Anda di halaman 1dari 23

Antibodi Monoclonal

Kelompok 1, FARMASI 2A

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 1

1. Alifia Utami (31119001) 13. Rizki Padillah (31119014)


2. Della Chyntia N.I (31119002) 14. Putri Nurlita S (31119015)
3. Suroyya Nur I (31119003) 15. Lia Mutiara (31119016)
4. Rifa Agnia F (31119004) 16. Silvie Permata S (31119017)
5. Mufadilatur R (31119005) 17. Rizka Nur A.G (31119018)
6. Rensa Nursaptia H (31119006) 18. Alma Meidina (31119019)
7. Rima Putri N (31119007) 19. Fegi Rahmawati (31119021)
8. Muflihah Nurazizah (31119008) 20. Fujianti P.N (31119022)
9. Alhikam Nazabullah (31119009) 21. Shal Nurdinda F (31119023)
10.Orni Auliya H (31119010) 22. Ditha Rizqi A.U (31119024)
11.Rizal Indra A (31119011) 23. Depa Putri P (31119025)
12.Novy Rostiani (31119012) 24. Rika Merida (31119026)
Poin Pembahasan
• Definisi Antibodi monoklonal
• Sejarah antibodi monoklonal
• Pembuatan antibodi monoklonal
• Tujuan antibodi monoklonal
• Antibodi monoklonal generasi baru
• Produk antibodi monoklonal
02 • Efektivitas antibodi monoklonal
• Pembuatan antibodi monoklonal secara manual
• Penggunaan antibodi monoklonal
• Macam macam antibodi monoklonal
03•• Mekanisme kerja antibodi monoklonal
Kelebihan dan kekurangan antibodi monoklonal
• Permasalahan dalam pembuatan antibodi
monoklonal
04•• Peran antibodi monoklonal
Pengaruh pemberian antibodi monoklonal
• Aplikasi antibodi monoklonal
Definisi Antibodi Monoklonal

“ Antibody merupakan campuran protein didalam dalah dan disekresi mukosa menghasilkan system imun
bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk kedalam sirkulasi darah. Antibodi monoclonal adalah
antibody buatan identifik karena diproduksi oleh salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya
merupakan sel single parent. Antibody monoclonal dapat diciptakan untuk mengikat antigen tertentu
kemudian dapat mendeteksi atau memurnikannya. Antibody monoclonal mempunyai sifat khusus yang unik

yaitu dapat mengenal suatu molekul, memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi
target tanpa merusak sel sehat sekitanya.
Sejarah Antibodi Monoklonal
Dalam antibodi poliklonal jumlah antibodi yang spesifik
sangat sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat
Sejak Metchnikoff dan Erhilch mengemukakan teori bermacam-macam epitop dan sangat sulit menghilangkan
imunologi, sehingga mereka mendapat hadiah Nobel pada antibodi lain yang tidak dinginkan. Pada tahun 1975, Kohier dan
tahun 1908, telah banyak kemajuan yang dicapai dalam Milstein memperkenalkan cara baru untuk membuat antibody
bidang imunologi. Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian
antibodi dapat digunakan untuk mendeteksi keberadann sellimfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid
antigen didalam tubuh. Walaupun imunologi khususnya dapat dibiakkan terus menerus(immortal), dan membuat antibodi
imunokimia telah cukup maju, antibodi yang digunakan untuk yang homogen yang diproduksi oleh satu klon sel hibrid. Antibodi
menganali suatu antigen masih dibuat dengan cara yang yang homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang
konvensional yaitu mengimunisasi hewan percobaan, mempunyai sifat lebih spesifik dibandingkan dengan antibodi
mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum poliklonal karenahanya dapat mengikat 1 epitop antigen dan
sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila dibutuhkan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas. Terobosan Georges
antbodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang Kohler, Cesar Milstein dan Niels jerne, yang mendapat
dibutuhkan juga sangat besar jumlahnya.  hadiah Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya
tentang antibodi monaklonal, telah membawa perubahan besar
Namun jumlah antibodi yang dapat diproduksi melalui binatan dalam produksi antibodi secara in vitro. Antibodi monoklonal
g untuk memenuhi kebutuhan antibodi yang spesifik untuk dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel yaitu
tujuan diagnostik masih dirasakan sangat kurang. Idealnya sel \ limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker
antibodi spesifik dapat dibuat secara in vitro, sehingga dapat (sel mieloma) yang dapat hidup dan membelah terus menerus.
diproduksi antibodi dalam jumlah besar tanpa terkontaminasi Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel kanker secra in vitro ini
dengan antibodi lain yang tidak dikehendaki. disebut dengan hibridoma.
Sejarah Antibodi Monoklonal

Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetic mempunyai
sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibody yang diproduksi oleh
sel aslinya yaitu sel imfosit B.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah proses pemilihan sel klon yang identik yang
dapat mengsekresi antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel
hibridoma tunggal (mono-klon), maka antibodi yarg diproduksi disebut dengan antibody
monoklonal. Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tidak terbatas
dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi homogen yang spesifik(monoklonal)
dalam jumlah yang hampir tak terbatas. Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang
hamogen, sangat spesiik dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi
monoklonal telah tersedia dipasaran untuk mendeteksi bakteri patogen dan virus, serta untuk
uji kehamilan.
Pembuatan Antibodi Monoklonal

Imunisasi Mencit
Antigen berupa protein atau polisakarida yang Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel Myeloma
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa
berasal dari bakteri atau virus, disuntikkan secara yang membuat antibodi akan cepat mati,
subkutan pada beberapa tempat atau secara sedangkan sel myeloma dapat dibiakkan secara
terus-menerus, sehingga sel hibrida dapat
intraperitoneal. Setelah 23 minggu, disusul suntikan memproduksi antibodi secara terus – menerus
antigen secara intravene sekali atau beberapa kali dalam jumlah yang tidak terbatas secara invitro.
Fusi sel diawali dengan fusi selaput plasma
suntikan. Mencit dengan kebal terbaik dipilih 12 hari sehingga menghasilkan sel besar dengan da atau
setelah suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk lebih intisel, yang berasal dari kedua induk sel
yang berbeda jenis yang disebut heterokario.Pada
pada mencit jumlah dan terukur titer antibodinya, waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk dari
mencit dimatikan dan limpanya diambil secara satu inti yang mengandung kromosom kedua
induk yang disebut sel hibrida. Frekuensi fusi
aseptis, kemudian dibuat ketegangan sel limpa konstruktif beberapa faktor antara lain jenis
untuk itu sel B yang mengandung antibodi. Cara ini medium perbandingan jumlah sel limpa dengan sel
myeloma jenis sel myeloma yang digunakan, dan
cukup baik dan banyak dipakai, walaupun bahan yang mendorong timbulnya fusi (fusogen).
kadangkala konstruktif oleh sifat antigen dan lain- Penambahan polietilen glikol dan dimetilsulfoksida
dapat menaikkan efisiensi fusi sel.
lain atau respon imun binatang yang berbeda -
beda.
Pembuatan Antibodi Monoklonal

Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi


Frekuensi pelaksanaan hibrida sel limpa-sel
myeloma biasanya rendah, karena itu penting untuk Isolasi dan Pemilihan Klon Hibridoma
mematikan sel yang tidak fusi agar sel hibrida Sel hibrid dikembangbiakkan sangat rupa,
mempunyai kesempatan untuk tumbuh, dengan cara sehingga tiap sel hibrid akan membentuk koloni
membiakkan sel hibrida dalam media selektif yang homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni
mengandung hipoksantin, aminopterin dan kemudian dipelihara terpisah satu sama lain.
timidin. Hibridom yang tumbuh diharapkan mensekresi
Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan antibodi kedalam medium, sehingga antibodi yang
pirimidin sehingga untuk mengirim sel menggunakan terbentuk bisa diisolasi.
penyelamatan jalan. Seperti kita ketahui, bahwa sel Dalam penentuan antibodi yang diinginkan,
myeloma pempunyai kelainan untuk mensintesis dilakukan dengan cara enzim ditautkan
nukleotida, yaitu sel myeloma yang tidak mempunyai imunosorben atau radioimmunoassay. Pemilihan
enzim penakut kinase atau hipoksantin fosforibosil klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah
transferase, sehingga sel myeloma yang tidak berfusi, dilakukan untuk memperoleh hibridoma yang
karena tidak mempunyai enzim penakut kinase atau dapat menghasilkan antibodi dan yang kedua
hipoksantin fosfonibosil transferase akan mati, adalah memilih sel hibridoma penghasil antibodi
sedangkan sel hibrid mendapatkan enzim tersebut dan monoklonal yang potensial yang menghasilkan
sel mamalia yang difusikan dapat menggunakan antibodi monoklonal yang tinggi dan stabil.
penyelamatan jalan, molekulnya sehingga tetap hidup
dan berkembang.
Tujuan Antibodi Monoklonal
• Mengukur dan mendeteksi
menggunakan Teknologi antibodi
monoklonal relatif cepat, lebih
Antibodi monoklonal tidak
akurat, dan lebih peka karena
hanya mempertahankan
spesifitasnya tinggi.
tubuh untuk melawan • Teknologi antibodi monoklonal
organisme penyakit tetapi
saat ini digunakan untuk deteksi
juga dapat menarik molekul
kehamilan, alat diagnosis
target lainnya di dalam tubuh
berbagai penyakit infeksi
dandeteksi sel-sel kanker.

1 2 3 4 5
• Teknologi antibodi monoklonal
dapat digunakan untuk membunuh
Antibodi monoklonal dapat Antibodi monoklonal yang sel kanker tanpa mempengaruhi
diciptakan untuk mengikat spesifik digabungkan sel-sel yang sehat.
antigen tertentu kemudian dengan perangkat kit • Teknologi antibodi monoklonal
dapat mendeteksi atau untuk tujuan diagnostik banyak dipakai untuk mendeteksi
memurnikannya. penyakit-penyakit pada tanaman
dan hewan, kontaminasi pangan
dan polutan lingkungan
Antibodi Mnoklonal Generasi Baru

Antibodi monoklonal telah banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan,  baikuntuk


diagnostik maupun untuk pengobatan, terutama untuk mengatasi penyakit kanker tertentu.
Beberapa antibodi monoklonal yang digunakan untuk pengobatan  berasal dari sel mencit
atau tikus, sehingga sering menimbulkan reaksi alergi pada  pasien yang menerima terapi
antibodi monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena  protein mencit dikenal sebagai
antigen asing oleh tubuh pasien, sehingga menimbulkan reaksi respon imun antara lain
berupa alergi, inflamasi,dan  penghancuran atau destruksi dari antibodi monoklonal itu
sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, beberapa peneliti telah mengembangkan
pembuatan antibodi monoklonal generasi baru, yaitu suatu monoklonal antibodi yang
sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari manusia, sehingga
mengurangi efek penolakan oleh sistem imun pasien.
Antibodi Mnoklonal Generasi Baru
Beberapa jenis antibodi monoklonal generasi baru yang telah dikembangkan antara lain adalah :

Chimaric monoclonal antibodies Humanized monoclonal antibodies 


Antibodi monoklonal ini dibuat melalui Teknik Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga
rekayasa genetika untuk menciptakan suatu mencit bagian protein yang berasal mencit hanya
atau tikus yang dapat memproduksi sel hibrid mencit-
terbatas pada antien binding site saja,
manusia. Bagian variabel dari molekul antibodi,
termasuk antigen binding site,berasal dari mencit,
sedangkan bagian yang lainnya yaitu  bagian
sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang konstan variabel dan bagian konstan berasal dari
berasal dari manusia.salah satu contoh antibodi manusia. Antibodi monoklonal yang struktur
monoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 66% molekulnya terdiri dari 90% manusia tersebut
manusia adalah Rituximab. adalah Alemtuzumob.

Fully human monoclonal antibodies


Antibodi ini adalah antibodi yang paling ideal untuk menghindari
terjadinya respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan ke
dalam tubuh seluruhnya merupakan  protein yang berasal dari
manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang
pembentukan antibodi monoklonal yang seluruhnya mengandung
protein manusia tersebut adalah dengan teknik rekayasa genetika
untuk menciptakan mencit transgenik yang membawa gen yang
Produk Antibodi Monoklonal

Transtuzu Bevacizum
Cetuximab
mab ab
(Erbitux)
(Herceptin) (Avastin)
Antibodi ini akan mengikat ekstraseluler reseptor
Antibodi ini dapat memberikan

HER2 protein tyrosine kinase untuk menghambat



Antibodi monoklonal humanized ini

sel pertumbuhan selain itu akan menginduksi efek seperti ruam acneiform, dapat menstimulasi pada formasi
ADCC lewat sel NK juga monosit agar bisa
folikulitis bagian dada dan wajah pembuluh darah karena berkerja pada
melawan sel ganas. Antibodi ini termasuk antibodi
monoklonal humanized yang memiliki efek samping juga terdapat reaksi hipersensitif. target VEGF. Antibodi ini memiliki efek
seperti difungsi jantung 27% jika pada terapi samping yaitu hipertensi, proteinuria,
Antibodi ini dapat mengikat EGFR
kombinasi, sedangkan pada terapi tunggal yaitu dan hemonergik. Jika Bevacizumab
8%, lalu ada juga efek samping seperti dibagian ekstraseluler dan dikombinasikan dengan regimen
mielosupresi dan diare. merupakan antibodi monoklonal paclitaxel+caboplatin akan
Terbukti secara klinis jika Transtuzumab ini

dikombinasikan dengan kemoterapi akan chimeric. Pada hasil uji penelitian menghasilkan toleransi yang baik
mengasilkan efek yang lebih baik serta bahwa cetuximab ini memiliki karena adanya pengubahan toksisiti
memberikan manfaat yang lebih pada pasien yang
positif kanker payudara metasis HER2. toleransi yang sangat baik. regimen kemoterapi.
Efektivitas Antibodi Monoklonal
Terapi dengan antibodi monoklonal dianggap lebih spesifik, murni, dan memiliki
risiko kontaminasi patogen lewat darah yang lebih rendah daripada terapi imunoglobulin
intravena dan terapi serum.Antibodi merupakan salah satu biomolekul yang dimanfaatkan
untuk merekayasa permukaan nanopartikel sehingga menjadi alat penuntun aktif sensitizer
menuju ke sel target.Peningkatan efektivitas dan selektivitas sensitizer terhadap sel tumor
atau kanker yang menjadi target dilakukan melalui teknologi nanopartikel maupun
penuntunan dengan antibodi monoklonal. Kelebihan dari penuntunan dengan antibodi adalah
dapat meningkatkan aktivitas dan spesifisitas sensitizer, serta menurunkan risiko
fototoksisitas. metode penuntunan yang dapat meningkatkan selektivitas terapi dalam
menyerang jaringan tumor atau kanker, di antaranya dengan memberi penanda antibodi
monoklonal pada sensitizer. Adanya ikatan antara sensitizer dengan antibodi monoklonal
juga dapat menurunkan efek fototoksisitas karena sel kulit bersifat non-permeabel terhadap
makromolekul seperti immunoglobulin. Struktur serta ukuran nanopartikel dapat
meningkatkan penyerapan sensitizer, dan secara lebih spesifik terakumulasi pada sel-sel
tumor dan kanker yang menjadi target.3-4 Selain itu, lebih lanjut juga dikembangkan metode
penuntunan yang dapat meningkatkan selektivitas terapi dalam menyerang jaringan tumor
atau kanker, di antaranya dengan memberi penanda antibodi monoklonal pada sensitizer.
Selektivitas lokasi tempat sensitizer terakumulasi dapat ditingkatkan apabila sensitizer
diberikan bersama dengan liposom atau antibodi monoklonal yang spesifik untuk antigen
tumor. Sel tumor maligna memiliki antigen pada permukaan sel yang bersifat spesifik dan
berbeda dari sel normal. Adanya antibodi monoklonal yang terikat secara kovalen pada
sensitizer akan menuntun molekul sensitizer pada sel target dan dengan demikian
menurunkan risiko kerusakan sel normal lainnya.
Pembuatan Antibodi Monoklonal Secara Manual
Donor limfosit spesifik, dan teknik hibridoma merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan antibodi mono-spesifik
atau antibodi monoklonal Menurut KOHLER dan MILSTEIN. teknik hibridoma dilakukan dengan cara menggabungkan sel mieloma
dengan sel liinfosit spesifik. Sel gabungan tersebut memiliki sifat gabungan dari kedua sel asalnya, yaitu menghasilkan antibodi
spesiflk yang diturunkan dari sel limfosit spesifik dan mempunyai sifat dapat hidup terus menerus yang didapat dari sel mieloma. Sel
litnfosit spesifik didapat dengan cara mengimunisasi dengan antigen spesifik.
Pembuatan Sel Limfosit Spesifik Limpa mencit dipotong-potong dan dicuci dengan larutan Hank yang mengandung antibiotika.
Kemudian digerus diatas kasa stainless steel steril dan dituangi MEM, lalu diputar dengan putaran 1000/menit selama 5 menit.
Supernatan yang didapat dibuang dan endapan selnya dicuci lagi dengan MEM dan diputar lagi. Endapan sel kemudian dituangi
dengan pengliancur eritrosit y ang terdiri dari NH4C1, KHCO3 dan EDTA, dibiarkan selama 1 menit, lalu cairannya dibuang. Endapan
sel kemudian dicuci dengan MEM 3X berturut-turut. Suspensi sel dibuat 2-3 X 10*sel/ml.
Pembuatan Antigen. Suspensi bakteri . typhimurium dengan kepekatan 2X109 sel/ml diiradiasi dengan sumber radiasi 60Co
dengan dosis 2,5 kGy dan laju dosis 2,5 kGy/jam. Maksud penggunaan dosis tersebutialah untuk mematikan bakteri tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan pemeriksaan TPC (totalplate count) dari percobaan dengan 5 X ulangan ternyata tidak ada lagi bakteri yang hidup.
Teknik Hibridoma. Sel mieloma dibiak ulang (passage) terus menerus hingga pertumbuhannya stabil. Setelah pertumbuhannya
baik, dibiakkan dalam mediayang mengandung azaguanin 2X berturut-turut. Satu hari menjelang fusi, sel tersebut dibiakkan dalam
media yang mengandung merkaptoetanol, lalu dicuci dengan MEM 2X berturut-turut. Suspensi sel mieloma dibuat 107 selAnI dalain
media RPMI1640. Suspensi mieloma kemudian dicampur deugan suspensi sel lhnfosit spesifik untuk dilakukan fusi. Perbandingan sel
mieloma dan sel limfosit spesifik adalah 1 dan 10. Campuran kemudian diputar dengan kecepatan 1000 putaran/menit selama 5 menit.
Endapan sel yang didapat diratakan didasar tabung sentrifus, sambil dihangatkan pada temperatur 37°C dan dituangi lamtan PEG
(polietilen glikol) secara perlahan-lahan sebanyak 0,2-0,3 ml. Setelah itu diangkat dari penangas air dan dituangi MEM 10 ml mula-
mula perlahan-lalian, kemudian dituangi lagi dengan media tersebut secara cepat hingga mencapai volume 50 ml. Campuran tersebut
diputar dengan kecepatan 1000 putaraii/menit selama 5 nienit. Suspensi hibridoma yang didapat dibuat kepekatan 106 sel/inl,dan
dimasukkan ke dalam multiwell-plate sebanyak 0,1 ml, ditambahkan media selektif HAT sebanyak 0,9 ml lalu dieram dalam inkubator
CO2 pada temperatur 36°C.
Pembuatan Antibodi Monoklonal Secara Manual

Dua hari kemudian media diganti dengan media RPMI 1640 yang biasa. Selanjutnya
dilakukan seleksi dan cloning. Hibridoma yang terbukti menghasilkan AbMo terhadap cysticercus
kemudian diklon ulang dengan cara pengenceran terbatas sesuai dengan prosedur McKearn
(1980). Kloning ulang dilakukan agar diperoleh klon hibridoma yang dimulai dari satu sel sehingga
antibodi yang diproduksinya benarbenar monoklonal, yaitu hanya mengenali satu jenis epitop. Sel
hibridoma tersebut kemudian diisolasi (AbMo stok) dan dipakai untuk menyiapkan AbMo dalam
jumlah
besar.
Antibodi Monoklonal dihasi'lkan dari sel hibridoma. Sel hibridoma didapat dengan cara
menggabungkan sel limfosit spesifik dengan sel mieloma. Sel limfosit spesifik mempunyai enzim
HPRT (hipoksantin fosforibose transferase). Sel mieloma hidupnya baka, atau hidup terus menerus
tapi tidak mempunyai enzitn HPRT. Enzim tersebut penting peranannya pada waktu terjadi fusi
antara sel liinfosit spesifik dan sel nueloina. Enzim tersebut berfungsi sebagai jalan terbentuknya
inetabolisme asam nukleat yang berguna supaya sel hibridoma berkembang tems. Aminoplerin
yang terdapat dalam media selektif HAT dapat memblokir terjadinya sintesis nukleotid. Sel yang
bergabung (hibridoma) tahan terhadap aminopterin, sehingga dengan demikian dapat hidup terus
dalam media selektif. Hal tersebut terjadi karena sel hibridoma mengandung enzim HPRT yang
didapat dari sel limfosit spesifik. Sebaliknya sel induk yang tidak bergabung (sel mjelonia dan sel
linifosit spesifik) akan mati dalam mediaselektif tersebut
Penggunaan Antibodi Monoklonal

Penggunaan antibodi monoklonal untuk terapi kanker di bagi dalam 2 tipe yaitu

1. Antibodi monoklonal murniYaitu antibodi monoklonal yang penggunaan nya tanpa diko
mbinasikandengan senyawa lain.

2. Antibodi monoklonal yang dikombinasiAntibodi monoklonal yang dikombinasi dengan


beberapa senyawa lain (Conjugated monoclonal antiodies) antara lain adalah kemoter
api, toksin dansenyawa radioaktif.
Macam macam antibodi monoklonal

Terdapat 4 jenis antibodi monoklonal diantaranya yaitu :


1. Murine, murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse antibodies
(HAMA) nama akhirannya ″momab″ (ibritumomab).
2. Chimeric, gabungan Fc antibodi human dan Fab antibodi monoklonal tikus
nama akhirannya ″ximab″ (rituximab).
3. Humanized, hanya sebagian kecil Fab antibodi tikus yang digabungkan
dengan antibodi human (95-98%) nama akhirannya ″zumab″
(trastuzumab).
4. Fully human, keseluruhan antibodi human nama akhirannya ″mumab″
(adalimumab).
Mekanisme kerja antibodi monoklonal

Antibodi Monoklonal menggunakan mekanisme kombinasi untuk meningkatkan efek s


itotoksik sel tumor. Makanisme kompenen sistem imun adalah Antibody Dependent Cellula
r Cytotoxicity (ADCC), Complement Dependet Cytotoxicity (CDC), Mengubah signal trandu
ksi sel tumor atau menghilangkan sel permukaan antigen. Antibodi dapat digunakan sebag
ai target muatan (radioisotop, obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atu mengaktiva
si prodrug di tumor, Antibody Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT). Antibody Monok
lonal digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja kemoterapi untuk melawan t
umor
Kelebihan dan kekurangan antibodi monoklonal

Kelebihan dari Antibodi monoklonal digunakan untuk banyak masalah diagnostik seperti mengidentifikasi
agen infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan level drug pada serum,
mengenali darah dan jaringan,mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan dan
mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon. Kemajuan sekarang telah memungkinkan untuk memproduksi
antibodi monoklonal manusia melalui rekayasa genetika dalam jumlah yang besar untuk digunakan dalam terapi
berbagai penyakit. Kemurnian dan konsentrasi antibodi spesifik lebih tinggi pada antibodi monoklonal
dibandingkan dengan antibodi poliklonal. Antibodi monoklonal sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada
konsentrasi garam dan Ph. Selain itu, Antibodi monoklonal juga dapat dengan mudah diuji untuk reaktivitas
silang.
Dibalik kelebihannyan antibodi monoklonal memiliki kekurangan berupa monoinensi dari antibodi
monoklonal membatasi penerapannya, perubahan kecil pada struktur epitop antigen mempengaruhi fungsi antibodi
monoklonal, produksi antibodi monoklonal harus sangat spesifik untuk antigen yang dibutuhkan untuk mengikat.
Antibodi monoklonal tidak cocok untuk digunakan dalam tes seperti hemaglutinasi yang melibatkan antigen cross-
linking: sedikit saja modifikasi dapat mempengaruhi situs pengikatan antibodi. Meskipun keterbatasan ini, dapat
diatasi dengan menggabungkan beberapa spesimen yang diperlukan, identifikasi antibodi monoklonal semacam
itu terbukti melelahkan, mahal dan memakan waktu.
Permasalahan dalam pembuatan antibodi monoklonal

Terdapat kendala atau masalah dalam teknis penyiapan monoklonal antibodi ini. Laboratorium ku
ltur sel mamalia untuk pembuatan hibridoma penghasil monoklonal antibodi, memerlukan peralatan ya
ng rumit dan keterampilan yang tinggi. Namun, masalah utamanya pada penyiapan monoklonal antibo
di adalah pada saat seleksi sel hibridoma. Sel hibridoma disiapkan dengan melakukan fusi sel B dari b
agian limpa hewan yang diimunisasi dengan sel kanker. (Karu 3 1 Antibodi Rekombinan : Perkembang
an Terbaru Dalam Teknologi Antibodi et.al 1995).

Pada pembuatan monoklonal antibodi, harus diseleksi satu macam hibridoma dari sejumlah hibri
doma tersebut. Hal ini merupakan pekerjaan yang sulit dan memakan waktu yang lama. Kesulitan pem
buatan monoklonal antibodi ini, menimbulan usaha-usaha kembali untuk mendapatkan jenis antibodi b
aru yang spesifik dengan cara yang lebih mudah. Harapan didapatkanya antibodi seperti ini muncul ket
ika keseluruhan struktur antibodi (khususnya IgG) telah selesai dipelajari dan ditemukanya teknik PCR.
Antibodi baru yang didapat seringkali sisebut antibodi rekombinan.
Peran antibodi monoklonal

Peran dari antibodi monoklonal cukup beragam. Para ilmuwan berharap bisa  menggunakan antibodi
monoklonal sebagai berikut :
 Mencegah suatu penolakan jaringan terhadap sel hasil dari transplantasi jaringan.
 Beberapa jenis dari sel kanker membuat antigen yang berbeda dengan protein yang di buat oleh sel
– sel yang  sehat.
 Dengan teknologi yang ada, dapat dibuat antibodi monoklonal yang hanya menyerang protein
serta  menyerang sel – sel tanpa mempengaruhi sel – sel yang sehat.
 Untuk mendeteksi kandungan hormone korionik gonadotropin ( HCG ) pada urin wanita hamil.
 Untuk mengikat racun serta menonaktifkannya , contohnya seperti, racun tetanus dan kelebihan
obat digoxin dapat di nonaktifkan dengan antibodi ini.
 Dapat digunakan untuk membentuk kekebalan
 Pengobatan kanker
Pengaruh pemberian antibodi monoklonal

Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh masyara
kat dan dapat disembuhkan jika terdeteksi dini. Salah satu penyebab kanker adalah terjadinya
mutasi pada gen-gen tertentu. Mutasi pada gen K-RAS sering ditemui pada tahap awal kanker
kolorektal. Cetuximab dan Panitumumab merupakan contoh antibody monoclonal, masing mas
ing dari antibody tersebut memiliki tipe IgG1 dan IgG2 yang telah digunakan dalam penangana
n kanker kolorektal. Pemberian Cetuximab bisa diberikan secara monoterapi atau dikombinasi
kan dengan kemoterapi.Meski pada awalnya cetuximab dan panitumumab mentargetkan kank
er kolorektal dengan khususnya mengoverekspresukan EGFR pada beberapa studi menunjuka
n bahwa tinggi rendah nya ekspresi gen EGFR bukan factor prediktif untuk respon klinis yang
baik. Dengan demikian ekpresi EGFR rendah yang terlihat dengan teknik immunodistokimia tid
ak bisa lagi menjadi factor eksklusi bagi pemberian anti EGFR antibody.
Tingkat kesembuhan yang relative rendah dan ekspresi EGFR yang gagal memprediksi ti
ngkat keberhasilan terapi anti EGFR ini memicu retrospektif dengan menganalisa status beber
apa gen yang ada pada jalur aktivasi MAPK-RAS-RAF dan PI3K-AKT.
Aplikasi antibodi monoklonal

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus
Dengue yang terdiri dari 4 serotype Dengue 1, 2, 3 dan 4. Antibodi monoklonal
WDSSB5 sebagai antibodi primer untuk mendeteksi virus Dengue dari serum pasien
yang positif mengandung virus Dengue yang diisolasi pada sel C6/36 (C6/36 cell line)
dengan metode imunositokimia streptavidin biotin peroxidase complex (ISBPC). Uji
klasifikasi antibodi monoklonal dengan metode Antigen mediated ELISA dan Uji
spesifisitas antibodi monoklonal WDSSB5 dengan Dot Blot.

Anda mungkin juga menyukai