Anda di halaman 1dari 40

PRINSIP DAN PEMANFAATAN REKAYASA GENETIK DALAM PRODUKSI

OBAT
1. Pendahuluan

Metode umum pembuatan obat-obatan selama ini adalah meraciknya dari unsur aktif yang
ada di alam atau dari unsur sintetisnya yang diproduksi secara kimiawi. Akan tetapi kedua
metode ini memiliki keterbatasan, misalnya obat-obatan tidak dapat diproduksi dalam jumlah
banyak secara cepat bahkan obat-obatan tertentu tidak bisa dibuat dengan prosedur tersebut.
Sehubungan itu dalam beberapa tahun belakangan ini dikembangkan metode pembuatan obat-
obatan dengan cara rekayasa genetika.
Rekayasa genetika adalah prosedur dasar dalam menghasilkan suatu produk bioteknologi. Secara
umum, rekayasa genetika melakukan modifikasi pada mahluk hidup melalui transfer gen dari suatu
organisme ke organisme lain. Aplikasi dari bioteknologi medis sudah berlangsung lama, sebagai contoh
100 tahun lalu lintah umum digunakan untuk merawat penyakit dengan cara membiarkan lintah menyedot
darah pasien bloodletting. Hal ini dipercaya dapat menghilangkan darah yang sudah terjangkit penyakit.
Sekarang sudah ditemukan lintah memiliki enzim pada kelenjar salivanya yang dapat menghancurkan
gumpalan darah yang bila tidak dihancurkan dapat menyebabkan strok dan serangan jantung.
Mulai pada tahun 1990 Human Genome Project mengidentifikasi semua gen (genom) yang
terdapat pada DNA dalam sel manusia dan memetakan lokasinya pada tiap kromosom manusia yang
berjumlah 24. Proyek ini memiliki potensi tak terbatas untuk perkembangan di bidang pendekatan
diagnostik untuk mendeteksi penyakit dan pendekatan molekuler untuk menyembuhkan penyakit genetik
manusia.
2. Prinsip Dasar Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika adalah semua proses yang ditujukan untuk menghasilkan organisme
transgenik. Organisme transgenik merupakan organisme yang urutan informasi genetik dalam
kromosomnya telah diubah sehingga mempunyai sifat menguntungkan yang dikehendaki. Ada
beberapa prinsip dasar dalam rekayasa genetika antara lain Rekombinasi DNA, fusi protoplasma,
dan kultur jaringan.
a. Rekombinasi DNA
Proses mengidentifikasi dan mengisolasi DNA dari suatu sel hidup atau mati dan
memasukkannya dalam sel hidup lainnya, itulah rekombinsi DNA. Rekayasa genetika ini
merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan
sifat yang diinginkan atau disebut juga pencangkokan gen. Dalam rekayasa genetika digunakan
DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk
hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA
tersebut akan mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah melakukan perubahan susunan asam
nukleat dari DNA (gen) dan menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima.
Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Pada proses
rekayasa genetika organisme yang sering digunakan adalah bakteri Escherichia coli.
Bakteri Escherichia coli dipilih karena paling mudah dipelajari pada taraf molekuler.
Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu
1) Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa plasmid atau virus.
Plasmid yaitu lingkaran kecil DNA yang terdapat pada bakteri yang diambil dari bakteri dan
disisipi dengan gen asing. Pemasukannya melalui pemanasan dalam larutanNaCl atau melalui
elektroporasi.
2) Bakteri atau virus berperan dalam memperbanyak plasmid atau DNA virus. Plasmid di dalam
tubuh bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang
direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi cloning gen.
3) Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini disebut
enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim endonuklease yang
dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa nitrogen tertentu.
b. Teknologi Hibridoma
Teknologi hibridoma adalah suatu cara untuk menyatukan dua sel dari jaringan-jaringan
berbeda suatu organisme yang sama atau bahkan organisme yang berbeda, sehingga diperoleh
satu sel tunggal (sel hibrid). Selanjutnya, sel hibrid dapat dikembangbiakkan,sehingga diperoleh
bertriliun-triliun sel, yang masing-masing mengandung satu set gen komplit dari dua sel aslinya.
Sebagai contoh, salah satu dari dua sel yang asli mungkin berupa sel manusia. Sel tersebut
khusus mensekresikan produk yang berguna seperti antibodi atau hormon. Hormon atau antibodi
disekresikan dalam jumlah sangat sedikit, karena hasil produksi dikendalikan mekanisme
pengaturan sel yang normal. Jika sel tersebut dilebur dengan sel kanker (sel yang tidak memiliki
pengendalian normal terhadap pertumbuhan dan sintesis protein), maka produksi hormone atau
antibodi secara dramatis meningkat.
Peristiwa peleburan dua sel seperti tersebut, menghasilkan sel hibrid dan dikenal sebagai
hibridoma (hibrid = sel asli yang dicampur, oma = kanker). Tujuan teknik hibridoma adalah
untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang besar, sehingga dapat digunakan untuk
diagnostic dan terapeutik. Selain itu, teknik ini merupakan jalan untuk menyilang atau memotong
dalam spesies secara genetik pada sel eukariotik yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
peleburan gamet secara seksual. Secara umum sel-sel tidak melebur secara otomatis, sehingga
ilmuwan berusaha merancang teknik laboratorium untuk menstimulir sel-sel tersebut berfusi atau
bergabung.
c. Kultur Jaringan
Teori yang melandasi teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi. Setiap sel
tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru bila ditempatkan pada
lingkungan yang sesuai. Individu-individu yang dihasilkan akan mempunyai sifat yang sama
persis dengan induknya.
Tahap-tahap kultur jaringan dalam membentuk embrio dari sel somatik serupa pada tahap
perkembangan zigot menjadi embrio. Kultur jaringan sering disebut sebagai perbanyakan secara
in vitro karena jaringan ditanam (dikultur) pada suatu media buatan (bukan alami). Materi yang
akan dikulturkan dalam kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan dapat diambil dari yang dewasa
ataupun pembenihan (seeding). Pada media yang sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi kalus.
Selanjutnya, kalus akan berkembang menjadi tanaman kecil yang disebut plantlet. Kultur
jaringan merupakan salah satu rangkaian teknik rekayasa genetika karena dapat menumbuhkan
sel-sel transgenik. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa kultur jaringan sebagai alat (tool)
dalam pelaksanaan rekayasa genetika.
3. Pemanfaatan Rekayasa Genetik dalam Produksi Obat
a. Pembuatan Insulin
Produksi hormon insulin melalui rekayasa genetika menggunakan teknologi Plasmid yang dilakukan
dengan cara mentransplantasikan gen-gen pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. DNA/gen →
hormon insulin Inang/host → DNA. Gen sumber dari sel Bakteri :
Escherricia coli dan Pancreas manusia isolid plasmid → dipotong dengan enzim endonuklease → isolasi
gen sumber oleh enzim endonuklease Plasmid tunggal → Single gen/gen gabung dengan enzim ligase →
terbentuk DNA rekombinan → dimasukkan ke sel bakteri sebagai vektor → Bakteri menghasilkan
hormone insulin. Keberhasilan memindahkan gen insulin manusia diperoleh melalui bakteri-bakteri yang
tumbuh dengan metode fermentasi. Bakteri
yang digunakan bakteri E.coli dan telah diperdagangkan untuk mengobati penyakit diabetis dengan merek
dagang: Humulin R

b. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang dapat mengikat
satu epitop saja. Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan dengan teknik hibridoma yang
erupakan fusi sel dan sel.
Pembuatan sel hibridoma terdiri dari tiga tahap utama yaitu imunisasi, fusi, dan kloning.
Imunisasi dapat dilakukan dengan imunisasi konvensional, imunisasi sekali suntik intralimpa,
maupun imunisasi in vitro. Fusi sel ini menghasilkan sel hibrid yang mampu menghasilkan
antibodi seperti pada sel limpa dan dapat terus menerus dibiakan seperti sel myeloma.
Frekuensi terjadinya fusi sel ini relatif rendah sehingga sel induk yang tidak mengalami fusi
dihilangkan agar sel hasil fusi dapat tumbuh.
Frekuensi fusi sel dapat diperbanyak dengan menggunakan Polietilen glikol (PEG), DMSO, dan
penggunaan medan listrik. PEG berfungsi untuk membuka membran sel sehingga
mempermudah proses fusi. Sel hibrid kemudian ditumbuhkan pada media pertumbuhan.
Penambahan berbagai macam sistem pemberi makan dapat meningkatkan pertumbuhan sel
hibridoma.

4. Obat-obatan Produksi Rekyasa Genetik


Obat-obatan yang dibuat dari unsur aktif yang diproduksi dengan rekayasa genetika,
biasanya disebut Biologicals. Di Eropa saat ini tercatat lebih dari 130 jenis obat-obatan yang
mengandung 100 unsur aktif yang dibuat secara rekayasa genetika sudah mendapat izin
pemasaran. Unsur aktifnya diproduksi dengan bantuan bakteri, ragi atau sel binatang
memamahbiak dalam bejana dari baja tahan karat atau instalasi fermentasi.
Obat-obatan tersebut antara lain :
a. Antibodi Monoklonal
adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel b sejenis. Antibodi ini dibuat
oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi sel berbeda; penghasil sel b Limpa dan sel mieloma) yang dikultur.
Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodi adalah limpa. Fungsinya antara lain
untuk diagnosis penyakit dan kehamilan

b. Terapi Gen
adalah pengobatan penyakit atau kelainan genetik dengan menyisipkan gen normal
c. Antibiotik
Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan penisilin dari Penicillium notatum.
- Penicillium chrysogenum ........... Þ memperbaiki penisilin yang sudah ada.
- Cephalospurium ………………Þ penisilin N.
- Cephalosporium ………………Þ sefalospurin C. - Streptomyces …………………Þ streptomisin, untuk
pengobatan TBC
d. Interferon
Adalah antibodi terhadap virus. Secara alami hanya dibuat oleh tubuh manusia. Proses pembentukan
di dalam tubuh memerlukan waktu cukup lama (dibanding kecepatan replikasi virus)
karena itu dilakukan rekayasa genetika.
e. Vaksin
Contoh: Vaksin Hepatitis B dan malaria. Secara konvensional pelemahan kuman dilakukan dengan
pemanasan atau pemberian bahan kimia. Dengan bioteknologi dilakukan fusi atau
transplantasi gen dengan menggunakan S.cereviciae dalam skala industri
menggunakan S.cereviciae dalam skala industri
f. Hormon tumbuh manusia (GH) dan Insulin
Hormon ini diproduksi menggunakan E.coli untuk mengobati kelainan pertumbuhan (misal: cebol),
dan insulin untuk penderita diabetes mellitus

DAFTAR PUSTAKA
Campbell dan Reece. (2009). Biology. San Fransisco: Benjamin Cummings
Gerald Karp (2010). Cell Biology. International Student Version : Wiley
Langkah Sembiring dan Sudjino. (2009). Biologi.Jakarta: Depdiknas
Pengertian Rekayasa Genetika, Jenis, Proses, Manfaat dan Dampak Rekayasa
Genetika Lengkap – Rekayasa genetika atau modifikasi genetika adalah manipulasi
langsung gen suatu organisme menggunakan bioteknologi. Hal ini merupakan satu set
teknologi yang digunakan untuk mengubah susunan genetik dari sel, termasuk transfer
gen-gen yang berada dan melintasi batas-batas spesies untuk menghasilkan organisme
yang meningkat.

Rekayasa genetika adalah suatu bioteknologi yang bisa meliputi manipulasi gen,
cloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan genetika modern
dengan menggunakan berbagagi macam prosedur. Akan tetapi, istilah rekayasi
genetika secara meluas menggambarkan manipulasi/pemindahan gen dengan
membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen dalam upaya untuk mendapatkan
produk baru yang lebih unggul. DNA rekombinan merupakan hasil penggabungan dua
materi genetik yang berasal dari dua organisme yang berbeda dan memiliki sifat atau
fungsi yang dikehendaki sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau
fungsi sesuai dengan apa yang diinginkan.

Pada umumnya, obyek yang digunakan dalam rekayasa genetika hampir semua
golongan organisme, mulai dari tingkat sederhana hingga kompleks. Organisme unggul
yang dihasilkan dalam proses rekayasa genetika disebut sebagai organisme transgenik.

Munculnya rekayasa genetika berawal dari usaha untuk menyingkap materi genetik
yang diwarisi dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Saat orang-orang
mengetahui bahwa kromosom merupakan materi genetik yang membawa gen, maka
saat itu rekayasa genetika ini muncul.

Klasifikasi Macam-Macam Jenis Rekayasa


Genetika
Berikut macam macam rekayasa genetika, diantaranya yaitu:

Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA adalah teknik pemisahan dan penggabungan DNA dari satu spesies
dengan DNA dari spesies lain dengan tujuan mendapatkan sifat baru yang lebih unggul.
Berikut beberapa produk yang dihasilkan dari rekombinasi gen, diantaranya yaitu:

Pembuatan Insulin
Insulin ini dihasilkan dari rekombinasi DNA sel manusia dengan plasmid bakteri E.Coli.
Insulin yang dihasilkan lebih murni dan baik diterima oleh tubuh manusia karena
mengandung protein manusia dibandingkan dengan insulin yang disintesis dari gen
pankreas hewan.
Pembuatan Vaksin Hepatitis
Vaksin hepatitis dihasilkan dari rekombinan DNA sel manusia dengan sel ragi
Saccharomyces. Vaksin yang dihasilkan tersebut berupa virus yang dilemahkan dan
apabila disuntikkan ke dalam tubuh manusia akan membentuk antibodi sehingga kebal
terhadap serangan hepatitis.

Fusi Sel
Fusi Sel atau teknologi hibridoma adalah peleburan dua sel yang berbeda menjadi satu
kesatuan menjadi protein yang sangat baik yang mengandung gen asli dari keduanya
yang disebut hibridoma. Hibridoma sering digunakan untuk mendapatkan antibodi
dalam pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Contohnya fusi sel manusia dengan
sel tikus. Tujuan fusi yaitu menghasilkan hibridoma berupa antibodi yang mampu
membelah dengan cepat. Sifat tersebut didapatkan dari sel manusia berupa antibodi
yang difusikan dengan sel kanker tikus berupa mieloma yang mampu membelah
dengan cepat.

Transfer Inti (Kloning)


Kloning adalah proses reproduksi yang bersifat aseksual untuk menciptakan replika
yang tepat bagi suatu organisme. Teknik kloning akan menghasilkan spesies baru yang
secara genetik persis sama dengan induknya yang biasanya dikerjakan di laboratorium.
Spesies baru yang dihasilkan tersebut disebut klon. Klon tersebut diciptakan oleh
proses yang disebut transfer inti sel somatik. Transfer inti sel somatik merupakan
proses yang mengacu pada transfer inti dari sel somatik ke sel telur. Sel somatik
merupakan semua sel di tubuh kecuali kuman. Mekanismenya yaitu inti sel somatik
akan dihapus dan dimasukkan ke dalam telur yang tidak dibuahi yang memiliki inti yang
telah dihapus. Telur dengan intinya tersebut akan tetap dijaga hingga menjadi embrio.
Embrio tersebut nantinya akan ditempatkan di dalam ibu pengganti dan berkembang di
dalam ibu pengganti.

Contoh keberhasilan kloning yaitu kloning pada domba dolly. Domba dolly direproduksi
tanpa bantuan domba jantan, melainkan diciptakan dari kelenjar susu yang diambil dari
domba betina. Kelenjar susu dari domba finndorset dimanfaatkan sebagai donor inti sel
dan sel telur domba blackface sebagai resipien. Penggabungan kedua sel tersebut
memanfaatkan tegangan listrik 25 volt yang pada akhirnya terbentuk fusi antara sel
telur domba blackface tanpa nukleus dengan sel kelenjar susu domba finndorsat.
Dalam tabung percobaan hasil fusi ini akan berkembang menjadi embrio yang
selanjutnya akan dipindahkan ke rahim domba blackface, sehingga spesies baru yang
dihasilkan merupakan spesis dengan ciri yang identik dengan domba finndorset.

Proses dan Teknik Rekayasa Genetika


Secara sederhana, tahapan proses rekayasa genetika meliputi:

 Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan


 Membuat DNA/AND salinan dari RNAd
 Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
 Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri
 Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
 Pemanenan produk

Proses rekayasa genetika diatas, praktiknya mengadopsi prinsip teknik rekayasa


berikut ini.

Kloning Gen
Kloning gen adalah tahapan awal rakayasa genetika. Adapun tahapan dalam kloning
gen diataranya yaitu pemotongan DNA menjadi fragmen dengan ukuran beberapa ratus
hingga ribuan kb (kilobase), selanjutnya fragmen tersebut dimasukkan ke dalam vektor
bakteri untuk kloning. Berbagai macam vektor didesain untuk membawa DNA dengan
panjang yang berbeda. Setiap vektor hanya mengandung satu DNA yang kemudian
teramplifikasi membentuk suatu klon di dalam dinding bakteri. Dari setiap klon sejumlah
fragmen DNA akan diisolasi yang selanjutnya akan diekspresikan. DNA rantai tunggal
akan diubah menjadi rantai ganda dengan bantuan DNA polimerase. Fragmen DNA
yang dihasilkan selanjutnya dikloning ke dalam plasmid untuk menghasilkan bank
cDNA.

Sequensing DNA
Sekuensing adalah teknik penentuan urutan basa suatu fragmen DNA yang
membutuhkan proses dan waktu yang lama. Sekarang proses Sekuensing ini sudah
bersifat automatis, dalam artian sekuensing yang dilakukan memungkinkan dalam skala
industri hingga ribu kilobasa/hari.
Amplifikasi gen secara in-vitro
Proses amplifikasi DNA untuk mensitesis komplementer suatu fragmen DNA yang
dimulai dari suatu rantai primer dikenal dengan teknik PCR (Polimerase Chain
Reaction).

Konstruksi Gen
Setiap gen terdiri dari promotor (yaitu daerah yang bertanggungan jawab untuk transkripsi gen
yang berakhir pada wilayar terminator), gen pendanda dipilih (yaitu gen yang berperan sebagai
resistensi antibiotik yang membantu membedakan perubahan sel), dan terimanator. Konstruksi
gen mengandung sedikitnya daerah promotor, daerah transkrip, dan daerah terminator. Untuk itu,
konstruksi gen disebut vektor ekspresi.

Konstruksi gen mengimplikasikan penggunaan elemen seperti enzim restriksi yang memotong
DNA pada daerah spesifik, sistesis nukleotida secara kimiawi, amplifikasi fragmen DNA secara
in vitro menggunakan teknik PCR (Polimerase Chain Reaction), serta menyambung fragmen
DNA yang berbeda dengan ikatan kovalen menggunakan enzim ligase. Selanjutnya, fragmen
tersebut ditambahkan dalam plasmid yang kemudian ditransfer ke dalam bakteri membentuk
klon bakteri. Klon bakteri ini akan diseleksi dan diamplifikasi. Penambahan elemen dalam
konstruksi gen bergantung pada tujuan eksperimen, terutama dimana jenis sel konstruksi tersebut
akan diekspresikan.

Transfer gen ke dalam sel


Suatu gen hasil isolasi bisa ditranskripsikan secara in vitro dan mRNA-nya juga bisa
ditranskripsikan pada suatu sistem bebas sel. Untuk dikodekan secara efektif dan
ditranslasikan menjadi protein, suatu gen harus ditransfer ke dalam sel yang secara
alami bisa mengandung semua faktor yang dibutuhkan dalam proses transkripsi dan
translasi. Dalam praktiknya, transfer gen terdiri atas variasi teknik diantaranya fusi sel,
penggunaan senyawa kimia, elektroporasi, mikroinjeksi, dan injeksi menggunakan
vektor virus.

Manfaat Rekayasa Genetika


Adapun manfaat rekayasa genetika jika ditinjau berdasarkan aspeknya, diantaranya
yaitu:

Bidang Industri
Di bidang industri, prinsip rekayasa genetika dimanfaatkan dalam upaya pengkloningan
bakteri untuk beberapa fungsi tertentu seperti melarutkan logam-logam langsung dari
dalam bumi, menghasilkan bahan mentah kimia seperti etilen yang dibutuhkan untuk
pembuatan plastik, menghasilkan bahan kimia yang digunakan sebagai pemanis pada
pembuatan berbagai macam minuman dan lain sebagainya.

Bidang Farmasi
Dalam bidang farmasi, rekayasa genetika dimanfaatkan dalam usaha pembuatan
protein yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan. Protein ini merupakan gen hasil
pengkloningan bakteri yang berperan dalam mengongtrol sintesis obat-obatan yang
apabila diproduksi secara alami akan membutuhkan biaya yang mahal.

Bidang Kedokteran
Manfaat rekayasa genetik dibidang kedokteran diantaranya yaitu:
a. Pembuatan Insulin
Insulin yang dulunya di sintesis hewan mamalia sudah dapat dihasilkan dengan
melakukan pengkloningan bakteri. Insulin yang dihasilkan ini jauh lebih baik dan lebih
bisa diterima oleh tubuh manusia dibandingkan insulin yang di sintesis dari hewan.

b. Pembuatan Vaksin terhadap Virus AIDS


Mengingat AIDS merupakan virus yang berbahaya dan bisa menyerang sistem
kekebalan tubuh, maka dalam upaya pencegahan penyakit tersebut peneliti membuat
vaksin dengan memanfaatkan rekayasa genetika dalam upaya proteksi diri terhadap
penularan virus AIDS.

c. Terapi Gen
Rekayasa genetika juga dimanfaatkan dalam upaya terapi kelainan genetik dengan
disisipkannya beberapa gen duplikat secara langsung ke dalam sel seseorang yang
mengalami kelainan genetis.

Bidang Pertanian
Di bidang pertanian, rekayasa genetika banyak dimanfaatkan dalam upaya penyisipan
gen ke dalam sel sel tumbuhan sehingga memberikan banyak keuntungan seperti:

 Menghasilkan tanaman yang mampu menangkap cahaya dengan lebih efektif untuk
meningkatkan efisiensi fotosintesis.
 Menghasilkan tanaman yang mampu menghasilkan pestisida sendiri.
 Menggantikan pemakaian pupuk nitrogen yang mahal namun banyak digunakan dengan
melakukan fiksasi nitrogen secara alamiah seperti pada tanaman padi.
 Dapat digunakan untuk mendapatkan tanaman baru yang lebih menguntungkan lewat
pencangkokan gen, seperti pada golongan solanaceae.

Bidang Peternakan
Di bidang peternakan, rekayasa genetika banyak dimanfaatkan dalam upaya
penyisipan gen ke dalam sel-sel hewan tertentu dengan menerapkan prinsip rekayasa
genetika. Hewan yang paling banyak digunakan yaitu sapi. Rekayasa di bidang
peternakan memberikan banyak manfaat, diantaranya seperti:

 Diperoleh vaksin yang bisa mencegah mencret ganas pada anak babi.
 Diperoleh vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut, yang merupakan
penyakit ganas dan menular pada sapi, domba, kambing, rusa dan babi.
 Sedang dilakukan pengujian hormon pertumbuhan tertentu untuk sapi yang diharapkan
dapat meningkatkan produksi susu.

Dampak Rekayasa Genetika


Adapun dampak dari rekayasa genetika diantaranya yaitu:

a. Tanaman transgenik tertentu bisa memungkinkan keracunan, alergi, perbedaan


nutrisi dan komposisi, serta adanya kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh
manusia menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu.

b. Terlepasnya organisme transgenik di alam bebas tanpa pengawasan dapat


menghasilkan pencemaran biologis yang berdampak pada terganggunya ekosistem
dan meningkatnya prevalensi penyakit tertentu.

c. Menyisipkan DNA atau gen organisme lain yang tidak berkerabat, dianggap sebagai
pelanggaran terhadap hukum alam dan masih sulit di terima oleh masyarakat. Untuk itu,
rekayasa genetika yang dilakukan pada manusia dianggap sebagai penyimpangan
moral dan pelanggaran etik.
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kemajuan dalam pengetahuan kita mengenai sifat molekuler gen dan aksi gen tidak
saja menarik perhatian masyarakat ilmiah tetapi juga yang bukan ilmuan. Termasuk dalam
pengetahuan bagaimana sel itu berfungsi, adalah potensi untuk mengubah atau
mengendalikan fungsi-fungsi ini. Hingga sekarang, penelitian biologi terbatas terutama pada
pengamatan pengamatan fenomena alami. Sekarang kita menghadapi prospek mampu
mengendalikan dan mengarahkan sistem-sistem hidup. Ini merupakan ilmu yang sebelumnya
belum pernah dijumpai, kecuali mungkin dalam ilmu khayalan, dan sebagai akibatnya,terjadi
perdebatan terhadap kontrol yang bagaimana di inginkan.
Perkembangan bioteknologi secara drastis terjadi sejak ditemukannya struktur helik
ganda DNA dan teknologi DNA rekombinan di awal tahun 1950-an. Penemuan struktur
double heliks DNA oleh Watson dan Cricks (1953) telah membuka jalan lahirnya
bioteknologi modern dalam bidang rekayasa genetika yang merupakan prosedur dasar dalam
menghasilkan suatu produk bioteknologi. Tahap-tahap penting berikutnya adalah
serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) gen
(diawali dari penemuan operon laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi
genetik, teknik peredaman gen (termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah.
Secara konvensional, pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah
dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman sejak zaman
dahulu. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman
tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Prinsip rekayasa
genetika sama dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan
menambahkan sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman mahluk hidup pengganggu maupun
cekaman lingkungan yang kurang menguntungkan serta memperbaiki kualitas nutrisi
makanan. Rekayasa genetika adalah kelanjutan dari pemuliaan secara tradisional. Dalam arti
paling luas, rekayasa genetika merupakan penerapan genetika untuk kepentingan manusia
akan tetapi masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit,
yaitu penerapan teknik-teknik genetika molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan
tertentu. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari
virus, bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan.
Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini.
Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk
peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.
Ada dua pendekatan utama yang banyak membantu terhadap pengembangan
rekayasa genetika ini. Yang pertama adalah isolasi enzim-enzim seluler dan meneliti sifat-sifat
yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi gen.
ADN, akhirnya hanya bertindak sebagai acuan bagi transkripsi atau replikasi. Semua
reaksi biologis tergantung pada enzim-enzim, yang merupakan produk aktivitas gen dan
mengkatalisa reaksi-reaksi dan dengan demikian mengontrol metabolisma. Sebab itu, para
ahli biologi dan biokimia berpaling pada isolasi dan identifikasi ratusan enzim guna
menciptakan kembali kejadian-kejadian metabolis pada kondisi eksperimen, yaitu pada suatu
percobaan.

2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika?
2) Bagaimana sejarah dari rekayasa genetika?
3) Apa saja manfaat dari rekayasa genetika?
4) Apa saja perangkat teknologi DNA rekombinan?
5) Bagaimana penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia?
6) Apa saja dampak dari penerapan rekayasa genetika?
3. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1) Dapat mengetahui pengertian dari genetika.
2) Dapat mengetahui manfaat genetika.
3) Dapat mengetahui contoh-contoh rekayasa genetika.
4) Dapat mengetahui prinsip dan teknik dasar kloning DNA.
5) Dapat mengetahui tentang enzim restriksi.
6) Dapat mengetahui tentang kloning vektor.

4. MANFAAT
1) Agar kita mengetahui pengawasan terhadap penerapan keilmuan manusia
2) Agar tidak menyimpang dari norma-norma atau etika yang ada dan moral agama yang
memberikan keluasan untuk menetapkan sesuatu berdasarkan undang-undang dan
pandangan agama
3) Mengetahui cara pembuatan Sistematika Makalah
4) Menambah Ilmu pengetahuan kepada penulis dan pembaca

5. SISTEMATIKA PENULISAN
A. REKAYASA GENETIKA
a. Pengertian Rekayasa Genetika
b. Sejarah Rekayasa Genetika
c. Manfaat Rekayasa Genetika
d. Prinsip dan Teknik Dasar Kloning DNA
e. Tahapan – Tahapan Dalam Rekayasa Genetika
f. Perangkat Teknologi DNA Rekombinan
g. Penerapan Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia
h. Dampak Dari Penerapan Rekayasa Genetika
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKA

Rekayasa genetika atau rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik


eksperimental memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk
murninya.Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian diharapkan dapat
memberihkan sumbangan,baik dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar
proses metabolisme tanaman maupun dari segi aplikasi praktis seperti pengembangan
tanaman-tanaman pertanian dengan sifat unggul .Yang disebut terakhir bisa berupa
pengklonan dan pemindahan gen-gen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada
tanaman,maupun pemanfaatan klon-klon DNA sebagai masker (penanda) di dalam
membantu meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemulihan tanaman.
Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari
sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih
singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai
organisme maupun produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetika meliputi teknologi DNA
Rekombinan yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan
molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan
mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.

B. SEJARAH REKAYASA GENETIKA


Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir
abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah
orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008). Akan
tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan
sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan
Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866
di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun
tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli
botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada
penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi
penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan
genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang
ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan
kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam
deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun
1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika
molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu
pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa,
maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada genetika molekuler hanyalah
dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun
1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi
DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika
adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain
melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler ternyata
sering melakukan pertukaran materi genetik ini untuk memelihara memelihara ciri-cirinya.
Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang
sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong tempat-
tempat tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali potongan-
potongan DNA ini digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari
200 enzim restriksi. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika
untuk memotong dan menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui dan kode
genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat dijabarkan dalam kurun waktu
antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk perkembangan penting di bidang
genetika. Penemuan di atas diikuti periode antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler
antara tahun 1971-1973 berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen
(DNA) yang terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari satu
organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.

C. MANFAAT REKAYASA GENETIKA


1. Untuk mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar bahan yang sekarang
di gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan industri.
2. Untuk menggembangkan tanaman – tanaman pertanian yang bersifat unggul namun secara
praktis.
3. Untuk menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya ,menginduksi sel untuk
membuat bahan-bahan yang sebelumnya tidak pernah dibuat.

D. PRINSIP DAN TEKNIK DASAR KLONING DNA


Dasar dari pengembangan teknologi DNA Rekombinan adalah ditemukannya
mekanisme seksual pada bakteri yang telah dibuktikan pada tahun 1946. Konsekuensi dari
mekanisme seksual adalah:
1. Menyebabkan terbentuknya kombinasi gen-gen yang berasal dari dua sel yang berbeda.
2. Terjadi pertukaran DNA atau gen dari satu sel ke sel yang lain. Mekanisme seksual ini tidak
bersifat reproduktif atau tidak menghasilkan keturunan.
Asam nukleat yang merupakan sumber informasi genetika didalam setiap sel,adalah
molekul yang bisa dimanipulasi .Ada dua macam asam nucleat yaitu asam ribonucleat : Asam
ribonucleat ( RNA ) dan asam deoksiribonucleat (DNA).
Asam nukleat adalah molekul besar berupa utas rantai yang panjang.Rantai asam
nukleat disusun ole(fragmen) DNA organisme komponen-komponen yang terdiri dari :
 Gula pentosa berkarbon 5 ( yaitu gula ribosa pada RNA,dan gula Deoksiribosa pada DNA)
 Gugus fosfat (PO4-2)
 Basa
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga cara,
yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri
selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk
kromosom rekombinan.
a. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya
(sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian DNA-
nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel
resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah ke sel resipien secara
replikatif sehingga setelah proses ini selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. Ke dua sel tidak
mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh karena itu, proses
konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak reproduktif.
b. Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di sekelilingnya.
DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA atau fragmen
DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau organisme yang lain. Masuknya DNA dari
lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami. Pada tahun 1928 ditemukan
strain bakteri yang tidak virulen dapat berubah sifatnya menjadi virulen disebabkan adanya
strain yang tidak virulen dicampur dengan sel-sel bakteri strain virulen yang telah dimatikan.
Tahun 1944 ditemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari bakteri yang tidak
virulen menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri strain virulen yang
masuk ke dalam bakteri strain yang tidak virulen.
c. Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya melalui
perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel bakteri. Virus-
virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag atau fage. Ketika virus
menginfeksi bakteri, fage memasukkan DNA-nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut
kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan kromosom baketri.
DNA fage yang dikemas ketika membentuk partikel fage baru akan membawa sebagian DNA
bakteri yang menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain,
maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel inang
sebelumnya. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sle bakteri ke bakteri yang
lain.
i. Unsur-unsur yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:
1. Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)
2. Kloning vektor (pembawa)
3. Enzim ligase yang berfungsi menyambung rantai DNA
ii. Adapun proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :
1. Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA vektor)
2. Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme dengan DNA vektor
menggunakan enzim ligase
3. Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke dalam sel bakteri Eschericia coli.
4. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang diinginkan.

E. TAHAPAN – TAHAPAN DALAM REKAYASA GENETIKA


1. Membuat Kompeten Sel
Dalam rekayasa genetika atau bioteknologi proses transformasi gen pada bakteri,
khususnya pada Escherichia coli, membuat kompeten sel merupakan salah satu langkah yang
penting. Tujuan proses kompeten sel adalah untuk mengkondisikan sel bakteri sehingga dapat
menyerap DNA yang berbentuk sirkuler dalam proses kompeten sel.
Pada proses kompeten sel membran sel bakteri akan membentuk suatu pori-pori yang
dapat dimasuki oleh DNA sirkuler. Bakteri yang diperlakukan dengan kalsium klorida (CaCl2)
mampu menyerap DNA bacteriophage . Kemampuan bakteri yang telah kompeten untuk
menyerap DNA adalah sangat singkat yaitu sekitar 1-2 hari, kecuali diperlakukan dengan
penyimpanan yang benar.
2. Transformasi Sel Kompeten
Transformasi merupakan proses untuk memasukkan DNA plasmid hasil konstruksi yang
telah mengandung gen target ke dalam sel target. Proses transformasi ke sel bakteri pada
umumnya menggunakan metode heat shock, tetapi dapat juga menggunakan metode listrik
secara elektroporasi. Penggunaan metode heat shock juga lebih murah dibandingkan dengan
metode elektroporasi.
Dalam proses transformasi gen ke sel bakteri, macam vektor plasmid yang digunakan
harus diketahui karakternya dengan jelas, terutama sistem ekspresi dan macam gen ketahanan
terhadap antibiotik yang digunakan. Pada umumnya, sistem ekspresi yang digunakan adalah
sistem operon yang dapat diinduksi oleh senyawa tertentu. Kebanyakan operon yang digunakan
adalah lactose operon yang dapat diinduksi oleh senyawa IPTG ( iso-propyl–thio-galaktosidase).
Lac-operon digunakan untuk mengekspresikan gen yang mengkode enzim beta galaktosidase.
Enzim ini akan mengkonversi senyawa 5-bromo-4-cloro-3indolil-beta-D-galaktosidase (X-gal)
yang tidak berwarna menjadi derivat indigo yang berwarna biru. Apabila gen Lac Z disisipi oleh
sekuen DNA tertentu, maka gen Lac Z-nya terputus sehingga enzim beta galaktosidase tidak
terbentuk. Akibat tidak terbentuknya enzim beta galaktosidase, maka substrat X-gal tidak
dikoversikan menjadi derivat indigo sehingga koloni tetap berwarna putih. Dengan demikian,
koloni yang berwarna putih adalah koloni yang berhasil ditransformasi, .sedangkan koloni
barwarna biru merupakan bakteri yang tidak tertransformasi. Seleksi dengan metode ini disebut
dengan blue white colony selection. Blue white colony selection merupakan salah satu cara
dalam menseleksi bakteri yang telah berhasil ditransformasi.
3. Seleksi Bakteri Transforman
Untuk mengetahui bakteri mana yang telah berhasil ditransformasi plasmid hasil
konstruksi yang memiliki gen untuk mengekspresikan sifat resistensi terhadap antibiotik tertentu,
bakteri tersebut kemudian dikulturkan dalam medium yang mengandung antibiotik tersebut.
Bakteri yang tidak berhasil ditransformasikan dengan plasmid hasil konstruksi tersebut akan mati
karena tidak memiliki plasmid sehingga tidak resisten terhadap antibiotik. Bakteria yang dapat
tumbuh akan dipisahkan antara satu dengan lain dan dibiarkan tumbuh membentuk koloni. Perlu
diingatkan bahwa proses ini melibat beribu-ribu plasmid dan DNA sasaran yang tidak dapat
dilihat dengan mata kasar. Plasmid umumnya dalam bentuk larutan cair.
Tidak semua plasmid dapat dikonstruksi dengan enzim restriksi. Walau dapat
dikonstruksi, tidak semua plasmid dapat disisipkan dengan DNA target. Ada plasmid yang dapat
dikonstruksi dan dapat menyatu kembali tanpa bergabung dengan DNA target. Walaupun ada
plasmid yang dapat dilakukan penyisipan, tidak semua berhasil ditransfomasi ke dalam sel
bakteri traget. Dengan ini perlu dilakukan seleksi untuk memilih hanya sel perumah yang hanya
mengandung DNA rekombinan (rDNA). Saringan yang pertama dilakukan dengan menggunakan
penanda saringan terhadap antibiotik. Andaikan plasmid yang dipilih mempuyai resitensi
terhadap antibiotik ampicilin (ampR) dan lac Z sebagai tapak pemotongan enzim EcoRI yang
digunakan untuk mensintesiskan -galaktosidase jika melakukan lac operon. Sekiranya sel
perumah gagal ditransformasikan vektor plasmid, maka sel perumah tersebut tidak mempunyai
plasmid untuk daya tahan terhadap antibiotik dan sel perumah tersebut musnah. Dengan itu kita
dapat memilih sel perumah yang mana ada vektor plasmid atau tidak. Masalah selanjutnya
adalah adakah sel perumah tersebut mengandung plasmid yang telah telah dipotong oleh enzim
pembatasan atau tidak. Pemecahannya adalah dengan dilakukan dengan mengkultur bakteria
tersebut dalam medium X-gal (mengandung laktosa). X-gal akan berubah warna menjadi biru
sekiranya menyatu dengan -galaktosidase. Lac Z dipotong oleh enzim restriksi untuk tujuan
penyisipan DNA sumber, dengan itu bakteria lac Z menjadi rusak dan tidak berupaya
mensintesis galaktosidase dan akan menghasilkan koloni berwarna putih di dalam medium X-
gal. Masalah ketiga adakah plasmid yang telah dikonstruksi oleh enzim restriksi tersebut akan
disisipkan oleh DNA sumber atau plasmid tersebut timbul kembali tanpa bergabung dengan
DNA sumber. Proses seterusnya ialah identifikasi gen melalui ‘genetic probe’. Genetic probe
adalah segmen RNA atau segmen rantai tunggal DNA yang menjadi pelengkap kepada gen yang
diperlukan dan telah ditandai dengan bahan radioaktif.
Koloni sel perumah yang mengandung plasmid dipindahkan kepada membran nilon.
Membran nilon akan diberi dengan ‘genetic probe’ yang akan berpasangan dengan bes-bes pada
rDNA yang telah terbuka. Kemudian akan dibilas sekiranya bes yang tidak berikatan akan
disingkirkan dan bes yang berikatan akan tetap berada dalam membran. ‘Genetic probe’
kemudian difoto dengan film x-ray. Dengan itu kita dapat memilih sel perumah yang
mengandung DNA rekombinan.
4. Pemotongan DNA dengan Enzim Endonuklease dan Elektroforesis
Enzim restriksi (endonuklease) adalah enzim yang berasal dari bakteri yang berasal dari
bakteri yang mampu memotong DNA double strain. Istilah enzim restriksi berasal dari kenyataan
bahwa enzim ini merupakan produk dari satu straind bakteri yang membatasi pertumbuhan
berikutnya dari bakteri lain tertentu pada medium yang sama Dalam sel bakteri, enzim ini
berfungsi sebagai perlindungan diri dengan cara memotong DNA asing pada sisi pemotongan
tertentu. Endonuklease dapat mengenal urutan (sekuen) nukleutida pendek, antara 4-8
nukleutida, yang sering dikenal sebagai restriction site atau sisi pemotongan atau situs
pemotongan yang spesifik dan berbeda-beda.. Telah diketahui kira-kira 200 enzim restriksi dan
masing-masing enzim restriksi memotong DNA rantai ganda pada urutan spesifik dari 4 atau 6
basa. EcoRl merupakan salah satu enzim restriksi yang memotong DNA rantai ganda dimana
urutan basa-basanya adalah guanin, adenin ,adenin, timin, timin, dan sitosin .
GAATTC
CTTAAG
Karena EcoRl memotong setiap DNA hanya pada urutan yang benar, maka DNA yang
berasal dari sumber–sumber yang jelas berbeda dapat dipotong dan disambung bersama
berdasarkan adanya ekor-ekor rantai tunggal yang komplementer yang disebut ujung staggered.
Pemotongan yang sempurna dari DNA total dengan enzim ini akan memotong DNA tadi apabila
terdapat urutan GAATTC dan apabila setiap plasmid mempunyai DNA identik, maka DNA total
akan selalu dipotong oleh EcoRl menjadi fragmen-fragman yang sangat banyak yang tepat sama.
5. Elektroforesis dengan Agarose Gel
Elektroforesis dengan agarose gel digunakan untuk memisahkan fragmen DNA
berdasarkan berat molekulnya. Fragmen (potongan) DNA berukuran lebih kecil akan bergerak
dari kutub (-) ke kutub (+) akan lebih cepat dibandingkan dengan DNA yang berukuran besar.
Untuk mengetahui besar suatu fragmen DNA ditentukan marker DNA yang telah diketahui
ukurannya.

F. PERANGKAT TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN


Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya
enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung
DNA, vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup dimana vektor
yang sering digunakan diantarnya plasmid dan bakteriofag, pustaka genom untuk
menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, serta enzim transkripsi balik untuk
membuat DNA berdasarkan RNA (cDNA).

Enzim Restriksi
Enzim restriksi merupakan enzim yang memotong molekul DNA. Karena enzim ini
memotong di bagian dalam molekul DNA, maka enzim ini juga dinamakan endonuklease
restriksi. Enzim ini memotong (menghidrolisis) DNA pada rangka gula-fosfat tepatnya pada
ikatan fosfodiester. Enzim restriksi akan mengenali dan memotong DNA hanya pada urutan
nukleotida tertentu, biasanya sepanjang 4 hingga 6 pasang basa.
B. Enzim restriksi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Enzim restriksi mengenali urutan nukleotida spesifik.
2. Enzim restriksi memotong ikatan fosfodiester diantara basa spesifik, satu di setiap helai DNA.
3. Hasil dari masing-masing reaksi tersebut yakni dua buah fragmen DNA untai ganda.
4. Enzim restriksi tidak membeda-bedakan antara DNA yang berasal dari organisme yang
berbeda.
5. Sebagian besar enzim restriksi akan memotong DNA yang mengandung urutan pengenalan
mereka, tidak mempermasalahkan sumber DNA tersebut.
6. Enzim restriksi merupakan bagian alami dari sistem pertahanan bakteri.
Enzim retriksi disebut juga endonuklease. Enzim-enzim ini memotong rantai ganda
DNA pada tempat-tempat tertentu. Cara kerja enzim restriksi adalah dengan mengenal
sekuens (urutan basa) tertentu pada DNA, kemudian baru melakukan pemotongan.
Ada tiga golongan enzim restriksi yang telah diketahui, yaitu enzim restriksi golongan
I, golongan II, dan golongan III. Enzim restriksi golongan I bekerja dengan mengenal sekuens
tertentu pada DNA, tetapi melakukan pemotongan di luar (di sekitar) sekuens pengenal
tersebut. Enzim restriksi yang berguna pada prosedur kloning DNA adalah enzim restriksi dari
golongan II karena golongan ini memotong DNA pada posisi yang tertentu di dalam sekuens
pengenal tadi.Enzim restriksi golongan tiga memiliki cara kerja yang mirip dengan golongan
I, dimana pemotongan yang tidak spesifik dilakukan di sekitar sekuens pengenalnya.
Nama dari suatu enzim restriksi biasanya diambil dari nama bakteri asal enzim
tersebut diisolasi.Bakteria umumnya mensintesis satu atau lebih endonuklease yang dapat
memotong DNA.Endonuklease atau enzim restriksi ini berfungsi terutama mengahalangi
adanya DNA-DNA asing yang masuk ke dalam sel bakteri tersebut. DNA dari sel yang
mensintesis enzim restriksi itu sendiri terlindungi dari aksi enzim restriksinya karena sel
tersebut juga mensintesis enzim modifikasi yang merubah struktur dari sekuens pengenal
enzim restriksi tadi.
C. Enzim DNA Ligase
DNA ligase merupakan enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester
antara ujung 5’-fosfat dan 3’-hidroksil pada DNA saat terjadinya replikasi DNA, rekombinasi
dan kerusakan. Sacara biologis, DNA ligase diperlukan untuk menggabungkan fragmen
okazaki saat proses replikasi, menyambung potongan-potongan DNA yang baru disintesis
serta berperan dalam proses reparasi DNA. DNA ligase merupakan enzim yang sangat
berguna baik di dalam sel maupun di luar sel. Untuk penggunaan di luar sel , penggabungan
dengan enzim restriksi telah membuat terobosan baru di bidang teknologi DNA
rekombinan. Enzim restriksi diibaratkan sebagai gunting yang memungkinkan untuk
memotong DNA di tempat yang spesifik. Kemudian DNA ligase berperan sebagai lem yang
menyambung DNA yang telah terpotong sehingga menjadi DNA yang fungsional.
D. Vektor
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan
tempat DNA yang dimanipulasi. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa
DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa genetika berhasil maka
di dalam vektor DNA hasil rekombinan hanya membawa DNA rekombinan yang
digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA
rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Adapun contoh dari
vektor yang terdapat di alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
1. Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA yang terpisah dan dapat bereplikasi secara independen dari
DNA kromosom. Di dalam satu sel bakteri, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid dengan
ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi yang penting
untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang
diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila
lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang. Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh ahli biologi molekuler Amerika Yosua Lederberg pada tahun 1952.
Pada awalnya penamaan plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan oleh DNA
plasmid tersebut. Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E. coli dapat menyandikan
bakteriocin colicin. Banyaknya laboratorium ataupun institusi yang membuat plasmid
kloning membuat sistem penamaan tersebut berubah. Untuk standardisasi penulisan plasmid,
digunakan huruf "p" yang diikuti oleh inisial huruf kapital dan angka. Huruf kapital diambil
dari nama institusi atau laboratorium tempat plasmid tersebut berasal ataupun dari nama
penemu plasmid tersebut. Sedangkan angka yang ada merupakan kode antara dua
laboratorium tempat plasmid tersebut dibuat. Contohnya: pBR322, "p" menyatakan plasmid,
BR merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut pertama kali dikonstruksi (BR dari
Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut), sedangkan 322 menyatakan di
laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR lainnya seperti pBR325, pBR327, dll.
Plasmid berfungsi sebagai alat penting dalam laboratorium genetika dan bioteknologi, di
mana mereka umumnya digunakan untuk memperbanyak (membuat banyak salinan) atau
mengekspresikan gen tertentu. Plasmid banyak tersedia secara komersial untuk penggunaan
tersebut. Gen dapat direplikasi dimasukkan ke salinan gen yang mengandung plasmid yang
membuat sel-sel resisten terhadap antibiotik tertentu dan situs kloning ganda (MCS, atau
polylinker), yang merupakan daerah pendek yang mengandung situs restriksi beberapa yang
umum digunakan memungkinkan penyisipan DNA mudah fragmen di lokasi tersebut.
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam plasmid bakteri dengan proses yang disebut transformasi.
Kemudian, bakteri yang terkena antibiotik tertentu. Hanya bakteri yang mengambil salinan
plasmid bertahan hidup, karena plasmid membuat mereka bertahan. Secara khusus, gen
melindungi diekspresikan (digunakan untuk membuat protein) dan protein diekspresikan
memecah antibiotik. Dengan cara ini, antibiotik bertindak sebagai filter untuk bakteri yang
dimodifikasi. Kemudian bakteri tersebut dapat tumbuh dalam jumlah besar, dipanen, dan
segaris (sering menggunakan metode lisis alkali) untuk mengisolasi plasmid.
2. Bacteriophage
Salah satu vektor yang banyak digunakan dalam teknologi DNA rekombinan adalah
bacteriophage atau faga yaitu virus yang menginfeksi bakteri. Seperti halnya virus, fage harus
menginfeksi bakteri yang menjadi inangnya. Setelah jumlahnya mencukupi, fage akan melisis
sel inang dan dapat menghasilkan banyak fage untuk setiap sel bakteri yang mengalami lisis.
Oleh karena itu jumlah fage menjadi sangat besar bila yang mengalami lisis adalah kumpulan
bakteri (koloni). Oleh karena itu vektor yang berupa bacteriophage sangat menguntungkan
jika DNA yang disisipkan ingin diperbanyak dalam jumlah besar. Kontruksi pustaka genom
juga banyak menggunakan fage sebagai vektornya. Selain kemampuan membawa DNA
sisipan lebih besar dari plasmid, penyimpanan fage relatif lebih mudah dibandingkan dengan
bakteri. Penggunaan fage sebagai vektor juga menguntungkan dalam proses penapisan untuk
mengisolasi suatu gen atau DNA, karena rasio copy DNA atau gen target terhadap genom
total fage jauh lebih tinggi daripada rasio copy DNA terhadap genom total bakteri bilamana
menggunakan plasmid sebagai vektornua. Selain itu proses purifikasi, denaturasi dan fiksasi
DNA di membrane pada saat persiapan hibridisasi dalam rangka penapisan DNA target, lebih
mudah pada fage yang menginfeksi bakteri sehingga membentuk plak (plaque) daripada
koloni bakteri yang mengandung plasmid.
E. Enzim Transkriptase Balik
Enzim transkriptase-balik adalah enzim yang secara alami digunakan
oleh Retrovirus untuk membuat copy DNA berdasarkan RNA-nya. Enzim transkriptase
balik ditemukan oleh Howard Temin dan David Baltimore secara terpisah pada tahun 1970
tidak lama setelah penemuan enzim restriksi. Enzim transkriptase balik ini kemudian
digunakan untuk mengkonstruksi copy DNA yang disebut cDNA (complementary DNA)
dengan menggunakan mRNA sebagai cetakannya. Tujuan mengkonversi mRNA menjadi
cDNA adalah karena DNA sifatnya lebih stabil dari pada RNA. Setelah dikonversi, untai
cDNA tersebut dapat digunakan untuk PCR, sebagai probe untuk analisis ekspresi dan untuk
perbanyakan/ cloning sekuen mRNA. Jika seorang peneliti ingin mengekspresikan suatu
protein spesifik dalam sel yang tidak lazim memproduksi protein tersebut, satu cara sederhana
adalah dengan mentransfer cDNA yang mengkode protein tersebut ke sel resipien.
Saat ini, enzim transkriptase balik sudah diproduksi secara komersial. Ketersediaan
enzim transkriptase-balik ini telah memberikan kemudahan bagi para peneliti untuk
mempelajari gen yang bertanggung-jawab terhadap sifat-sifat tertentu.
F. Pustaka Genom
Pustaka genom merupakan sekumpulan sekuens (urutan) DNA dari suatu organisme
yang masing-masing telah diklon ke dalam vektor tertentu untuk memudahkan pemurnian,
penyimpanan, dan analisisnya. Pada dasarnya terdapat dua macam perpustakaan gen yang
dapat dikonstruksi, bergantung kepada sumber DNA digunakan. Jika DNA yang digunakan
adalah DNA genomik/kromosom, maka perpustakaan yang dihasilkan disebut perpustakaan
genom. Sementara itu, jika DNA yang digunakan merupakan hasil transkripsi balik suatu
populasi mRNA seperti yang umum dijumpai pada eukariot, maka perpustakaan yang
diperoleh dinamakan perpustakaan cDNA.
G. PENERAPAN REKAYASA GENETIKA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru
dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan
rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang dapat
meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Produk teknologi
tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG),
yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically Modified Organism (GMO). Namun,
sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung
organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan
organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan
manusia.
1. Bidang pertanian dan perternakan
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan
melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan
yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk
pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang
cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan
produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih
tinggi.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas
pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing,
blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah
diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant
bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan
ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan
dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari
1997.
2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih
tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan
karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas
transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat dan juga
ketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang berhubungan
dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat
memproduksi protein kristal yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein)
yang dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt)
adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak
strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui
potensi dari protein kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak
dikembangkan isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini
telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga
yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal
tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan
serangga dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki
struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia
falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai ekonomis
yang digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan rumah tangga,
pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik ditanam di tepi
kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah
(Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon transgenik yang
mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan mengandung selulosa lebih
tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi tumbuh lebih cepat saat dipindah
ke lapangan.
Florikultur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk
kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan
di Floristry dengan menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta
berbagai produksi hasil tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah diperoleh
tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama serta lebih tahan
terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga
transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang
lebih panjang.
3. Bidang Farmasi dan Industri
Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis
obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri
farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara
yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk
tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan
hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen untuk produk protein yang
dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur
seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat
dalam jumlah sangat sedikit.
 Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula
darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal
juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan
sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon
insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai
sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes
mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul
insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida.
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard
cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme
transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan,
pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak
menggunakan produk organisme transgenik.
4. Bidang Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan
lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi
dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan
telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia
meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik
ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen
bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari
sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba
untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan
tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon klorinasi
merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba
untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik
pengolahan air limbah atau digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu
dilepas ke lingkungannya.
5. Bidang Hukum dan Forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain milik
korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan
dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi untuk
menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan jaringan
yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat mengidentifikasi
pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan DNA setiap orang itu
unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims) dengan Southern blotting
merupakan metode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan
hanya membutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya
dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA
dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai
pita elektroforesis yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik
menguji kira-kira lima penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji.
Akan tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat
memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena
probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama adalah
kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam pengadilan
percobaan pembunuhan.
Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian
terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari terdakwa. Ini
membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban bukan dari terdakwa
sendiri.

H. DAMPAK DARI PENERAPAN REKAYASA GENETIKA


Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang
kehidupan manusia yang tentunya memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umat
manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang
dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial
apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Adapun kontroversi pemanfaatan produk
rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan
lingkungan.
iii. Aspek Sosial
1. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan
sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian
pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan
menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh
mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-
organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan
mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan
universal. Demikian juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia)
serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai
sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.
2. Aspek etika dan estetika
Penggunaan bakteri E. coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan
produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi
sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E
coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya
diisolasi dari tinja manusia.
iv. Aspek Ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan
serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu
transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajat kemanisan jauh lebih tinggi daripada
gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-
pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak
goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan
dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri
minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme
transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak
sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung
tulang.
v. Aspek Kesehatan
1. Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul
bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan.
Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah
berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan
kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen
atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di
antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius.
Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan
untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan
timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil
metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi
toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya
peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang
Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam
umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap
serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan


WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru,
baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi
menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai
contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri
penyebab kencing nanah Neisseria gonorrhoeae (GO). Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal
terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam
antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO
dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada
wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan
kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan
kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun
1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan
kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit
pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang
diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi.
Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung
pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-
negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat
bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.
vi. Aspek Lingkungan
1. Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli
yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah
hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman
transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya
plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat
di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang
berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-
kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah
kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah
terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman
bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2. Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10
tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme
tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami
pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga
mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini
dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.
3. Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada
mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah
selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor
lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan
lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.
Tanaman transgenik dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga
sehingga lebah madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan terhadap
madu yang diproduksi.
4. Potensi terbentuknya barrier species
Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier
species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah
terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.
5. Potensi mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan
gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang
buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan
lebih disukai oleh serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak
cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain,
terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik
tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan
pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri
bagi lingkungan.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Rekayasa genetika merupakan penerapan teknik-teknik genetika molekuler untuk
mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang
diarahkan pada kemanfaatan tertentu. Dasar dari pengembangan teknologi DNA
Rekombinan adalah ditemukannya mekanisme seksual pada bakteri. Perangkat yang
digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi, enzim ligase, vektor,
pustaka genom, serta enzim transkripsi balik
Tahapan-tahapan yang umum digunakan dalam teknologi DNA rekombinan adalah
isolasi DNA, pemotongan molekul DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor,
transformasi sel inang, pengklonaan vektor pembawa DNA rekombinan, dan identifikasi klon
sel yang membawa gen yang diinginkan.
Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya
enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung
DNA, vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup dimana vektor
yang sering digunakan diantarnya plasmid dan bakteriofag, pustaka genom untuk
menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, serta enzim transkripsi balik untuk
membuat DNA berdasarkan RNA (cDNA).
Adapun penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia yaitu di bidang
pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, florikultur, farmasi, industri, lingkungan,
hukum dan forensik.
2. SARAN
a. Hendaknya rekayasa genetika dimanfaatkan dan digunakan dengan selayak-layaknya.
b. Rekayasa genetika hendaknya tidak digunakan untuk merusak gen suatu organism
c. Hendaknya rekayasa genetika digunakan untuk memperbaiki keadaan manusia yang semakin
terpuruk
d. Hendaknya masyarakat diberi pengetahuan kembali mengenai rekayasa genetika, karena
banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui apa itu rekayasa genetika.

Anda mungkin juga menyukai