Anda di halaman 1dari 12

Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak memiliki membran

inti (prokariota). Bakteri memiliki beragam variasi bentuk,seperti coccus, basil, dan
spiral, serta dapat hidup soliter maupun berkoloni.Habitat bakteri sangat bervariasi,
dari air, tanah, udara, hingga dalam tubuhhewan, (Betsy dan Keogh. 2005). Bakteri
umumnya tidak memiliki pigmensehingga tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan
karena tidak kontrasdengan medium dimana mereka hidup.

Oleh karena itu, perlu dilakukanpewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati
dengan mikroskop (Harleydan Presscot, 2002). Pewarnaan dikelompokkan menjadi
pewarnaan langsungdengan pewarnaan basa, pewarnaan tak langsung atau
pewarnaan negatif danpewarnaan gram (Dwidjoseputro, 2003). Pewarnaan basa
adalah pewarnaanyang langsung mewarnai bakteri. Pewarnaan negatif adalah
pewarnaan yangtidak langsung mewarnai bakteri, melainkan mewarnai latar
belakang preparatbakteri tersebut. Pewarnaan ini dilakukan dengan menggunakan
pewarna yangbersifat asam seperti nigrosin atau tinta cina (Harley dan Presscot,
2002).

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan umum dalam bidang bakteriologi.Dengan


pewarnaan ini, kelompok bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakterigram positif
dan bakteri gram negatif (Ramona dkk, 2007). Hasil akhir daripewarnaan gram
adalah bakteri gram positif akan berwarna ungu/biru,sementara bakteri gram negatif
akan berwarna merah (Harley dan Presscot,2002)

Pewarnaan garam atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang
mengembangkan tehnik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri klebsiella pneumoniae.

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan gram bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif
tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarnaan penimbang (counterstain)
ditambahkan setelah metil ungu yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan
kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.

Banyak spesies bakteri gram negatif yang bersifat patogen,yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat potogen ini berkaitan dengan komponen
tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal
juga dengan LPS atau Endotoksin).

Tujuan pewarnaan yaitu :

Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupu fungi.


Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang di berikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia yang ada akan dapat di ketahui.
Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk
mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka
dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk
dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk
pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana
pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.

1. Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan
positif adalah metilen biru dan air furksin.

1. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai
bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau
tinta cina.

2. Pewarnaan Diferensial (Gram)


Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853
1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap
setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil
ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.

1. Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative
tidak.

1. Bakteri Gram Positif


Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-
pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel
tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu
lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi
terlalu pendek (Fitria, 2009).

Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.

Sifat Bakteri garam (+) Bakteri gram negatif(-)

Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-4%) Kandungan lipid tinggi

Ketahanan terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan

Penghambatan oleh pewarna


basa (VK) Lebih dihambat Kurang dihambat

Kebanyakan spesies relatif


Kebutuhan nutrisi kompleks Relatif sederhana

Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
Lebih tahan Kurang tahan
(Manurung, 2010).

Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh Neelson
dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan
metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan
pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak,
untuk menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut
pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010).

1. Alat dan Bahan


2. Bahan
Bakteri providensia
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri bacillus sp
Kristal violet atau metilen blue
Safranin
Aqua
1. Alat
Mikroskop
Objekglas dan degglas
Jarum ose
Lampu spirritus
Korek api
1. Cara Kerja
2. Pengecatan sederhana
3. Teteskan ose suspense yang mengandung bakteri diatas gelas obyek yang bersih
4. Suspense ini diratakan sampai tipis, dengan diameter 1 cm
5. Kemudian kering anginkan hingga noda yang kering , lakukan fiksasi dengan cara
melewatkan gelas obyek pada nyala api berkali-kali
6. Tetsilah kristal violet atau biru metilen. Biarkan selama 1-2 menit, lalu cucilah dengan
air yang mengalir
7. Kemudian kering anginkan
8. Amati preparat dengan mikroskop pembesaran kuat (dengan minyak immersi) sel-sel
(bakteri akan berwarna biru sedang sporanya berwarna merah).
1. Pengecatan gram
2. Ambillah 1 ose suspense, keringkan diudara, dan fiksasi diatas nyala api
3. Tetesilah egnan kristal violet, biarkan 1-2 menit. Cucilah dengan air mengalir
kemudian keringkan diudara
4. Tetesilah dengan larutan iodium, biarkan 1-2 menit. Cucilah dengan air mengalir
kemudian keringkan diudara
5. Cucilah dengan alkohol (dengan cara meneteskan alkohol pada permukaan noda
bakteri) sampai air cucian tidak berwarna. Cucilah dengan air mengalir kemudian
keringkan diudara
6. Tetesilah dengan safranin, biarkan selama 20 detik, cucilah dengan air mengalir lalu
keringkan diudara. Tutup permukaan preparat dengan gelas penutup
7. Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak ibbersi)
1. Hasil Pengamatan

No. Jenis Bakteri Zat Pewarna Gambar

1. Bacillus Safranin

2. Proridencia Methylene blue

3. Staphylococcus Gentian violet


VII. Pembahasan
Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan terampil dalam melakukan pewarnaan
gram untuk bakteri gram positif dan negatif, mempelajari teknik pewarnaan gram
untuk pengamatan mikroba, mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri dari
hasil pengamatan dengan pewarnaan gram, sera membedakan kelompok bakteri
berdasarkan reaksinya terhadap warna dan sekaligus menunjukkan sifat bakteri
tersebut.

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular
dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi
ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarna .

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau
tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak
pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding
sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai
dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.

Langkah-langkah utama dalam teknik pewarnaan antara lain:

1. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis.
2. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti
sabun, formalin, fenol.
3. Aplikasi zat warna tunggal, atau lebih dari 1 zat warna. Pewarnaan gram pada
praktikum ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu:
4. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
5. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
6. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
7. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Keempat tahap tersebut dijelaskan langsung dalam langkah percobaan di bawah ini.

Langkah selanjutnya, 1 tetes kristal violet diteteskan di atas gelas benda tersebut
kemudian didiamkan selama 30 detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan
aquades hingga warnanya hilang. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna
ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi
warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti
itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian
kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda.
Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif
mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih
tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 30
detik bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel
bakteri.

Langkah percobaan yang dilakukan oleh praktikan dimulai dengan 1 tetes sampel
yang berupa bakteri sampel A dan bakteri sampel B diteteskan di atas gelas benda
yang berbeda. Kedua gelas benda berisi sampel tersebut dipanaskan (fiksasi) di
atas bunsen burner. Hal ini bertujuan untuk menguapkan air sehingga hanya akan
didapat bakteri saja. Proses fiksasi juga bertujuan supaya bakteri benar-benar
melekat pada gelas benda sehingga olesan bakteri berupa tetesan sampel tidak
akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses
fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.

Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain
dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut
dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena
itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama
sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu).

Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap
gelas benda dengan menggunakan aquades. pembilasan ini bertujuan untuk
mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir
pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan
dari aquades dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur
dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan
terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk
warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna
merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.

Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna,


substrat, intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri
gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna
merah. Dalam praktikum ini digunakan salah satu pewarnanya yaitu safranin yang
sesuai teori bersifat basa sehingga lebih mudah bersenyawa atau bereaksi dengan
bagian-bagian inti sel bakteri.

Kebanyakan sel-sel bakteri tidak berwarna, sehingga jika di lihat di bawah mikroskop
tidak memperlihatkan warna kontras. Demikian pula bagian-bagian tertentu misalnya
spora, flagella, kapsul atau dinding sel hanya dapat diamati jika dilakukan
pengecatan atau pewarnaan khusus. Dengan pewarnaan ini, bakteri mula-mula
dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal violet, karbolmetil
violet) dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan yodium dan
dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pewarnaan ini selesai,
semua bakteri akan berwarna ungu.

Langkah-langkah utama dalam mempersiapkan bakteri yang diwarnai untuk


pemeriksaan mikroskopik ialah :

1. Penempatan olesan atau lapisan tipis bakteri pada kaca objek.


2. Fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan
mikroorganisme itu melekat pada kaca objek.
3. Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (pewarnaan diferensial).
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang
akan memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan
tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negatif.

Faktor faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan bakteri ialah :


Fiksasi
Fiksasi dilakukan sebelum zat warna digunakan, bertujuan untuk :

Melekatkan sel pada gelas objek.

Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai
daripada sel dalam keadaan hidup.

Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif-NH3 yang akan bereaksi


dengan gugus OH dari zat warna.
Mencegah terjadinya otolitis sel, yaitu proses pecahnya sel yang disebabkan oleh
enzim yang ada didalamnya.

Merubah daya ikat zat warna.

Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan


secara dingin, sedangkan yang paling umum dilakukan secara kimia dengan
penambahan sabun, formalin, fenol, dan sebagainya.

Pelunturan warna
Pelunturan warna bermaksud untuk menghilangkan warna sel yang telah diwarnai.
Senyawa ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba
sehingga dengan jelas dapat dilihat dibawah mikroskop misalnya.

Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula dilunturkan,
sedangkan sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit pula untuk
dilunturkan. Sifat cepat dan lambatnya cara pelunturan inilah yang diperbedakan
untuk membedakan kelompok mikroba setelah diberi pewarnaan.

Dari segi ketahanan sel terhadap senyawa kimia, dibidang mikrobiologi dikeSnal ada
tahan asam, tahan alkohol, tahan air dan sebagainya. Ketahanan terhadap suatu zat
kimia inipun dipergunakan untuk membedakan kelompok mikroba.

VIII. Kesimpulan

Percobaan kali ini didapatkan kesimpulan sebgai berikut:

1. Bakteri dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaantersebut


dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan merah, sedangkan yang positif berwarna ungu.
2. Salmonella sp dari isolate ikan mentah termasuk bakteri gram negative,karena hasil
pengamtan secara mikroskopis berwarna merah.
3. Sel-sel bakteri secara khas berbentuk kokus, basil, dan spiral. Kokus adalahbakteri
yang serupa bola- bola kecil. Kokus yang bergandeng dua disebut diplokokus, yang
mengelompok berempat disebut tetrakokus. Basil adalah bakteri panjang berbentuk
batang, yang bergandengan panjang disebut streptobasil dan yang bergandeng dua
disebut diplobasil. Spiral adalah baktreri yang bengkok yang menyerupai spiral
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan
selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain
kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin(lay ,1994).
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit
diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan
negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna
yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan
atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna(negatif) (Lay.1994).
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan
bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna
crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram
negatif akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu
diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna
ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang
digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine
(Lay.1994).
Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan
safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta
warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada Bacillus subtitulis(Lay.1994).
Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri
dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat
untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana
digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam
latar belakangnya (Lay.1994)
Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ;
sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan
larutan pencuci (Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan spora yaitu suatu metode pewarnaan yang menggunakan malachite
green dan safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan akan muncul warna hijau pada sporanya
dan warna merah pada sel vegetatifnya (Lay.1994)
Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam
prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria
karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba,
carbol fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik tropikal (Lay,1994)
Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini
digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet
memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting sebagai
antiseptik topikal (Sutedjo,1991).
Nigrosin adalah campuran dari pewarna sintesis hitam yang dibuat dengan
memanaskan campuran nirobenzena, anilin, dan hidroklorida. Industri utamanya adalah
sebagai pewarna untuk lak, pernis, dan tinta penanda pena. Didalam biologi, nigrosin
digunakan untuk pewarnaan negatif bakteri. Bentuk dan organisme yang terlihat sebagai
warna bebas menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan dari menggunakan
metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen blue, atau carbol, ialah bahwa
fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol tidak diperlukan sehingga organisme
terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin dapat mengungkapkan beberapa
mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan metode biasa.
Lugols yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari iodium dan
iodida dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan
untuk desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam
laboratorium, pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).
Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin
digunakan sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruhinti sel
darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam gram stain. Hal ini juga dapat digunakan
untuk deteksi tulang rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki struktur
kimia. Ada juga trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi
pewarnaan biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya.
Persiapan safranin komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin juga
digunakan sebagai indikator redok dalam kimia analitik (Sutedjo,1991)
Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak
realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan
untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur
selnya (Lay,1994).
Menurut hasil pengamatan, pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri dengan
bentuk basil dan berwarna ungu dalam pembesaran 400. Pada pewarnaan negatif, tidak
ditemukan terlalu banyak bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk coccus dan pewarnaan
negatif mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan bakteri berwarna kuning. Pada
pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram negatif dengan warna merah dan memiliki
bentuk basil pada perbesaran mikroskop hingga 400. Sedangkan, pada perwarnaan spora
yang menggunakan malachite green dan safranin, spora seharusnya berwarna hijau, tetapi
pada hasil pengamatan yang terlihat hanya warna merah dari safranin, yaitu sel vegetatifnya
dengan bentuk coccus pada perbesaran 400 di mikroskop.
Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang
berlebihan sehingga sel bakteri tidak nampak, kurang maksimalnya dalam proses fiksasi
sehingga masih ada bakteri yang belum mati, dan faktor yang lain adalah pada proses
pencucian terlalu deras dalam membilas zat warna dengan air sehingga dapat menyebabkan
bakteri larut terbawa air
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif
berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan
terjadi pada dinding selnya
Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan
differensial,pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul
Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain : alkohol, carbol
fuchsin, crystal violet, nigrosin, malachite green, lugols iodida, dan safranin.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti pewarnaan kapsul,
basil tahan asam, dan perwarnaan fulton, diharapkan dengan mempelajari berbagai macam
metode pewarnaan lebih banyak mengenai tentang proses dan metode pewarnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali


Sutedjo, Mul Mulyani.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta

Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press

Anda mungkin juga menyukai