“BENJOLAN DI LEHER”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 2 yang
berjudul “Benjolan Di Leher” ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD (Small Group Discussion).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Dian Rahadianti S.Ked selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group
Discussion) kelompok penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Hormat kami
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario LBM 2
BENJOLAN DI LEHER
Tn. R. berusia 45 tahun, dating ke RS X dengan mengeluhkan terdapat benjolan
di leher kiri sejak 1 bukan yang lalu. Benjolan sebesar kelereng yang dirasakan
makin lama makin besar, nyeri, dapat digerakkan, dan berwarna kemerahan. Tn
R. mengeluhkan sering lemas dan tidak nafsu makan. Keluhan in disertai dengan
adanya penurunan berat badan dari 50 kg menjadi 45 kg. tinggi badan 160 cm.
keluhan tidak demam, batuk, dan keringat malam, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Riwayat gejala yang tidak pernah dialami pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan Tanda Vital Compos Menis, TD 110/80,
N 80x/m, RR 20 x/m, T 36,7. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya
benjolan pada leher kiri tampak pembesaran KGB submandibular dengan
benjolan berbentuk kelereng, dengan ukuran 3x4 cm, konsistensi kenyal,
permukaan rata, mobile, nyeri, hiperemis, dan tidak panas. Pemeriksaan fisik
yang lain masih dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12 gr/dl, Hr 34%, leukosit
10.500 /uL, trombosit 246.000/uL, LED 110/jam, dan gula darah puasa 100
mg/dl. Pada pemeriksaan radiologi, jantung dalam batas normal dan paru tidak
ada kelainan, corakan brokonvaskular normal dan tidak ada infiltrate.
Pembesaran kelenjar getah bening ini disertai rasa nyeri dan kemerahan di
kulit serta keringat berlebihan (terutama di malam hari) merupakan gejala dari
limfadenitis. Limfadenitis umumnya disebabkan akibat infeksi bakteri, virus, parasit,
dan jamur. Limfadenitis menyebabkan gejala berupa pembesaran kelenjar getah
bening yang mengalami peradangan. Dalam keadaan normal, seharusnya kelenjar
getah bening tidak dapat diraba dari luar. Pembengkakan kelenjar getah bening di
leher terjadi karena adanya infeks sehingga menimbulkan peradangan sedangkan
keringat berlebihan akibat limfadenitis umumnya terjadi akibat perubahan
metabolisme tubuh.
Penurunan berat badan drastis tanpa melakukan apapun adalah salah satu
gejala limfosit yang dapat terjadi. Seseorang yang mengidap limfoma mungkin akan
mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan. Hal tersebut
terjadi karena sel kanker tersebut menghabiskan sumber energi seseorang. Selain itu,
tubuh juga akan menggunakan energi untuk menyingkirkan sel kanker yang berada di
dalam tubuh. Seperti banyak gejala lainnya yang dapat terjadi, penurunan berat badan
drastis dapat terjadi karena alasan lain seperti stres, depresi, penyakit pada saluran
pencernaan, hingga tiroid yang terlalu aktif. Limfoma adalah salah satu dari
kemungkinan terjadinya penurunan berat badan drastis yang tidak dapat dijelaskan
alasan terjadinya.
4. Apa hubungan tidak adanya demam, BAB dan BAK dengan benjolan
di bagian leher?
demam kelenjar tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam
beberapa minggu. Setelah sembuh, seseorang yang pernah terserang demam kelenjar
akan kebal terhadap penyakit ini. Demam kelenjar dalam dunia medis dikenal sebagai
mononukleosis. Demam adalah tanda sedang mengalami perlawanan terhadap
adanya gangguan baik karena infeksi ataupun gangguan yang melibatkan system
imun lainnya. Demam sendiri ditandai dengan peningkatan suhu diatas 37,5 derajat
celcius jadi perlu dilakukan pengukuran dengan termometer. Penyebab demam
sendiri bisa beragam, mulai dari infeksi baik karena virus, bakteri atau parasite yang
bisa menyerang saluran pernapasan, saluran kemih, saluran cerna ataupun lainnya,
pasca imunisasi, anak kekurangan cairan, terlalu lama terpapar matahari, radang
sendiri dan penyebab demam lain. Saat system kekebalan tubuh melakukan
perlawanan kelenjar limfe juga akan aktif sehingga bisa menimbulkan benjolan pada
kelenjar getah bening salah satunya pada area leher ketiak atau sela paha.Selain
itu benjolan di leher juga bisa disebabkan oleh penyebab lain seperti infeksi kelenjar
getah bening, infeksi kelenjar ludah ataupun juga adanya gangguan pada kelenjar
tiroid. Dan untuk BAB dan BAK yang berhubungan dengan benjolan pada bagian
leher tidak ada hubungannya.
LEARNING ISSUE
2. Proses pembentukan leukosit dan jelaskan komponen dan fungsi dari jenis-
jenis sel darah putih!
Semua leukosit pada dasarnya berasal dari prekursor umum sel punca
pluripoten yang tidak berdiferensiasi di sumsum tulang. Sel-sel yang ditakdirkan
untuk menjadi leukosit akhirnya berdiferensiasi menjadi berbagai turunan sel dan
berproliferasi di bawah pengaruh faktor stimulatorik yang sesuai. Granulosit dan
monosit hanya diproduksi di sumsum tulang, yang membebaskan leukosit matur ini
ke dalam darah. Limfosit aslinya berasal dari sel-sel prekursor di sumsum tulang
tetapi sebagian besar limfosit baru sebenarnya dihasilkan oleh koloni limfosit yang
sudah ada di jaringan limfoid yang pada awalnya terpopulasi oleh sel-sel yang berasal
dari sumsum tulang. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit jumlahnya
(sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 700 sel darah merah), bukan karena diproduksi
Iebih sedikit tetapi karena sel-sel ini hanya transit di darah. Dalam keadaan normal,
sekitar dua pertiga leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama neutrofil,
sementara sepertiga agranulosit, terutama limfosit. Namun, jumlah total sel darah
putih dan persentase masing-masing tipe dapat sangat bervariasi untuk memenuhi
kebutuhan pertahanan yang berubah. Berbagai jenis leukosit secara selektif
diproduksi dengan kecepatan bervariasi, bergantung pada jenis dan tingkat serangan
yang harus dihadapi oleh tubuh.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4-8
jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan
infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan sel sering kali berkurang. Hal ini
dikarenakan granulosit dengan cepat menuju jaringan yang terinfeksi untuk
melakukan fungsinya. Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam,
berada di dalam darah sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam
jaringan, sel-sel monosit membengkak sampai ukurannya yang sangat besar dan
berubah menjadi magrofag. Dalam bentuk makrofag, sel-sel tersebut menjalankan
fungsinya sebagai system pertahanan lanjutan dalam jaringan untuk melawan infeksi
dan dapat hidup hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Di dalam darah terdapat lima jenis leukosit yang berbeda yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit dimana masing-masing dengan struktur dan
fungsi khas tersendiri. Kelima jenis leukosit masuk ke dua kategori utama,
bergantung pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di dalam sitoplasmanya.
Neutrofil, eosinofil, dan basofil dikategorikan sebagai granulosit (berarti "sel yang
mengandung granula") polimorfonukleus (berarti "bentuk inti beragam"). Inti selsel
ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan bentuk bervariasi dan
sitoplasmanya mengandung banyak granula yang terbungkus membran. Sedangkan
monosit dan limfosit dikenal sebagai agranulosit (berarti "sel yang tidak memiliki
granula") mononukleus (berarti "satu inti"). Keduanya memiliki satu nukleus besar
yang tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada limfosit dan
memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit, leukosit yang paling
kecil, secara khas memiliki nukleus bulat besar yang menempati sebagian besar sel.
Fungsi masing-masing sel leukosit :
a. Limfoma
Definisi : Suatu jenis kanker darah yang melibatkan jaringan limfatik dimana
limfosit normal berubah menjadi bersifat kanker. Jenis limfosit dan pada tahap
yang mana dari siklus hidup limfosit menentukan jenis limfoma. Dua
kelompok utama adalah Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin
(LNH). Kelompok Limfoma Non-Hodgkin dapat dibagi menjadi Limfoma sel
T, sel B, dan sel NKT. Limfoma Sel B biasanya dibagi lagi menjadi limfoma
yang pertumbuhannya lambat (derajat rendah) dan agresif (derajat tinggi).
Gejala :
Gejala lain yang biasa dirasaka penderita kanker limfoma antara lain:
Sakit tulang
Batuk
Kelelahan
Limpa yang membesar
Demam
Keringat malam
Gatal gatal
Ruam pada lipatan kulit
Sesak napas
Kulit gatal
Sakit perut
Penurunan berat badan tanpa sebab.
Selain ciri-ciri di atas, ada beberapa gejala limfoma lain yang mungkin terjadi,
meski sangat jarang. Gejala tersebut, yaitu kejang, pusing, kaki dan lengan
terasa lemah, atau nyeri di bagian tubuh tertentu.
b. Adenoma
c. Karsinoma
Karsinoma merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi
permukaan tubuh atau permukaaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti
sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim,
kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Karsinoma adalah kanker
sel epitel, yaitu sel yang melindungi permukaan tubuh, memproduksi hormon
dan membuat kelenjar. Contoh karsinoma adalah kanker kulit, kanker paru-
paru, kanker usus kanker payudara, kanker prostat dan kanker kelenjar tiroid.
Gejala
Gejala kanker payudara lainya dapat ditemukan berupa benjolan pada ketiak,
perubahan ukuran dan bentuk payudara, keluar cairan darah atau berwarna
kuning sampai kehijau-hijauan yang berupa nanah. Ditandai juga dengan
putting susu atau areola (daerah coklat di sekeliling susu) payudara tampak
kerahan dan putting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal. gejala dan tanda
dini kanker payudara yang dikeluhkan penderita yaitu berupa benjolan yang
dapat dirasakan oleh penderita. Benjolan awal ini tidak menimbulkan rasa
sakit tetapi membuat permukan sebelah pinggir payudara tidak teratur.
Semakin membesar kanker pada payudara membuat benjolan yang menempel
pada kulit sehinga menimbulkan borok.
d. Limfadenopati
Limfadenopati merupakan suatu kondisi dimana nodus limfe (kelenjar getah
bening) mengalami abnormalitas baik dalam hal ukuran, konsistensi atau
jumlah. Secara umum, limfadenopati dibagi menjadi limfadenopati lokal
(localized / jika hanya satu regio) atau limfadenopati generalisata
(generalized / jika lebih dari satu regio). Penyebab tersering limfadenopati
adalah infeksi (S. aureus, M. tuberculosis), diikuti dengan keganasan
(lymphoma, leukemia, metastasis)
Gejala
Limfadenopati menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran
kelenjar getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan
munculnya benjolan di bawah kulit, yang bisa terasa nyeri atau pun tidak.
Selain benjolan, penderita limfadenopati juga dapat merasakan gejala lain.
Gejala lain yang muncul dapat berbeda-beda, tergantung penyebab, lokasi
pembengkakan kelenjar getah bening, dan kondisi pasien. Di antaranya
adalah:
Ruam kulit
Lemas
Demam
Berkeringat ketika malam
Berat badan turun
4. Diagnosis tetap
limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening. Kelenjar ini merupakan
bagian dari system limfatik yang memiliki peran pennting dalam menjaga system
kekebalan tubuh agar berfungsi dengan baik.
a. Etiologi :
limfadenitis terjadi akibat respon kelenjar getah bening terhadap infeksi bakteri,
virus, jamur atau parasite yang selanjutnya dapat menyebarkan infeksi tersebut
keseluruh system limfatik hanya dalam beberapa jam. Beberapa jenis mikrorganisme
yang dapat menyebabkan limfadenitis adalah :
Bakteri, seperti Streptococcus, Staphylococcus aureus, Bartonella henselae,
Mycobacterium tuberculosis, Yersinia enterocolitica, Yersinia pestis, dan
Salmonella
Virus, antara lain Cytomegalovirus, Epstein-barr, Parvovirus, dan Rubella
Jamur, misalnya Histoplasma capsulatum
Parasite, seperti Toksoplasma
h. Pencegahan Limfadenitis
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4 ed.
Jakarta: EGC; 1995.
Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam
Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan