Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Oleh:
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Constantina Rizky D. P.
E. Kristin Yuliana
Lydwina Andriani Y.
Indrayansah B. P. S.
Sondha Tabita
Suwandi Wonowijaya

(2443013239)
(2443013056)
(2443013241)
(2443013038)
(2443013242)
(2443013128)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
TAHUN 2013/2014
Judul: Faal dari Kontraksi Otot Katak
I.

Tujuan

- Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan saraf-otot.


- Untuk mengetahui bagaimana otot berkontraksi.
II.

Dasar Teori:
Tubuh manusia tersusun dari 40% otot rangka dan 5 sampai 10% lainnya

tersusun dari otot polos dan otot jantung (Guyton, 1980). Otot yang menyusun
sebagian besar tubuh manusia memiliki beberapa nama panggilan, yaitu:
1. Otot lurik, karena penampang melintangnya membentuk garis-garis pada
saat diamati pada mikroskop.
2. Otot rangka, karena letaknya yang menempel pada rangka.
3. Otot tubuh, karena otot tersebut membentuk dinding tubuh.
4. Otot volunter, karena perpindahannya berada di bawah kontrol sadar
(Kimber, 1961).
Otot rangka tersusun atas beberapa bagian:
1. Sakrolema, merupakan membran sel otot. Pada bagian ujung dari otot
rangka, lapisan luar sakrolema berubah bentuk menjadi serabut tendon
yang berkumpul membentuk ikatan yang kemudian menyisip ke dalam
tulang.
2. Miofibril; filamen aktin dan filamen miosin. Setiap serat otot mengandung
ratusan hingga ribuan miofibril. Setiap miofibril mengandung 1500 miosin
dan 3000 aktin yang merupakan molekul protein polimer besar yang
bertanggung jawab terhadap kontraksi otot. Pada kontraksi otot, bagian
terang menunjukkan filamen aktin yang disebut I bands karena bersifat
isotropic

dalam

mempolarisasi

cahaya.

Sedangkan

bagian

gelap

menunjukkan filamen miosin dan ujung-ujung filamen aktin yang meliputi


miosin yang disebut A bands karena bersifat anisotropic dalam
mempolarisasi cahaya.
Ujung-ujung filamen miosin terdapat cross-bridges / kepala miosin. Pada
filamen aktin terdapat dua membran Z / Z disc yang berfungsi untuk
menghubungkan miofibril satu ke miofibril yang lainnya .
3. Sarkoplasma. Miofibril yang terlarut dalam serabut otot dalam sebuah
matriks disebut sarkoplasma. Dalam sarkoplasma terdapat banyak
mitokondria yang menghasilkan banyak ATP untuk kontraksi.

4. Retikulum

sarkoplasma.

Dalam

sarkoplasma

terdapat

retikulum

endoplasma yang luas yang disebut sebagai retikulum sarkoplasma yang


sangat penting dalam mengontrol kontraksi otot (guyton, 1980).

Gambar 1. Struktur Otot (Sumber: Guyton, 1980)


Otot memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Irritability / exitability merupakan kemampuan otot menerima rangsangan
dan meresponnya.
2. Contractility merupakan kemampuan otot untuk mengubah bentuknya
menjadi lebih pendek dan tebal / kontraksi.
3. Estensibility merupakan kemampuan otot untuk menjadi lebih lebar.
4. Elasticity merupakan kemampuan otot untuk kembali pada bentuk semula
ketika kontraksi telah selesai (Kimber, 1961).
Otot memiliki beberapa tipe kontraksi, yaitu:
1. Isometric contraction, merupakan kontraksi pada otot yang menghasilkan
suatu tegangan tanpa mengubah panjang pendeknya otot.
2. Isotonic contraction, merupakan kontraksi pada otot yang mengubah
panjang pendeknya otot dengan suatu tegangan yang konstan (Ganong,
1983).

Gambar 2. Kontraksi Isotonik dan isometrik (Sumber: Ganong, 1983)


Mekanisme kontraksi otot:
1.
2.
3.
4.

Potensial aksi dari saraf motorik.


Pelepasan transmiter asetilkolin pada ujung saraf.
Pengikatan asetilkolin oleh asetilkolin reseptor.
Peningkatan permeabilitas membran ujung saraf terhadap Ion Na dan ion

5.
6.
7.
8.

K.
Peningkatan potensial pada ujung saraf.
Peningkatan aksi potensial pada serat otot.
Timbul depolarisasi di sepanjang T tubules.
Pelepasan ion Ca dari kantong-kantong di sebelah retikulum sarkoplasma
dan berdifusi pada filamen aktin dan filamen miosin (Ganong, 1983).

Mekanisme relaksasi otot:


1. Ion Ca dikembalikan ke retikulum sarkoplasma.
2. Pelepasan ion Ca dari troponin C.
3. Penghentian interaksi antara aktin dan miosin (Ganong, 1983).

Gambar 3. Kondisi Otot Istirahat, Kontrksi, dan Relaksasi (Sumber: Ganong,


1983)
Hubungan Ketegangan Otot dan Panjang Otot.
Sarkomer memendek dan filamen aktin menutupi filamen miosin,
ketegangan otot semakin meningkat sampai panjang sarkomer semakin pendek
sekitar 2.2 microns (Guyton, 1980).

Gambar 4. Grafik Hubungan Ketegangan Otot dan Panjang Otot (Sumber:


Guyton, 1980)
Hubungan Kecepatan Kontraksi dan Beban
Saat beban meningkat maka kecepatan kontraksi akan semakin menurun
hingga akhirnya kecepatan menjadi 0 dan tidak terjadi perpindahan (Mountcastle,
1974).

Gambar 5. Grafik Hubungan Kecepatan Kontraksi dan Beban (Sumber:


Guyton, 1980)

III.

Alat dan Bahan


1. Kimograf
2. Kertas kimograf
3. Tempat beban
4. Lampu spiritus
5. Penulis otot
6. Induktorium
7. Kunci arus
8. Stimulator
9. Signal magnet rangsangan
10. Garputala

11. Pena rangsang


12. Statif + lem + klem
13. Benang jahit halus
14. Palu
15. Paku
16. Papan kodok
17. Larutan Ringer
18. Larutan Fiksasi
19. Kodok

IV. Cara Kerja


A. Merusak Otak Katak
1. Memegang katak dengan tangan kiri sedemikian rupa sehingga jari
telunjuk diletakkan di bagian belakang kepala, dan ibu jari di bagian
punggung. Menekan jari telunjuk agar kepala sedikit tunduk, sehingga
terdapat lekukan antara cranium dan columna vertebrae tersebut.
2. Ujung jarum penusuk yang dipegang dengan tangan kanan diletakkan
ditempat lekukan (flexi) antara cranium dan columna vertebrae
tersebut, di tempat mana sela interspinalis lebar.
3. Menusukkan jarum ke dalam canalis spinalis ke arah tengkorak,
digerakkan kian kemari berkali-kali untuk merusak otak katak.
4. Untuk percobaan-percobaan dimana diperlukan pengrusakan medulla
spinalis maka mengerjakan tindakan no.3 dengan jarum ke arah sacral
untuk merusak medulla spinalis.
B. Membuat Sediaan M. (Muscle) Gastrocnemius
1. Menggunting kulit katak melingkar setinggi pergelangan kaki dari
tungkai kanan.
2. Menjepit ujung kulit yang telah lepas, dan perlahan-lahan diangkat
sampai ke atas sendi lutut.
3. Memisahkan dan membebaskan tendon Achilles dengan alat tumpul
dari jaringan-jaringan sekitarnya. Jangan dipotong dulu.
4. Mengangkat tendon dengan benang yang kuat pada insertionnya.
Memotong kemudian tendon itu di bawah ikatan benang.

5. Memotong tulang-tulang tibia dan fibula beserta otot-otot yang


melekat padanya, kira-kira 5 mm di bawah sendi lutut.
6. Mengembalikan kulit tadi ke bawah sehingga menutupi kembali otot
gastrocnemius untuk melindunginya dan menjaga agar tidak kering.
Membasahi sediaan dengan larutan ringer setiap kali.
C. Membuat Sediaan Nervus sciaticus
1. Meletakkan katak tertelungkup, menghilangkan kulit seluruh bagian
belakang paha kanan.
2. Memisahkan otot-otot satu sama lain dengan menggunakan alat tumpul
dan mencari nervus sciaticus. Jangan merusak pembuluh-pembuluh
darah yang berjalan bersama-sama dengan nervus tersebut.
3. Mengambil benang halus, membuat suatu simpul longgar mengelilingi
saraf tersebut, kemudian saraf dikembalikan di antara otot-otot seperti
keadaan semula.
D. Mempersiapkan Sediaan Saraf Otot untuk Percobaan
1. Menempatkan katak tertelungkup di atas papan katak, memfiksir
kedua kaki depannya dan kaki belakang kiri pada papan katak dengan
menggunakan paku atau jarum.
2. Memfiksir pula sendi lutut kaki belakang kanan pada papan katak,
sedemikian sehingga M. Gastrocnemius tetap dapat bergerak dengan
bebas.
3. Memasang papan katak pada statif yang telah tersedia. Mengatur letak
papan katak pada statif sedemikian rupa sehingga M. Gastrocnemius
tetap dapat bergerak bebas.
4. Menghubungkan otot pada kaki di pangkal penulis otot.
5. Mengatur sedemikian rupa sehingga ujung-ujung dari penulis otot,
tanda rangsangan dan tanda waktu terdapat pada satu garis vertikal
pada kertas hitam.
6. Sediaan otot sudah siap untuk bermacam-macam percobaan.
E. Melakukan Percobaan
1. Menyiapkan sediaan otot sesuai petunjuk.
2. Berlatih memutar kimograf denagn tangan kira-kira 1 putaran, perdetik
dan harus di hentikan pada putaran kedua.
3. Mencari kekuatan rangsangan yang memberi kontraksi maksimal.
4. Merangsang dan memutar kimograf pada waktu bersamaan.
5. Pencatatan harus dilakukan bersamaan untuk tanda waktu, tanda
rangsangan, kontraksi otot.

6. Mencari waktu laten, waktu kontraksi, waktu relaksasi.


V.

Hasil Percobaan
Pada percobaan pertama kelompok kami mengalami kegagalan. Hal ini

disebabkan karena :
1. Ketidaktepatan dalam mengolah cara kerja.
2. Kurang koordinasi dan kurang menguasai alat kerja.
3. Kontraksi yang berlebihan pada katak.
4. Katak sudah terlalu lama dibiarkan dalam keadaan mati sehingga otot
tidak dapat berkontraksi terlalu lama. Hal ini menyebabkan otot hanya
dapat berkontraksi beberapa kali saja.
5. Ikatan antara otot gastrocnemius dengan penulis otot terlalu kencang.
6. Kerusakan alat menghambat percobaan.
Pada percobaan kedua, kelompok kami telah berhasil mendapatkan dua
gelombang kontraksi dalam satu kali rangsangan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Jarak antara katak mati dengan otot katak dirangsang tidak terlalu lama
sehingga kontraksi yang dihasil kan cukup kuat.
2. Penguasaan penggunaan alat.
3. Koordinasi dalam pembagian tugas dan cara kerja yang sistematis.
4. Pemberian rangsangan yang lebih tepat dari pada percobaan pertama.
VI.

Pembahasan
Sewaktu sediaan otot katak diberi rangsangan tunggal maka kontraksi
otot maksimun terjadi yang ditandai dengan adanya pemendekkan otot
pada katak ketika sedang diberi rangsang. Pada kertas kimograf terdapat
cacatan, diantaranya :
Waktu laten : peristiwa mekanis kontraksi dan waktu antara
stimulus atau peristiwa kejutan. Selama periode ini, serabut otot
mengalami depolarisasi, ion kalsium dilepas, dan reaksi kimia
mulai berlangsung. Hal ini berarti waktu laten terjadi waktu dari
mulai diberi rangsangan hingga mulai berkontraksi. Penyebab

suatu kelambatan karena saat saraf menerima rangsang disebabkan


oleh waktu laten, ia memerlukan waktu untuk diteruskan dari ujung

sinaps ke sambungan akson satu dengan lainnya.


Periode kontraksi : keadaan dimana otot membutuhkan waktu

untuk memendek.
Periode relaksasi : adalah hitungan waktu yang dibutuhkan untuk
otot memanjang seperti semula,saat periode relaksasi berlangsung
lebih lama daripada periode kontraksi ( Sloane, 2004 ).

Kontraksi otot atau pemendekan otot yang terjadi memerlukan energi,


energi yang di gunakan adalah ATP. Karena ATP yang tersimpan dalam
otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus
segera disusun kembali untuk kelangsungan afinitas otot melalui sumber
lain, seperti kreatin fosfat (CP), senyawa berenergi tinggi lainnya,
merupakan sumber energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui
ATP dari ADP (CP + ADP => ATP + kreatin ). CP membuat pemendekan
otot bisa terus berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui
metebolisme glukosa secara anaerob dan aerob. CP memberikan energi
untuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis ulang dengan cara
memproduksi lebih banyak ATP (ATP + kreatin => ADP + CP). ATP
tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui
reaksi aerob dan anaerob. ( Sloane, 2004 )
Pada percobaan kontraksi yang terjadi adalah kontraksi isotonik.
Kontraksi isotonik adalah konsentrasi yang terjadi pada saat otot
memendek

untuk

memindahkan

atau

mengangkat

suatu

beban

( melakukan pekerjaan mengangkat beban).


Dari pengertian tentang macam kontraksi otot, kami berpendapat
bahwa, kontraksi otot pada katak termasuk kontraksi isotonik, karena
terjadi adanya pemendekan otot pada saat saraf diberi rangsang.
Sebagian besar kontraksi adalah kombinasi dari kedua macam
kontraksi tersebut, karena tegangan pada otot tetap konstan selama
kontraksi. Namun, otot- otot dalam tubuh dapat berkontraksi secara
isometrik atau secara isotonik. (Guyton and Hall, 2006).

VII.

Kesimpulan
Pemberian rangsangan ke dalam saraf katak, dapat menghasilkan
stimulus yang ditransferkan di bagian saraf motorik, sehingga otot dapat
memendek dengan ditandainya adanya pengangkatan kaki katak sebelah
kiri. Bagian dari pengakatan otot katak tersebut disebut kotraksi isotonik.
Dari pembuatan rangsang tersebut didapatkan grafik yang mencatatkan
waktu laten,waktu kontraksi dan waktu relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F., 1983, Review of Medical Pysiology, 11th edition; Lange Medical
Publication, California.
Guyton, 1980, Textbook of Medical Physiology; W. B. Saunders Company,
Washington.
Kimber, D. C., and Gray, C. E., and Stackpole, C. E., 1961, Anatomy and
Physiology; The Macmillan Company, New York.
Mountcastle, V. B., 1974, Volume One Medical Physiology, 13th edition; The C. V.
Mosby Company, United States of America.
Sloane, E., 2004, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.: EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai