Antibodi Monoklonal
Disusun Oleh :
Kelas 9B Asben 7
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Muhammad SAW, yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
BAB I
PENDAHULUAN
menghilangkan atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme
kerja antibodi dalam tubuh dimulai dengan diikatnya epitope (bagian antigen) oleh
besar dan akhirnya mengendap. Kompleks antigen-antibodi ini juga dapat dikenali
oleh sel makrofag, yang akan mendegradasi kompleks ini. Pada perkembangannya
antibodi banyak digunakan sebagai alat deteksi di bidang klinis dan biomedisinal.
Deteksi ini dapat berupa deteksi protein atau deteksi mikroorganisme.Sebagai contoh
mengikatkan epitope yang akan di deteksi dengan antibodi. Hal ini mengharuskan
antibodi yang digunakan mampu mengenali epitope secara spesifik. Antibodi yang
dapat mengenali lebih dari satu macam epitope dari dua antigen yang berbeda dapat
Selama ini antibodi yang sering digunakan dalam deteksi adalah poliklonal
antibodi. Pada larutan antibodi ini terdapat bermacam-macam molekul antibodi. Satu
molekul antibodi, biasanya mengenali satu macam epitope, sehingga larutan antibodi
poliklonal mengenali lebih dari satu macam epitope. Hal ini menyebabkan larutan
antibodi poliklonal kurang spesifik jika digunakan sebagai alat deteksi. Masalah
sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam antigen. Berdasarkan sifat ini,
maka larutan monoklonal antibodi sangat spesifik ketika digunakan sebagai alat
deteksi.
monoklonal.
antibodi monoklonal.
monoklonal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika
digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi monoklonal telah
tersedia di pasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji
kehamilan.
menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke
dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B.
permukaannya. Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya
satu antigen spesifik. Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada
permukaan bakteri, virus dan sel kanker. Pengikatan antigen akan memicu
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibody dengan sel kanker (sel mieloma)
yang dapat hidup dan membelah terus-menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B
dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma
dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetic mempunyai sifat yang identic
akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi dengan sel
aslinya yaitu sel limfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah proses
pemilihan sel klon yang identic yang dapat mensekresi antibodi yang spesifik.
Karena antibodi yang diproduksi berasal sel hibridoma tunggal (mono-klon). maka
salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel single
parent.Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal
suatu molekul, memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi
target tanpa merusak sel sehat sekitarnya. Antibodi monoklonal murni dapat
diproduksi dalam jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal dapat
mereka mendapat hadiah Nobel pada tahun 1908, telah banyak kemajuan yang
dicapai dalam bidang imunologi. Sebagaimana telah diketahui bahwa antibodi dapat
imunologi khususnya imunokimia telah cukup maju, antibodi yang digunakan untuk
menganali suatu antigen masih dibuat dengan cara yang konvensional yaitu
dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat besar
jumlahnya. Namun jumlah antibodi yang dapat diproduksi melalui binatang untuk
memenuhi kebutuhan antibodi yang spesifik untuk tujuan diagnostik masih dirasakan
sangat kurang. Idealnya antibodi spesifik dapat dibuat secara in vitro, sehingga dapat
diproduksi antibodi dalam jumlah besar tanpa terkontaminasi dengan antibodi lain
yang tidak dikehendaki. Dalam antibodi poliklonal jumlah antibodi yang spesifik
sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat bermacam-macam epitop dan
limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus
menerus (immortal) dan membuat antibodi yang homogen yang diproduksi oleh satu
klon sel hibrid. Antibodi yang homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang
hanya dapat mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas.
Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein dan Niels jerne, yang mendapat hadiah
Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya tentang antibodi monaklonal, telah
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma)
yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B
Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik
mempunyai sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi
yang diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel imfosit B. Hal yang penting untuk
diperhatikan adalah proses pemilihan sel klon yang identik yang dapat mansekresi
antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel hibridoma
monoklonal.
Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tidak terbatas
dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi homogen yang spesifik
dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika
digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi monoklonal telah
tersedia dipasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji
kehamilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibodi terbagi menjadi antibodi poliklonal (PoAbs) dan
macam molekul antibodi, sehingga larutan ini mengenali banyak jenis epitop
macam molekul antibodi, sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam
hibridoma, dimana pada teknik hibridoma ini terdiri dari lima tahapan:
3.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, maka kita bisa lebih tahu mengenai antibodi
klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, R. 2010. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan