Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM VI

A. Judul
Otot
B. Tujuan
1. Mempelajari respon otot terhadap berbagai macam rangsang
2. Mengukur kecepatan kontraksi tunggal otot rangka
3. Mempelajari periode – periode kontraksi otot yang mengalami
kelelahan.
C. Dasar Teori
Secara mekanisme kontraksi otot adalah terjadinya sliding
filamen, sedangkan rangkaian proses kontraksi secara sederhana
merupakan (1) a danya rangsangan dari otak melalui akson
neuron motorik keserabut otot, (2). asetilkolin yang berada
disynaptic gutter akan berikatan dengan reseptornyapada sarkolema,
sehingga terjadi depolarisasi membran dan menimbulkan potensial
aksi sel otot rangkaserta menyebabkan ion natrium dan kalium keluar,
dan (3) potensial aksi yang disebarkan dari membran sel akan
diteruskan melalui tubulus T, selanjutnya merangsang terminal sisterna
sarkoplasmik retikulumuntuk melepaskan ion kalsium. Ion kalsium
akan berikatan dengan troponin C pada filamen aktin dan mendorong
filamen tropomiosin menutup celah-celah aktivesite filamen aktin,
sehingg aktivesite terbuka.
Otot merupakan jaringan peka yang dapat dirangsang untuk
menimbulkan suatu potensial aksi.Sel-sel otot seperti juga neuron
dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk
membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran
sel. Berbeda dengan neuron, otot memiliki mekanisme kontraktil yang
digiatkan oleh potensial aksi. Protein kontraktil seperti aktin dan
miosin yang menghasilkan kontraksi terdapat dalam jumlah yang
sangat banyak di otot. Namun protein kontraktil juga ditemukan
hampir disemua sel tubuh. Miosinadalah salah satu penggerak

1
molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP menjadi
gerakan suatu komponen selular disepanjang komponen lainnya.
(Ganong, 2011). Lebih lanjut Ganong mengatakan bahwa secara
umum otot dibagi atas tiga jenis yaitu : otgot rangka, otot
jantung dan otot polos. Otot rangka merupakan massa yang besar
menyusun jaringan otot somatik.
Otot rangka tersusun dari serat-serat yang merupakan balok
penyusun (building bloks) sistem otot dalam arti yang sama
dengan neuron merupakan balok penyusun sistem saraf. Bagian
luar dari otot ini dilapisi jaringan ikat yang disebut epimisium. Otot
terdiri dari gugusan kecil disebut fasikulus. Pada fasikulus dilapisi
oleh jaringan ikat disebut ferimisium dan dibentuk oleh kumpulan
serabut otot (muscle fiber) yang jumlahnya dapat mencapai ratusan.
Setiap serat dilengkapai dengan jaringan ikat disebut endomisium.
Sel otot yang berbentuk selindrik panjang merupakan sebuah
serabut otot mempunyai ukuran bervariasi antara 1-40 mm dan
garis tengah antara 10-80 mikron. Sebaliknya masing-masing
serabut otot terdiri dari banyak sub unit yang lebih kecil (Guyton,
2011). Serabut otot diliputi oleh membran sel yang dinamakan
sarkolema. Antara selselnya tidak terdapat jembatan sinsitium.
Serat-serat otot tersusun atas myofibril yang terbagi menjadi filamen-
filamen. Filamen-filamen ini tersusun dari protein kontraktil
(Ganong, 2011).
Gambaran histologik umum jaringan otot rangka
memperlihatkan tiga komponen dasar yang menyusun otot rangka,
yaitu: jaringan ikat, jaringan otot, dan sistem membran. Komponen
jaringan ikat terdiri atas (dari luar ke dalam) fasia superfisialis, fasia
profunda, epimisium, perimisium, dan endomisium. Gambaran
histologik jaringan otot rangka memperlihatkan beratus-ratus sampai
beribu-ribu serat panjang, berbentuk silindrik, yang disebut serat otot
(fiber). Serat otot terletak sejajar satu dengan lainnya.

2
Sarkolema merupakan membran plasma dari serat otot yang
membungkus sarkoplasma. Sarkolema serat otot rangka tersusun oleh
plasmalema dan membran basalis, sedangkan membran basalis sendiri
terdiri dari lamina basalis dan lamina retikularis; oleh karena itu
sarkolema disebut juga trilaminar cell membrane.

Gambar 1. Gambaran mikroskopik dan gambaran skematik


jaringan otot rangka. Tampak corak bergaris melintang baik pada
gambaran mikroskopik maupun skematik. Sumber: Mescher AL,
2010.9
Tubulus T (TT) merupakan invaginasi sarkolema, yang
memungkinkan TT berhubungan dengan luar serat (ekstrasel). TT
menembus serat otot secara vertikal terhadap RS dan miofilamen. Pada
membran TT terdapat reseptor dihidropiridin yaitu suatu voltage gated
calcium channel. Pada kedua sisi TT terdapat sisterna terminalis yaitu
pelebaran ujung RS. Tubulus T dan kedua sisterna terminalis disebut
triad (Gambar 2). Retikulum sarkoplama (RS) merupakan sistem
membran intrasel, berisi cairan, yang melingkari setiap miofibril
(Gambar 2). RS merupakan bentuk khusus retikulum endoplasmik
yangberfungsi antara lain untuk menyimpan ion Ca2+. Pada RS
terekspresi tiga jenis protein: sarco/endoplasmic Ca2+-ATPase
(SERCA), reseptor rianodin (saluran pelepas Ca2+, Ca2+ release
channel) dan calsequestrin (protein pengikat Ca2+). Pada otot rangka
manusia, triad terdapat pada tepi miofibril, terletak pada batas pita A

3
dan I. Membran TT dan sistena terminalis dipisahkan oleh suatu celah.
Merentang pada celah tersebut terdapat struktur yang disebut kaki
(junctional feet) yang merupakan saluran pelepas Ca2+ dari RS
(reseptor rianodin)

Gambar 2. Organisasi triad dan sarkomer pada otot rangka.


Triad terletak pada batas pita A dan I, yang memungkinkan pelepasan
segera dari ion Ca2+ dari sisterna terminalis RS tepat pada daerah
dimana interaksi filamen tebal dan tipis dapat menghasilkan
pemendekan sarkomer. Mitokondria tampak di tepi miofibril. Sumber:
Gartner LP, Hiatt JL, 2007.5

4
D. Alat dan Bahan
a. Alat:
1. Gunting bedah
2. Sonde
3. Bak bedah
4. Pinset
5. Benang
6. Garputala
7. flat base stand
8. light muscle lever
9. Rangkaian paralel
10. Double calamp
11. flat – jaw clamp
b. Bahan:
1. katak
2. larutan fisiologis

5
E. Prosedur kerja
Jenis rangsangan mekanik,
elektrik, dan termis

Memotong bagian kepala katak mulai dari


sebelah belakang membran timpani ( Dekapitasi
)
Merusak sum-sum tulang belakngnya ( pithed )
dengan cara menusuk sepotong kawat atau
sonde sedalam – dalamnnya sehingga tubuh
katak menjadi lemas .
Untuk mendapatkan otot Gastrocnemius dari
sebuah kaki katak melakukan cara sebagai
berikut .
Mengupas kulit katak mulai dari bagian paha
sampai pada tapak kakinnya

Memisahkan otot gastrocnemius tersebut dari


otot lainnya dengan cara memasukan sonde
pada daerah antara otot dengan otot lainnya

Melepaskan pula bagian tendo Achilis pada


daerah tumit katak dengan menggunakan
gunting
Mengikat sehelai benang pada bagian ujung
tendon paha , memotong bagian benang yang
berlebih sehingga masih memungkinkan untuk
diikatkan pada otot
Memisahkan otot paha dari saraf sciatiknya

Mengikat saraf sciatik tersebut dengan sehelai


benang dan memototng pada bagian atas dari
ikatan tadi

6
Memotong otot dan tulang pahannya

Selama melakukan kegiatan diatas tubuh


katak terutama otot gastrosnemius selalu
dibasahi dengan larutan ringers demikian pula
pada waktu melakukan percobaan

7
F. Terminologi
1. Tendon Achilles adalah tendon besar di belakang pergelangan kaki yang
menghubungkan otot betis ke tulang tumit. Otot-otot ini penting untuk
berjalan, berlari dan melompat.
2. Saraf skiatik merupakan saraf terpanjang di tubuh yang berawal
dari saraf tulang belakang dan bercabang hingga ke kaki
3. femur atau tulang paha adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat. Ia
menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Kata "femur" merupakan
bahasa Latin untuk paha.
4. Rangsangan mekanik adalah reaksi tubuh saat disentuh dengan benda
padat.
5. Rangsangan elektrik adalah rangsangan melalui aliran listrik
6. Rangsangan termis adalah rangsangan dari luar yang di terima oleh sistem
saraf . rangsangan termis disebabkan oleh perubahan suhu
7. Kymography adalah sebuah alat untuk mencatat atau melukiskan variasi
tekanan atau gerakan misalnya gerak gelombang denyut nadi dan tekanan
darah.
8. Stimulator adalah alat yang bekerja dengan menstimulasi otot-otot tubuh
di area yang dipasangkan alat ini, memperkuat kontraksi otot untuk
pembentukan yang sempurna dan lebih cepat.
9. rangsangan tunggal adalah salah satu metode uji pembeda dimana panelis
disediakan satu standar baku dan dua atau lebih sampel uji yang digunakan
untuk penggolongan suatu contoh dengan contoh lainnya.

8
G. Hasil pengamatan
a. Sistem Otot
Gambar Jenis rangsangan Tanggapan Keterangan
yang diberikan yang diberikan

Rangsangan Merasakan
mekanik kontraksi +

Rangsangan Merasakan
elektrik kontraksi +++++

Rangsangan
termis Mengerat

9
H. Pembahasan
Dari hasil pengamatan diatas dapat diamati bahwa respon otot rangka pada
katak dengan mengisolasi otot Gastrocnemius (otot betis) terhadap berbagai
macam rangsangan yang diberikan dengan mengukur kecepatan kontraksi tunggal
otot rangka. Dilihat dari berbagai rangsang terhadap kontraksi otot ada tiga jenis
rangsangan yang diberikan yaitu rangsangan mekanik, rangsangan elektrik,dan
rangsangan termis. Ketika jenis rangsangan mekanik yang diberikan setelah otot
Gastrocnemius (otot betis) dijepit menggunakan pinset maka tanggapan yang
diberikan oleh otot dapat merasakan kontraksi satu kali. Kemudian pada
rangsangan elektrik dimana pada rangsangan ini kawat dihubungkan dengan
stimulator ditempelkan pada otot dan kemudian diberi arus listrik. Setelah ujung-
ujung dari kedua jarum pentul tersebut sudah terhubung dengan arus listrik
ditempelkan pada otot maka tanggapan yang diberikan oleh otot dapat merasakan
kontraksi sebanyak empat kali, Dan yang terakhir adalah jenis rangsangan termis
dimana pada rangsangan ini menggunakan kawat yang telah dipanaskan langsung
diatas api kemudian ditempelkan pada otot. Setelah kawat yang panas
ditempelkan pada otot maka jenis rangsangan yang terjadi adalah otot hanya
terlihat mengerat.
Menurut Kimball (2008), Rangsangan mekanik berupa cubitan dilakukan
pada otot kanan dan kiri, keduanya tidak memberikan respon pada saraf begitu
pula dengan otot gastroknemus kanan maupun kiri itu sendiri. Kemudian pada
pencubitan saraf saraf iskhiadikus itu sendiri. System saraf pusat terdiri dari otak
dan susum tulang belakang. System saraf perifer terdiri dari neuron yang disebut
ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan system saraf pusat.
Daerah ini semua saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks. Dengan
diputusnya saraf iskhiadikus dari medulla spinalis menyebabkan tidak adanya
respon yang terjadi.
Perlakuan rangsangan listrik pada sediaan otot dan saraf katak terdapat
gerakan. Jika otot kanan diberi rangsangan listrik maka otot kanan, otot kiri dan
saraf kanan, kiri memberikan respon dengan gerakan. Begitu juga sebaliknya
ketika otot kiri diberi rangsangan listrik. Maka semua otot dan saraf bergerak baik

10
kanan maupun kiri. Hal tersebut juga terjadi ketika rangsangan listrik diberikan
pada saraf kanan, dimana semua saraf dan otot memberikan respon. Pergerakan
otot ketika diberi rangsangan listrik sesuai dengan pernyataan Susilowati, et al
(2016) yang menyatakan bahwa otot akan menunjukkan respon berupa gerakan
ketika diberi rangsangan yang baik berupa rangsangan listrik. Respon pada otot
terjadi ketika rangsangan diberikan melalui saraf atau langsung pada otot.
Rangsangan listrik merupakan stimulus ambang otot, sehingga rangsangan
listrik merupakan stimulus yang paling cepat dari pada rangsangan mekanis,
termis kimia, dan osmotis. Jika stimulus yang diberikan tidak mencapai ambang
batas, maka otot tidak akan memberikan respon.
Rangsangan termis pada katak yang belum dipotong salah satu medulla
spinalisnya, ketika otot gastroknemius kanan disentuh menggunakan batang
pengaduk atau kawat yang sudah dipanaskan tidak terjadi respon pada otot
gastroknemius kanan. Begitu juga dengan otot gastroknemius bagian kiri, ketika
disentuh menggunakan batang pengaduk yang sudah dipanaskan yang tidak ada
respon pada saraf kanan dan kiri. Hal yang yang sama terjadi pula ketika saraf
kanan dan kiri disentuh menggunakan batang pengaduk yang sudah dipanaskan
yang tidak ada respon pada saraf kanan dan kiri serta otot gastroknemius kanan
dan kiri.
Salah satu penyebab tidak terjadinya respon pada otot gastroknemius maupun
saraf yaitu pendeknya periode laten. Periode laten adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mempersiapkan kontraksi, yang terjadi karena keterlambatan antara
potensial aksi otot dan awal ketengangan otot yang mewakili waktu yang
diperlukan untuk pelepasan Ca2+ dan mengikat troponin . peristiwa periode laten
termasuk penciptaan potensial aksi otot, pelepasan Ca2+ dari reticulum
sarkoplasma, dan difusi Ca2+ ke lamung kontraktil (Silverthon dan Johnson,
2010).

11
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat dismpulkan bahwa
respon otot rangka pada katak dengan mengisolasi otot Gastrocnemius (otot
betis) melalui jenis rangsangan mekanis, rangsangan elekstrik, dan mekanis.
Ketika jenis rangsangan mekanik yang diberikan setelah otot otot dijepit
menggunakan pinset maka tanggapan yang diberikan oleh otot dapat merasakan
kontraksi satu kali sedangkan jenis rangsanga elektrik tanggapan yang diberikan
oleh otot dapat merasakan kontraksi lebih banyak. Pada rangsan mekanik ketika
diberi rangsangan otot hanya mengerut saja, hal ini disenyebabkan tidak
terjadinya respon pada otot gastroknemius maupun saraf yaitu pendeknya periode
laten. Periode laten adalah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
kontraksi,

12
DAFTAR PUSTAKA
John, W Kimball. 2008. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Madri. M, Drs, M.Kes, AIFO .2017 KontraksiI Otot Skelet. Jurnal Menssana
Vol. 2, NO ISSN : 2527-645X
Silverthon, D.U, Johnson,B.R,. 2010. Human Fhysiolog: an integral approach. 5th
ed.ed. Pearson/Benjamin Cummings, San Fransisco.
Sinisa Franjic. 2019. In Shorty About Muscle System. Cientific Journal of
Neurology. Vol. 1 Issue 2: 15-18
Susilowati., Lestari. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sunny Wangko. 2014. Jaringan Otot Rangka. Jurnal Biomedik. Volume 6,
Nomor 3, ISSN: S27-32

Anda mungkin juga menyukai