DISUSUN OLEH :
MBK2322010404
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG 2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta hidayah- NYA
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Imunologi.
Kemudian shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Danis
Pertiwi, M.Si, Med, Sp.PK selaku dosen pengampu mata kuliah Instrumentation. Dan
terimakasih juga kepada teman-teman anggota kelompok yang telah berpartisipasi, dan
bekerjasama selama penulisan ini.
Akhirnya kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Antibodi monoklonal adalah merupakan senyawa yang homogen, sangat
spesifik dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi
monoklonal telah tersedia di pasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus,
serta untuk uji kehamilan. Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik
yangdapat mengikat satu epitop saja, yang merupakan zat yang diproduksi oleh sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan (Hamdani, 2013).Ini
adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dapat
mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik.Antibodi monoklonal adalah
antibodi sejenis yang diproduksioleh selplasma klonsel-selpositifsejenis.Antibodiinidibuat
oleh sel-selhibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel positif limpa dan sel mieloma)
yang dikultur.Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodiadalah limpa. Fungsi
antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan. Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi
oleh sel gabungantipe tunggal yang memilikikekhususantambahan.Iniadalahkomponen
pentingdarisistem kekebalan tubuh.Mereka dapat mengenali dan mengikatke antigen yang
spesifik (Sarmoko, 2010).
Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa
menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke
dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B.
Limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang kemudian diletakkan pada
permukaannya. Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya
satu antigen spesifik. Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada permukaan
bakteri, virus dan sel kanker. Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan
penglepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi sistem respons imun yang
akan menetralkan dan mengeliminasinya.
5
Gambar 1. Struktur antibodi
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus-menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel
kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabilasel hibridoma dibiakkan
dalam kultur sel, sel yang secara genetic mempunyai sifat yang identik akan
memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi dengan sel aslinya
yaitu sel limfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan adalahproses pemilihan sel
klon yang identik yang dapat mensekresi antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang
diproduksi berasal sel hibridoma tunggal (mono- klon).maka antibodi yang diproduksi
disebut dengan antibodi monoklonal.
Pada tahun 1975, Kohier dan Milstein memperkenalkan cara baru untuk membuat
antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya difusikan
dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus (immortal) dan
membuat antibodi yang homogen yang diproduksioleh satu klon sel hibrid. Antibodi yang
homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang mempunyai sifat lebih spesifik
dibandingkan dengan antibodi poliklonal karena hanya dapat mengikat 1 epitop antigen
dan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas. Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein
dan Niels jerne, yang mendapat hadiah Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya
tentangantibodi monaklonal, telah membawa perubahan besar dalam produksi antibodi
secara in vitro.
7
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel
kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma.
Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik
mempunyai sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodiyang
diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel imfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan
adalah proses pemilihan selklon yang identik yang dapat mansekresiantibodi yang spesifik.
Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel hibridoma tunggal (mono-klon), maka
antibodi yarg diproduksi disebut dengan antibodi monoklonal.
1. Imunisasi mencit.
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau
virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau seca intra
peritoneal.Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen secara intravene sekaliatau
beberapa kali suntikan. Mencit dengan kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah
suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dandiukur titer
antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian
dibuat suspense sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi.
8
Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun
kadangkaladipengaruhi oleh sifat abtigen atau respon imun binatang yang
berbeda- beda.
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau
virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra
peritoneal.Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen sekali atau beberapa kali
suntikan. Mencit dengan kekebalan terbaik dipilih, 12 hari setelahsuntikan
terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan diukurtiter
antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian
dibuat suspensi sel atau limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung
antibodi. Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala
dipengaruhi oleh sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.
Cara imunisasi lain yang juga sering dilakukan adalah imunisasi sekali
suntik intralimpa (single-shot intrasplenic immunization). Pada cara imunisasi
konvensional antigen dipengaruhi bermacam-macam factor. Bila disuntikkan ke
dalam darah sebagian besar akan dieliminasi secara alami, sedangkana melalui
kulit akan tersaring oleh kelenjar limfe, makrofag, dan sel retikuler. Hanya
sebagian kecil antigen yang terlibat dalam proses imun. Oleh sebab itu, untuk
mencegah eliminasi antigen oleh tubuh dilakukan suntikan imunisasi langsung
pada limpa dan ternyata hasilnya lebih baik daricara konvensional. Menyuntik
hewan laboratorium (mencit) dengan antigen dan kemudian, setelah antibodi telah
terbentuk, mengumpulkan antibodi dari serum darah hewan tersebut (antibodi
yang mengandung serum darah disebutantiserum).
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan
cepat mati, sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan secara terus menerus, sehingga
sel hybrid dapat memproduksi antibodi secara terusmenerus dalam jumlah yang
tidak terbatas secara invitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membrane plasma sehingga menghasilkan sel
besar dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda
9
jenis yang disebut heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk
dari satu inti yang mengandung kromosom kedua induk yang disebut sel hybrid.
Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa factor antara lain jenis medium; perbandingan
jumlah sel limpa dengan sel myeloma; jenis sel myeloma yang digunakan; dan
bahan bahan yang mendorong timbulnya fusi(fusogen). Penambahan polietilen
glikol dan dimetilsulfoksida dapat menaikkan efisiensi fusi sel.
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan
cepat mati, sedangkan sel mieloma yang dapat dibiakan terus menerus. Fusi sel
dapat menciptakan sel hibrid yang terdiri-dari gabungan sel limpa yang dapat
membuat antibodi dan sel mieloma yang dapat dibiakan terus- menerus, sehingga
sel hibrid dapat memproduksi antibodi secara terus- menerus dalam jumlah yang
tidak terbatas secara in vitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel
besar dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang
berbeda jenis yang dibut heterokarion.Pada waktu tumbuh dan membelah diri
terbentuk satu inti yang nengandung kromosom kedua induk yang disebut sel
hibrid.Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa factor antara lainjenis medium;
perbandingan jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenissel mieloma yang
10
digunakan; dan bahan yang
11
mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan polietilen glikol (PEG) dan
dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel. Mentransfer
campuran fusi sel (sel limfosit B dan sel mieloma ke medium kultur yang disebut
medium HAT(karena mengandung Hipoxantin Aminopterin Timidin).
Sel mieloma (sel-sel tumor sum-sum tulang yang akan tumbuh tanpa
batasdi laboratorium dan menghasilkan imunoglobulin) yang tidak mengalami
fusi tidak dapat tumbuh karena kekurangan HGPRT.
Sel hibridoma (dihasilkan oleh fusi yang berhasil) dapat tumbuh tanpa
batas karena sel limpa dapat memproduksi HGPRT dan sel mieloma dapat
membantu sel limpa.
Fusi ini mengabungkan kemampuan untuk tumbuh terus menerus dari sel
mieloma dan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar antibodidari sel
limfosit B murni.
13
dipelihara terpisah satu sama lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresi
14
antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi yang terbentuk bisa diisolasi.
15
Antibodi monoklonal generasi baru.
16
3. Fully human antibodi monoklonales
Antibodi ini adalah antibodi yang paling ideal untuk menghindari
terjadinya respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan ke dalam tubuh
seluruhnya merupakan protein yang berasal dari manusia. Salah satu pendekatan
yang dilakukan untuk merancang pembentukan antibodi monoklonal yang
seluruhnya mengandung protein manusia tersebut adalah dengan teknik rekayasa
genetika untuk menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang berasal
dari manusia, sehingga mampu memproduksiantibodi yang diinginkan.
Pendekatan lainnya adalah merekayasa suatu binatang transgenik yang dapat
mensekresikan antibodi manusia dalam air susuyang dikeluarkan oleh binatang
tersebut.
Imunoterapi
Dalam beberapa tahun terakhir, sistem pengantaran obat kanker memasuki era
baru yang disebut target terapi, yaitu suatu upaya untuk menghantarkan obat kanker
kelokasi sel kanker tersebut berada. Oleh sebab itu cara penghantaran obat kanker
menjadi perhatian utama para peneliti yang pada dasarnya adalah cara untuk memahami
sepenuhnya perbedaan antara sel kankerdan sel normal, maka dapat dibuat obat anti
kanker yang dapat dihantarkan sedemikian rupa, yang hanya akan menyerang sel-sel
kanker tanpa merusak sel-sel normal, sehingga tidak menimbulkan efek samping.
Beberapa cara penghantaran obat kanker telah dikembangkan antara lain adalah
1. Menggunakan nanomolekul yang bisa masuk kedalam sel kanker dan merusak
fungsi sel yang pada akhirnya membunuh sel tersebut.
2. Target terapi yang ditujukan pada reseptor target yang ada dipermukaan sel,
menggunakan antibodi monoklonal.
3. Penggunaan obat-obat anti angiogenesis, yang dapat mematikan pembuluh darah
yang membawa nutrisi dan oksigen ke sel kanker, sehingga dapat mematikan
sel- sel kanker.
17
untuk menstimulasi respon imun spesifik dan non spesifik pada penderita kanker.
18
Imunoterapi secara pasif dilakukan dengan cara mentransfer antibodi dansel-sel
imun kedalam penderita. Beberapa antibodi spesifik dan antibodi monoklonal yang
mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker dapat digunakan untuk
terapi kanker. Antibodi monoklonal tersebut akanberikatan dengan antigen yang terdapat
pada permukaan sel tumor atau sel kanker dan mengaktifkan sistem komplemen,
sehingga menyebabkan sitolisis. Disamping itu reseptor yang terikat pada baguan Fc dari
antibodi dapat merangsang sel-sel efektor seperti sel NK, makrofag dan granulosit untuk
menangkap kompleks antigen antibodi pada permukaan sel tumor, sehingga dapat
membunuh sel tumor melalui antibodi dependent cell-mediated cytotocixity.
a. Antibodi yang di gunakan kurang efisien karena sel tumor terasosiasi dengan
MHC kelas I
b. Sel tumor dapat menutup antigen sehingga tidak terjadi kompleks antigen
antibodi. Dengan demikian sel-sel kekebalan tidak dapat menghancurkan sel
tumor.
19
Antibodi Disetujui
Nama Digunakan pada Kanker
Monoklonal (tahun)
Rituximab Rituxan Limfoma Non-Hodgkin 1997
Transtuzumab Herceptin Payudara 1998
Gemtuzumab
Mytotag AcuteMyelogeneous Leukemia 2000
ozogamicin
Chronic Lymphocytic
Alemtuzumab Campath 2001
Leukemia
Ibrituzumab
Zevalin Limfoma Non-Hodgkin 2002
Tiuxetan
Tosituzumab Bexxar Limfoma Non-Hodgkin 2003
Cetuximab Erbitux Kolon 2004
Kepala dan leher 2006
Bavecizumab Avastin Kolon 2004
Panitumumab Vectibix Kolon 2007
Ofatumumab Arzema Leukemia 2009
Iplimumab Yervoy Melanoma 2011
Belimumab Benylsia Systemic LupusErythematosus 2011
Tabel 1.1. Beberapa jenis antibodi monoklonal yang digunakan sebagai antikanker.
Penggunaan antibodi monoklonal untuk terapi kanker di bagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Antibodi monoklonal murni
20
21
pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan sel kanker, maka antibodi
monoklonal dapat mencegah pertumbuhan sel kanker. Salah satu antibodi
monoklonal yang bekerja dengan cara tersebut adalah :
22
2. Antibodi monoklonal yang dikombinasi
23
communis atau saporin dari Saponaria officinalis.
24
Tabel 2.2.beberapa jenis biological response modifiers yang digunakan sebagai imunoterapi.
a. Interleukin-2 yang dapat mengaktifkan sel T dan sel NK, biasanya digunakan untuk
mngobati karsinoma renal dan melanoma.
b. Interferon alfa dan beta, senyawa ini dapat menginduksi ekspresi MHCpada sel
tumor dan digunakan untuk mengobati leukemia.
c. Interferon gama. Senyawa ini dapat meningkatkan ekspresi MHC kelas II.
Digunakan pada kanker Rahim.
d. Tumor necrosis factor=alpha (TNF-alfa). Senyawa ini dapat meningkatkan aktifitas
makrofag ddan sel-sel limfosit, digunakan untukmembunuh sel-sel tumor.
25
Mekanisme kerja
26
Gambar 2. Antibodi dependent cellular (ADCC)
27
Gambar 3.Complement dependent cytotoxicity (CDC)
28
monoklonal yang digunakan untuk pengobatan berasal dari sel mencit atau tikus,
sehingga sering menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi
antibodi monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal
sebagaiantigen asing oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan reaksi respon imun
antara lain berupa alergi, inflamasi, dan penghancuran atau destruksi dari antibodi
monoklonal itu sendiri.
Antibodi ini murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) (Kumaji,2012).
30
Gambar 4. Humanize Antibodies Monoklonal
31
1.2 ANTIBODI POLIKLONAL
Pengertian
Antibodi poliklonal adalah antibodi dimana di dalam suatu populasi terdapat
lebih dari satu macam antibodi, atau campuran antibodi yang mengenalepitop yang
berbeda pada antigen yang sama. Dalam antibodi poliklonal jumlahantibodi yang
spesifik sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat bermacam-macam
epitop dan sangat sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan (Radji,
2010).
Antibodi poliklonal mampu mendeteksi multiple epitope dan karenanyamengenali
berbagai antigen. Reagen poliklonal relative lebih sederhana dan murah untuk
diproduksi dalam jangka pendek dibandingkan dengan reagen monoklonal.
Antibodi poliklonal terbentuk dari zat asing (antigen) yang masuk ke dalam
tubuh menyebabkan rangsangan kekebalan (imun). Respon imun terjadi apabila
sudah ada sel memori sebelumnya, menghasilkan antibodi dengan afinitas dan
aviditas inggi (Goldsby et al, 2000).
Respon imun terhadap antigen umumnya melibatkan aktivasi beberapa B-sel
yangsemuanya target epitop tertentu pada antigen itu. Akibatnya sejumlah besar
antibodi yangdiproduksi dengan kekhususan yang berbeda dan afinitas epitop ini
dikenal sebagai antibodi poliklonal.
Antibodi adalah bagian dari respon imun adaptif, dimana antibodi tersebut
spesifik untuk antigen tertentu dengan afinitas yang tinggi. Antibodi poliklonal dapat
di produksi secara in vivo, sedangkan untuk manipulasi biotechnological biasanya
digunakan untuk membuat antibodi monoklonal. (Singh, A., et al, 2014)
Pembuatan
32
apabila hanya membutuhkan antibodi poliklonal dalam jumlah kecil, maka bisa
menggunakan hewan seperti kelinci, tikus, atau mencit. Prosedur pada hewan ini
memiliki beberapa batasan, yaitu membutuhkan waktu untuk mengimunisasi hewan
secara lengkap, membutuhkanbiaya yang mahal untuk menjaga herd immunity pada
hewan, dan hewan yang diimunisasi rentan terkena infeksi. (Singh, A., et al, 2014)
Peningkatan respon imun pada hewan coba dapat dipicu dengan penambahan
adjuvant pada antigen sebelum disuntikkan. Adjuvant merupakan bahan yang
berbeda dari antigen yang ditambahkan ke vaksin untuk meningkatkan respon imun
melalui peningkatan aktivitas sel T dengan meningkatkan APC dan sitokin yang
dihasilkan. Adjuvant yang diikat antigen pada vaksindapat mempertahankan antigen
tetap ditempat injeksi dan mengantarkan antigen menuju kelenjar getah bening
tempat respon imun berlangsung (Bratawidjadja dan Rengganis, 2014).
33
Langkah-langkah pembuatan antigen :
Antigen sudah harus disiapkan untuk di suntikkan, sehingga akan menghasilkan
kualitas antibodi yang bagus (berafinitas tinggi). Antigen biasanya disuntikkan dengan
adjuvant, biasanya paling banyak digunakan adalah Freund Adjuvant yang
mengandung komponen seperti minyak mineral dan agen pengemulsi. Setelah
emncampur antigen dengan Freund Adjuvant, cairan preparate antigen akan tersebar
menjadi tetesan- tetesan kecil yang dikelilingi oleh lapisan minyak sehingga
membantu pelepasan antigen secara lambat daritempat infeksi.
Imunisasi
Tujuan utama dari imunisasi adalah untuk memaparkan hewan dengan antigen
spesifik dan paparan yang berulang untuk membantu system imunnya mengenali
antigennya. Imunisasi ini akan mengaktifkan system imun, yang akan memproduksi
antibodi yang akan melawan antigen. Produksi antibodi dapat ditentukan oleh
beberapa hal, seperti contohnya seberapa banyak jumlah antigennya, lokasi
penyuntikannya, dan durasi antara dosis booster nya. Sebelum dilakukan imunisasi,
sebaiknya di cek kadar antibodi dalam serumnya supaya meminimalisir bias.
Titer Antibodi
Pada saat imunisasi dan setelah imunisasi adalah masa yang penting untuk
mengetahuititer antibodi yang ada di serum imun hewan tersebut. Pengecekan titer ini
dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan reaksi antibodi-antigen, seperti
contohnya Aglutinasi,Hemaaglutinasi, ELISA, Radial Immuno-Diffusion (RID), dan
lain-lain. Pemilihan alat dan pemeriksaan apa yang akan dilakukan tergantung pada
fasilitas dan tersedianya orang yang ahli dibidang tersebut. Salah satu cara yang paling
mudah adalah menggunakan tes aglutinasi,Keuntungan dari tes ini adalah nyaman
pada saat pemeriksaannya dan membutuhkan waktu yang lebih cepat.
34
Pemurnian dan Identifikasi
Untuk keperluan produksi antibodi ini umumnya dimurnikan dari serum hewan
di imunisasi adalah antigen bunga merangsang limfosit B untuk memproduksi beragam
imunoglobulin yang spesifik untuk antigen itu.
35
Kelebihan Antibodi Poliklonal
Sejumlah besar antibodi poliklonal relatif cepat dan murah untuk memproduksi
dibandingkan dengan antibodi monoklonal. Mereka adalah non spesifik dalam bahwa
mereka mampu mengenali beberapa epitop pada satu antigen. Kemampuan ini
memberikan banyak keuntungan :
d. Antibodi poliklonal sering menjadi pilihan yang lebih disukai untuk mendeteksi
protein terdenaturasi.
38
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
39
2.2. SARAN
Dengan disusunnya tugas ini, maka kita bisa lebih tahu mengenai antibodi monoklonal ,
antibodi polikolonal dan anti serum yang dapat digunakan dalam tes diagnostik dan
pengobatan klinis.
40
DAFTAR PUSTAKA
Goldsby, R.A., Kindt, T.J., Osboene,B.A. 2000. Immunology 4th Edition. New York:
W.H.Freeman and Company.
Hamdani. 2013. Antibodi Monoklonal. Tersedia di
http://catatankimia.com/catatan/antibodi-monoklonal.html [diakses 29 Mei 2013].
Hanafi, Arif Riswahyudi dan Elisna Syahruddin.2009.Antibodi Monoklonal dan Aplikasinya Pada
Terapi Target (Targeted Therapy) Kanker Paru. Jakarta:Departemen Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan.
Kumaji, Syam.2012. Antibodi Monoklonal. Tersedia di;
http://www.scribd.com/doc/90609785/Antibodi-Monoklonal [diakses 29 Mei2013].
Maksum, R. 2010. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi.Jakarta : PT ISFI Penerbitan
Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Roitt, I.M., Delves, P.J.,
2001. Roitt’s Essential Immunology. United Kingdom. Blackwell Publishing.
41