Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Perkembangan Hewan

‘’Teratogenesis’’

Disusun oleh:

Nama : Sekar Ayu Dwi Deewanti

NIM : A1C419094

Dosen Pengampu:

1. Winda Dwi Kartika S.Si, M.Si


2. Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
A. Judul : Teratogenesis
B. Tujuan : Untuk mengetahui uji keteratogenikan suatu bahan,
mengetahui bahan yang bersifat teratogenik dan mengetahui dampak
teratogen terhadap perkembangan fetus.
C. Dasar Teori
Teratogenik merupakan perkembangan tidak normal pada embrio dan
penyebab cacat bawaan atau kelainan waktu lahir. Kelainan ini diketahui
penyebab utama morbiditas serta mortalitas pada bayi baru lahir. Kelainan yang
ditimbulkan salah satunya seperti gangguan pertumbuhan tulang, cacat wajah,
bibir dan langit-langit sumbing. Pada umumnya efek teratogenik disebabkan oleh
obat-obatan yang digunakan wanita hamil dapat melewati plasenta serta
memberikan pemaparan pada embrio dan janin yang tumbuh (Hilrmani et al,
2017:151-152). Menurut Mulyani et al (2020,32) Teratogenik merupakan
perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan
fisiologi dan biokimia. Teratogenik disebabkan oleh adanya teratogen. Teratogen
adalah zat atau apapun (obat, zat kimia, polutan, virus, fisik) yang dalam
kehamilan dapat menyebabkan perubahan bentuk atau fungsi organ dalam
perkembangan janin. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu
organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Faktor-faktor penyebab
teratogen diantaranya adalah Faktor genetis (mutasi dan aberasi) faktor
lingkungan (Infeksi, Penggunaan obat-obatan, Radiasi, Defisiensi vitamin atau
hormon. Terdapat sejumlah bahan yang bersifat teratogenik pada kehidupan
manusia dan hewan, antara lain, Radiasi ion (senjata atom, radioidine, dan terapi
radiasi), Infeksi cytomegalovirus, virus herpes, parvovirus B-19, virus rubella,
syphilis dan toksoplasmosis. Ketidakseimbangan metabolisme, misalnya karena
konsumsi alkohol selama kehamilan, kretinisme endemic, defisiensi asam folat.
Selain itu juga Komponen kimia obat dan lingkungan.
Teratogen adalah zat yang secara nyata dapat mempengaruhi
perkembangan janin dan menimbulkan efek yang berubah-ubah mulai dari
letalitas sampai kelainan bentuk (malformasi) dan keterlambatan pertumbuhan
(Dillasamola et al, 2018:29). Untuk mengetahui apakah suatu obat-obatan ataupun
makanan dan tanaman herbal serta hal-hal yang dikonsumsi selama masa
kehamilan terkandung zat teratogen atau tidak, maka perlu dilakukan uji
teratogenesis. Menurut Mulyani et al (2020:32) Uji teratogenisitas merupakan
suatu pengujian untuk memperoleh informasi adanya abnormalitas fetus yang
terjadi karena pemberian sediaan uji selama masa pembentukan organ fetus (masa
organogenesis). Informasi tersebut meliputi abnormalitas bagian luar fetus
(morfologi), jaringan lunak serta kerangka fetus. Prinsip uji teratogenisitas adalah
pemberian sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis pada beberapa kelompok
hewan bunting selama paling sedikit masa organogenesis dari kebuntingan, satu
dosis per kelompok. Satu hari sebelum waktu melahirkan induk dibedah, uterus
diambil dan dilakukan evaluasi terhadap fetus.
D. Prosedur Kerja

Mencit (Mus muscullus)

Diaklimasi mencit yang akan digunakan kurang lebih 7 hari,


dan diamati siklus estrusnya.

Dibuat ekstrak teratogen

Diberikan zat teratogen yang berbeda kepada mencit betina


yang hamil.

Dihitung berat badan mencit, dilakukan perlakuan itu


dengan logbook

Dihilangkan nyawa mencit betina pada hari ke-18 kehamilan

Dilakukan pembedahan untuk megambil embrio

Dimasukkan embrio ke dalam etanol dan dikeluarkan isi


perutnya

Dimaserasi embrio dengan KOH 1% selama dua hari

Diberi pewarnaan embrio


Dimasukkan embrio ke gliserin murni dan disimpan untuk
pemeriksaan

Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop stereo

Dikumpulkan data yang diperlukan

Hasil
E. Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan

1 Kelainan yang terlihat yaitu,


vertebrae melengkung, fusi tulang
rusak, tulang jari kaki tidak ada.

Sumber :
https://youtu.be/QU5fU_SkTRo

2 Kelainan yang terlihat yaitu, tidak


terbentuk ekstrimitas bawah dan
osifikasi tulang tidak sempurna.

Sumber :
https://youtu.be/QU5fU_SkTRo

3 Kelainan yang terlihat yaitu, costae


pendek, phalanges tidak
terklasifikasi, syndactyl (jari tangan
bergabung).

Sumber :
https://youtu.be/QU5fU_SkTRo
4 Kelainan yang terlihat yaitu, costae
melengkung ke bawah, tulang jari
tangan belum terosifikasi dan
costae terlalu renggang.

Sumber :
https://youtu.be/QU5fU_SkTRo

5 Kelainan yang terlihat yaitu,


vertebrae bengkok dan tulang jari
kaki tidak terosifikasi.

Sumber :
https://youtu.be/QU5fU_SkTRo
F. Pembahasan

Fetus dalam kandungan dilindungi oleh plasenta dan selaput ketuban, namun
tidak terlepas dari pengaruh buruk zat yang dikonsumsi induk. Kecepatan zat
menembus barier plasenta tergantung besarnya molekul, kelarutan dalam lemak,
dan derajat ionisasinya. Efek teratogenik yang paling lazim ialah abortus spontan,
malformasi kongenital, perlambatan pertumbuhan janin dan perkembangan
mental, karsinogenesis dan mutagenesis. Malformasi kongenital atau cacat
bawaan adalah kelainan struktur atau anatomi yang terdapat pada saat lahir,
kebanyakan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan atau gabungan
keduanya yang terjadi selama perkembangan dalam rahim. Pemilihan bahan
makanan atau obat untuk ibu hamil hendaknya didasarkan atas keamanan bagi ibu
dan janin yang dikandungnya, meskipun efektivitasnya baik, namun jika
keamanannya belum diketahui lebih baik tidak diberikan (Hakim dalam Setyawati
dan Yulihastuti, 2011:194).

Menurut Manson (dalam Wijayanto et al, 2007: 57) Cacat lahir biasanya
terjadi akibat adanya interaksi antara agen teratogenik dengan genom maternal
dan embrionik. Pada periode preimplantasi, fertilisasi, blastulasi, gastrulasi dan
erosi awal dinding uterus, efek suatu agen akan termanifestasi dalam bentuk
embrioletal dan jarang teratogenik. Kompensasi karena adanya pengaruh obat
dapat berupa hiperplasi atau secara relatif sel-sel tidak terdiferensiasi, atau
kematian embrio dini. Memasuki periode organogenesis akan terjadi proses
histogenesis, pematangan fungsional, dan pertumbuhan. Manifestasi adanya
teratogen pada stadium ini bersifat broad spectrum antara lain muncul dalam
bentuk hambatan pertumbuhan, kelainan fungsional, dan karsinogenesis
transplasental. Pada masa organogenesis ini, fetus menjadi lebih resisten terhadap
efek letal dibandingkan dengan stadium embriogenesis dan kejadian kematian
embrio dapat diamati.

Berdasarkan dari pengamatan video yang telah diberikan, dapat dilihat uji
teratogenesis menggunakan teratogen berupa alcohol, kafein, asap rokok,
antibiotic, ekstrak nanas dan minuman berkarbonasi. Data yang dikumpulkan
dalam video praktikum teratogenik yaitu, penulangan sternae, vertebrae, dan
costae. Penulangan pada karpal dan tarsal serta kelainan rangka sumbu embrio.
Adapun hasil yang didapat berdasarkan video praktikum yaitu, pada pemberian
teratogen alcohol terdapat kelainan pada embrio mencit berupa vertebrae
melengkung, fusi tulang rusak dan tulang jari kaki tidak ada. Dan pada teratogen
asap rokok efek yang ditimbulkan pada embrio yaitu tidak terbentuknya
ekstrimitas bawah dan osifikasi tulang tidak sempurna. Menurut Fitriana
(2019:235) Logam berat yang terkandung dalam rokok akan terakumulasi di
plasenta dan menyebabkan retriksi dari pertumbuhan janin. Alkohol dapat
melintasi penghalang plasenta dan metabolism alkohol di janin dua kali lebih
lambat dibanding pada ibu. Konsumsi alkohol pada kehamilan yang merupakan
salah satu zat teratogen dapat menyebabkan masalah pada kehamilan dan
menempatkan ibu dalam risiko. Efek kombinasi alkohol dan rokok yang diketahui
terjadi antara lain aborsi spontan, orofacial clefts, atresia anal, kelahiran preterm,
berat badan lahir, hambatan dalam pertumbuhan, abrupsio plasenta, stillbirths, dan
sudden infant death syndrome/SIDS.

Selanjutnya efek yang ditimbulkan pada kafein yang merupakan salah satu zat
teratogen terhadap embrio, kelainan yang terlihat yaitu, costae pendek, phalanges
tidak terklasifikasi, syndactyl (jari tangan bergabung). Menurut Wijayanto et al,
(2007: 56) Terdapat peningkatan resiko abortus spontan dan berat lahir rendah
pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 150 mg kafein per hari, atau setara
dengan 2 cangkir kopi sehari. Selain dengan penurunan berat badan konsumsi
kafein dalam kehamilan dihubungkan dengan kejadian abortus spontan,
prematuritas dan teratogenitas. Distribusi kafein merata ke seluruh jaringan tubuh
dan dapat melewati barrier otak dan plasenta. Metabolisme kafein pada kehamilan
berlangsung lebih lambat sehingga memperpanjang waktu paruh kafein mencapai
lebih dari sepuluh jam. Selama waktu ini, fetus mendapatkan paparan kafein untuk
jangka panjang karena baik fetus dan plasenta belum mampu melakukan
metabolisme terhadap kafein. Mekanisme timbulnya efek pada fetus didasari oleh
kerusakan pada sirkulasi uteroplasental, fetoplasental, atau pada aliran darah
villus. Aliran darah intervilus plasenta menurun sebanyak 25 % setelah konsumsi
200 mg maternal kafein.
Lalu efek yang ditimbulkan pada teratogen antibiotic yaitu, costae
melengkung ke bawah, tulang jari tangan belum terosifikasi dan costae terlalu
renggang. Menurut Rahmah et al (2015:1064) Antibiotik dapat melewati plasenta
dan memasuki sirkulasi janin terutama bulan keempat dan seterusnya. Hal tersebut
disebabkan membran plasenta yang memisahkan darah ibu dan janin yang pada
awalnya terdiri dari empat lapisan ketika bulan keempat hingga seterusnya,
membran plasenta menipis karena lapisan endotel pembuluh darah kontak erat
dengan membran sinsitium sehingga laju pertukaran sangat meningkat. Contoh
antibiotic yang bersifat teratogen yaitu tetrasiklin, aminoglikosida, dan rifampisin,
pada rifampisin yang telah diujikan pada hewan terdapat efek seperti
menyebabkan spina bifida dan celah langit-langit bila diberikan dalam dosis 150
ml/kg berat badan.

Pada ekstrak nanas dan minuman berkarbonasi efek yang terlihat yaitu
vertebrae bengkok dan tulang jari kaki tidak terosifikasi. Menurut Setyawati dan
Yulihastuti (2011:198) Ekstrak buah nanas muda yang diberikan pada mencit
bunting selama organogenesis dapat mengubah penampilan reproduksi induk dan
menimbulkan efek terhadap fetus berupa kelainan morfologi (kerdil) dan
hemoragi, hambatan penulangan pada metakarpus dan metatarsus, serta
malformasi costae. Costae berkembang seiring perkembangan vertebrae.
Keduanya menyatu dan berkembang bersama sejak awal pembentukannya.
Pemisahan costae dari vertebrae terjadi di awal osifikasi sehingga gangguan pada
perkembangan awal vertebrae sering diikuti kelainan costae. Malformasi vertebrae
yang utama terletak pada gangguan proses segmentasi. Penggabungan dan
kelainan pembentukan vertebrae yang disebabkan karena gangguan somit terjadi
pada awal perkembangan.
G. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan tentang teratogenik maka dapat disimpulkan


bahwa, teratogenik merupakan perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ
yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Teratogenik disebabkan
oleh adanya teratogen. Beberapa teratogen yang digunakan dalam penelitian yaitu
teratogen alcohol, kelainan yang ditimbulkan pada embrio yaitu, vertebrae
melengkung, fusi tulang rusak, tulang jari kaki tidak ada. Teratogen asap rokok,
kelainan yang terlihat yaitu, tidak terbentuk ekstrimitas bawah dan osifikasi tulang
tidak sempurna. Teratogen kafein, kelainan yang terlihat yaitu, costae pendek,
phalanges tidak terklasifikasi, syndactyl (jari tangan bergabung). Teratogen
antibiotic, kelainan yang terlihat yaitu, costae melengkung ke bawah, tulang jari
tangan belum terosifikasi dan costae terlalu renggang. Teratogen ekstrak nanas
dan minuman berkarbonasi, kelainan yang terlihat yaitu, vertebrae bengkok dan
tulang jari kaki tidak terosifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dillasamola, D., Almahdy A., Amirah, D., & Diliarosta, S. 2018. ‘’ Uji Efek
Teratogenik dari Yoghurt Terhadap Fetus Mencit Putih (Mus musculus)’’.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol 5(1):28-32.

Fitriana, K.R. 2019. ‘’ Efek Konsumsi Alkohol dan Merokok Pada Wanita
Hamil’’. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol 10(2): 233-23

Hilmarni, Rahmawati, U., dan Ranova, R. 2017. ‘’ UJI EFEK TERATOGENIK


EKSTRAK ETANOL DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum (L.)
Griff) PADA MENCIT PUTIH’’. SCIENTIA Jurnal Farmasi dan
Kesehatan. Vol 7(2):151-158.

Mulyani, T., Julianti, C.I., Sihombing, R. 2020. ‘’ Tinjauan Pustaka: Teknik


Pengujian Toksisitas Teratogenik pada Obat Herbal’’. Jurnal Farmasi
Udayana. Vol 9(1): 31-36

Rahmah, J.A., Wistiani, Saktini, F. 2015. ‘’ HUBUNGAN PENGGUNAAN


ANTIBIOTIK IBU PADA TRIMESTER II DAN III KEHAMILAN
DENGAN ANGKA KEJADIAN ALERGI PADA BAYI 0-3 BULAN’’.
Jurnal MEDIA MEDIKA MUDA. Vol 4(4): 1062-1071

Setyawati, I., dan Yulihastuti, D.A. 2011. ‘’ Penampilan Reproduksi dan


Perkembangan Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah
Nanas Muda’’. Jurnal Veteriner September. Vol 12(3): 192-199.

Wijayanto, H., Pangestiningsih,T.W., dan Rahmi, E. 2007.’’ PENGARUH


PEMBERIAN KAFEIN PADA MASA ORGANOGENESIS
TERHADAP BERAT LAHIR FETUS TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus)’’. J. Ked. Hewan. Vol 1(2): 53-59
LAMPIRAN
Fitriana (2019:235)

Wijayanto et al, (2007: 56)


Setyawati dan Yulihastuti (2011:198)

Rahmah et al (2015:1064)
(Hilrmani et al, 2017:151-152).

(Dillasamola et al, 2018:29).


Menurut Mulyani et al (2020,32)
H. Pertanyaan Pasca Praktek
1. Apa yang dimaksud dengan teratogen dan teratogenesis ?
Jawab : Teratogenesis merupakan perkembangan tidak normal pada
embrio dan penyebab cacat bawaan atau kelainan waktu lahir. Kelainan ini
diketahui penyebab utama morbiditas serta mortalitas pada bayi baru lahir.
Kelainan yang ditimbulkan salah satunya seperti gangguan pertumbuhan
tulang, cacat wajah, bibir dan langit-langit sumbing. Teratogenesis
merupakan perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang
dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Teratogenik disebabkan
oleh adanya teratogen. Teratogen adalah zat atau apapun (obat, zat kimia,
polutan, virus, fisik) yang dalam kehamilan dapat menyebabkan perubahan
bentuk atau fungsi organ dalam perkembangan janin.
2. Jelaskan factor-faktor yang menyebabkan teratogen ?
Jawab: Penyebab utama munculnya teratogen telah diklasifikasikan
disebabkan oleh:
 Zat beracun. Zat beracun pada manusia berasal dari obat-obatan
ketika dalam masa kehamilan dan berbagai racun yang bersumber
dari lingkungan pada saat kehamilan.
 Kalium iodida atau suplemen makanan dapat menyebabkan
munculnya teratogenik, dan paparan ini akan menyebabkan
terjadinya iritasi ringan dan harus segera ditangani dengan
menggunaka sarung tangan.
 Infeksi vertikal. Infeksi vertikal ialah infeksi yang disebabkan oleh
patogen, seperti bakteri dan virus, yang penularannya melalui ibu
ke anak, ketika dalam masa kehamilan atau persalinan.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan risiko infeksi perinatal.
 Kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi bisa merupakan
kekurangan asam folat, dan kekurangan asam folat dapat
menyebabkan terjadinya spina bifida pada manusia atau cacat lahir
akibat gangguan pada tabung saraf.
 Pengekangan fisik. Terjadi sindrom potter akibat adanya
Oligohidramnion pada manusia.
 Kelainan genetik

3. Bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk uji teratogenesis ?


Jawaba : Uji teratogenesis dilakukan menggunakan alkohol, antibiotic,
paparan rokok, kafein, ekstrak nanas, dan minuman berkarbonasi sebagai
ekstrak teratogennya. Hewan yang biasa digunakan untuk uji teratogenesis
yaitu mencit yang berumur sekitar 2-3 bulan.
4. Tuliskan dampak yang disebabkan oleh bahan teratogen.
Jawaba :
 Teratogen alcohol, Kelainan yang terlihat yaitu, vertebrae
melengkung, fusi tulang rusak, tulang jari kaki tidak ada.
 Teratogen asap rokok, Kelainan yang terlihat yaitu, tidak terbentuk
ekstrimitas bawah dan osifikasi tulang tidak sempurna.
 Teratogen kafein, Kelainan yang terlihat yaitu, costae pendek,
phalanges tidak terklasifikasi, syndactyl (jari tangan bergabung).
 Teratogen antibiotic, Kelainan yang terlihat yaitu, costae
melengkung ke bawah, tulang jari tangan belum terosifikasi dan
costae terlalu renggang.
 Teratogen ekstrak nanas dan minuman berkarbonasi, Kelainan
yang terlihat yaitu, vertebrae bengkok dan tulang jari kaki tidak
terosifikasi.

Anda mungkin juga menyukai