DISUSUN OLEH
LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………. 1
PENDAHULUAN
Salah satu ciri mahluk hidup atau organisme adalah bergerak. Manusiayang
merupakan bagian dari mahluk hidup juga melakukan gerakan dalammenjalankan
aktivitasnya. Dalam melakukan pergerakan, seseorangmembutuhkan tulang dan otot
untuk bergerak. Tulang tidak dapat bergeraksendiri apa bila tidak digerakkan oleh otot.
Gerakan adalah hasil interaksiantar tulang, otot dan persendian tulang. Dari ketiga unsur
tersebutdigabungkan menjadi sistem rangka. Kerangka manusia tersusun atas tulang-
tulang baik tulang yang panjang maupun tulang yang pendek. Tulang-tulangtersebut
membentuk rangka dalam (endoskeleton). Endoskeleton terbagi atasdua bagian yaitu
rangka sumbu (aksial) dan rangka anggota apendikular.Rangka aksial meliputi engkorak,
tulang belakang, tulang dada dan tulangrusuk. Sedangkan rangka anggota meliputi gelang
bahu, gelang pingguldengan rangka anggota dalam.
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras
dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistemini meliputi eksoskeleton,
dan endoskeleton. Sistem rangka adalah suatusistem organ yang memberikan dukungan
fisik pada makhluk hidup. Sistemrangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal,
internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat
puladikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanyastruktur
penunjang.Adapun hal yang melatar belakangi sehingga praktikum ini diadakanadalah
untuk mengetahui lebih jelas mengenai kerangka tubuh pada menusia beserta bagian-
bagiannya.
1.2 Tujuan
3. Untuk mengetahui struktur histologi dari masing – masing jaringan otot dan
tulang
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang
mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan
parallel didalam sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang
terbuat dari protein kontraktil aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak
terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari
kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif (Campbell, 2000).
Sistem otot merupakan suatu sistem yang berperan penting bagi suatu makhluk
hidup, karena otot inilah yang memberikan bentuk yang bagus bagi tubuh manusia.
Selain itu otot merupakan alat gerak aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat.
Manusia memiliki suatu bentuk yang utuh ini di sebabkan oleh suatu organ yang sangat
berpengaruh terhadap manusia itu sendiri. pada dasarnya manusia terbentuk karena
adanya rangka tempat melekatnya otot-otot tubuh dan otot tersebut memberikan
pergerakan kepada rangka sehingga manusia bisa berjalan ataupun beraktivitas
lainnya. Sistem otot merupakan suatu sistem yang sangat beperan penting bagi suatu
mahluk hidup. Kenapa dikatakan suatu sistem yang berperan penting karena otot inilah
yang memberikan bentuk yang bagus bagi manusia. Selain itu otot merupakan alat gerak
aktif yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. (Taiyeb, 2016).
Sistem otot pada tubuh berperan menjaga kestabilan posisi tubuh, menghasilkan
gerakan dan menghasilkan panas tubuh. Hampir 700 otot membangun sistem otot,
misalnya otot bisep brakii yang tersusun atas jaringan otot rangka dan jaringan ikat.
Beberapa otot rangka memiliki fungsi utama untuk menstabilkan posisi tulang-tulang
sehingga otot rangka yang lain dapat melakukan sebuah gerakan yang lebih efektif
(Faisal, 2012).
Jaringan otot atau biasa disebut otot telah dijumpai mulai dari invertebrata sampai
vertebrata. Otot merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Hampir setengah dari
keseluruan berat tubuh manusia disumbang oleh otot. Jaringat otot seperti jaringan yang
lain memiliki sifat pekah terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan
impuls (sifat konduktivitas), mampu melaksanakan metabolism dan mampu membelah
diri. Sifat jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat
kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas disebabkan sel-sel otot memiliki protein
kontraktil, yaitu aktin dan myosin (Yunadi, 2003). Menurut Adnan (2009), secara umum
kita mengenal tiga macam otot yaitu:
1. Otot skelet atau otot rangka/otot sadar/otot bergaris melintang, bersifat voluntary, jadi
kontraksinya dapat di atur oleh kemauan kita.
2. Otot polos atau otot tidak sadar/ otot tidak bergaris melintang kontraksinya tidak dapat
di atur oleh kemauan kita.
3. Otot jantung, merupakan otot bergaris melintang tetapi tidak di bawah kemauan kita.
Gerakan hanya dapat terjadi bila ada suatu kontraksi dari otot-otot yang bersang-
kutan. Selain itu, untuk melakukan suatu gera-kan dibutuhkan mobilitas dari sendi dan
fleksi-bilitas yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, dan kulit). Mobilitas
yang dimaksud adalah kemampuan dari sendi untuk melakukan mobilisasi/gerakan tanpa
adanya hambatan gerak dan bebas dari rasa nyeri. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu
jaringan atau otot untuk mengulur dan kembali ke ben-tuk semula. Fleksibilitas otot
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya struktur sendi, usia, jenis kelamin,
latihan/aktivitas, suhu tu buh, serta kehamilan. Bila fleksibilitas otot menurun, akan
mengakibatkan kelemahan otot yang ditandai dengan adanya nyeri pada otot, jaringan
konektif atau periosteum (Irfan, 2008).
Kerangka merupakan organ penyangga tubuh kita sehingga tubuh dapat berdiri
tegak. Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh
manusia, sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang.
Proses pertumbuhan anak-anak menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan
beberapa tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit. Tempat dimana
tulang atau lebih saling berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai
pergerakan, namun beberapa sendi lainnya ada yang memiliki pergerakan sedikit dan
banyak (Devison, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu : 09.40-11.20WITA
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini adalah Mikroskop Binokuler dan
bahan yang digunakan adalah Preparat awetan sistem otot dan tulang.
4.1 Hasil
6. 31A Cartilago
Fibriosa/fibrosa
Perbesaran 10x
Pada orang dewasa, tulang rawan hialin ditemukan dicincin trakea, hidung dan
laring, permukaan sendi dan ujung ventral iga yang menghubungkannya pada sternum. Ia
merupakan jarinagn semi-translusen dengan warna kelabu-kebiruan. Struktur
mikroskopiknya paling mudah dimengerti dengan mempelajari perkembangannya dalam
embrio. Kartilago hyalin segar berwarna putih kebiruan dan translusen. Pada embrio
berfungsi sebagai kerangka sementara hingga secara berangsur-ahgsur hilang diganti
dengan tulang. Sedangkan pada mamalia dewasa , kartilago hyalin terdapat di permukaan
sendi pada sendi yang dapat bergerak, dinding jalan nafas yang lebih besar
(hidung,laring,trakea,bronki), dan ujung ventral iga, tempat berartikulasi dengan sternum,
dan pada lempeng epifise.
Matriks
Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah makromolekul
yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang
tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan
sedikit kolagen.
Perikondrium
Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan ikat
padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang rawan.
1. Tulang rawan elastis ditemukan pada telinga luar, dinding liang telinga dan liang eustachii,
epiglotis dan tulang rawan kornikulata dan kuneifrom dari laring. Ia berbeda dari tulang
rawan hialin karena lebih keruh, warna kuning, dan lebih fleksibel.
2. Kondrositnya serupa dengan yang ditulang rawan hialin dan menempati lakuna tersebar satu-
satu atau dalam kelompok isogen dua-dua atau empat. Matriksnya kurang banyak dan
sebagian substansinya terdiri atas serat elastin yang banyak bercabang. Pada sediaan yang
dipulas terhadap elastin, serat-serat itu begitu rapatnya hingga menutupi komponen
proteoglikan amorf dari matriks. Di tepian, anyaman elastinnya lebih longgar dan seratnya
tampak berlajut ke dalam perikondrium.
3. Tulang rawan elastis tidak berkembang dari pusat kondifikasi yang sangat seluler namun
didaerah jaringan ikat primitive yang mengandung sel mesenkim dan berkas serat yang tidak
dimiliki cirri kolagen maupun elastin. Serat biasa ini kemudian memperoleh ciri pemulasan
elastin dan sel-sel mesenkim menyusutkan cabang-cabangnya dan berkembang menjadi
kondrosit, mensekresi matriks disekitarnya dan sekitar serat. Pemadatan jaringan ikat sekitar
tepian membentuk perikondrium.
4. Meskipun matriksnya kurang banyak disbanding tulang rawan hialin, ia sama pentingnya
bagi sifat mekanik jaringan. Hal ini secara dramatis diperlihatkan dalam percobaansederhana
berikut. Bila papain mentah disuntikan secara intravena kedalam kelinci muda, proteoglikan
matriks mengalami degradasi sebagian dan telinganya jatuh. Tetapi kondrosit dengan cepat
berespons dengan mensekresi komponen matriks baru dan telinganya sebagian besar pulih
kembali dalam 48 jam.
Tulang kompak dapat ditemukan di tulang pipa. Tulang pipa dapat ditemukan di
tulang paha, tulang betis, dan tulang hasta. Tulang kompak juga dapat ditemukan di
tulang hasta, tulang-tulang telapak tangan, tulang ruas-ruas jari tangan, tulang
selangka, tulang-tulang telapak kaki, dan tulang ruas-ruas jari kaki.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat kita ketahui bahwa manusia memiliki
system tubuh yang sangat berperan dalam membantu manusia survival. Secara khusus yang
kita maksud disini adalah system otot yang membantu manusia untuk bergerak. Otot sendiri
terbagi menjadi tiga yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Selain otot terdapat juga
persendian dan tulang terdiri dari tulang rawan hialin, tulang rawan fibrosa, tulang rawan
elastin dan tulang kompak yang memungkan manusia dapat bergerak bebas dengan
ketntuan dari persendian yang terletak pada tiap-tiap bagian tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga: Jakarta, 2000.
Dellmann, H. D. 1988. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.