Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI

“BENJOLAN DI LEHER”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Aulia Rinjani Lestari (017.06.0011)


Ayuandira Suhastri Armin (019.06.0012)
Ayu Mutiara Rozilina (019.06.0013)
Baiq Dara Elok Cintya Monica (019.06.0014)
Baiq Fahira Mentari (019.06.0015)
Muhamad Soleh Hidayat (019.06.0065)
Ni Wayan Paramitha (019.06.0071)
Novia Arista Cahyani (019.06.0072)
Nur Fitriana Zahra (019.06.0073)
Putu Putri Megamahayani (019.06.0081)

Tutor : dr. Dian rahadianti S.Ked


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 2 yang
berjudul “Benjolan Di Leher” ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD (Small Group Discussion).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Dian Rahadianti S.Ked selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group
Discussion) kelompok penulis.

2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan


terkait makalah yang penulis buat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram,18 Nov 2020

Hormat kami

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Skenario LBM 2
BENJOLAN DI LEHER
Tn. R. berusia 45 tahun, dating ke RS X dengan mengeluhkan terdapat benjolan
di leher kiri sejak 1 bukan yang lalu. Benjolan sebesar kelereng yang dirasakan
makin lama makin besar, nyeri, dapat digerakkan, dan berwarna kemerahan. Tn
R. mengeluhkan sering lemas dan tidak nafsu makan. Keluhan in disertai dengan
adanya penurunan berat badan dari 50 kg menjadi 45 kg. tinggi badan 160 cm.
keluhan tidak demam, batuk, dan keringat malam, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Riwayat gejala yang tidak pernah dialami pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan Tanda Vital Compos Menis, TD 110/80,
N 80x/m, RR 20 x/m, T 36,7. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya
benjolan pada leher kiri tampak pembesaran KGB submandibular dengan
benjolan berbentuk kelereng, dengan ukuran 3x4 cm, konsistensi kenyal,
permukaan rata, mobile, nyeri, hiperemis, dan tidak panas. Pemeriksaan fisik
yang lain masih dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12 gr/dl, Hr 34%, leukosit
10.500 /uL, trombosit 246.000/uL, LED 110/jam, dan gula darah puasa 100
mg/dl. Pada pemeriksaan radiologi, jantung dalam batas normal dan paru tidak
ada kelainan, corakan brokonvaskular normal dan tidak ada infiltrate.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Penyakit apa yang mungkin dialami oleh pasien tersebut ?
2. Apa yang menyebabkan Tn.R ada benjolan dileher dan keringat dimalam hari
?
3. Apa yang menyebabakan Tn.R berat badannya turun ?
4. Apa hubungan tidak adanya demam, BAB dan BAK dengan adanya
benjolandibagian leher ?
5. Kalau sudah jelas Pembesaran Limfoid, kira-kira pemeriksaan apa saja yang
dibutuhkan ?

1.3 Learning Issue


1. Letak penyebaran kelenjar getah bening pada tubuh (superficial)
2. Pembentukan dari sel darah putih/leukosit dan jelaskan komponen dan fungsi
dari jenis-jenis sel darah putih(superficial)
3. Klasifikasi dari pembesaran kelenjar getah bening berdasarkan etiologi
a. Limfoma ( definisi, gejala atau tanda khas )
b. Adenoma ( definisi, gejala atau tanda khas )
c. Karsinoma ( definisi, gejala atau tanda khas )
d. Limfadenopati ( definisi, gejala atau tanda khas )
4. Diagnosis tetap
a. Etiologi
b. Epidemioligi
c. Gejala khas
d. Diagnosis (Anamnesis, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang)
e. Prognosis
f. Komplikasi
g. Tatalaksana
h. Pencegahan
BAB II
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI MASALAH

2. Apa yang menyebabkan Tn. R mengeluhkan benjolan dileher dan keringat


dimalam hari?

Pembesaran kelenjar getah bening ini disertai rasa nyeri dan kemerahan di
kulit serta keringat berlebihan (terutama di malam hari) merupakan gejala dari
limfadenitis. Limfadenitis umumnya disebabkan akibat infeksi bakteri, virus, parasit,
dan jamur. Limfadenitis menyebabkan gejala berupa pembesaran kelenjar getah
bening yang mengalami peradangan. Dalam keadaan normal, seharusnya kelenjar
getah bening tidak dapat diraba dari luar. Pembengkakan kelenjar getah bening di
leher terjadi karena adanya infeks sehingga menimbulkan peradangan sedangkan
keringat berlebihan akibat limfadenitis umumnya terjadi akibat perubahan
metabolisme tubuh.

3. Apa yang menyebabkan Tuan R berat badannya turun ?

Limfoma adalah sebuah penyakit kanker pada limfosit. Salah satu


gejala limfoma yang dapat terjadi adalah penurunan badan yang drastis tanpa sebab
apapun. Penurunan berat badan drastis tersebut terjadi tanpa adanya usaha untuk
melakukannya, seperti diet atau berolahraga secara rutin. Penurunan berat badan yang
drastis tersebut dapat mencapai hingga 10 persen pada waktu yang relatif singkat.
Limfoma terjadi ketika limfosit mengalami kanker, yaitu sel darah putih pada sistem
limfatik pada tubuh. Walau begitu, limfosit juga terdapat dalam darah dan jaringan
tubuh lainnya. Terdapat banyak jenis limfoma yang dapat terjadi, dan gejala yang
timbul pada tiap pengidapnya dapat berbeda-beda.

Limfosit dapat ditemukan pada seluruh sistem limfatik, yaitu jaringan


pembuluh yang membawa getah bening. Limfosit berfungsi untuk melawan infeksi
bakteri dan virus yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Kelenjar
getah bening yang merupakan bagian dari sistem limfatik tersebar di seluruh tubuh.
Fungsi dari bagian tersebut adalah menyaring getah bening yang membawa virus dan
bakteri.

Penurunan berat badan drastis tanpa melakukan apapun adalah salah satu
gejala limfosit yang dapat terjadi. Seseorang yang mengidap limfoma mungkin akan
mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan. Hal tersebut
terjadi karena sel kanker tersebut menghabiskan sumber energi seseorang. Selain itu,
tubuh juga akan menggunakan energi untuk menyingkirkan sel kanker yang berada di
dalam tubuh. Seperti banyak gejala lainnya yang dapat terjadi, penurunan berat badan
drastis dapat terjadi karena alasan lain seperti stres, depresi, penyakit pada saluran
pencernaan, hingga tiroid yang terlalu aktif. Limfoma adalah salah satu dari
kemungkinan terjadinya penurunan berat badan drastis yang tidak dapat dijelaskan
alasan terjadinya.

Ketika penyakit limfoma menyebar di dalam tubuh dan terus tumbuh,


kebanyakan orang akan merasakan hilangnya nafsu makan yang juga dapat
mempercepat penurunan berat badan. Pada beberapa kasus, limfoma mulai tumbuh di
perut yang dapat menyebabkan pembengkakan atau menimbulkan rasa sakit di daerah
perut. Hal ini disebabkan oleh kelenjar getah bening yang membesar karena
peradangan. Kepenuhan di perut juga dapat terjadi karena penumpukan cairan di
dalam jumlah besar. Limpa yang membesar dapat menekan perut, sehingga dapat
menyebabkan hilangnya nafsu makan dan selalu merasa kenyang hanya dengan
makan porsi yang sedikit. Limfoma pada perut atau usus juga dapat menyebabkan
sakit perut, mual, atau muntah.

4. Apa hubungan tidak adanya demam, BAB dan BAK dengan benjolan
di bagian leher?

demam kelenjar tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam
beberapa minggu. Setelah sembuh, seseorang yang pernah terserang demam kelenjar
akan kebal terhadap penyakit ini. Demam kelenjar dalam dunia medis dikenal sebagai
mononukleosis. Demam adalah tanda sedang mengalami perlawanan terhadap
adanya gangguan baik karena infeksi ataupun gangguan yang melibatkan system
imun lainnya. Demam sendiri ditandai dengan peningkatan suhu diatas 37,5 derajat
celcius jadi perlu dilakukan pengukuran dengan termometer. Penyebab demam
sendiri bisa beragam, mulai dari infeksi baik karena virus, bakteri atau parasite yang
bisa menyerang saluran pernapasan, saluran kemih, saluran cerna ataupun lainnya,
pasca imunisasi, anak kekurangan cairan, terlalu lama terpapar matahari, radang
sendiri dan penyebab demam lain. Saat system kekebalan tubuh melakukan
perlawanan kelenjar limfe juga akan aktif sehingga bisa menimbulkan benjolan pada
kelenjar getah bening salah satunya pada area leher ketiak atau sela paha.Selain
itu benjolan di leher juga bisa disebabkan oleh penyebab lain seperti infeksi kelenjar
getah bening, infeksi kelenjar ludah ataupun juga adanya gangguan pada kelenjar
tiroid.  Dan untuk BAB dan BAK yang berhubungan dengan benjolan pada bagian
leher tidak ada hubungannya.

5. Kalau sudah jelas bahwa penyakit yang diderita Tn. R adalah


pembesaran limfoid, kira kira pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
?
a. Pemeriksaan efektif yang dibutuhkan untuk pasien yang mengalami penyakit
pembesaran limfoid meliputi pemeriksaan ;
b. Anamnesa meliputi secret seven dan fundamental four untuk mengetahui apa
bagaimana dan kapan pasien menderita penyakit yang dikeluhkan
c. Pemeriksaan fisik berupa inspeksi (dengan mengamati ada tidaknya benjolan
atau massa pada bagian tempat penyebaran kelenjar limfe, ada tidaknya
peradangan berupa kemerahan atau bercak kemerahan), dan palpasi dengan
menekan bagian yang akan diperiksa untuk mengetahui apakah tanda massa
yang terdapat masih dalam batas normal atau sudah memasuki fase akut, yang
ditandai dengan apakah benjolan atau massa yang terdapat bisa digerakkan
atau tidak.
d. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui kadar leukosit yang abnormal
e. Pemeriksaan urin rutin
f. Melakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi dan CT scan

LEARNING ISSUE

2. Proses pembentukan leukosit dan jelaskan komponen dan fungsi dari jenis-
jenis sel darah putih!

Semua leukosit pada dasarnya berasal dari prekursor umum sel punca
pluripoten yang tidak berdiferensiasi di sumsum tulang. Sel-sel yang ditakdirkan
untuk menjadi leukosit akhirnya berdiferensiasi menjadi berbagai turunan sel dan
berproliferasi di bawah pengaruh faktor stimulatorik yang sesuai. Granulosit dan
monosit hanya diproduksi di sumsum tulang, yang membebaskan leukosit matur ini
ke dalam darah. Limfosit aslinya berasal dari sel-sel prekursor di sumsum tulang
tetapi sebagian besar limfosit baru sebenarnya dihasilkan oleh koloni limfosit yang
sudah ada di jaringan limfoid yang pada awalnya terpopulasi oleh sel-sel yang berasal
dari sumsum tulang. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit jumlahnya
(sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 700 sel darah merah), bukan karena diproduksi
Iebih sedikit tetapi karena sel-sel ini hanya transit di darah. Dalam keadaan normal,
sekitar dua pertiga leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama neutrofil,
sementara sepertiga agranulosit, terutama limfosit. Namun, jumlah total sel darah
putih dan persentase masing-masing tipe dapat sangat bervariasi untuk memenuhi
kebutuhan pertahanan yang berubah. Berbagai jenis leukosit secara selektif
diproduksi dengan kecepatan bervariasi, bergantung pada jenis dan tingkat serangan
yang harus dihadapi oleh tubuh.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4-8
jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan
infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan sel sering kali berkurang. Hal ini
dikarenakan granulosit dengan cepat menuju  jaringan yang terinfeksi untuk
melakukan fungsinya. Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam,
berada di dalam darah sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam
jaringan, sel-sel monosit membengkak  sampai ukurannya yang sangat besar dan
berubah menjadi magrofag. Dalam bentuk makrofag, sel-sel tersebut menjalankan
fungsinya sebagai system pertahanan lanjutan dalam jaringan untuk melawan infeksi
dan dapat hidup hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Di dalam darah terdapat lima jenis leukosit yang berbeda yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit dimana masing-masing dengan struktur dan
fungsi khas tersendiri. Kelima jenis leukosit masuk ke dua kategori utama,
bergantung pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di dalam sitoplasmanya.
Neutrofil, eosinofil, dan basofil dikategorikan sebagai granulosit (berarti "sel yang
mengandung granula") polimorfonukleus (berarti "bentuk inti beragam"). Inti selsel
ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan bentuk bervariasi dan
sitoplasmanya mengandung banyak granula yang terbungkus membran. Sedangkan
monosit dan limfosit dikenal sebagai agranulosit (berarti "sel yang tidak memiliki
granula") mononukleus (berarti "satu inti"). Keduanya memiliki satu nukleus besar
yang tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada limfosit dan
memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit, leukosit yang paling
kecil, secara khas memiliki nukleus bulat besar yang menempati sebagian besar sel.
Fungsi masing-masing sel leukosit :

1. Neutrofil adalah spesialis fagositik, sel-sel ini menelan dan menghancurkan


bakteri secara intraseluler. Netrofil selalu menjadi pertahanan pertama
terhadap invasi bakteri. Selanjutnya, mereka melakukan pembersihan debris.
2. Eosinofil adalah spesialis jenis lain. Peningkatan eosinofil dalam darah
(eosinofilia) berkaitan dengan keadaan alergik (misalnya asma dan hay fever)
dan dengan infestasi parasit internal (misalnya cacing). Eosinofil jelas tidak
dapat menelan parasit cacing yang ukurannya jauh lebih besar tetapi sel ini
melekat ke cacing dan mengeluarkan bahan-bahan yang me-matikannya.
3. Basofil secara struktur dan fungsi cukup mirip dengan set mast, yang tidak
pernah beredar dalam darah, tetapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh.
Baik basofil maupun sel mast menyintesis dan menyimpan histamin dan
heparin, yaitu bahan kimia poten yang dapat dibebaskan jika terdapat
rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin merupakan hal yang penting
dalam reaksi alergik, sedangkan heparin mempercepat pembersihan partikel
lemak dari darah setelah kita makan makanan berlemak.
4. Monosit. Di tempat barunya, sel-sel monosit melanjutkan pematangan dan
menjadi sangat besar, berubah menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal
sebagai makrofag (makro berarti "besar"; faga berarti "pemakan"). Sebuah sel
fagositik hanya dapat menelan benda asing dalam jumlah terbatas sebelum
akhirnya mati.
5. Limfosit telah diprogram secara spesifik untuk membentuk pertahanan imun
terhadap sasaran-sasaran mereka. Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan
limfosit T (sel B dan T). Limfosit B menghasilkan antibodi, yang beredar
dalam darah dan bertanggung jawab dalam imunitas humoral, atau yang
diperantarai oleh antibodi. Limfosit T secara langsung menghancurkan sel
sasaran spesifiknya dengan mengeluarkan beragam zat kimia yang melubangi
sel korban, suatu proses yang dinamai imunitas selular. Sel sasaran sel T
mencakup sel tubuh yang dimasuki oleh virus dan sel kanker.

3. Klasifikasi dari pembesaran kelenjar getah bening berdasarkan etiologi !

a. Limfoma
 Definisi : Suatu jenis kanker darah yang melibatkan jaringan limfatik dimana
limfosit normal berubah menjadi bersifat kanker. Jenis limfosit dan pada tahap
yang mana dari siklus hidup limfosit menentukan jenis limfoma. Dua
kelompok utama adalah Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin
(LNH). Kelompok Limfoma Non-Hodgkin dapat dibagi menjadi Limfoma sel
T, sel B, dan sel NKT. Limfoma Sel B biasanya dibagi lagi menjadi limfoma
yang pertumbuhannya lambat (derajat rendah) dan agresif (derajat tinggi).

 Gejala :

Gejala awal kanker limfoma bisa terlihat dari munculnya pembengkakan


kelenjar getah bening, yang terasa seperti benjolan kecil di bawah kulit.
Benjolan tersebut bisa muncul di area leher, bagian atas dada, ketiak, perut,
sela-sela paha.

Gejala lain yang biasa dirasaka penderita kanker limfoma antara lain:

 Sakit tulang
 Batuk
 Kelelahan
 Limpa yang membesar
 Demam
 Keringat malam
 Gatal gatal
 Ruam pada lipatan kulit
 Sesak napas
 Kulit gatal
 Sakit perut
 Penurunan berat badan tanpa sebab.

Selain ciri-ciri di atas, ada beberapa gejala limfoma lain yang mungkin terjadi,
meski sangat jarang. Gejala tersebut, yaitu kejang, pusing, kaki dan lengan
terasa lemah, atau nyeri di bagian tubuh tertentu.

b. Adenoma

 Definisi : Tumor yang terbentuk di jaringan epitel dan melapisi kelenjar di


tubuh. Jenis tumor jinak adenoma yang paling sering terjadi adalah polip di
usus besar. Selain di usus besar, adenoma juga dapat tumbuh di hati, kelenjar
adrenal, kelenjar pituitari pada otak, atau kelenjar tiroid. Tumor jinak ini
biasanya perlu ditangani dengan operasi. Adenoma dikatakan
sebagai tumor tetapi tidak mencapai kanker karena pertumbuhannya yang
cukup lambat. Walaupun berada pada kelenjar, adenoma bukanlah bagian dari
kelenjar melainkan hasil ekskresi dari kelenjar tersebut.

Ada beberapa macam adenoma yakni adenoma basofilik, adenoma sebaseum,


adenoma kromofob, dan adenoma kolorektal, sesuai dengan nama jaringan
tempat terjadinya adenoma. Ada beberapa organ yang terpengaruh karena
adenoma seperti usus besar, kelenjar di bawah otak, kelenjar tiroid, payudara,
dan kelenjar adrenal yang menyebabkan sindrom cushing.  Adenoma juga
dapat bertumbuh di ginjal dan sel ini dapat berkembang menjadi sel kanker.
Selain organ tersebut, ada beberapa bagian tubuh lain yang dapat menderita
adenoma tetapi jarang ditemukan seperti hati, usus buntu, dan paru-paru.

c. Karsinoma
Karsinoma merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi
permukaan tubuh atau permukaaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti
sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim,
kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Karsinoma adalah kanker
sel epitel, yaitu sel yang melindungi permukaan tubuh, memproduksi hormon
dan membuat kelenjar. Contoh karsinoma adalah kanker kulit, kanker paru-
paru, kanker usus kanker payudara, kanker prostat dan kanker kelenjar tiroid.
 Gejala
Gejala kanker payudara lainya dapat ditemukan berupa benjolan pada ketiak,
perubahan ukuran dan bentuk payudara, keluar cairan darah atau berwarna
kuning sampai kehijau-hijauan yang berupa nanah. Ditandai juga dengan
putting susu atau areola (daerah coklat di sekeliling susu) payudara tampak
kerahan dan putting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal. gejala dan tanda
dini kanker payudara yang dikeluhkan penderita yaitu berupa benjolan yang
dapat dirasakan oleh penderita. Benjolan awal ini tidak menimbulkan rasa
sakit tetapi membuat permukan sebelah pinggir payudara tidak teratur.
Semakin membesar kanker pada payudara membuat benjolan yang menempel
pada kulit sehinga menimbulkan borok.
d. Limfadenopati
Limfadenopati merupakan suatu kondisi dimana nodus limfe (kelenjar getah
bening) mengalami abnormalitas baik dalam hal ukuran, konsistensi atau
jumlah. Secara umum, limfadenopati dibagi menjadi limfadenopati lokal
(localized / jika hanya satu regio) atau limfadenopati generalisata
(generalized / jika lebih dari satu regio). Penyebab tersering limfadenopati
adalah infeksi (S. aureus, M. tuberculosis), diikuti dengan keganasan
(lymphoma, leukemia, metastasis)
 Gejala
Limfadenopati menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran
kelenjar getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan
munculnya benjolan di bawah kulit, yang bisa terasa nyeri atau pun tidak.
Selain benjolan, penderita limfadenopati juga dapat merasakan gejala lain.
Gejala lain yang muncul dapat berbeda-beda, tergantung penyebab, lokasi
pembengkakan kelenjar getah bening, dan kondisi pasien. Di antaranya
adalah:

 Ruam kulit
 Lemas
 Demam
 Berkeringat ketika malam
 Berat badan turun

4. Diagnosis tetap

limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening. Kelenjar ini merupakan
bagian dari system limfatik yang memiliki peran pennting dalam menjaga system
kekebalan tubuh agar berfungsi dengan baik.

a. Etiologi :

limfadenitis terjadi akibat respon kelenjar getah bening terhadap infeksi bakteri,
virus, jamur atau parasite yang selanjutnya dapat menyebarkan infeksi tersebut
keseluruh system limfatik hanya dalam beberapa jam. Beberapa jenis mikrorganisme
yang dapat menyebabkan limfadenitis adalah :
 Bakteri, seperti Streptococcus, Staphylococcus aureus, Bartonella henselae,
Mycobacterium tuberculosis, Yersinia enterocolitica, Yersinia pestis, dan
Salmonella
 Virus, antara lain Cytomegalovirus, Epstein-barr, Parvovirus, dan Rubella
 Jamur, misalnya Histoplasma capsulatum
 Parasite, seperti Toksoplasma

Limfadenitis ada dua jenis yaitu :

 Limfadenitis local yaitu peradangan pada beberapa kelenjar getah bening


didekat asal infeksi, misalnya peradangan kelenjar getah bening dileher akibat
infeksi amandel
 Limfadenitis umum yaitu peradangan dibanyak kelenjar getah bening akibat
infeksi yang telah menyebar melalui aliran darah atau akibat penyakit lain
yang menyebar keseluruh tubuh
b. Epidemiologi
 Diindonesia, data epidemiologi nasional limfadenitis belum tersedia.
 Pada anak, limfadenitis dilaporkan paling banyak terjadi pada nodus limfe
servikal, aksila, dan inguinal.
 Limfadenitis merupakan gambaran klinis yang paling sering ditemukan pada
penderita tuberkulosis ekstra paru. Gambaran ini ditemukan pada 30-40%
kasus tuberkulosis ekstra paru dan paling banyak dijumpai pada bagian
servikal.
 Limfadenitis tuberkulosis (limfadenitis TB) paling banyak dialami oleh
wanita dan berhubungan erat dengan reaktivasi infeksi tuberkulosis laten.
Penelitian yang dilakukan di Denmark menunjukkan angka kejadian
limfadenitis tuberkulosis sebesar 9,4-15,7% per tahun dengan mayoritas
penderita berusia 25-44 tahun.
 Selain disebabkan oleh tuberkulosis, limfadenitis juga dapat disebabkan oleh
bakteri mikobakteria non-tuberkulosis (non-tuberculosis
mycobacteria atau NTM)
 Limfadenitis yang disebabkan oleh NTM paling banyak terjadi pada anak
imunokompeten berusia < 4 tahun. Angka kejadian dilaporkan berkisar 0,6-
4,5 per 100.000 anak dan paling banyak mempengaruhi regio servikofasial
c. Gejala atau tanda dari diagnosis kerja
1. Berkeringat di malam hari
2. Berat badan turun tiba-tiba
3. Demam
4. Munculnya gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas, seperti pilek dan
sakit saat menelan
5. Pembengkakan di tungkai, yang dapat menandakan penyumbatan pada
sistem limfatik
6. Kelenjar getah bening membesar dan keras bila diraba, yang bisa
menandakan tumor
7. Sering lemas
8. Tidak nafsu makan
9. Benjolan terasa nyeri tekan
10. Panas ketika diraba
d. Menentukan Diagnosis
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Tes darah, untuk mendeteksi tanda infeksi dan peradangan, seperti
peningkatan jumlah sel darah putih dan protein C-reaktif
2. Kultur darah dan cairan getah bening, untuk mengidentifikasi bakteri
penyebab infeksi dan melihat apakah infeksi telah menyebar ke aliran
darah
3. Pengambilan sampel (biopsi) dari kelenjar getah bening, untuk
mengetahui penyebab peradangan
4. Pemindaian dengan USG, foto Rontgen dan CT scan, untuk mendeteksi
kelenjar getah bening mana saja yang membengkak dan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya tumor di kelenjar getah bening
e. Prognosis Limfadenopati
Prognosis limfadenopati tergantung pada etiologi penyebabnya. Kelenjar
getah bening yang teraba di leher, biasanya pada anak, bisa menghilang
spontan dalam waktu 4-6 minggu. Prognosis akan memburuk pada kasus
keganasan, penyakit autoimun dan HIV. Komplikasi limfadenopati dapat
menyebabkan obstruksi organ atau jaringan sekitar, dan pada kasus keganasan
leukemia, bisa terjadi sindrom lisis tumor.
f. Komplikasi Limfadenopati
Pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan infeksi dan tidak
segera mendapatkan pengobatan yang tepat dapat menyebabkan pembentukan
abses. Abses adalah kumpulan nanah yang disebabkan infeksi. Nanah
biasanya berisi cairan, sel darah putih, jaringan mati, atau bahkan bakteri.
Abses mungkin harus mendapatkan perawatan dengan mengeluarkan dan
perawatan dengan antibiotik.
g. Tatalaksana untuk limfadenitis
Pengobatan Limfadenitis

gPengobatan harus disesuaikan dengan penyebab, lokasi pembengkakan kelenjar


getah bening, dan kondisi pasien. Pada beberapa kasus, limfadenopati dapat pulih
dengan sendirinya.
1. Infeksi. Pengobatan terhadap infeksi tergantung dari jenis infeksinya sendiri.
Infeksi bakteri adalah salah satu penyebab limfadenitis. Pengobatan
limfadenitis yang disebabkan oleh adnya infeksi bakteri dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotik. Dan tergantung dari penyebab infeksinya
2. Penyakit autoimun. Apabila pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan
oleh penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, maka pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan obat imunosupresif, seperti kortikosteroid.
Untuk rasa sakit yang dirasakan, dapat diberikan obat pereda rasa sakit,
seperti ibuprofen atau naproxen.
3. Kanker. Pengobatan limfadenopati yang disebabkan oleh kanker dilakukan
dengan mengatasi kanker itu sendiri. Tergantung jenis kanker dan kondisi
pasien, metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker
berupa operasi, radioterapi, atau kemoterapi.

h. Pencegahan Limfadenitis

Cara terbaik untuk mencegah limfadenitis adalah dengan menjalani gaya


hidup sehat agar Anda terhindar dari infeksi. Hal itu bisa didapat dengan
melakukan beberapa cara berikut:

1. Beristirahat yang cukup


2. Makan makanan bergizi
3. Rutin berolahraga
4. Menghindari orang yang sedang sakit
5. Rutin menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun
6. Segera mengoleskan antiseptik jika kulit Anda terluka dan tutup luka
dengan perban
DAFTAR PUSTAKA

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4 ed.
Jakarta: EGC; 1995.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:EGC.

Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam
Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan

Kanwar VS. Lymphadenopathy. Medscape [Online]. Available at URL:


https://emedicine.medscape.com/article/956340-overview.

Anda mungkin juga menyukai