Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Antibodi Monoklonal

Disusun Oleh :

Dzikri Luqiyan Nadzrulloh

Kelas 9B Asben 7

SMPN 73 Jalan Tebet Timur II No.7 Jakarta Selatan


Tahun Ajaran 2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi antibodi monoklonal

2.2 Sejarah antibodi monoklonal

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta hidayah-

NYA terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah tentang Antibodi Monoklonal

Kemudian shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar

Muhammad SAW, yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan

Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Teks makalah ini dibuat untuk membahas tentang Antibodi Monoklonal.

Selain itu untuk memenuhi tugas mata pelajaran IPA

Terimakasih penulis ucapkan kepada tim penulis yang telah menyelesaikan

tugas ini secara tepat waktu.

Penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila

ada salah pengetikan atau penyebutan yang tidak disengaja.

Harapan Penulis semoga pembaca dapat mengerti apa yg dimaksud antibodi

monoklonal dan sejarahnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibodi adalah bagian pertahanan tubuh yang digunakan untuk

menghilangkan atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme

kerja antibodi dalam tubuh dimulai dengan diikatnya epitope (bagian antigen) oleh

antibodi. Ikatan ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi yang berukuran

besar dan akhirnya mengendap. Kompleks antigen-antibodi ini juga dapat dikenali

oleh sel makrofag, yang akan mendegradasi kompleks ini. Pada perkembangannya

antibodi banyak digunakan sebagai alat deteksi di bidang klinis dan biomedisinal.

Deteksi ini dapat berupa deteksi protein atau deteksi mikroorganisme.Sebagai contoh

penentuan golongan darah, penentuan jumlah mikroorganisme menggunakan ELISA

(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) atau penentuan ukuran protein

menggunakan teknik western bloth.

Secara umum tahap pertama deteksi mengggunakan antibodi adalah dengan

mengikatkan epitope yang akan di deteksi dengan antibodi. Hal ini mengharuskan

antibodi yang digunakan mampu mengenali epitope secara spesifik. Antibodi yang

dapat mengenali lebih dari satu macam epitope dari dua antigen yang berbeda dapat

menimbulkan kesalahan deteksi positif.

Selama ini antibodi yang sering digunakan dalam deteksi adalah poliklonal

antibodi. Pada larutan antibodi ini terdapat bermacam-macam molekul antibodi. Satu

molekul antibodi, biasanya mengenali satu macam epitope, sehingga larutan antibodi

poliklonal mengenali lebih dari satu macam epitope. Hal ini menyebabkan larutan
antibodi poliklonal kurang spesifik jika digunakan sebagai alat deteksi. Masalah

ketidakspesifikan pada poliklonal antibodi diatasi menggunakan antibodi

monoklonal, jenis antibodi yang merupakan pengembangan dari antibodi poliklonal.

Larutan antibodi monoklonal hanya mengandung satu macam molekul antibodi,

sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam antigen. Berdasarkan sifat ini,

maka larutan monoklonal antibodi sangat spesifik ketika digunakan sebagai alat

deteksi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan antibodi monoklonal?

1.2.2 Bagaimana perkembangan dari antibodi monoklonal?

1.2.3 Apa target dari penggunaan obat antibodi monoklonal?

1.3 Tujuan dan Manfaat


- Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami definisi dari antibodi

monoklonal.

- Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami perkembangan dari

antibodi monoklonal.

- Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui target dari penggunaan obat antibodi

monoklonal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Antibodi Monoklonal


Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang homogen, sangat spesifik dan

dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika

digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi monoklonal telah

tersedia di pasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji

kehamilan.

Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa

menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke

dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B.

Limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang kemudian diletakkan pada

permukaannya. Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya

satu antigen spesifik. Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada

permukaan bakteri, virus dan sel kanker. Pengikatan antigen akan memicu

multiplikasi sel B dan penglepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi

sistem respons imun yang akan menetralkan dan mengeliminasinya.

Gambar 1. Struktur antibodi


Antibodi monoclonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel

yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibody dengan sel kanker (sel mieloma)

yang dapat hidup dan membelah terus-menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B

dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma. Apabila sel hibridoma

dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetic mempunyai sifat yang identic

akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi yang diproduksi dengan sel

aslinya yaitu sel limfosit B. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah proses

pemilihan sel klon yang identic yang dapat mensekresi antibodi yang spesifik.

Karena antibodi yang diproduksi berasal sel hibridoma tunggal (mono-klon). maka

antibodi yang diproduksi disebut dengan antibodi monoklonal.

Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan identifik karena diproduksi oleh

salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel single

parent.Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal

suatu molekul, memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi

target tanpa merusak sel sehat sekitarnya. Antibodi monoklonal murni dapat
diproduksi dalam jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal dapat

diperoleh dari sel yang dikembangkan di laboratorium, reagen tersebut sangat

berguna untuk penelitian terapi dan diagnostik laboratorium.

2.2 Sejarah Antibodi Monoklonal

Sejak Metchnikoff dan Erhilch mengemukakan teori imunologi, sehingga

mereka mendapat hadiah Nobel pada tahun 1908, telah banyak kemajuan yang

dicapai dalam bidang imunologi. Sebagaimana telah diketahui bahwa antibodi dapat

digunakan untuk mendeteksi keberadann antigen didalam tubuh. Walaupun

imunologi khususnya imunokimia telah cukup maju, antibodi yang digunakan untuk

menganali suatu antigen masih dibuat dengan cara yang konvensional yaitu

mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi

dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila dibutuhkan antbodi

dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat besar

jumlahnya. Namun jumlah antibodi yang dapat diproduksi melalui binatang untuk

memenuhi kebutuhan antibodi yang spesifik untuk tujuan diagnostik masih dirasakan

sangat kurang. Idealnya antibodi spesifik dapat dibuat secara in vitro, sehingga dapat

diproduksi antibodi dalam jumlah besar tanpa terkontaminasi dengan antibodi lain

yang tidak dikehendaki. Dalam antibodi poliklonal jumlah antibodi yang spesifik

sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat bermacam-macam epitop dan

sangat suilt menghilangkan antibodi lain yang tidak dinginkan.


Pada tahun 1975, Kohier dan Milstein memperkenalkan cara baru untuk

membuat antibody dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel

limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus

menerus (immortal) dan membuat antibodi yang homogen yang diproduksi oleh satu

klon sel hibrid. Antibodi yang homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang

mempunyai sifat lebih spesifik dibandingkan dengan antibodi poliklonal karena

hanya dapat mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas.

Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein dan Niels jerne, yang mendapat hadiah

Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya tentang antibodi monaklonal, telah

membawa perubahan besar dalam produksi antibodi secara in vitro.

Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel

yaitu sel limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma)

yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B

dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma.

Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik

mempunyai sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi

yang diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel imfosit B. Hal yang penting untuk

diperhatikan adalah proses pemilihan sel klon yang identik yang dapat mansekresi

antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel hibridoma

tunggal (mono-klon), maka antibodi yarg diproduksi disebut dengan antibodi

monoklonal.
Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tidak terbatas

dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi homogen yang spesifik

(monoklonal) dalam jumlah yang hampir tak terbatas.

Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang hamogen, sangat spesiik dan

dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika

digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi monoklonal telah

tersedia dipasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk uji

kehamilan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antibodi terbagi menjadi antibodi poliklonal (PoAbs) dan

antibodimonoklonal (mAbs). Antibodi poliklonal mengandung lebih dari satu

macam molekul antibodi, sehingga larutan ini mengenali banyak jenis epitop

pada antigen. Sedangkan antibodi monoklonal hanya mengandung satu

macam molekul antibodi, sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam

antigen. Antibodi monoklonal disiapkan oleh satu klon. Antibodi monoklonal

pertama (mAbs) diciptakan pada pertengahan 1970-an untuk perawatan pada

beberapa penyakit dan kondisi.

Dalam pembuatan antibodi monoklonal dengan menggunakan teknik

hibridoma, dimana pada teknik hibridoma ini terdiri dari lima tahapan:

1. Imunisasi tikus dan pemilihan tikus yang digunakan untuk

menghasilkan sel hibridoma.

2. Skrining tikus untuk produksi antibodi

3. Persiapan sel mieloma

4. Fusi sel myeloma dengan sel imun limpa

5. Kloning hibridoma sel

3.2. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, maka kita bisa lebih tahu mengenai antibodi

monoklonal yang dapat digunakan dalam tes diagnostik dan pengobatan

klinis.
DAFTAR PUSTAKA

Maksum, R. 2010. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan

Anda mungkin juga menyukai