Anda di halaman 1dari 10

ANTIBODI POLIKLONAL DAN MONOKLONAL

Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh


dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan
mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila
dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat
besar jumlahnya. Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar antibodi poliklonal jumlah
antibodi spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat sulit
menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan (Radji M. 2010), Maka dari itu dilakukan
serangkaian penelitian untuk membuat antibodi spesifik secara in vitro, sehingga dapat
diproduksi antibodi spesifik dalam jumlah besar, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi
lainnya.
Tahun 1975, Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jernemenemukan cara baru
dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya
difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus. Antibodi yang
homogen dan spesifik ini disebut antibodi monoklonal. Berkat temuan antibodi
monoklonal Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jernemendapatkan hadiah nobel di
bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1985.

Pengertian :
             Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas
yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe
sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki
tubuh kita. Tipa tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan
dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah sel
limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan spesivitas yang luar
biasa.

         Alat dan Bahan :


1.      Mencit (tikus putih)
2.      Alat suntik dengan antigen berupa hormon korionik gonadotropin (HCG)

         Proses Pembuatan :


1.mencit di suntik dengan antigen berupa hormon korionik gonadotropin (HCG)
2. setelah terbentuk respon kekebalan, limpa mencit dikeluarkan
3. limpa ini mengandung sel B yang reaktif terhadap HCG maupun antigen lain. Populasi ini
dinamakan Poliklonal
4.kemudian sel-sel B itu dicampur dengan sel mieloma atau kanker supaya terjadi fusi antara
sel B dengan sel kanker (sel kanker dapat membelah tanpa batas). Sel-sel kanker ini juga
spesial karena menampung mutasi yang menyebabkan sel-sel mieloma tidak dapat tumbuh di
medium yang mengandung aminopterin
5. dengan adanya fusi antara mieloma dan sel B yang tidak bermutasi, maka produk hasil fusi
itu dapat bertahan hidup di medium yang ber-aminopterin.
> di sini aminopterin sebagai filter untuk menyaring sel-sel yang sudah berfusi saja
6.Sel B yang sudah berfusi itu akan menjadi "abadi", dapat membelah tanpa batas
7. Masing-masing klon dari sel B yang sudah befusi dipaparkan terhadap HCG sekali lagi
8. Sel-sel yang menghasilkan antibodi untuk HCG dibiakkan. Sel-sel inilah sel monoklonal

Kesimpulan : antibodi monoklonal adalah produk bioteknologi modern lanjutan dari produk
antibodi bioteknologi modern bernama antibodi poliklonal yang mampu menanggapi masuknya
substansi asing dengan spesivitas yang luar biasa. 

ANTIBODI POLIKLONAL DAN MONOKLONAL

Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh


dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan
mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila
dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat
besar jumlahnya. Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar antibodi poliklonal jumlah
antibodi spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat sulit
menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan (Radji M. 2010), Maka dari itu dilakukan
serangkaian penelitian untuk membuat antibodi spesifik secara in vitro, sehingga dapat
diproduksi antibodi spesifik dalam jumlah besar, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi
lainnya.
Tahun 1975, Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jerne menemukan cara baru
dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya
difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus. Antibodi yang
homogen dan spesifik ini disebut antibodi monoklonal. Berkat temuan antibodi monoklonal
Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jerne mendapatkan hadiah nobel di bidang
fisiologi dan kedokteran pada tahun 1985. Berikut Bagan Pembuatannya:
 
1.      Imunisasi mencit
            Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri virus, disuntikkan
secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal. Setelah 23 minggu disusul
suntikan antigen secara intravena sekali atau beberapa kali suntikan. Mencit dengan tanggap
kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit
diperiksa dan diukur titer antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis,
kemudian dibuat suspensi sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi. Cara
ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala dipengaruhi oleh sifat
antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.
            Cara imunisasi lain yang juga sering dilakukan adalah imunisasi sekali suntik intralimpa
(Single-shot intrasplenic immunization). Pada cara imunisasi konvensional antigen dipengaruhi
bermacam-macam faktor. Bila disuntikan ke dalam darah sebagai besar akan dieliminasi secara
alami, sedangkan melalui kulit akan tersaring oleh kelenjar limfe, makrofag, dan sel retikuler.
Hanya sebagaian kecil antigen yang terlibat dalam proses respon imun. Oleh sebab itu untuk
mencegah eliminasi antigen oleh tubuh dilakukan suntikan imunisasi langsung pada limpa dan
ternyata hasilnya lebih baik dari cara konvesional.
2.      Fusi sel limpa kebal dan sel mieloma
            Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan cepat mati,
sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan terus-menerus. Fusi sel dapat menciptakan sel hibrid
yang terdiri dari gabungan sel limpa yang dapat membuat antibodi dan sel mieloma yang dapat
dibiakkan terus menerus, sehingga sel hibrid dapat memproduksi antibodi secara terus-menerus,
sehingga dalam jumlah yang tidak terbatas secara in vitro.
            Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel besar dengan
dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda jenis yang disebut
heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk satu inti yang mengandung
kromosom kedua induk yang disebut sel hibrid. Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa faktor
antara lain jenis medium; perbandingan jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenis sel mieloma
yang digunakan; dan bahan yang mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan polietilen
glikol (PEG) dan dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel.
3.      Eliminasi sel induk yang tidak berfusi
            Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu penting
untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak agar sel hibrid dalam media
selektif yang mengandung hypoxanthine, aminopterin, dan tymidine (HAT).
            Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga memaksa sel
menggunakan salvage pathway. Seperti kita ketahui sel mieloma mempunyai kelainan untuk
mensintesis nukleotida. Sel mieloma tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine
phosphonibosyltransferase, sehingga sel mieloma yang tidak berfusi akan mati karena tidak
memiliki enzim tersebut, sedangkan sel hibrid karena mendapatkan enzim tersebut dan sel
mamalia yang difusikan dapat menggunakan salvage pathway sehingga tetap hidup dan
berkembang.
4.      Isolasi dan pemilihan klan hibridoma
            Sel hibrid dikembangbiakan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid akan membentuk
koloni homogen yang disebut hibridoma, tiap koloni kemudian dipelihara terpisah satu sama
lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresikan antibodi ke dalam medium, sehingga
antibodi yang terbentuk bisa diisolasi.
            Umumnya penentuan antibodi yang diinginkan, dilakukan dengan cara enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) atau radioimmunoassay (RIA). Pemilihan klon hibridoma yang
dapat menghasilkan antibodi; dan yang kedua adalah memilih sel hibridoma penghasil antibodi
monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi monoklonal yang tinggi dan stabil (Radji, M
2010).

Antibodi poliklonal

Yaitu di dalam suatu populasi antibodi terdapat lebih dari 1 macam antibodi, atau campuran
antibodi yang mengenal epitop yang berbeda pada antigen yang sama.

Proses yang terjadi pada antibodi poliklonal:

1. Diproduksi dengan imunisasi hewan dengan antigen yang tepat.


2. Imunisasi atau vaksinasi adalah suatu prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas
seseorang terhadap patogen tertentu atau toksin. Imunisasi yang ideal adalah yang dapat
mengaktifkan sistem pengenalan imun dan sistem efektor yang diperlukan. Hal tersebut
dapat diperoleh dengan pemberian antigen yang tidak patogenik.
3. Serum dari hewan terimunisasi dikumpulkan
4. Antibodi dalam serum dapat dimurnikan lebih lanjut.
5. Karena satu antigen menginduksi produksi banyak antibodi maka hasilnya berupa
‘polyclonal’ /campuran antibodi.

Antibodi Monoklonal (MAb)


Yaitu antibodi homogen yang dengan spesifitas yang sama diproduksi dari klon tungal dari sel
yang menghailkan antibodi. Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel karena secara
gentiknya identik.

 Mono: Satu
 Klone: strain sel yang diturnkan dari satu sel.
 Antibodi monoklonal diproduksi dari fusi sel B dan sel myeloma membentuk hibridoma.
 Antibodi monoklonal hanya mengenal satu epitop.

ahapan dalam produksi antibodi monoclonal:

1. Produksi dan seleksi hibridoma yang diharapkan


2. Amplifikasi MAb dari sel hibridoma terpilih
1. Produksi ascites
2. Fermentasi melalui kultur sel

1. Purifikasi MAbs
1. Filtrasi
2. Ultrasentrifugasi
3. Kromatografi afinitas
2. Proses penambahan: disebut konjugasi
3. Formulasi dan sterilisasi
So, why  make monoclonal antibodies anyhow?

Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk tiga tujuan berikut:

1. pemurnian reagen untuk tes atau penelitian

2. sebagai penanda pada deteksi assays

3. untuk eksperimental terapi

Aplikasi terapi dari Antibodi monoklonal

1. Induksi imunisasi pasif


2. Diagnostik imaging
3. Diagnostik nolekular
4. Monitoring terapi obat (untuk live-saving drug)
5. Sistem penghantaran obat (DDS)
6. Isolasi dan atau purifikasi obat baru
7. Terapi kanker

Toksin yang biasa dikonjugasikan dengan antibodi monoklonal persiapan untuk penggunaan
klinik sebagai agen antikanker:
1. ricin
2. pokeweed
3. gelonin
4. Pseudomonas endotoksin
5. Diptheria toksin
6. abrin
7. protein antiviral

Antibodi monoklonal untuk tujuan terapetik:

 Murine antibodi monoklonal pertama dikembangkan sebagai alat diagnostic di tahun


1970an (Milstein san Brown).
 Efikasi terapetik yang terbatas untuk pengembangan HAMA (Human Anti-Mouse
Antibodies) ~ 14 hari, 50-80 % pasien
 Chimeric dan humanised antibodi monoklonal mencegah perkembangan HAMA.
Monoclonal Antibodies in Oncology

Antibodi monoklonal pada B-Cell Lymphomas

 Rituximab:  Naked chimeric monoclonal antibody against CD20 antigen


 CD20 on cell surface of most B-cell malignancies except primitive B-cell ALL and post-
mature myeloma cells

Key features of Rituximab

 Chimeric anti-CD20 MoAb


 Activates complement mediated cytotoxicity & Antibody Dependent Cellular
Cytotoxicity (ADCC)
 Mempunyai efek anti-tumor langsung
 Aktivitas sinergis dengan kemoterapi
 Sensitises chemoresistant cell lines
Chimeric dan humanized antibodi (dibandingkan dengan murine Ab)

1. Menurunkan tingkat imunogenitas secara signifikan (80% à 5%)


2. Waktu paruh di serum yang lebih lama (14-23 hari dibandingkan dengan 30-40 jam),
sehingga frekuensi pemberian bisa dikurangi
3. Allow activation of various Fc-mediated functions eg. Activation of complement

Anda mungkin juga menyukai