Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH IMUNOLOGI

(ANTIBODI MONOKLONAL, ANTIBODI POLIKLONAL, ANTI SERUM)

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi

Dosen Pengampu Dr. dr. Danis Pertiwi, M.Si, Med, Sp.PK

DISUSUN OLEH :

dr. Arifatul Istiqomah MBK2322010381

dr. Fitri Anindyasarathi

MBK2322010385 dr. Essa Aprilia

MBK2322010404

dr. Putri Leilina Cahyaningtias MBK2322010390

dr. Mecha Amalia Mediana MBK2322010388

dr. Rizqulla Kesti Arthari MBK2322010392

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG 2023
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta hidayah- NYA
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Imunologi.
Kemudian shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Danis
Pertiwi, M.Si, Med, Sp.PK selaku dosen pengampu mata kuliah Instrumentation. Dan
terimakasih juga kepada teman-teman anggota kelompok yang telah berpartisipasi, dan
bekerjasama selama penulisan ini.
Akhirnya kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif.

Semarang, 17 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

1.1 Antibodi Monoklonal...........................................................................................4

1.2 Antibodi Poliklonal ............................................................................................28

1.3 Anti Serum ..........................................................................................................33

BAB II PENUTUP ..................................................................................................................35

2.1 Kesimpulan .........................................................................................................35

2.2 Saran ............................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ANTIBODI MONOKLONAL

Antibodi adalah bagian pertahanan tubuh yang digunakan untuk


menghilangkan atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam tubuh.Mekanisme
kerja antibodi dalam tubuh dimulai dengan diikatnya epitope (bagian antigen) oleh
antibodi. Ikatan ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi yang berukuran besar
dan akhirnya mengendap. Kompleks antigen-antibodi ini juga dapat dikenalioleh sel
makrofag, yang akan mendegradasi kompleks ini. Pada perkembangannya antibodi
banyak digunakan sebagai alat deteksi di bidang klinis dan biomedisinal. Deteksi ini
dapat berupa deteksi protein atau deteksi mikroorganisme.Sebagai contoh penentuan
golongan darah, penentuan jumlah mikroorganisme menggunakan ELISA (Enzyme
Linked Immunosorbent Assay) atau penentuan ukuran protein menggunakan teknik
western bloth.
Selama ini antibodi yang sering digunakan dalam deteksi adalah poliklonal
antibodi.Pada larutan antibodi ini terdapat bermacam-macam molekul antibodi.Satu
molekul antibodi, biasanya mengenali satu macam epitope, sehingga larutan antibodi
poliklonal mengenali lebih dari satu macam epitope. Hal ini menyebabkan larutan
antibodi poliklonal kurang spesifik jika digunakan sebagai alat deteksi.Masalah
ketidakspesifikan pada poliklonal antibodi diatasi menggunakan antibodi monoklonal,
jenis antibodi yang merupakan pengembangan dari antibodi poliklonal.Larutan
antibodi monoklonal hanya mengandung satu macam molekul antibodi, sehingga
larutan ini hanya mengenali satu macam antigen.Berdasarkan sifat ini, maka larutan
antibodi monoklonal sangat spesifik ketika digunakan sebagai alat deteksi.

4
Antibodi monoklonal adalah merupakan senyawa yang homogen, sangat
spesifik dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi
monoklonal telah tersedia di pasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus,
serta untuk uji kehamilan. Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik
yangdapat mengikat satu epitop saja, yang merupakan zat yang diproduksi oleh sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan (Hamdani, 2013).Ini
adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dapat
mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik.Antibodi monoklonal adalah
antibodi sejenis yang diproduksioleh selplasma klonsel-selpositifsejenis.Antibodiinidibuat
oleh sel-selhibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel positif limpa dan sel mieloma)
yang dikultur.Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodiadalah limpa. Fungsi
antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan. Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi
oleh sel gabungantipe tunggal yang memilikikekhususantambahan.Iniadalahkomponen
pentingdarisistem kekebalan tubuh.Mereka dapat mengenali dan mengikatke antigen yang
spesifik (Sarmoko, 2010).
Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa
menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke
dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B.
Limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang kemudian diletakkan pada
permukaannya. Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya
satu antigen spesifik. Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada permukaan
bakteri, virus dan sel kanker. Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan
penglepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi sistem respons imun yang
akan menetralkan dan mengeliminasinya.

5
Gambar 1. Struktur antibodi

Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus-menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel
kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabilasel hibridoma dibiakkan
dalam kultur sel, sel yang secara genetic mempunyai sifat yang identik akan
memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi dengan sel aslinya
yaitu sel limfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan adalahproses pemilihan sel
klon yang identik yang dapat mensekresi antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang
diproduksi berasal sel hibridoma tunggal (mono- klon).maka antibodi yang diproduksi
disebut dengan antibodi monoklonal.

Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan identifik karena diproduksi oleh


salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel single parent.Antibodi
monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul,
memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi target tanpa
merusak sel sehat sekitarnya. Antibodi monoklonal murni dapat diproduksi dalam
jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal dapat diperoleh dari sel
yang dikembangkan di laboratorium, reagentersebut sangat berguna untuk penelitian
terapi
6
dan diagnostik laboratorium.

Sejarah Antibodi Monoklonal


Sejak Metchnikoff dan Erhilch mengemukakan teori imunologi, sehinggamereka
mendapat hadiah Nobel pada tahun 1908, telah banyak kemajuan yang dicapai dalam
bidang imunologi.Sebagaimana telah diketahui bahwa antibodi dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadann antigen didalam tubuh. Walaupun imunologi khususnya
imunokimia telah cukup maju, antibodi yang digunakan untuk menganali suatu antigen
masih dibuat dengan cara yang konvensional yaitu mengimunisasi hewan percobaan,
mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan
antibodi poliklonal. Apabila dibutuhkan antbodi dalam jumlah besar maka binatang
percobaan yang dibutuhkan juga sangat besar jumlahnya.Namun jumlah antibodi yang
dapat diproduksi melalui binatang untuk memenuhi kebutuhan antibodi yang spesifik
untuk tujuan diagnostik masih dirasakan sangat kurang. Idealnya antibodi spesifik dapat
dibuat secara in vitro, sehingga dapat diproduksi antibodi dalam jumlah besar tanpa
terkontaminasi dengan antibodi lain yang tidak dikehendaki. Dalam antibodi poliklonal
jumlah antibodi yang spesifik sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat
bermacam-macam epitop dan sangat suilt menghilangkan antibodi lain yang tidak
dinginkan.

Pada tahun 1975, Kohier dan Milstein memperkenalkan cara baru untuk membuat
antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya difusikan
dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus (immortal) dan
membuat antibodi yang homogen yang diproduksioleh satu klon sel hibrid. Antibodi yang
homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang mempunyai sifat lebih spesifik
dibandingkan dengan antibodi poliklonal karena hanya dapat mengikat 1 epitop antigen
dan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas. Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein
dan Niels jerne, yang mendapat hadiah Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya
tentangantibodi monaklonal, telah membawa perubahan besar dalam produksi antibodi
secara in vitro.

7
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma) yang
dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel
kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma.

Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik
mempunyai sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodiyang
diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel imfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan
adalah proses pemilihan selklon yang identik yang dapat mansekresiantibodi yang spesifik.
Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel hibridoma tunggal (mono-klon), maka
antibodi yarg diproduksi disebut dengan antibodi monoklonal.

Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang hamogen, sangat spesiikdan dapat


diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika digunakan
sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi monoklonal telah tersedia dipasaran
untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji kehamilan.

Pembuatan antibodi monokional


Cara pembuatan antibodi monoklonal untuk mendapatkan antibodi yang homogen
dapat dilihat pada Gambar 5.1 yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Imunisasi mencit.

Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau
virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau seca intra
peritoneal.Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen secara intravene sekaliatau
beberapa kali suntikan. Mencit dengan kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah
suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dandiukur titer
antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian
dibuat suspense sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi.

8
Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun
kadangkaladipengaruhi oleh sifat abtigen atau respon imun binatang yang
berbeda- beda.
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau
virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra
peritoneal.Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen sekali atau beberapa kali
suntikan. Mencit dengan kekebalan terbaik dipilih, 12 hari setelahsuntikan
terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan diukurtiter
antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian
dibuat suspensi sel atau limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung
antibodi. Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala
dipengaruhi oleh sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.
Cara imunisasi lain yang juga sering dilakukan adalah imunisasi sekali
suntik intralimpa (single-shot intrasplenic immunization). Pada cara imunisasi
konvensional antigen dipengaruhi bermacam-macam factor. Bila disuntikkan ke
dalam darah sebagian besar akan dieliminasi secara alami, sedangkana melalui
kulit akan tersaring oleh kelenjar limfe, makrofag, dan sel retikuler. Hanya
sebagian kecil antigen yang terlibat dalam proses imun. Oleh sebab itu, untuk
mencegah eliminasi antigen oleh tubuh dilakukan suntikan imunisasi langsung
pada limpa dan ternyata hasilnya lebih baik daricara konvensional. Menyuntik
hewan laboratorium (mencit) dengan antigen dan kemudian, setelah antibodi telah
terbentuk, mengumpulkan antibodi dari serum darah hewan tersebut (antibodi
yang mengandung serum darah disebutantiserum).

2. Fusi sel limpa kebal dan sel myeloma

Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan
cepat mati, sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan secara terus menerus, sehingga
sel hybrid dapat memproduksi antibodi secara terusmenerus dalam jumlah yang
tidak terbatas secara invitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membrane plasma sehingga menghasilkan sel
besar dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda

9
jenis yang disebut heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk
dari satu inti yang mengandung kromosom kedua induk yang disebut sel hybrid.
Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa factor antara lain jenis medium; perbandingan
jumlah sel limpa dengan sel myeloma; jenis sel myeloma yang digunakan; dan
bahan bahan yang mendorong timbulnya fusi(fusogen). Penambahan polietilen
glikol dan dimetilsulfoksida dapat menaikkan efisiensi fusi sel.

Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan
cepat mati, sedangkan sel mieloma yang dapat dibiakan terus menerus. Fusi sel
dapat menciptakan sel hibrid yang terdiri-dari gabungan sel limpa yang dapat
membuat antibodi dan sel mieloma yang dapat dibiakan terus- menerus, sehingga
sel hibrid dapat memproduksi antibodi secara terus- menerus dalam jumlah yang
tidak terbatas secara in vitro.

Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel
besar dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang
berbeda jenis yang dibut heterokarion.Pada waktu tumbuh dan membelah diri
terbentuk satu inti yang nengandung kromosom kedua induk yang disebut sel
hibrid.Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa factor antara lainjenis medium;
perbandingan jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenissel mieloma yang

10
digunakan; dan bahan yang

11
mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan polietilen glikol (PEG) dan
dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel. Mentransfer
campuran fusi sel (sel limfosit B dan sel mieloma ke medium kultur yang disebut
medium HAT(karena mengandung Hipoxantin Aminopterin Timidin).

Sel mieloma (sel-sel tumor sum-sum tulang yang akan tumbuh tanpa
batasdi laboratorium dan menghasilkan imunoglobulin) yang tidak mengalami
fusi tidak dapat tumbuh karena kekurangan HGPRT.

Sel limfosit B (limpa mencit yang telah terkena antigen sehingga


memproduksi antibodi X) yang tidak mengalami fusi tidak dapat tumbuh terus
karena punya batas waktu hidup.

Sel hibridoma (dihasilkan oleh fusi yang berhasil) dapat tumbuh tanpa
batas karena sel limpa dapat memproduksi HGPRT dan sel mieloma dapat
membantu sel limpa.

Fusi ini mengabungkan kemampuan untuk tumbuh terus menerus dari sel
mieloma dan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar antibodidari sel
limfosit B murni.

3. Eliminasi sel induk yang tidak berfusi

Frekuensi terjadinya hybrid sel limpa-sel myeloma biasanya rendah,


karena itu penting untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya banyak
agar sel hybrid mempunyai kesempatan untuk tumbuh, dengan cara membiakkan
sel hybrid dalam media selektif yang mengandung hypoxantine, aminopterin dan
thymidine (HAT)

Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga


memaksa sel menggunakan salvage pathway. Seperti kita ketahui bahwa sel
mieloma mempunyai kelainan untuk mensintesis nukleotida yaitu sel mieloma yang
tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphoribosyl
transferase, sehingga sel mieloma yang tidak berfusi, karena tidak mempunyai
enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphonibosyltransferase akan mati,
sedangkan sel hibrid
12
karena mendapatkan enzim tersebut dan sel mamalia yang difusikan dapat
menggunakan salvage pathway, molekulnya sehingga tetap hidup dan berkembang.

Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena


itu penting untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak agar
sel hibrid mempunyai kesempatan untuk tumbuh dengan cara membiakkan sel
hibrid dalam media selektif yang mengandung hypoxanthine, aminopterin, dan
thymidine (HAT).

Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga


memaksa sel menggunakan salvage pathway. Seperti kita ketahui bahwa sel
mieloma mempunyai kelainan untuk mensintesis nukleotida yaitu sel mieloma yang
tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphoribosyl
transferase, sehingga sel mieloma yang tidak berfusi, karena tidak mempunyai
enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphonibosyltransferase akan mati,
sedangkan sel hibrid karena mendapatkan enzim tersebut dan sel mamalia yang
difusikan dapat menggunakan salvage pathway, sehinggatetap hidup dan
berkembang.

4. lsolasi dan pemilihan klon hibridoma.


Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap selhibrid
akan membentuk koloni homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni kemudian
dipelihara terpisah satu sama lain. Hibridom yang tumbuh diharapkan mensekresi
antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi yang terbentuk bisa diisolasi.

Umumnya penentuan antibodi yang diinginkan, dilakukan dengan cara


enzyme linked immunosorbent (ELISA) atau radioimmunoassay (RIA). Pemilihan
klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah dilakukan untuk memperoleh
hibridoma yang dapatmenghasilkan antibodi; dan yang ke dua adalah memilih sel
hibridoma penghasil antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi
monoklonal yang tinggi dan stabil.

Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap selhibrid akan


membentuk koloni homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni kemudian

13
dipelihara terpisah satu sama lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresi

14
antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi yang terbentuk bisa diisolasi.

Umumnya penentuan antibodi yang diinginkan dilakukandengan cara


enzyme linked immunosorbent assay (EL1SA) atau radioimmunoassay (RIA).
Pemilihan klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah dilakukan untuk
memperoleh hibridoma yang dapatmenghasilkan antibodi; dan yang kedua adalah
memilih sel hibridoma penghasil antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan
antibodi monoklonal yang tinggi dan stabil (Sarmoko, 2010).

Gambar 6 Cara Memproduksi Antibodi Monoklonal

15
Antibodi monoklonal generasi baru.

Antibodi monoklonal telah banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, baik


untuk diagnostik maupun untuk pengobatan, terutama untuk mengatasi penyakit kanker
tertentu.Beberapa antibodi monoklonal yang digunakan untuk pengobatan berasal dari sel
mencit atau tikus, sehingga seringmenimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima
terapi antibodi monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal
sebagaiantigen asing oleh tubuh pasien, sehingga menimbulkan reaksi respon imun antara
lain berupa alergi, inflamasi, dan penghancuran atau destruksi dari antibodi monoklonal
itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, beberapa peneliti telah mengembangkan


pembuatan antibodi monoklonal generasi baru, yaitu suatu antibodi monoklonal yang
sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari manusia, sehingga
mengurangi efek penolakan oleh sistem imun pasien. Beberapa jenis antibodi monoklonal
generasi baru yang telah dikembangkan antara lain adalah :

1. Chimaric antibodi monoklonales


Antibodi monoklonal ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk
menciptakan suatu mencit atau tikus yang dapat memproduksi sel hibrid mencit-
manusia. Bagian variabel dari molekul antibodi, termasuk antigen binding site,
berasal dari mencit, sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang konstan berasal
dari manusia.salah satu contoh antibodi monoklonal yang struktur molekulnya
terdiri dari 66% manusia adalah Rituximab.

2. Humanized antibodi monoklonales


Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bagian protein yang berasal
mencit hanya terbatas pada antien binding site saja, sedangkan bagian yang
lainnya yaitu bagian variabel dan bagian konstan berasal dari manusia.
Antibodimonoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 90% manusia tersebut
adalahAlemtuzumob.

16
3. Fully human antibodi monoklonales
Antibodi ini adalah antibodi yang paling ideal untuk menghindari
terjadinya respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan ke dalam tubuh
seluruhnya merupakan protein yang berasal dari manusia. Salah satu pendekatan
yang dilakukan untuk merancang pembentukan antibodi monoklonal yang
seluruhnya mengandung protein manusia tersebut adalah dengan teknik rekayasa
genetika untuk menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang berasal
dari manusia, sehingga mampu memproduksiantibodi yang diinginkan.
Pendekatan lainnya adalah merekayasa suatu binatang transgenik yang dapat
mensekresikan antibodi manusia dalam air susuyang dikeluarkan oleh binatang
tersebut.

Imunoterapi
Dalam beberapa tahun terakhir, sistem pengantaran obat kanker memasuki era
baru yang disebut target terapi, yaitu suatu upaya untuk menghantarkan obat kanker
kelokasi sel kanker tersebut berada. Oleh sebab itu cara penghantaran obat kanker
menjadi perhatian utama para peneliti yang pada dasarnya adalah cara untuk memahami
sepenuhnya perbedaan antara sel kankerdan sel normal, maka dapat dibuat obat anti
kanker yang dapat dihantarkan sedemikian rupa, yang hanya akan menyerang sel-sel
kanker tanpa merusak sel-sel normal, sehingga tidak menimbulkan efek samping.

Beberapa cara penghantaran obat kanker telah dikembangkan antara lain adalah
1. Menggunakan nanomolekul yang bisa masuk kedalam sel kanker dan merusak
fungsi sel yang pada akhirnya membunuh sel tersebut.
2. Target terapi yang ditujukan pada reseptor target yang ada dipermukaan sel,
menggunakan antibodi monoklonal.
3. Penggunaan obat-obat anti angiogenesis, yang dapat mematikan pembuluh darah
yang membawa nutrisi dan oksigen ke sel kanker, sehingga dapat mematikan
sel- sel kanker.

Imunoterapi merupakan salah satu upaya meningkatkan sistem imunitas tubuh


untuk mengalahkan sel-sel kanker, dengan cara meningkatkan / mengarahkan reaksi
kekebalan tubuh terhadap sel kanker. Imunoterapi dapat dilakukan secara aktif atau pasif

17
untuk menstimulasi respon imun spesifik dan non spesifik pada penderita kanker.

18
Imunoterapi secara pasif dilakukan dengan cara mentransfer antibodi dansel-sel
imun kedalam penderita. Beberapa antibodi spesifik dan antibodi monoklonal yang
mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker dapat digunakan untuk
terapi kanker. Antibodi monoklonal tersebut akanberikatan dengan antigen yang terdapat
pada permukaan sel tumor atau sel kanker dan mengaktifkan sistem komplemen,
sehingga menyebabkan sitolisis. Disamping itu reseptor yang terikat pada baguan Fc dari
antibodi dapat merangsang sel-sel efektor seperti sel NK, makrofag dan granulosit untuk
menangkap kompleks antigen antibodi pada permukaan sel tumor, sehingga dapat
membunuh sel tumor melalui antibodi dependent cell-mediated cytotocixity.

Berbagai jenis antibodi monoklonal telah dikembangkan dan beberapa


diantaranya telah disetujui penggunaannya oleh FA untuk mengobati beberapa jenis
kanker, dapat dilihat pada Tabel 5.1.walaupun demikian, terdapat beberapamasalah
dengan penggunaan immunoterapi antara lain :

a. Antibodi yang di gunakan kurang efisien karena sel tumor terasosiasi dengan
MHC kelas I

b. Sel tumor dapat menutup antigen sehingga tidak terjadi kompleks antigen
antibodi. Dengan demikian sel-sel kekebalan tidak dapat menghancurkan sel
tumor.

c. Antibodi kemungkinan terikat secara tidak spesifik pada sel-sel kekebalan,tidak


dapat berikatan dengan sel tumor, sehingga tidak dapat merangsang sistem
komplemen untuk menghancurkan sel tumor.

19
Antibodi Disetujui
Nama Digunakan pada Kanker
Monoklonal (tahun)
Rituximab Rituxan Limfoma Non-Hodgkin 1997
Transtuzumab Herceptin Payudara 1998
Gemtuzumab
Mytotag AcuteMyelogeneous Leukemia 2000
ozogamicin
Chronic Lymphocytic
Alemtuzumab Campath 2001
Leukemia
Ibrituzumab
Zevalin Limfoma Non-Hodgkin 2002
Tiuxetan
Tosituzumab Bexxar Limfoma Non-Hodgkin 2003
Cetuximab Erbitux Kolon 2004
Kepala dan leher 2006
Bavecizumab Avastin Kolon 2004
Panitumumab Vectibix Kolon 2007
Ofatumumab Arzema Leukemia 2009
Iplimumab Yervoy Melanoma 2011
Belimumab Benylsia Systemic LupusErythematosus 2011
Tabel 1.1. Beberapa jenis antibodi monoklonal yang digunakan sebagai antikanker.

Penggunaan antibodi monoklonal untuk terapi kanker di bagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Antibodi monoklonal murni

Yaitu antibodi monoklonal yang penggunaan nya tanpa dikombinasikan


dengan senyawa lain. Antibodi monoklonal murni mengikatkan diri pada antigen
spesifik yang dimiliki oleh sel-sel kanker sehingga dapat dikenali dan dirusak oleh
sistem imun tubuh. Selain itu antibodi monoklonal dapat mengikatkan diri pada
suatu reseptor, dimana molekul-molekul yang berfungsimenstimulasi
pertumbuhan sel kanker juga akan mengikatkan diri. Dengan menghambat
molekul-molekul

20
21
pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan sel kanker, maka antibodi
monoklonal dapat mencegah pertumbuhan sel kanker. Salah satu antibodi
monoklonal yang bekerja dengan cara tersebut adalah :

Transtuzumab (Herceptin), yang digunakan untuk terapi kankerpayudara


stadium lanjut. Transtuzumab menyerang proteing HER2, merupakan
protein yang terdapat dalam jumlah besar pada sel-sel kanker payudara.
Mekanisme kerja antibodi monokonal Rituximab yang digunakan untuk
terapi sel B pada limfoma non-Hodgkin bereaksi dengan sasaran antigen
CD20, yang ditemukan pada sel B.
Alemtuzumab merupakan antibodi yang menyerang antigen CD52,yang
terdapat pada sel B dan sel T. senyawa ini digunakan untuk terapiB cell
lymphocytic leukemia kronik yang sudah mendapat kemoterapi.
Cetuximab adalah antibodi monoklonal yang ditujukan untuk protein
epidermal growth factor receptor (EFGR), dimana EFGR terdapatdalam
jumlah besar pada beberapa sel kanker. Senyawa ini biasanyadigunakan
bersamaan dengan obat kemoterapi iritonecan untuk kankerkolorektal
stadium lanjut. Selain itu juga digunakan untuk terapi kankerleher dan kela
yang tidak bisa dilakukan tindakan pembedahan.
Bevacizumab bekerja melawan protein Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) yang normalnya membantu tumor membangun jaringan
pembuluh darah baru (angiogenesis) sebagai satu cara mendapatkan
oksigen dan nutrisi. Terapi anti-angiogenesis ini digunakan bersama- sama
dengan kemoterapi untuk terapi kanker kolorektal metastatik.
Antibodi monoklonal yang umumnya diberikan secara intravena, dapat
menimbulkan efek samping yang lebih ringan dari pada kemoterapi.Efek
samping yang biasanya terjadi adalah demam, menggigil, lemah, nyeri
kepala, mual, muntah, diare, tekanan darah turun dan kemerahan pada
kulit.Beberapa antibodi monoklonal juga mempengaruhi sumsum tulang,
sehingga dapat menyebabkan anemia.

22
2. Antibodi monoklonal yang dikombinasi

Antibodi monoklonal yang dikombinasi dengan beberapa senyawa lain


(Conjugated monoklonal antiodies) antara lain adalah kemoterapi, toksin dan
senyawa radioaktif. Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan
menghantarkan substansi-substansi obat, racun dan materi radioaktif, menuju
langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker. Antibodi monoklonal jenis ini akan
beredar keseluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang
mempunyai antigen spesifik yang dikenali oleh antibodi monoklonal. Senyawa
konjugasi ini masih menimbulkan efek samping lebih banyak dibandingkan
antibodi monoklonal yang murni.Efek yang ditimbulkan tergantung pada tipe
substansi yang dikonjugasikan padanya.
Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan obat-obat kemoterapi
disebut chemalabeled, sedangkan antibodi monoklonal yang dikombinasikan
dengan senyawa radioaktif disebut radioimmunotherapy.Pada tahun 2002, FDA
menyetujui radioimmunotherapy pertama yang boleh digunakan untuk terapi
kanker yakni ibritumomab tiuxetan (Zevalin).Obat ini digunakan untuk terapi
kanker B cell non-Hodgkin lymphoma yang tidak berhasil dengan terapi
standar.Radioimmunotherapy kedua yang disetujui FDA adalah Tositumomab
(Bexxar) pada tahun 2003.Obat ini digunakan untuk tipe limfoma non-Hodgkin
tertentu yang juga tidak menunjukkan respon terhadap Rituximba (Rituxan) atau
kemoterapi.
Disamping untuk kanker, antibodi radiolabeled juga digunakan bersamaan
dengan kamera khusus untuk mendeteksi penyebaran sel kanker dalam tubuh.
Penggunaannya sudah disetujui FDA yakni OncaScint (untuk deteksi kanker
kolorektal dan kanker ovarium) serta prostaScint untuk mendeteki kankerprostat.

Antibodi monoklonal yang sudah dikonjugasi dengan racun disebut


immunotoksis. Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun yang berasal dari
tanaman maupun bakterip pada antibodi monoklonal.berbagai racun dibuatuntuk
ditempelkan pada antibodi monoklonal seperti toksin difteri, eksotoksin
pseudomonas (PE40), atau yang dibuat dari tanaman yakni risin A dari Ricinus

23
communis atau saporin dari Saponaria officinalis.

Salah satu imunotoksin yang mendapat persetujuan FDA untuk terapi


kanker adalah Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg).Obat ini mengandung racun
calichamicin, racun ini melekat pada antibodi yang langsung menuju sasaran
antigen CD33, yang terdapat pada sebagian besar sel leukemia.Saat ini
Gemtuzumab digunakan untuk terapi acute myelogenous Leukimia (AML) yang
sudah menjalani kemoterapi atau tiak memenuhi syarat kemoterapi. Beberapa
jenis imunotoksin sedang dikembangkan dan telah dilakukan uji klinis anatara lain
untuk jenis leukemia, limfoma, kanker otak dan kanker lainnya.

Imunoterapi juga dilakukan secara aktif dengan cara memberikan senyawa


imunopotensiasi (biological response modifier) untuk meningkatkan respon imun
terhadap sel tumor antara lain dengan car meningkatkan aktivitas makrofag dan
sel NK serta meningkatkan fungsi sel T. aktivitas sel spesifik dilakukan dengan
pemberian vaksin hepatitis B, vaksin Human papilloma virus.Aktivasi dapat juga
dilakukan secara nonspesifik dengan imunisasi BCG dan carynobacterium parvum
untuk merangsang aktivitas makrofag agar mampu membunuh sel-sel tumor
(tumorisid). Beberapa jenis biological response modifiers yang digunakan dapat
dilihat pada table 2.2.

24
Tabel 2.2.beberapa jenis biological response modifiers yang digunakan sebagai imunoterapi.

Jenis Imunopotensiasi Produk Efek Utama

Produk bakteri BCG, Pacnes, muramil Mengaktifkan makrofag dan sel


peptide, trehalosa di- NK (mellui sitokin)
mikolat
Molekul sintesis Piran pirimidin Menginduksi produksiinterferon

Sitokin Interferon alfa, beta dan Mengaktifkan makrofag dan sel


gama IL-2 dan TNF NK

Beberapa senyawa sitokin digunakan untuk meningkatkan fungsi imun penderita


karena pada kenyataannya beberapa senyawa sitokin mempunyai fungsi yang spesifik
terhadap komponen tertentu dari sistem imun. Jenis sitokinyang digunakan adalah:

a. Interleukin-2 yang dapat mengaktifkan sel T dan sel NK, biasanya digunakan untuk
mngobati karsinoma renal dan melanoma.
b. Interferon alfa dan beta, senyawa ini dapat menginduksi ekspresi MHCpada sel
tumor dan digunakan untuk mengobati leukemia.
c. Interferon gama. Senyawa ini dapat meningkatkan ekspresi MHC kelas II.
Digunakan pada kanker Rahim.
d. Tumor necrosis factor=alpha (TNF-alfa). Senyawa ini dapat meningkatkan aktifitas
makrofag ddan sel-sel limfosit, digunakan untukmembunuh sel-sel tumor.

25
Mekanisme kerja

Antibodi monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk meningkatkan


efek sitotoksik sel tumor. Mekanisme komponen sistem imun adalah antibodi dependent
cellular cytotoxicity (ADCC), complement dependent cytotoxicity (CDC), mengubah
signal transduksi sel tumor ataumenghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat
digunakan sebagai target muatan (radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel
tumor atau mengaktivasi prodrug di tumor, antibodi directed enzyme prodrug therapy
(ADEPT). Antibodi monoklonal digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja
kemoterapi untuk melawan tumor (Hanafi dan Syahrudin, 2012).
a. Antibodi dependent cellular cytotoxicity (ADCC)

Antibodi dependent cellular cytotoxicity (ADCC) terjadi jika antibodi


mengikat antigen sel tumor dan Fc antibodi melekat dengan reseptor Fc pada
permukaan sel imun efektor.Interaksi Fc reseptor ini berdasarkan kemanjuran
antitumor dan sangat penting pada pemilihan suatu antibodi monoklonal.Sel
efektor yang berperan masih belum jelas tapi diasumsikan sel fagosit
mononuklear dan atau natural killer (NK). Struktur Fc domain dimanipulasi untuk
menyesuaikan jarak antibodi dan interaksi dengan Fc reseptor. Antibodi
dependent cellular cytotoxicity (ADCC) dapat meningkatkan respons klinis secara
langsung menginduksi destruksi tumor melalui presentasi antigen dan
menginduksi respons sel T tumor.

Antibodi monoklonal berikatan dengan antigen permukaan sel tumor


melalui Fc reseptor permukaan sel NK. Hal ini memicu penglepasan perforin dan
granzymes untuk menghancurkan sel tumor. Sel - sel yang hancur ditangkap
antigen presenting cell (APC) lalu dipresentasikan pada sel B sehingga memicu
penglepasan antibodi kemudian antibodi ini akan berikatan dengan target antigen.
Sel cytotoxic T lymphocytes (CTLs) dapat mengenali dan membunuh sel target
antigen.

26
Gambar 2. Antibodi dependent cellular (ADCC)

b. Complement dependent cytotoxicity (CDC)

Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen permukaan sel akan


mengawali kaskade komplement. Complement dependent cytotoxicity (CDC)
merupakan suatu metode pembunuh sel tumor yang lain dari antibodi.
Imunoglobulin G1 dan G3 sangat efektif pada CDC melalui jalur klasik aktivasi
komplemen. Formasi kompleks antigen antibodi merupakan komplemen C1q
berikatan dengan IgG sehingga memicu komplemen protein lain untuk mengawali
penglepasan proteolitik sel efektor kemotaktik / agen aktivasi C3a dan C5a.
Kaskade komplemen ini diakhiri dengan formasi membrane attack complex (MAC)
(Gambar 4c) sehingga terbentuk suatu lubang pada sel membran. Membrane attack

complex (MAC) memfasilitasi keluar masuknya air dan Na ++ yang akan


menyababkan sel target lisis.

27
Gambar 3.Complement dependent cytotoxicity (CDC)

c. Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)

Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT) menggunakanantibodi


monoklonal sebagai penghantar untuk sampai ke sel tumor kemudian enzim
mengaktifkan prodrug pada tumor, hal ini dapat meningkatkan dosis active drug di
dalam tumor. Konjugasi antibodi monoklonal dan enzim mengikat antigen
permukaan sel tumor kemudian zat sitotoksik dalam bentuk inaktif prodrugakan
mengikat konjugasi antibodi monoklonal dan enzim permukaan sel tumor akhirnya
inaktivasi prodrug terpecah dan melepaskan active drug di dalam tumor (Hanafi
dan Syahrudin, 2012). Antibodi monoklonal generasi baru. Antibodi monoklonal
telah banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, baik untuk diagnostik maupun
untuk pengobatan, terutama untuk mengatasi kanker tertentu.Beberapa antibodi

28
monoklonal yang digunakan untuk pengobatan berasal dari sel mencit atau tikus,
sehingga sering menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi
antibodi monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal
sebagaiantigen asing oleh tubuh pasien sehingga menimbulkan reaksi respon imun
antara lain berupa alergi, inflamasi, dan penghancuran atau destruksi dari antibodi
monoklonal itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan


pembuatan antibodi monoklonal generasi baru, yaitu antibodi monoklonal yang
sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari manusia. Sehingga
dapat mengurangi efek penolakan oleh sistem imun pasien (Kumaji,2012).
Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah
dikembangkan antara lain adalah :
a. Murine Antibodi monoklonales

Antibodi ini murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) (Kumaji,2012).

b. Chimaric Antibodi monoklonales

Antibodi ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk


menciptakansuatu mencit atau tikus yang dapat memproduksi sel hibrid
mencit-manusia. Bagian variabel dari molekul antibodi, termasuk antigen
binding site berasaldari mencit, sedangkan bagian lainnya yaitu bagian yang
konstan berasal dari manusia (Kumaji,2012).

Antibodi chimeric mengambil nama mereka dari Chimera, sebuah


binatang mistis dengan kepala singa, tubuh seekor kambing dan ekor
naga.Rituxan atau Rituximab adalah jenis tertentu obat yang dikenal
sebagai antibodi monoklonal chimeric. Rituxan merupakan hibrida dari
antibodi daridua sumber, yaitu manusia dan tikus.Antigen CD20 disuntikkan
ke tikus, mendorong produksi antibodi. Antibodi sel kemudian diisolasi dari
limpa hewan kemudian digabungkan dengan sel myeloma (Kumaji,2012).
Hal ini menghasilkan baris sel yang akan terus memproduksi antibodi
tanpa batas. Rekayasa genetika lebih lanjut menghilangkan unsur-unsur sel
29
tikus yang biasanya akan menghasilkan reaksi (alergi) kekebalan jika
disuntikkan ke manusia (Kumaji,2012).
Terapi antibodi monoklonal basis awal untuk kanker terganggu dengan
sejumlah masalah. Pada eksperimen awal, terdapat reaksi alergi dari bagian
asing antibodi eksperimental dari tikus, yang disebut HAMA (human anti-
mouse antibodi) yang membatasi kegunaan dan mencegah digunakan lebih dari
sekali (Kumaji,2012).
c. Humanized Antibodi monoklonales

Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bagian protein yang


berasal dari mencit hanya terbatas pada antigen binding site
saja.Sedangkanbagian yang lainya yaitu bagian variabel dan bagian konstan
berasal dari manusia. Antibodi monoklonal yang struktur molekulnya terdiri
dari 90% manusia diantaranya adalah Alemtuzumab (Kumaji,2012).
Proses "humanisasi" biasanya diterapkan untuk antibodi monoklonal
yang dikembangkan untuk manusia (misalnya, antibodi yang dikembangkan
sebagai obat anti-kanker). Humanisasi ini diperlukan pada saat proses
pengembangan antibodi spesifik yang melibatkan makhluk hidup lain dalam
sistem kekebalan tubuh manusia , seperti pada tikus (Kumaji,2012).
Urutan protein antibodi yang diproduksi dengan cara ini adalah
sedikit berbeda dari homolog antibodi yang terjadi secara alami pada
manusia, oleh karenanya berpotensi imunogenik jika diberikan kepada pasien
manusia. Tidak semua antibodi monoklonal dirancang untuk administrasi
manusia perlu dilakuakn proses humanized karena banyak yang merupakan
terapi intervensi jangka pendek (Kumaji,2012). Proses ini mempunyai
keuntungan yang dapat dibuktikan dari fakta bahwa produksi antibodi
monoklonal dapat dicapai dengan menggunakan DNA rekombinan untuk
konstruksi yang mampu berekspresi pada kultur sel mamalia. Artinya,
segmen gen yang mampu memproduksi antibodidiisolasi dan dikloning ke
dalam sel yang dapat tumbuh dalam sebuah tangkisehingga protein antibodi
yang dihasilkan dari DNA dari gen kloning dapat dipanen secara missal
(Kumaji,2012).

30
Gambar 4. Humanize Antibodies Monoklonal

d. Fully Human Antibodi monoklonales


Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk menghindari
terjadinya respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan ke dalam tubuh
seluruhnya merupakan protein yang berasal dari manusia (Kumaji,2012).
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang pembentukan antibodi
ini adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan mencit transgenik yang
membawa gen yang berasal dari manusia. Sehingga mampu memproduksi antibodi
yang (Kumaji,2012).

31
1.2 ANTIBODI POLIKLONAL
Pengertian
Antibodi poliklonal adalah antibodi dimana di dalam suatu populasi terdapat
lebih dari satu macam antibodi, atau campuran antibodi yang mengenalepitop yang
berbeda pada antigen yang sama. Dalam antibodi poliklonal jumlahantibodi yang
spesifik sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat bermacam-macam
epitop dan sangat sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan (Radji,
2010).
Antibodi poliklonal mampu mendeteksi multiple epitope dan karenanyamengenali
berbagai antigen. Reagen poliklonal relative lebih sederhana dan murah untuk
diproduksi dalam jangka pendek dibandingkan dengan reagen monoklonal.
Antibodi poliklonal terbentuk dari zat asing (antigen) yang masuk ke dalam
tubuh menyebabkan rangsangan kekebalan (imun). Respon imun terjadi apabila
sudah ada sel memori sebelumnya, menghasilkan antibodi dengan afinitas dan
aviditas inggi (Goldsby et al, 2000).
Respon imun terhadap antigen umumnya melibatkan aktivasi beberapa B-sel
yangsemuanya target epitop tertentu pada antigen itu. Akibatnya sejumlah besar
antibodi yangdiproduksi dengan kekhususan yang berbeda dan afinitas epitop ini
dikenal sebagai antibodi poliklonal.
Antibodi adalah bagian dari respon imun adaptif, dimana antibodi tersebut
spesifik untuk antigen tertentu dengan afinitas yang tinggi. Antibodi poliklonal dapat
di produksi secara in vivo, sedangkan untuk manipulasi biotechnological biasanya
digunakan untuk membuat antibodi monoklonal. (Singh, A., et al, 2014)

Pembuatan

Hal terpenting dari produksi antibodi poliklonal adalah pada pembuatannya


dibutuhkan hewan yang dapat membentuk antibodi. Secara general, hewan mamalia
adalah pilihan terbaik untuk menghasilkan antibodi poliklonal. Biasanya pada proses
pembuatan ini dibutuhkan hewan seperti kuda, kerbau, sapi, kambing, domba, dan
lain-lain apabila membutuhkan antibodi poliklonal dalam jumlah besar. Akan tetapi

32
apabila hanya membutuhkan antibodi poliklonal dalam jumlah kecil, maka bisa
menggunakan hewan seperti kelinci, tikus, atau mencit. Prosedur pada hewan ini
memiliki beberapa batasan, yaitu membutuhkan waktu untuk mengimunisasi hewan
secara lengkap, membutuhkanbiaya yang mahal untuk menjaga herd immunity pada
hewan, dan hewan yang diimunisasi rentan terkena infeksi. (Singh, A., et al, 2014)

Peningkatan respon imun pada hewan coba dapat dipicu dengan penambahan
adjuvant pada antigen sebelum disuntikkan. Adjuvant merupakan bahan yang
berbeda dari antigen yang ditambahkan ke vaksin untuk meningkatkan respon imun
melalui peningkatan aktivitas sel T dengan meningkatkan APC dan sitokin yang
dihasilkan. Adjuvant yang diikat antigen pada vaksindapat mempertahankan antigen
tetap ditempat injeksi dan mengantarkan antigen menuju kelenjar getah bening
tempat respon imun berlangsung (Bratawidjadja dan Rengganis, 2014).

Proses yang terjadi pada antibodi poliklonal:

a. Diproduksi dengan imunisasi hewan dengan antigen yang tepat.

b. Imunisasi atau vaksinasi adalah suatu prosedur untuk meningkatkan derajat


imunitas seseorang terhadap patogen tertentu atau toksin. Imunisasi yang ideal
adalah yang dapat mengaktifkan sistem pengenalan imun dan sistem efektor
yang diperlukan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan pemberian antigen yang
tidak patogenik.

c. Serum dari hewan terimunisasi dikumpulkan

d. Antibodi dalam serum dapat dimurnikan lebih lanjut.

e. Karena satu antigen menginduksi produksi banyak antibodi maka hasilnya


berupa ‘polyclonal’ /campuran antibodi.

33
Langkah-langkah pembuatan antigen :
Antigen sudah harus disiapkan untuk di suntikkan, sehingga akan menghasilkan
kualitas antibodi yang bagus (berafinitas tinggi). Antigen biasanya disuntikkan dengan
adjuvant, biasanya paling banyak digunakan adalah Freund Adjuvant yang
mengandung komponen seperti minyak mineral dan agen pengemulsi. Setelah
emncampur antigen dengan Freund Adjuvant, cairan preparate antigen akan tersebar
menjadi tetesan- tetesan kecil yang dikelilingi oleh lapisan minyak sehingga
membantu pelepasan antigen secara lambat daritempat infeksi.

Imunisasi
Tujuan utama dari imunisasi adalah untuk memaparkan hewan dengan antigen
spesifik dan paparan yang berulang untuk membantu system imunnya mengenali
antigennya. Imunisasi ini akan mengaktifkan system imun, yang akan memproduksi
antibodi yang akan melawan antigen. Produksi antibodi dapat ditentukan oleh
beberapa hal, seperti contohnya seberapa banyak jumlah antigennya, lokasi
penyuntikannya, dan durasi antara dosis booster nya. Sebelum dilakukan imunisasi,
sebaiknya di cek kadar antibodi dalam serumnya supaya meminimalisir bias.

Titer Antibodi

Pada saat imunisasi dan setelah imunisasi adalah masa yang penting untuk
mengetahuititer antibodi yang ada di serum imun hewan tersebut. Pengecekan titer ini
dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan reaksi antibodi-antigen, seperti
contohnya Aglutinasi,Hemaaglutinasi, ELISA, Radial Immuno-Diffusion (RID), dan
lain-lain. Pemilihan alat dan pemeriksaan apa yang akan dilakukan tergantung pada
fasilitas dan tersedianya orang yang ahli dibidang tersebut. Salah satu cara yang paling
mudah adalah menggunakan tes aglutinasi,Keuntungan dari tes ini adalah nyaman
pada saat pemeriksaannya dan membutuhkan waktu yang lebih cepat.

34
Pemurnian dan Identifikasi

Ada beberapa metode untuk memurnikan antibodi. Pemilihan metode


didasarkan padaketersediaan sumber, biaya untuk pemurnian, skala pemurnian, dan
downstream application. Cara yang paling mudah untuk memurnikan antibodi adalah
dengan pemurnian afinitas, yangprosedurnya dapat ditemukan pada buku panduan
pada buku laboratorium.

Produksi Antibodi Poliklonal

Untuk keperluan produksi antibodi ini umumnya dimurnikan dari serum hewan
di imunisasi adalah antigen bunga merangsang limfosit B untuk memproduksi beragam
imunoglobulin yang spesifik untuk antigen itu.

35
Kelebihan Antibodi Poliklonal

Sejumlah besar antibodi poliklonal relatif cepat dan murah untuk memproduksi
dibandingkan dengan antibodi monoklonal. Mereka adalah non spesifik dalam bahwa
mereka mampu mengenali beberapa epitop pada satu antigen. Kemampuan ini
memberikan banyak keuntungan :

a. Karena pengakuan beberapa epitop, polyclonals dapat memberikan hasil yang


lebih baik di IP / CHIP.

b. Lebih toleran terhadap perubahan kecil dalam antigen, misalnya,


polimorfisme,heterogenitas glikosilasi, atau sedikit denaturasi, dibandingkan
antibodi monoklonal(homogen).

c. Mereka akan mengidentifikasi protein homologi tinggi untuk protein imunogen


atauuntuk menyaring protein target dalam sampel jaringan dari spesies lain
daripadaimunogen misalnya Antibodi poliklonal kadang-kadang digunakan ketika
sifat antigen dalam spesies belum teruji tidak diketahui. Hal ini juga membuat
penting untuk memeriksa urutan imunogen untuk setiap reaktivitas silang.

d. Antibodi poliklonal sering menjadi pilihan yang lebih disukai untuk mendeteksi
protein terdenaturasi.

e. Beberapa epitop umumnya menyediakan deteksi lebih kuat.

Kekurangan Antibodi Poliklonal

a. Rawan batch ke batch variabilitas.


b. Mereka menghasilkan sejumlah besar antibodi non-spesifik yang kadang-
kadangdapat memberikan sinyal latar belakang dalam beberapa aplikasi.
c. Beberapa epitop membuatnya penting untuk memeriksa urutan imunogen untuk
setiap reaktivitas silang.
d. Spesifitas yang Rendah – Antibodi poliklonal dapat merespons berbagai epitop
pada antigen, namun juga dapat berinteraksi dengan komponen lain yang bukan
target.
e. Toleransi Imun – Sistem imun dapat menghasilkan antibodi poliklonal terhadap
36
antigen tubuh sendiri, yang dapat menyebabkan penyakit autoimun.
f. Keterbatasan Ketersediaan – Antibodi poliklonal yang dihasilkan oleh hewan
cenderung sulit didapatkan dalam jumlah yang besar dan konsisten.
g. Reproduktibilitas yang Rendah – Kekurangan produksi yang konsisten dapat
memengaruhi reproduktibilitas hasil eksperimen.
h. Perlu Pengujian Tambahan – Antibodi poliklonal membutuhkan
pengujiantambahan untuk memastikan hasil yang akurat dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan pemilihan reagen.
i. Keterbatasan dalam Aplikasi Khusus – Beberapa aplikasi medis atau riset
membutuhkan antibodi dengan spesifisitas yang tinggi, yang mungkin tidak dapat
diberikan oleh antibodi poliklonal.
j. Potensi Kontaminasi – Antibodi poliklonal yang diproduksi dari hewan dapat
mengandung komponen kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

1.3 ANTI SERUM


Sistem kekebalan tubuh adalah pertahanan biologis tubuh yang menjaga kita tetap
sehat. Sistem ini mendeteksi dan menghancurkan patogen seperti virus atau bakteri dan
sangat baik dalam mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi. Namun,
terkadang tubuh memerlukan bantuan ekstra untuk mengenali atau melawan penyusup
seperti bakteri atau virus dengan cara pemberian vaksin atau antiantiserum.
Vaksin dan antiserum menjadi dua kata yang cukup sering dibahas dan digunakan
dalam bidang kesehatan. Sebagian orang mengira bahwa kedua cairan tersebut memiliki
fungsi yang sama. Namun, vaksin dan antiserum merupakan dua jenis hal yang berbeda.
Vaksin merupakan suatu zat yang merupakan produk biologi yang diketahui
berasal dari virus, bakteri atau kombinasi antara keduanya yang telah dilemahkan. Vaksin
dapat dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara disuntikkan atau melalui tetesan mulut
(oral), agar tubuh mengenali virus atau bakteri tertentu. Vaksin diberikan kepada individu
yang sehat guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh guna mencegah
dari infeksi penyakit tertentu. Dengan adanya vaksin, maka imunitas tubuh akan
“dididik” untuk menjadi lebih siap jika suatu saat tubuh terpapar penyakit. Sehingga
dapat disimpulkan imunisasi atau vaksin memberikan perlindungan kekebalan terhadap
penyakit secara
37
spesifik tergantung jenis vaksin yang diberikan.
Sedangkan antiserum merupakan produk biologi yang mengandung sistem
kekebalan terhadap suatu infeksi, sehingga apabila diberikan ke dalam tubuh seseorang
maka orang tersebut akan menjadi kebal terhadap suatu penyakit. Dengan kata lain,
antiserum berfungsi untuk mengobati suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
sehingga mencegah berkembangnya penyakit. Maka dari itu, antiserum hanya diberikan
saat seseorang terserang infeksi penyakit atau diduga akan terpapar infeksi.
Keefektifan vaksin dan antiserum dalam mengobati penyakit bergantung pada
kebutuhan individu. Vaksin dapat disebut sebagai bentuk usaha kita dalam tetap sehat
sehingga akan lebih efektif untuk menghindari kita terpapar karena membantu tubuh
membentuk antibodi untuk melawan penyakit. Sedangkan antiserum akan lebih efektif
dalam menyembuhkan infeksi penyakit sehingga tidak menyebar dan berkembang serta
dapat terobati.
Antiserum merupakan obat lama yang telah digunakan lebih dari satu abad.
Mungkin karena hal ini, Sebagian besar perusahaan farmasi dan ilmuwan menganggap
obat jenis ini sudah ketinggalan zaman dan lebih memilih antibodi generasi baru
(antibiotik dan vaksinasi). Namun, untuk pengobatan racun akibat gigitan ular, tetanus,
difteri, dan rabies, penggunaan antiserum terus berhasil. Saat ini, pengobatan tetanus dan
difteri telah dirubah dari antiserum menjadi serum homolog yang diperoleh dari donor
manusia yang sehat, namun di banyak negara, antiserum tetap menjadi satu-satunya
pilihan pengobatan tersebut. Dalam kasus gigitan ular dan penyakit lain, antiserum adalah
satu-satunya pengobatan yang efektif.
Proses pembuatan antiserum diawali dengan menyuntikkan larutan yang
mengandung antigen yang diinginkan ke hewan. Antigen yang diinginkan ini terkadang
disebut dengan immunogen karena dapat merangsang imun. Seiring berjalannya waktu
dan dalam beberapa kasus dengan suntikan berulang kali, sistem kekebalan hewan
menghasilkan antibodi terhadap antigen yang disuntikkan. Darah dikumpulkan dari
hewan, dan serum diisolasi dari darah. Serum biasanya kaya akan antibodi yang
mengenali antigen dan itulah yang disebut dengan antiserum.

38
BAB II
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Antibodi terbagi menjadi antibodi poliklonal (PoAbs) dan antibodimonoklonal


(mAbs).Antibodi poliklonal mengandung lebih dari satu macam molekul antibodi,
sehingga larutan ini mengenali banyak jenis epitop pada antigen.Sedangkan antibodi
monoklonal hanya mengandung satu macam molekul antibodi, sehingga larutan ini hanya
mengenali satu macam antigen.Antibodi monoklonal disiapkan oleh satu klon.Antibodi
monoklonal pertama (mAbs) diciptakan pada pertengahan 1970-an untuk perawatan pada
beberapa penyakit dan kondisi.
Dalam pembuatan antibodi monoklonal dengan menggunakan teknik hibridoma,
dimana pada teknik hibridoma ini terdiri dari lima tahapan:
1. Imunisasi tikus dan pemilihan tikus yang digunakan untuk

menghasilkan sel hibridoma.

2. Skrining tikus untuk produksi antibodi

3. Persiapan sel mieloma

4. Fusi sel myeloma dengan sel imun limpa

5. Kloning hibridoma sel

Antiserum merupakan produk biologi yang mengandung sistem kekebalan terhadap


suatu infeksi, sehingga apabila diberikan ke dalam tubuh seseorang maka orang tersebut
akan menjadi kebal terhadap suatu penyakit. Dengan kata lain, antiserum berfungsi untuk
mengobati suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri sehingga mencegah
berkembangnya penyakit. Maka dari itu, antiserum hanya diberikan saat seseorang
terserang infeksi penyakit atau diduga akan terpapar infeksi.

39
2.2. SARAN

Dengan disusunnya tugas ini, maka kita bisa lebih tahu mengenai antibodi monoklonal ,
antibodi polikolonal dan anti serum yang dapat digunakan dalam tes diagnostik dan
pengobatan klinis.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bratawidjaja, K.R dan Rengganis, I. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: fakultaskedokteran


Universitas Indonesia.
Cheriyedath, S., 19 Juli 2023. What are Polyclonal Antibodies? diakses pada tanggal 17
November 2023 jam 23.30 dari https://www-news--medical-net.translate.goog/life-
sciences/Polyclonal- Antibodies.aspx?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Goldsby, R.A., Kindt, T.J., Osboene,B.A. 2000. Immunology 4th Edition. New York:
W.H.Freeman and Company.
Hamdani. 2013. Antibodi Monoklonal. Tersedia di
http://catatankimia.com/catatan/antibodi-monoklonal.html [diakses 29 Mei 2013].
Hanafi, Arif Riswahyudi dan Elisna Syahruddin.2009.Antibodi Monoklonal dan Aplikasinya Pada
Terapi Target (Targeted Therapy) Kanker Paru. Jakarta:Departemen Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan.
Kumaji, Syam.2012. Antibodi Monoklonal. Tersedia di;
http://www.scribd.com/doc/90609785/Antibodi-Monoklonal [diakses 29 Mei2013].
Maksum, R. 2010. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi.Jakarta : PT ISFI Penerbitan

Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Roitt, I.M., Delves, P.J.,
2001. Roitt’s Essential Immunology. United Kingdom. Blackwell Publishing.

Sarmoko. 2010. Antibodi Monoklonal. Tersedia di; http://moko31.com/antibodimonoklonal (31 Mei


2013).
Singh, A., Chaudhary, S., Agarwal, A., Verma, A.S., 2014. Antibodies : Monoklonaland Polyclonal
Chapter 15. Noida, India. Amity Institute of Biotechnology, AmityUniversity Uttar
Pradesh.

41

Anda mungkin juga menyukai