PENDAHULUAN
F. Imunoterapi
Imunoterapi (IT) atau densitisasi atau hiposensitasi adalah pemberian
ekstrak alergen kepada penderita alergi yang jumlahnya secara perlahan
ditingkatkan dengan tujuan menghilangkan gejala yang ditimbulkan pejanan
dengan alergen yang merupakan penyebab penyakit. Pemberian antigen
spesifik berulang kepada penderita dengan penyakit alergi diharapkan akan
memberikan proteksi terhadap gejala dan terjadinya inflamasi (Anonim,
2012).
Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk kanker, yang
mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk
memerangi kanker. Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan alami
dari makhluk hidup, terutama manusia, maka imunoterapi sering juga disebut
bioterapi atau terapi biologis.
Imunoterapi kanker berupaya membuat sistem kekebalan tubuh mampu
mengalahkan keganasan sel-sel kanker, dengan cara
meningkatkan/mengarahkan reaksi kekebalan tubuh terhadap sel kanker, atau
mengembalikan kemampuan tubuh dalam menaklukkan kanker (body
response modifiers –BRM). Imunoterapi dapat dilakukan secara aktif atau
pasif untuk menstimulasi respon imun spesifik dan nonspesifik pada
penderita kanker.
a. Imunoterapi Pasif
Imunoterapi secara pasif dilakukan dengan cara mentransfer antibodi
dan sel-selimun ke dalam tubuh penderita. Beberapa antibodi spesifik
atau antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan antigen spesifik
berbagai jenis sel kanker dapat digunakan untuk terapi kanker. Antibodi
monoklonal tersebut akan berikatan dengan antigen yang terdapatpada
permukaan sel tumor atau sel kanker dan mengaktifkan sistem
komplemen,sehingga menyebabkan sitolisis. Disamping itu reseptor yang
terikat pada bagian Fc dari antibodi dapat merangsang sel-sel
efektorseperti sel NK, makrofag dan granulosit untuk menangkap
kompleks antigen antibodi pada permukaan sel tumor,sehingga dapat
membunuh sel tumor melalui antibody-dependent cell-
mediated cytotoxicity (Radji, 2010).
Berbagai jenis antibodi monoklonal telah dikembangkan beberapa
diantaranya telah disetujui penggunaannya oleh FDA untuk mengobati
beberapa jenis kanker. Walaupun demikian, terdapat beberapa masalah
dengan penggunaan imunoterapi antara lain adalah;
1) Antibodi yang digunakan kurang efisien karena sel tumor terasosiasi
dengan MHC kelas 1.
2) Sel tumor dapat menutup antigen sehingga terjadi kompleks antigen
antibodi. Dengan demikian sel-sel kekebalan tidak dapat
menghancurkan sel tumor.
3) Antibodi kemungkinan terikat secara tidak spesifik pada sel-sel
kekebalan, tidak dapat berikatand engan sel tumor, sehingga tidak
dapat merangsang sistem komplemen untuk mengahancurkan sel
tumor.
Penggunaan antibodi monoklonal untuk terapi kanker dibagi dalam 2
tipe, yaitu;
1) Naked Monoclonal Antibodies (Antibodi monoklonal murni)
Antibodi monoklonal yang penggunaannya tanpa dikombinasikan
dengan senyawa lain. Antibodi monoklonal murni mengikatkan diri
pada antigen spesifik yang dimiliki oleh sel-sel kanker sehinggad
apat dikenali dan dirusak oleh sistem imun tubuh. Selain itu antibodi
monoklonal dapat mengikatkan diri pada suatu reseptor, dimana
molekul-molekul pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan
sel kanker, maka antibodi monoklonal dapat mencegah pertumbuhan
sel kanker. Biasanya diberikan secara intravena dan efek sampingnya
lebih ringan dari kemoterapi.
Beberapa antibodi monoklonal yang bekerja dengan cara tersebut
diantaranya adalah;
a) Trastuzumab (Herceptin), digunakan untuk terapi kanker payudara
stadium lanjut. Trastuzumab menyerang protein HER2 (merupakan
protein yangterdapat dalam jumlah besar pada sel-sel
kankerpayudara).
b) Rituximab, digunakan untuk terapi sel B pada limfoma non-
Hodgkin, bereaksi dengan sasaran antigen CD20 yang
ditemukanpada sel B.
c) Alemtuzumab, diigunakan untuk terapi B cell lymphocytic leukimia
(B-CLL) kronik yang sudah mendapat kemoterapi, Senyawa ini
menyerang antigen CD52, yang terdapat pada sel B maupun sel T.
d) Cetuximab, digunakan untuk kanker kolorektal stadium lanjut
(bersamaan dengan obat kemoterapi irinotechan) dan kanker leher
dan kepala yang tidakbisa dilakukan tindakan pembedahan. Senyawa
ini ditujukan untuk protein epidermal growth factor receptors
(EGFR),dimana EFGR terdapat dalam jumlah besar pada beberapa
sel kanker.
e) Bevacizumab, bekerja melawan protein Vascular Endhotelial
Growth Factor (VEGF) yang normalnya membantu tumor untuk
membangun jaringan pembuluh darah baru (angiogenesis). Senyawa
ini digunakan bersama-sama dengan kemoterapi untuk terapi kanker
kolorektal metastatik.
2) Conjugated Monoclonal Antibodies (Antibodi monoklonal yang
dikombinasi dengan beberapa senyawa)
Senyawa yang dikombinasikan antara lain kemoterapi, toksin,dan
senyawa radioaktif. Antibodi monoklonal jenis ini akan beredar ke
seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang
mempunyai antigen spesifik yang dikenali oleh antibodi monoklonal.
Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan mengantarkan
substansi-substansi obat, racun dan materi radioaktif, menuju
langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker, namun hebatnya, ia bisa
meminimalkan dosis pada sel normal untuk menghindari kerusakan
di seluruh bagian tubuh. Conjugated MAbs kadang dikenal juga
sebagai "tagged," "labeled," atau "loaded" antibodies.
a) Chemolabeled
Chemolabeled adalah antibodi monoklonal yang dikombinasikan
dengan obat kemoterapi. Satu-satunya chemolabeled yang telah
disetujui FDA untuk terapi kanker adalah Brentuximab
vedotin(Adcetris, dulu dikenal dengan nama SGN-35). Obat ini
terdiri dari antibodi yang mempunyai target antigen CD30 yang
terikat kepada obat kemoterapi yang bernama monomethyl auristatin
E. Digunakan untuk terapi Hodgkin lymphoma dan anaplasticlarge
cell lymphoma yang tidak merespon terapi lain.
b) Radioimmunotherapy
Radioimmunotherapy adalah antibodi monoklonal dikombinasikan
dengan senyawa radioaktif. FDA menyetujui radioimmunotherapy
pertama yang boleh digunakan adalah Ibritumomabtiuxetan
digunakan untuk terapi kanker B cell non-Hodgkin lymphoma yang
tidak berhasil dengan terapi standar. Radioimmunotherapy yang
kedua adalah Tositumomab (Bexxar) digunakan untuk tipe
limfomanon-Hodgkin tertentu yang jugatidak menunjukkan respon
terhadap Rituximab (Rituxan)atau kemoterapi.
c) Immunotoksin
Immunotoksin adalah antibodi monoklonal dikonjugasikan dengan
racun. Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun yang berasal
dari tanaman maupun bakteri pada antibodi monoklonal. Berbagai
racun dibuat untuk ditempelkan pada antibodi monoklonal seperti
toksin difteri, eksotoksin pseudomonas (PE40), atau yang dibuat dari
tanaman, yakni risin A dariRicinus communis atau saporin
dari Saponaria officinalis.
Salah satu imunotoksin yang mendapat persetujuan FDA untuk
terapi kanker adalah Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg). Obat ini
mengandung racun calicheamicin. Racun ini melekat pada
antibodiyang langsung menuju sasaranantigen CD33, yang terdapat
padasebagian besar sel leukimia. Saat ini Gemtuzumab ozogamicin
digunakan untuk terapi acute myelogenous leukimia (AML)yang
sudah menjalani kemoterapiatau tidak memenuhi syarat untuk
kemoterapi.
b. Imunoterapi Aktif
Imunoterapi Secara Aktif dilakukan dengan cara memberikan
senyawa imunopotensiasi (biological response modifiers) untuk
meningkatkan respon imun terhadap sel tumor antara lain dengan cara
meningkatkan aktifitas makrofag dan sel NKserta meningkatkan fungsi
sel T. Aktivitas spesifik dilakukan dengan pemberian vaksin hepatitis B,
vaksin Human papiloma virus. Atau dengan cara non spesifik dengan
imunisasi BCG dan Corynebacterium parvum untuk merangsang
aktivitas makrofag agar mampu membunuh sel-sel tumor (tumorsid).
Beberapa jenis biological response modifiers yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis biological response modifiers yang digunakan sebagai imunoterapi
Jenis imunopotensiasi Produk Efek utama
Produk bakteri BCG, P. Acnes, muramil Mengaktifkan makrofag dan
dipeptida, trehalosa dimikolat sel NK (melalui sitokin)
Molekul sintetik Piran, pirimidin Menginduksi produksi
interferon
Sitokin Interferon alfa, beta dan gama Mengaktifkan makrofag dan
IL-2 dan TNF sel NK
1. Antibodi yang diperoleh dari produk satu klon limfosit disebut sebagai
antibodi monoklonal, sehingga antibodi monoklonal hanya memiliki
spesifisitas terhadap epitop tertentu.
2. Antibodi monoklonal adalah produk bioteknologi modern lanjutan dari
produk antibodi bioteknologi modern bernama antibodi poliklonal yang
mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan spesivitas yang luar
biasa.
3. Antibodi monoklonal sekarang telah digunakan untuk banyak masalah
diagnostik seperti mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi tumor,
antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan level drug pada serum,
mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat
dalam respon kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/90609785/Antibodi-Monoklonal
2. http://www.scribd.com/doc/98789259/antibodi-monoklonal
3. http://percikcahaya.blogspot.com/2011/03/antibodi-monoklonal-generasi-
terbaru.html
4. http://rumahkanker.com/pengobatan/komplementer/27-imunoterapi-kanker-
bukan -hanya-vaksin.
5. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI
6. Hanafi, Arif Riswahyudi dan Elisna Syahruddin. Antibodi Monoklonal dan
Aplikasinya Pada Terapi Target (Targeted Therapy) Kanker
Paru. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS
Persahabatan, Jakarta
7. Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
8. Sarmoko. 2010. Antibodi Monoklonal. Tersedia Online;
http://moko31.wordpress.com/2010/06/27/antibodi-monoklonal/