply about how the principles of system
thinking in terms of system goals and how the limts and structure of the system for system thinkingnin Islamic
education Futhermore, in this study the author uses library research methods. And the results of this study show
that in principle every system always consists of four elements, object, which can be a part, element, or variable.
Attribute which determines the quality or nature of ownership of the system and its object, Internal Relations,
between the objects in it and the environment, the place where the system is located. Then the boundaries of the
systme can be physical or conceptual. The limits of the structure of the Islamic education system in Indonesia
are limited by several factors including. The Development of science and technology the development of
society, economic development, the development of Islamic politics, the development of religion and culture of
the developing community. This system must be interrelated between one component and another. The goal is to
find a good and effective educational or learning model, which is interconnected between what is learned and
practiced in the lives of students. So that it can help students to achieve a good personality and moral muliya.

PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan proses humanisasi dalam penanaman moralitas keimanan dan akhlak
muliya dalam kehidupan peribadi dan masyarakat. Pendidikan islam adalah upaya mengembangkan nilai
islam yang termuat dalam sumber pokok yang menjadi dasar dalam bertindak agar tercapainya proses
perubahan perilaku baik lingkungan hidup keluarga dan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan islam ialah sistem pendidikan yang di konsep & di kembangkan berdasarkan nilai-nilai
ajaran islam yang bersumber dari Al-qur’anul karim, Al-hadits, As-sunah pada lembaga pendidikan seperti
madrasah & pondok pesantren (Irjus & Zaenal dkk, 2020).
Berpikir sistem dalam pendidikan islam sangat dipengaruhi oleh banyak komponen diantaranya
adalah 1) Komponen-komponen sistem saling berhubungan satu sama lain 2) Suatu keseluruhan tanpa
memisahkan komponen pembentukannya.3) Bersama- sama dalam mencapai tujuan. 4) Memiliki input dan
output. 5) Terdapat proses yang merubah input menjadi output. 6) Terdapat aturan. 7) Terdapat subsistem
yang lebih kecil. 8) Terdapat deferensiasi antar subsistem. 9) Terdapat tujuan yang sama meskipun mulainya
berbeda. ( al-Hudhori dkk : 2021 ).
Untuk memahami dan mengetahui bagaimana berpikir sisitem dalam pendidikan Islam maka
makalah ini akan menjelaskan: Prinsif-prinsif berfikir system dalam kerangka tujuan system,
batasan system dan struktur system guna berfikir kesysteman dalam pendidikan islam.
Berdasarkan latar belakang akan di rumuskan masalah yang akan di bahas pada artikel ini agar lebih
fokus pada kajian pustaka dan hasil serta pembahasan nanti, yaitu:
1. Bagaimana prinsif berpikir system dalam kerangka tujuan sistem
2. Bagaimana batasan Sistem guna berfikir kesisteman
3. Bagaimana struktur system guna berfikir kesisteman dalam pendidikan Islam
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka yang mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan
data dari buku, majalah, makalah, dan ensiklopedia yang berkaitan dengan pembahasan pada artikel ini.
Penelitian kualitatif lebih dideskripsikan dan diklasifikasikan sesuai dengan kondisi bidang penelitian.
Paradigma penelitian kualitatif adalah berpikir induktif. Setiap pertanyaan penelitian diperlakukan sebagai kasus
mikro dan kemudian dibawa ke konteks yang lebih umum.

HASIL
Dalam prinsip berfikir sistem, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen: 1) Objek, yang dapat berupa
bagian, elemen, maupun variabel, 2) Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan
objeknya, 3) Hubungan Internal, di antara objek-objek di dalamnya dan Lingkungan, tempat di mana sistem
berada (M sistematisohd Roslan, Mohd Nor, Wan Mohd Tarmizi, 2011).4) Lingkungan, tempat di mana
sistem berada.( Al Hudori; 2021 ).
Prinsif berfikir system merupakan prosedur sistematis yang memiliki elemen-elemen system untuk
mencapai tujuan. Hal ini sering juga disebut berpikir sistematik (sistematic thinking), dapat juga diartikan
sebagai memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses
pengambilan keputusan.
Berpikir analisis dan sintesis merupakan teori berpikir dalam mencapai tujuan. Berpikir system yang
baik adalah berpikir yang terorganisir dalam konsep dan prinsip yang saling terkait secara holistic.
Berikut ini karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem yang lain:
a. Tujuan (goal): Setiap sistem memiliki tujuan (goal) apakah hanya satu atau mungkin banyak dan tujuan
antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. Tujuan inilah yang menjadi pendorong yang
mengarahkan sistem bekerja. Tanpa tujuan yang jelas, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali.
b. Komponen (component): Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan
input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan sub-sistem dari sebuah
sistem.
c. Tenghubung (interface): Tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau
berinteraksi.
d. Batasan (boundary): Penggambaran dari suatu elemen atau unsur yang termasuk didalam sistem dan
yang diluar sistem.
e. Lingkungan (environment): Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi,
kendala dan input terhadap suatu system waktu untuk memulihkan jumlah sediaan dapat ditentukan
tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Berpikir system yang baik adalah dengan menggunakan system yang baik pula. Sistem berpikir yang
baik adalah dengan menggunakan struktur system berpikir yang membentuk dan membangun tujuan yang
ingin di capai. Struktur sistem adalah elemen yang membentuk sistem, dan proses sistem yang
menjelaskan bagaimana setiap elemen sistem mencapai tujuan sistem. Suatu sistem terdiri dari beberapa
subsistem atau bagian-bagian yang lebih kecil, atau dinamakan sebagai elemen atau komponen
(Haines,1998).
Berpikir kesisteman dalam pendidikan islam tidak dapat dilakukan dengan bebas tanpa batas.
Pendidikan islam tidak menghendaki adanya system berpikir liberal tanpa kendali dalam system keilmuan
islam. Dalam islam mengajarkan cara berpikir melalui ijtihad. Melalui ijtihad berpikir kesisteman dan
keislaman dapat berkembang dan maju. Saat ini dalam bidang pendidikan ijtihad dapat menjadi salah satu
sumber penyelenggaraan pendidikan karena kebutuhan akan ide-ide baru dan pengembangan literasi baru
dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini tentu dilakukan dengan terobosan-terobosan ilmiah
untuk mendukung pengembangan pendidikan Islam.

Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah di atas dalam kajian studi literature review baik dari buku maupun
artikel yang relevan, maka dapat di perolah kerangka konseptual sebagai berikut :

Berfikir Sistem
Struktur Sistem Tujuan Pendidikan Islam
Batasan Sistem

Gambar 2: Kerangka Konseptual

Berdasrakan kajian teori, review hasil riset jurnal yang relevan secara konseptual maka dapat di
rumuskan hipotesis untuk riset selanjutnya:
1. Berfikir sistem berpengaruh dalam kerangka tujuan sistem
2. Struktur sistem juga berpengaruh dalam kerangka tujuan pendidikan Islam
3. Batasan system juga berpengaruh dalam kerangka tujuan Pendidikan Islam
PEMBAHASAN
Pada prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitru kemampuan
berpikir analis dan berfikir sintesis. Ada beberapa istilah yang sering kita jumpai yang memiliki kemiripan
dengan berpikir sistemik (systemic thinking), yaitu Systematic thinking (berpikir sistematik), Systemic
thinking ( berpikir sistemik ), ( Sri Hendrawati, blogspot. Com /2012/04/berpikir-sistemik.html ).
Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sebuah system yaitu:
 Pendekatan Prosedur
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan
kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama- sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
 Pendekatan Komponen atau Elemen
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemen sehingga sistem sebagai
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem memiliki klasifikasi yang dapat membedakan sistem yang satu dengan sistem yang lain,
klasifikasi dari sistem sebagai berikut:
a) Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem abstrak (abstract system) adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya sistem
teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik (physical
system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer, sistem sekolah,
sistem akuntansi dan sistem transportasi.
b) Sistem Deterministik dan Sistem Probabilistik
Sistem deterministik (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi
secara tepat, misalnya sistem komputer. Sedangkan sistem probabilistik (probabilistic system)
adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena mengandung unsur probabilitas,
misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan
jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
c) Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi
dengan lingkungan, dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, misalnya reaksi kimia dalam tabung yang terisolasi. Sedangkan sistem terbuka (open
system) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan,
misalnya sistem perusahaan dagang.
d) Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Sistem Alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena alam, misalnya sistem tata
surya. Sedangkan sistem buatan manusia (human made system) adalah sistem yang dibuat oleh
manusia, misalnya sistem komputer.
e) Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
Berdasarkan tingkat kerumitannya, sistem dibedakan menjadi sistem sederhana (misalnya sepeda)
dan sistem kompleks (misalnya otak manusia). Konsep dasar sistem secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1) Komponen-komponen sistem saling berhubungan satu sama. 2)
Suatu keseluruhan tanpa memisahkan komponen pembentukannya. 3) Bersama- sama dalam
mencapai tujuan. 4) Memiliki input dan output. 5) Terdapat proses yang merubah input menjadi
output. 6) Terdapat aturan. 7) Terdapat subsistem yang lebih kecil. 8) Terdapat deferensiasi antar
subsistem. 9) Terdapat tujuan yang sama meskipun mulainya berbeda. Untuk memahami atau
mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari pembentukan sebuah
sistem.

Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar bagi perbaikan
sistem pendidikan Islam itu sendiri. Perkembangan system pendidikan islam dapat dilakukan dengan
membuka wawasan baru melalui keterbukaan berpikir dalam system pendidikan. Memalui keterbukaan
berpikir dan ditunjang pula dengan wawasan yang luas, maka pendidikan islam akan semakin maju. Hal itu
dapat dilakukan dengan mengadopsi hal-hal baru yang tidak bertentangan dengan dasar pendidikan islam itu
sendiri dan yang dapat membangun keilmuan dan keimanan manusia. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa
hal-hal baru yang dapat membangun keilmuan dan keimanan harus sejalan dengan konsep dasar
pendidikan Islam yaitu Alquran dan Sunnah. Hal ini tentu sejalan pula dengan konsep pendidikan itu
sendiri yang tidak hanya mengajarkan banyak ilmu, tetapi juga mengajarkan bagaimana menata dan
menemukan ilmu. Sebab itulah batasan struktur sistem berpengaruh terhadap pendidikan Islam. Dan ini
sudah banyak di teliti oleh peneliti sebelumnya di antaranya adalah (Hidayatno, 2016; Salamun, 2017;
Sumarto, 2016; Syahminan, 2014) (Azhar, 2013; Nata, 2003; Nurmadiah, 2016; Sabarudin, 2015;
Salim, 2014; Samrin, 2015; Sawaluddin, 2018; Syakhrani, 2019).

KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan kajian di bahas pada artikel ini, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
membangun hipoteis guna untuk riset selanjutnya yaitu :
 Berpikir system berpengaruh dalam kerangka tujuan system. Hal ini disebabkan berpikir sebagai suatu
aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu
keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan. Sebab itu sebagai aktivitas mental berpikir kesisteman
sangat dipengaruhi oleh kecerdasan dan pengalaman seseorang dalam memcahkan dan memahami
sesuatu masalah.
Struktur sistem berpengaruh dalam kerangka tujuan pendidikan Islam. Sistem dapat berubah
sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan masyarakat. Namun struktur system pendidikan islam
tidak terbatas karena diyakini bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber hukum yang tak
terbatas waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum periodik namun secara prinsip Al-
Qur’an dan Hadist berlaku tanpa batas waktu. Hal ini yang menuntut kecerdasan untuk
pemahami lebih mendalam kedua sumber ajaran Islam tersebut. Sehingga pendidikan Islam selain
tetap mengacu pada kedua sumber tersebut juga terbuka terhadap perkembangan Ilmu
pengetahuan.
 Batasan sistem berpengaruh dalam kerangka tujuan pendidikan Islam. Batasan sistem yang dikaitkan
dengan batasanya, dapat diperoleh dengan cara: (a), mencatat semua komponen yang berkaitan
dengan sistem dan sesuai dengan batasannya, dan jika berkenaan dengan luar sisitem berarti disebut
lingkungan sistem. (b), bedakan antar input dan outputnya dengan cara mencatat semua kategori yang
masuk atau keluardari lingkungan sistem. Batasan system dapat berupa fisik atau konseptual.
Umpamanya gedung, Jam, dan perlengkapan lainnya sedangkan konseptual dapat berupa kelompok
atau warga sekolah.Berpikir kesisteman dalam pendidikan islam tidak dapat dilakukan dengan bebas
tanpa batas. Pendidikan islam tidak menghendaki adanya system berpikir liberal tanpa kendali dalam
system keilmuan islam. Cara berpikir melalui ijtihad dapat menjadi salah satu sumber pemberdayaan
pendidikan untuk kebutuhan akan ide-ide baru dan pengembangan literasi baru dalam kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini tentu dilakukan dengan terobosan-terobosan ilmiah untuk
mendukung pengembangan pendidikan Islam. Pendidikan Islam mempunyai beberapa kompinen yaitu,
pendidik, anak didik, lingkungan, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan system yang
dignakan dalam proses pembelajaran.

UCAPAN TERIMA KASIH


Artikel jurnal ini ditulis oleh Muhammad Nasir, Napzi Ali dan Imron Rosadi dari Universitas Islam Negeri
Suktan Thaha Saifudin Jambi, berdasarkan hasil penelitian prinsip-prinsip berpikir system dalam kerangka
tujuan system, Batasan system dan struktur system guna berpikir kesisteman dalam Pendidikan Islam yang
dibiayai oleh Fakultas Ilmu Hukum Humaniora dan Politik melalui Program JIHHP Penelitian, 2021. Isi
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ackoff, R. L. (1994). Systems thinking and thinking systems. Special Issue: Systems thinkers,
systems thinking. System Dynamics Review, 10(2–3), 175–188.
2. Afida, I. (2016). Implikasi Pendidikan Kritis Dalam Pendidikan Islam. FALASIFA: Jurnal Studi
Keislaman, 7, 1–20. Tersedia dari :http://ejournal.staifas.ac.id/index.php/falasifa/article/view/1
3. Ahmad, T. (2007). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. In PT Remaja Rosdakarya.
4. Ahyat, N. (2017). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. EDUSIANA: Jurnal Manajemen
Dan Pendidikan Islam. Tersedia dari : https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.5
5. Ali, H., & Limakrisna, N. (2013). Metodologi Penelitian ( Petunjuk Praktis Untuk Pemecahan
Masalah Bisnis, Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. In Deeppublish: Yogyakarta.
6. Allport, F. 1955, GW, Allport 1960, Anderson, 1957. Arieti, 1962, Brunswik, 1956
7. Barak, Moses. & Doppelt, Yaron. (2000). Using Portfolio to Enhance Creative Thinking. The Journal
of Technology Studies Summer-Fall 2000, Volume XXVI, Number 2.
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals. Didownload 27 Desember 2004
8. Becker, Jerry P., Shimada, Shigeru. 1997. The Open-Ended Aproach: A New Proposal for Teaching
Mathematics. Reston, Virginia: NCTM, Inc.
9. Desfiandi, A., Desfiandi, A., & Ali, H. (2017). Composite Stock Price Index (IHSG)
Macro Factor in Investment in Stock (Equity Funds). International Journal of Economics
and Financial Issues.
10. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005.
11. Elmi, F., Setyadi, A., Regiana, L., & Ali, H. (2016). Effect of leadership style, organizational culture
and emotional intelligence to learning organization: On the Human Resources Development Agency of
Law and Human Rights, Ministry of Law and Human Rights. International Journal of Economic
Research.
12. Harini, S., Hamidah, Luddin, M. R., & Ali, H. (2020). Analysis supply chain management factors of
lecturer’s turnover phenomenon. International Journal of Supply Chain Management.
13. Hasibuan, Lias. Melejit Mutu Pendidikan, Jambi: Refleksi, Relevansi, dan Rekonstruksi Kurikulum.,
sapa project, 2004.
14. Karwati, Euis. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Membangun Sekolah yang Bermutu,
Bandung: Alfabeta, 2013.
15. Limakrisna, N., Noor, Z. Z., & Ali, H. (2016). Model of employee performance: The empirical study at
civil servants in government of west java province. International Journal of Economic Research.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERPIKIR SISTEM
ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL
Rajo Bungsu, Kemas Imron Rosadi

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggali tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir sistemik dari
dimensi internal dan eksternal, yang terdiri dari bagaimana maksud dari berpikir sistem dan apa saja faktor
yang dapat mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif,
dengan teknik pengambilan data melalui library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
berpikir sebagai aktifitas abstrak dalam kapasitasnya untuk menemukan sesuatu yang juga bersifat abstrak,
sehingga membutuhkan seperangkat pertimbangan dan pemikiran yang matang yakni menghendaki
pemahaman dan penelaahan terhadap suatu fakta atau phenomena secara komprehensif dimulai dari hal-hal
yang paling mendasar. Berpikir system banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur baik yang bersifat internal
maupun ekternal. Keadaan demikian memungkinkan seseorang berpikir lari dari konsep berpikir system
secara ideal, sehingga tingkat keobjektifan dari sebuah pola dan hasil pikir kurang optimal.

Abstract
This research aims to explore the factors that influence systemic thinking from internal and external dimensions,
which consists of what systems thinking means and what factors can influence it. This research uses a
descriptive qualitative research approach, with data collection techniques through library research. The research
results show that the thinking process is an abstract activity in its capacity to discover something that is also
abstract, so it requires a set of considerations and mature thinking, namely requiring a comprehensive
understanding and study of a fact or phenomenon starting from the most basic things. Systems thinking is
heavily influenced by elements both internal and external. This situation allows someone to think to run away
from the concept of ideal systems thinking, so that the level of objectivity of a thought pattern and results is less
than optimal.

PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupnya hampir tidak dapat melepaskan diri dari yang namanya berfikir. setiap hari
manusia menghadapi lebih dari 60.000 macam pikiran dan yang dibutuhkan oleh begitu banyak pikiran itu
adalah adanya pengarahan. Jenis pengarahannya bisa baik dan buruk. Semua itu ikut mempengaruhi perasaan,
perilaku, bahkan penyakit yang mendera baik jiwa maupun raga. Jika demikian adanya, maka selayaknya kita
harus ekstra hati-hati dalam memilih dan mengarahkan pikiran di benak kita (Elfiky & Ibrahim, 2020).
Manusia senantiasa dapat mengoptimalkan fungsi akal yang telah dianugerahkan tersebut untuk
kemaslahatan dan bekal hidup dalam rangka menjalankan misinya yakni menjadi khalifah di muka bumi.
Kemajuan diberbagai bidang sekarang ini melahirkan berbagai macam problema kehidupan yang membutuhkan
penyelesaian. Dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan itu membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih
integratif dan terstruktur untuk menguraikannya (berpikir sistemik). pendekatan berpikir sistem memberikan
alternatif analisa permasalahan kompleks yang memfokuskan tidak hanya kepada masalah di komponen, namun
pada konektivitas antar komponen. Berpikir sistem dapat mengantarkan kita untuk memasuki transisi dalam
melihat permasalahan dari bukan hanya sekedar melihat komponen, namun juga dapat melihat hubungan antar
komponen, kemudian melihat hubungan yang saling interkoneksi, hingga akhirnya melihat hubungan yang
saling berketergantungan antar komponen. Kemampuan ini membuat manusia dapat memahami permasalahan
dengan lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik bisa membuka peluang solusi yang lebih baik pula.

METODE
Metode penelitian pada artikel ilmiah ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi
literatur(Library Research). Sumber yang dijadikan rujukan adalah buku-buku, artikel ilmiah online dari
mendeley dan google scholar.
Penelitian kualitatif lebih dideskripsikan dan diklasifikasikan sesuai dengan kondisi bidang
penelitian. Paradigma penelitian kualitatif adalah berpikir induktif. Setiap pertanyaan penelitian diperlakukan
sebagai kasus mikro dan kemudian dibawa ke konteks yang lebih umum.(Cruz, 2013). Ali dan Limakrisna
menjelaskan bahwa pada penelitian kualitatif, kajian pustaka harus digunakan secara konsisten dengan
asumsi-asumsi metodologis. Artinya harus digunakan secara induktif sehingga tidak mengarahkan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Salah satu alasan utama untuk melakukan penelitian
kualitatif yaitu bahwa penelitian tersebut bersifat eksploratif. Teknik ini digunakan dengan
melakukan perbandingan hasil atau temuan-temuan yang terungkap dalam penelitian dengan literatur
(Ali & Limakrisna, 2013).

HASIL
Berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang
persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan dengan demikian pengambilan keputusan dan
pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara
efektif (Hidayatno, 2016).
Dalam berpikir sistem terdapat 2 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal.faktor
internal meliputi perasaan atau emosi, pendidikan, system kepercayaan dan nafsu. Sedangkan faktor eksternal
meliputi orang tua, keluarga, Masyarakat, teman dan media massa.
Faktor eksternal merupakan sebuah konsep yakni pandangan orang lain tentang dirinya sendiri
termasuk apa saja yang ia rasakan tentang perilakunya, perasaan, dan isi pikirannya, dimana pikiran itu
diwujudkan dalam sebuah Tindakan akan memberikan pengaruh atau berdampak juga kepada orang lain
(Nasehudin, 2014). Sedangkan Faktor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri seseorang atau
individu itu sendiri. Yang factor ini biasanya tercermin berupa sifat atau sikap yang melekat pada diri seseorang.
Factor internal ini besar dampaknya bagi kehidupan seseorang. Banyak orang yang gagal dalam kehidupan
disebabkan oleh factor internal ini, begitu juga sebaliknya banyak orang yang sukses juga diakibatkan unsure
atau factor internal (Marganingsih, 2018).

PEMBAHASAN
# Faktor internal
Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi berpikir system seseorang yaitu factor yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri berupa;
a. Perasaan atau Emosi
Pada dasarnya perasaan dan emosi adalah sama. Perasaan berasal dari kata “asa” yang berarti
harap atau harapan (Hasbullah, 2018). Berbagai macam bentuk perasaan seperti senang atau tidak
senang, suka dan tidak suka, lega, gelisah, sakit dan tidak sakit, dan lain sebagainya. Sebagai ilustrasi,
dalam memecahkan suatu persoalan, seorang hakim dilarang memberikan keputusan ketika posisi
kejiwaan berada dalam kondisi yang tidak tenang seperti terlalu gembira atau terlalu marah, karena hal
itu dapat mempengaruhi tingkat keobjektifan dalam memutuskan suatu masalah.
Emosi menurut Salim & Nasir, yaitu pengalaman afektif yang dibarengi dengan penyesuaian yang
dilakukan oleh batin secara keseluruhan, dimana keadaan fisiologi (fungsi atau kerja tubuh manusia)
dan mental dalam kondisi yang meluap-luap (tidak normal) dan terkadang kondisi ini terwujud melalui
tingkah laku yang nyata dan jelas (Syed Salim & Nasir, 2010). Emosi sangat dipengaruhi oleh stimulus
atau rangsangan dari dalam diri maupun dari luar diri. Jadi oleh karena itu, perasaan atau emosi dapat
mempengaruhi berpikir system (Ramdhani, 2016).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola pikir yang unggul (Gumanti et al., 2016).
Dapat dipahami bahwa seseorang akan rajin men-charge dirinya sendiri melalui seminar, pelatihan,
kursus, dan hal-hal lain yang dapat memberikan nilai tambah bagi aspek koqnitifnya. Ia akan berusaha
untuk meningkatkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, bukan karena selembar ijazah atau
kebanggaan menyandang sederet gelar akademik, tapi karena kesadaran untuk terus meningkatkan
kompetensi diri.
c. Sistem Kepercayaan (Belief System)
Faktor yang juga dianggap paling dominan dalam mempengaruhi pola piker seseorang adalah
system kepercayaan atau keyakinan seseorang (belief system) (Ahmad, 2017). Jadi dapat dipahami
bahwa Belief System atau system kepercayaan, atau system keyakinan, mampu mengarahkan dan
merubah cara berpikir seseorang. Lebih jauh system kepercayaan atau keimanan berimplikasi terhadap
pelayanan terbaik kepada semua orang yang berurusan dengannya, baik itu masyarakat, atasan,
bawahan, atau kolega. Atas dasar keimanan, dapat melahirkan seseorang menjadi pribadi yang
mempunyai mental senang, ikhlas, dan antusias dalam melayani. Karena ia berkeyakinan bahwa semua
itu ia lakukan semata karena ia ingin bermanfaat bagi manusia lainnya.
d. Nafsu
Pada dasarnya nafsu dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, termasuklah manusia. Karena nafsu
mempunyai peran yang cukup penting dalam perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh manusia.
Nafsu diperlukan manusia untuk mendorong dan menggerakkan perilaku seseorang, berupa adanya
kecenderungan dan kemauan untuk melakukan aktifitas, seperti makan dan minum (Mohd Zulkifli,
2014). Keberadaan nafsu ini, jika tidak dikendalikan dapat berakibat kepada terganggunya kerja pikiran
yang sehat. Sehingga sering kita jumpai adanya orang-orang yang berbuat diluar dari logika akal sehat,
melakukan segala cara, jika perlu dengan pemaksaan untuk meraih sesuatu, berkata atau berucap
dengan mengabaikan norma dan etika. Itu semua dilatarbelakangi oleh ketidak mampuan dalam
mengendalikan dan juga pembiaran terhadap nafsu. Inilah sebabnya nafsu dapat dikatakan sebagai
faktor yang dapat mempengaruhi berpikir sistem. Tentu saja yang dimaksudkan disini adalah nafsu dari
sisi sifatnya. Karena pada dasarnya nafsu itu dari sisi zatnya hanya satu, namun dari sifatnya nafsu
terbagi kepada tiga macam yaitu nafsu al-ammarah bis suu’, nafsu lawwamah dan nafsu muthmainnah
Nafsu yang dapat mempengaruhi system berpikir adalah nafsul al-ammarah bis suu’ dan nafsu
lawwamah, karena nafsu inilah yang masih dapat dipengaruhi oleh sisi-sisi negatif.

# Faktor Eksternal
Faktor tersebut dapat memberikan kekuatan yang luar biasa pada proses berpikir, dan menjadi
referensi bagi akal yang digunakan oleh setiap orang, baik dalam keadaan sadar atau tidak (Elfiky &
Ibrahim, 2020)Adapun faktor eksternalnya sebagai berikut:
a. Orang Tua
Proses berpikir pertama kita dapatkan dari orang tua, karena orang tualah yang berinteraksi
pertama sekali dengan kita. Segala aktifitas yang dilakukan oleh orang tua, tanpa disadari menjadi
kontruks sebuah pemikiran anak (Purnomo, 2013). Artinya dari apa-apa yang di ketahui oleh anak
maka dari orang tua lah kita belajar tentang kata-kata ,ekspresi wajah, perilaku, norma, keyakinan
dan lain sebagainya. Semua hal ini kita terima dari orang tua, jadi orang tua merupakan termasuk
orang yang paling penting dalam membentuk proses berpikir.
b. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifatkhas
(Satya Yoga et al., 2015). Keluarga yang mengembangkan kebiasaan makan bersama, membaca
buku, mematikan lampu setelah selesai digunakan, dan kebiasaan positif lainnya, akan
menghasilkan anggota keluarga yang memiliki pola pikir yang terwarnai oleh nilai-nilai yang
dibangun bersama oleh keluarga tadi. Dari keluarga, akal menangkap informasi baru dan
menggabungkannya dengan informasi yang telah ada. Dengan demikian, proses pembentukan pola
pikiran akan semakin kuat. Pola pikir seseorang yang berasal dari keluarga yang sarat dengan sistem
nilai positif, dipastikan akan lebih unggul dari keluarga yang tidak atau kurang membangun sistem
nilainya.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Baik di lingkungan tempat
kita berdomisili, maupun di lingkungan kerja, pasar, tempat ibadah dan lain-lain (Sukitman, 2012).
Orang yang banyak berteman dengan pengusaha, cenderung memperlihatkan pola pikir seperti
pengusaha. Orang yang berteman dengan politikus, cenderung akan mengikuti gaya berpikir
politikus. Orang yang berteman dengan tukang rumpi, dia akan tertular dengan kegatalannya para
perumpi. Orang yang bergaul dengan orang yang berpendidikan, maka setidaknya lebih
mempercepat tumbuhnya pengalaman dan pengetahuannya. Dan, bila seorang orang berteman
dengan orang yang shalih, diapun cenderung akan mengadopsi sifat-sifat dan cara berpikir orang
shalih tersebut. Konsekuensinya, bila seseorang ingin memiliki pola pikir yang baik, ia akan
berhati-hati dalam memilih teman.
d. Teman
Teman merupakan orang-orang yang juga sering melakukan interaksi dalam rangka
melakukan aktifitas social (Kurniawan & Sudrajat, 2018). Seseorang yang telah merasa “satu hati”
dengan teman, biasanya dapat melakukan sesuatu seperti layaknya hubungan dengan keluarga.
Bahkan tidak jarang kita temukan, orang-orang yang menganggap teman lebih dari keluarga sendiri.
Begitu intens dan dekatnya seseorang dengan teman, maka dapat mempengaruhi pola piker
seseorang. Jadi untuk menjadikan pikiran menjadi baik, haruslah memilih teman yang baik pula.
Berteman dengan penjual minyak wangi, setidaknya bau minyak wangi akan kita dapatkan, begitu
juga sebaliknya, berteman dengan seorang pandai besi, setidaknya bau asap dari pembakaran besi
juga akan kita dapatkan.
e. Media Massa
Sebuah pusat kajian psikologi dan fisiologi di New Zealand memaparkan bahwa lebih dari
60 % kondisi menyedihkan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat disebabkan oleh media massa
yang sering menayangkan hal-hal yang bersifat negatif, seperti peperangan, seksualitas dan
pelanggaran tata nilai (Elfiky & Ibrahim, 2020). Apa yang dilihat dan ditonton akanmasuk kedalam
alam pikiran dan dapat menjadi pola tatanan nilai (Chusna, 2017). Dari uraian tersebut maka dapat
di pahami bahwa, Jika yang ditonton merupakan hal- hal yang positif, maka ia akan menjelma
menjadi sebuah nilai positif, begitu juga sebaliknya. Media massa dalam hal ini tidak lain sama lah
artinya sebagai sosok transformator yang memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada
audiennya.

Conceptual Framework dan Hipotesis


Berdasarkan kajian teori dan analisis hubungan antar variabel maka model atau Conceptual
Framework artikel ini dalam rangka menbagunan hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Pengaruh aspek intern terhadap berbikir sistem berdasarkan hasil riset (Aditya & Surjono, 2017;
Herawati, 2014; Kiranayanti & Erawati, 2016; Widari & Sutrisno, 2017; Yendrawati, 2013)
2) Pengaruh aspek ekstern terhadap berpikir sistem berdasarkan hasil riset (Akhmaddhian, 2016;
“Hubungan Keluarga Dari Aspek Komunikasi Dan Gaya Keibubapaan,” 2006; Rangga & Naomi,
2006; Siagian et al., 2019)

Dari rumusan masalah penulisan artikel ini dan kajian studi literature review baik dari buku dan
artikel yang relevan, maka di perolah kerangka artikel seperti pada bagan alur berikut:

Gambar 3: Conceptual Framework


Berdasarkan hasil analisis dari lietratu rereview hasil dari buku dan artikel yang relevan serta
maka dapat dijawab hipotesis penelitian dengan hasil bahwa:

1) Terdapat pengaruh aspek internal terhadap berpikir kesisteman


2) Terdapat pengaruh aspek eksternal terhadap berpikir kesisteman
KESIMPULAN
Aspek internal berpengaruh terhadap berfikir sistem merupakan cara pandang seseorang agar lebih
komprehensif dan terarah serta dapat memberikan prespektif yang lebih baik lagi untuk kehidupan yang efektif
dan efisien.Aspek ekternal merupakan faktor yang datang dari luar seseorang seperti keluarga, teman,
Masyarakat dan media massa. Berdasarkan kajian teori dan analisis hubungan antar variabel maka model artikel
ini dalam rangka membangun hipotesis adalah terdapat pengaruh aspek internal terhadap berpikir kesisteman
dan terdapat pengaruh aspek ekternal terhadap berpikir kesisteman.

UCAPAN TERIMA KASIH


Artikel jurnal ini ditulis oleh Rajo Bungsu dan Kemas Imron Rosadi, berdasarkan hasil penelitian Faktor yang
Mempengaruhi Berpikir Sistem : Aspek Internal dan Eksternal yang dibiayai oleh UIN STS Jambi melalui
Program JEMSI (Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi) 2020. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis

DAFTAR PUSTAKA
1. Aditya OR, Surjono W. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 2017.
Tersedia dari : https://doi.org/10.32897/sokap.v2i1.64
2. Agung MAS. Analisis Kriminologis Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dilakukan Suami
Terhadap Istri. 2017. Tersedia dari : https://doi.org/10.28918/religia.v14i2.92
3. Ali H, Limakrisna N. Metodogi Penelitian. Yogyakarta. 2013.
4. Banathy BH. Instructional System Design In Instructional Foundations. 2013. Tersedia dari :
https://doi.org/10.4324/9781315060248
5. Elfiky AA, Ibrahim IM. Zika Virus Envelope-heat Shock Protein A5(GRP78) Binding Site Prediction.
2020. Tersedia dari : https://doi.org/10.1080/07391102.2020.1784794
6. Gumanti A, Yudiar, Syahruddin. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Mitra Wacana Merdeka. 2016.
7. Herawati T. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Cianjur. STAR.
2014.
8. Ngatiman N, Ibrahim R. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Studi
Islam. 2018. Tersedia dari : https://doi.org/10.32699/mq.v18i2.949
9. Ramdhani N. Emosi Moral dan Empati pada Pelaku Perundungan-siber. Jurnal Psikologi. 2016. Tersedia
dari : https://doi.org/10.22146/jpsi.12955
10. Rangga M, Naomi P. Pengaruh motivasi diri terhadap kinerja belajar mahasiswa. 2006. Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia.
11. Santi N. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Terhadap Kondisi
Lingkungan Sekolah, Terhadap Motivasi Belajar. 2015. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran
Januari.
12. Satya YD, Suarmini NW, Prabowo S. Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter
Anak serta Budi Pekerti Anak. 2015. Tersedia dari : https://doi.org/10.12962/j24433527.v8il.1241
13. Syed SS, Nasir R. Emotional Competence Inventory. 2010. Tersedia dari :
https://doi.org/10.1053/joca.2002.0528
14. Talibo I. Pendidikan Islam dengan Nilai-Nilai dan Budaya. 2018. Tersedia dari :
https://doi.org/10.30984/jii.v6il.615
15. Widari L, Sutrisno. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. 2017. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai