SUHU TUBUH
A. Judul
Suhu Tubuh
B. Tujuan
1. Mengukur suhu tubuh Homeoterm
2. Mengukur suhu tubuh Poikiloterm
C. Dasar Teori
Ditinjau dari pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua
golongan yaitu poikiloterm dan homoiterm. Suhu tubuh poikiloterm dipengaruhi oleh
lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh
luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Contoh hewan berdarah
dingin adalah ular dan ikan. Hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas
(Duke , 2011). Hewan berdarah panas suhu tubuh lebih stabil, hal ini dikarenakan
adanya reseptor dalam otak sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan berdarah
panas dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda disebabkan
karena kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan dalam kelompok ini mempunyai
variasi suhu normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, kelamin, lingkungan,
panjang waktu siang dan malam dan makanan yang dikonsumsi (Swenson 2011).
Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (Guyton & Hall
2008). Domba termasuk hewan berdarah panas. Suhu tubuh normal pada domba
adalah 38,9-40,°C (Kelly 2011).
Suhu tubuh yang dihitung dengan termometer tidak menunjukkan jumlah total
dari panas yang diproduksi, namun hanya merefleksikan keseimbangan (keadaan
tetap) antara produksi panas dan kehilangan panas. Suhu permukaan kulit biasanya
lebih rendah daripada bagian dalam tubuh. Tingginya suhu tubuh berhubungan
penting terhadap kehilangan panas (Kelly 1974).
Homeostasis ialah keadaan lingkungan internal yang konstan dan mekanisme
yang bertanggung jawab atas keadaan konstan tersebut. Lingkungan internal ialah
cairan dalam tubuh hewan yang merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh.
Cairan tubuh hewan meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain
yang terdapat dalam tubuh. Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus menjaga
stabilitas lingkungan internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar
garam, kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia (golongan
hewan yang memiliki kelenjar susu) dan aves (golongan burung) memiliki
kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan sangat tepat. Oleh karena itu,
aves dan mamalia disebut regulator (Isnaeni, 2006 : 22-23).
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat
melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan
mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm mempunyai variasi temperatur normal
yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang
waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh
pencernaan air. Hewan homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu
tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat
yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan mamalia (Jamaria,
2012).
Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring
dengan berubahnya suhu lingkungan (Isnaeni, 2006). Hewan poikiloterm juga dapat
disebut sebagai hewan ekoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi
oleh suhu lingkungan eksternalnya. Sementara homoiterm dapat disebut endoterm
karena suhu tubuhnya diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh, tetapi
kadang kita dapat menemukan beberapa kekecualian, misalnya pada insekta. Insekta
dikelompokkan sebagai hewan ekoterm, tetapi ternyata ada beberapa insekta,
misalnya lalat, yang dapat menghasilkan tambahan panas tubuh dengan melakukan
kontraksi otot (Isnaeni, 2006).
Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan sekitarnya, atau dapat
dikatakan berinteraksi panas. Interaksi tersebut dapat menguntungkan ataupun
merugikan. Hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa
pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan
sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan
menurunkan pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas.
Interaksi atau pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui
empat cara, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Bloom dan Fawcet,
2002).
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang
diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat
berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer
energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan
kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua
materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas
menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.
Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya
konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan
konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas
karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di
dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah
madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya.
Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam
sarangnya (Jamaria, 2012).
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Thermometer Tubuh
2. Thermometer Lingkungan
3. Gelas Kimia
4. Kompor
5. Handuk
b. Bahan
1. Air hangat
2. Air dingin
3. Alkohol 70%
4. Katak
5. Kucing
E. Prosedur Kerja
1) Suhu tubuh Homeoterm
Kucing
Katak