Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 4

BLOK SISTEM HEMATOPOIETIN DAN IMUNOLOGI

“DEMAM ANAKKU NAIK TURUN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Desak Made Paramestri Dyah P. (019.06.0021)


Dinda Amalia Shaleha (019.06.0022)
Dinda Furqonisa Maligan (019.06.0023)
Dinda Siratun Islam (019.06.0024)
Gusti Ayu Candra Manika K. D (019.06.0031)
Putu Shanti Ayudiana Budi (019.06.0082)
Radiatam Mardiah (019.06.0083)
Risa Septia Karisma (019.06.0084)
Wayan Gede Mahisa Taruna (019.06.0091)
Wiriatul Hasanah (019.06.0092)

Tutor: dr. Aulia Mahdaniyati S, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 3 yang berjudul “Demam
Anakku Naik Turun” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD
(Small Group Discussion). Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak
bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Aulia Mahdaniyati S, S. Ked, selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group
Discussion) kelompok penulis.

2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 02 Desember 2020

Penulis

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I...........................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Skenario LBM 3.................................................................................4

1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................4

1.3 Mind Mapping...................................................................................5

BAB II.........................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 Definisi, Etiologi, dan Epidemiologi dari DBD.................................6

2.2 Patofisiologi dan Patogenesis dari DBD............................................7

2.3 Manifestasi klinis dan Tingkatan dari DBD.......................................9

2.4 Diagnosis skenario dan Diferensial diagnosis (diagnosis banding) dari


DBD………......................................................................................11

2.5 Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang untuk mendukung


diagnosis……………………………………………………………13

2.6 Tatalaksana penyakit DBD (Farmakologi dan Non-Farmakologi (KIE,


Prognosis))…………………………………………………………15

2.7 Komplikasi dari DBD……………………………………………...21

2.8 Komplikasi dan Penanganan Kegawatdaruratan Syok Anafilaksis..22

BAB III......................................................................................................25

PENUTUP.................................................................................................25

3.1 Kesimpulan.......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................26

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario LBM 4

DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


An. A, 15 tahun, tahun datang diantar ibunya ke UGD dengaan keluhan demam sejak 3
hari, Demam dirasakan turun naik terutama sore dan malam hari disertai menggigil. Ia juga
mengeluh sakit di bagian ulu hati, mual, kurang nafsu makan dan sakit kepala. BAK terakhir 2
jam yang lalu. Dua hari setelah demam, timbul bintik - bintik merah di kulit yang tidak terasa
gatal pada tangan dan kaki, keluhan mimisan dan gusi berdarah disangkal. Keluhan disertai
pegal-pegal, sakit pada otot badan dan sendi. Ia tidak BAB dari 3 hari yang lalu. Satu hari sejak
demam, An. A sempat dibawa berobat oleh ibunya ke praktek dokter umum dan diberi obat
penurun panas, ia lupa namanya. Setelah minum obat, demam dikatakan menurun tapi
kemudian demam timbul kembali setelah efek obatnya hilang.
Dokter di UGD melakukan pemeriksaan fisik pada An. A dan didapatkan vital sign,
Compos mentis, TD: 90/60 mmHg, N: 120x/m, t: 38,9, RR: 24 x/m, petekie (+) pada tangan
dan kaki, dandilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan HB: 9,6 gr% Ht: 52% Leukosit:
1700/mm3, Trombosit : 45.000/uL.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1. Definisi, Etiologi, dan Epidemiologi dari DBD ?


1.2.2. Patofisiologi dan Patogenesis dari DBD ?
1.2.3. Manifestasi klinis dan Tingkatan dari DBD ?
1.2.4. Diagnosis skenario dan Diferensial diagnosis (diagnosis banding) dari DBD ?
1.2.5. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis ?
1.2.6. Tatalaksana penyakit DBD (Farmakologi dan Non-Farmakologi (KIE,
Prognosis)) ?
1.2.7. Komplikasi dari DBD ?
1.2.8. Tipe-tipe demam dan contoh penyakitnya

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 4
1.3 Mind Mapping

Demam
anakku naik
turun

DBD

Pemeriksaan
Patofisiologi & Manifestasi Manifestasi
Definisi Etiologi Epidemologi fisik &
Patogenesisi Klinis Klinis
Penunjang

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Etiologi, dan Epidemiologi dari DBD ?


 Definisi
Demam Berdarah Dengue(DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, lemfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi dan penumpukan
cairan di rongga tubuh.
 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan sich virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow
fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus. Dalam laboratorium virus dengue
dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing. kelelawar dan
primata. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan antibodi terhadap virus
dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus
dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites.
 Epidemiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan sich virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti
Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus. Dalam laboratorium virus

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 6
dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing. kelelawar
dan primata. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan antibodi terhadap virus
dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus
dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites.

2.2 Patofisiologi dan Patogenesis dari DBD ?


a. Patofisiologi

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra
vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh,
cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan menimbulkan penurunan hematokrit.
Perubahan hemostasis pada Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok
Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2)
trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi.
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam
sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi
mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada telah meningkat.
Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam pada
hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga dan menghilang
setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada
infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima,
sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada
sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Trombositopenia dan gangguan

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 7
fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.
Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan tourniquet
positif, mudah mengalami memar, trombositopenia dan koagulopati.

b. Patogenesis

Hipotesis infeksi sekunder oleh virus yang heterologous (secondary heterologous


infection) menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan
serotype virus dengue yang heterolog akan mempunyai risiko yang lebih besar untuk
menderita Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue. Antibodi heterolog
yang telah ada sebelumnya akan mengenali virus lain yang telah menginfeksi dan
kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan
reseptor dari membrane sel leukosit, terutama makrofag.
Antibodi yang heterolog menyebabkan virus tidak dinetralisasi oleh tubuh sehingga
akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai
antibody dependent enhancement (ADE), yaitu suatu proses yang akan meningkatkan
infeksi sekunder pada replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear yaitu
terbentuknya komplek imun dengan virus yang berkadar antibodi rendah dan bersifat
subnetral dari infeksi primer.
Komplek imun melekat pada reseptor sel mononukleus fagosit (terutama makrofag)
untuk mempermudah virus masuk ke sel dan meningkatkan multiplikasi. Kejadian ini

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 8
menimbulkan viremia yang lebih hebat dan semakin banyak sel makrofag yang terkena.
Sedangkan respon pada infeksi tersebut terjadi sekresi mediator vasoaktif yang
mengakibatkan terjadinya keadaan hipovolemia dan syok.

2.3 Manifestasi klinis dan Tingkatan dari DBD ?


 Manifestasi klinis:

Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan manifestasi klinis,


yaitu demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan
kegagalan peredaran darah (circulatory failure). Patofisiologi yang membedakan dan
menentukan drajat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Dengue
(DD) yaitu peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, trombositopeni, dan distesis hemoragik.
Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti dengan
fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat.
Gejala Demam Berdarah Dengue yaitu demam tinggi mendadak antara 38 – 40
derajat celcius selama 2 – 7 hari, demam tidak dapat teratasi maksimal dengan
penularan panas biasa, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri sendi atau nyeri otot
(pegal – pegal), sakit kepala, nyeri atau rasa panas di belakang bola mata, wajah

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 9
kemerahan, sakit perut (diare), kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut
membesar.
Gejala lanjutannya terjadi pada hari sakit ke 3 – 5, merupakan saatsaat yang
berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue yaitu suhu badan akan turun, jadi
seolah–olah anak sembuh karena tidak demam lagi. Perlu di perhatikan tingkah laku si
anak, apabila demamnya menghilang, si anak tampak segar dan mau bermain serta mau
makan atau minum, biasanya termasuk demam dengue ringan. Tetapi apabila demam
menghilang tetapi si anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan atau
minum apapun apabila disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok.
Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena semua organ tubuh
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Hari ke 6
demam dan seterusnya, merupakan saat penyembuhan. Saat ini demam telah
menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak dijumpai lagi perdarahan baru, dan
nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah sembuh dari sakit, si anak masih
tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi beberapa hari
kemudian kondisi badan anak pulih kembali normal tanpa gejala sisa.
Proses penyembuhan DBD dengan atau tanpa adanya syok berlangsung singkat
dan sering kali tidak dapat diramalkan, bahkan dalam kasus syok stadium lanjut, segera
setelah syok teratasi, pasien sembuh dalam waktu 2 – 3 hari. Timbulnya kembali selera
makan merupakan prognostik yang baik. Fase penyembuhan ditandai dengan adanya
sinus bradikaridia atau aritmia jantung serta petekie yang menyeluruh sebagaimana
biasanya terjadi pada kasus DD.
Sebagai tanda penyembuhan kadangkala timbul bercak – bercak merah
menyeluruh di kedua kaki dan tangan dengan bercak putih di antaranya. Pada anak besar
mengeluh gatal di bercak tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang sangat luas
di kaki dan tangan anak itu pertanda telah sembuh dan tidak perlu di rawat.

 Klasifikasi derajat penyakit DBD menurut WHO (1997):


1) Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
torniquet.
2) Derajat II

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 10
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
3) Derajat III

Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, dan tampak gelisah.
4) Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.

Catatan: adanya trombositopenia disertai hemokonsentrasi membedakan DBD


derajat I/II dengan DD.

2. 4. Diagnosis skenario dan Diferensial diagnosis (diagnosis banding) dari DBD ?


 Diagnosis

WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:

Kriteria Klinik Menurut WHO Keadaan dan Hasil


Pemeriksaan An. A
Demam tinggi Demam naik turun
mendadak, terus selama 3 hari
menerus 2-7 hari (38,9oC)
Terdapat Ptekie (+) pada
manifestasi tangan dan kaki
perdarahan seperti
torniquet positif,
petechiae,
echimosis, purpura,
perdarahan mukosa,
epistaksis,
perdarahan gusi dan
hematemesis dan
atau melena
Pembesaran hati Sakit bagian Ulu
hati

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 11
 Syok  N: 120x/m,
ditandai  TD: 90/60
dengan nadi mmHg
lemah dan
cepat
 tekanan
darah turun,
 kulit dingin
dan lembab
terutama di
ujung jari
dan ujung
hidung,
sianosis
sekitar mulut
 gelisah.
Kriteria Laboratoris Trombositopenia Trombosit: 45.000
(100.000/ul atau /uL.
kurang)
Hemokonsentrasi, Ht: 52%
peningkatan
hematokrit 20%
atau lebih

Dari hasil perbandingan pada tabel di atas, maka An. A dapat didiagnosa Demam
Berdarah Dengue (DBD)

 Diferensial Diagnosa

Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri,


virus, atau penyakit protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis
chikungunya, malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi
dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.

a. DBD harus dibedakan pada deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh
LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN
Page 12
anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila
dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa
demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular,
injeksi kojungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif,
petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.

b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi,
misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis, anak sejak semula kelihatan sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas
terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada
hitung jenis). Pemeriksaan laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk
membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningkokokus jelas
terdapat rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.

c. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II,
oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari
pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dendgan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam
cepat 12 menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi, dan pada fase penyembuhan
DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.

d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia
demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan
darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia
aplastik anak sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder3 .

e. Demam Tifoid , Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella typhii. Tifus dapat menular dengan cepat, umumnya melalui
konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung
bakteri Salmonella typhii.

f. Malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium ,dalam darah atau jaringan yang
dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen dengan tes
cepat, ditemukan DNA/ RNAt pada pemeriksaan PCR. lnfeksi malaria dapat
menyebabkan splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala
(asimtomatis).

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 13
2.5 Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis ?
A. Pemeriksaan Fisik DBD

a) Demam dengan suhu > 37,5 – 40 derajat


b) Terdapat ruam atau bintik merah pada kulit, peteki, ekimosis ataupun purpura
c) Uji Tourniquet atau Rumple Leed positif, dengan ditemukannya peteki
d) Perdarahan mukosa 
e) Perubahan frekuensi nadi, menjadi lebih cepat, kadang sampai tidak teraba jika terjadi
syok
f) Kulit pucat, dingin dan lembab pada bagian ujung jari kaki,tangan dan hidung
g) Otot sakit dan nyeri.
h) Gangguan gastrointestinal.(Trisnadewi, 2016)

B.  Pemeriksaan Penunjang

1.  Laboratorium 
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit
dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru.

• Leukosit: dapat normal atau menurun.


• Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. 
• Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20%o dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam. 
• Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimet atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah. 
• Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. SGOT/SGPT
dapat meningkat. 
• Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal. 
• Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. 
• Golongan darah dan cross motch (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah
atau komponen darah.
• Imunoserologi dilakukan pemeriksaan lgM dan lgG terhadap dengue. lgM: terdeteksi

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 14
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
lgG: pada infeksi primer, lgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder lgG mulaiterdeteksi hari ke-2. 
• Uji Hl: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
• NS 1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke
delapan. 
2.6 Tatalaksana penyakit DBD (Farmakologi dan Non-Farmakologi (KIE, Prognosis)) ?
 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk demam dengue, prinsip yang paling utama
adalah terapi suportif. Terapi cairan secara oral merupakan tindakan paling penting dalam
penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan secara oral tidak adekuat, maka diperlukan
tambahan secara intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Telah disusun protokol penatalaksanaan DBD untuk pasien dewasa oleh Perhimpunan
Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia berdasarkan kriteria:
1. Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan berdasarkan indikasi
2. Praktis dalam pelaksanaan
3. Mempertimbangkan keefektivitasan biaya

Protokol 1
Penanganan pasien dewasa yang dicurigai DBD tanpa syok

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 15
Gambar 3. Penanganan tersangka (Probable) DBD dewasa tanpa syok

Protokol ini digunakan dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita DBD
atau yang dicurigai DBD di Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta untuk memutuskan
indikasi rawat. Seseorang yang dicurigai DBD dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb),
hemotokrit (Ht), dan trombosit di IGD apabila:
1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000 – 150.000 dapat dipulangkan
atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya untuk dilakukan
pemeriksaan ulang, atau apabila keadaan penderita memburuk segera kembali ke IGD
2. Hb, Ht normal, tetapi trombosi < 100.000 dianjurkan untuk dirawat
3. Hb, Ht meningkat, trombosit normal atau menurun dianjurkan untuk dirawat

Protokol 2
Pemberian cairan pada pasien dewasa yang dicurigai DBD di ruang rawat

Gambar 4. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, maka dirawat
dan diberikan cairan kristaloid dengan rumus:
1500 + [20 x (BB dalam kg – 20)]
Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht setiap 24 jam:

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 16
1. Bila Hb, Ht meningkat 10% - 20% dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan
tetap sesuai rumus dan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 12 jam
2. Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan sesuai
protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.
Protokol 3
Penatalaksanaan penderita DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%

Gambar 5. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%

Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh telah mengalami defisit cairan
sebanyak 5%. Pada kadaan ini, diberikan cairan 6 – 7 ml/kg/jam dan pasien dipantau selama 3 –
4 jam. Apabila terdapat perbaikan dengan tanda penurunan Ht, penurunan frekuensi nadi,
tekanan darah stabil, dan produksi urin meningkat, maka cairan dikurangi menjadi 5 ml/kg/jam
serta lakukan pemantauan selama dua jam. Apabila terdapat tanda-tanda perbaikan, maka
pemberian cairan diturunkan menjadi 3 ml/kg/jam. Bila selama pemantauan terus terjadi
LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN
Page 17
perbaikan, maka pemberian cairan dapat dihentikan selama 24 – 48 jam kemudian.
Apabila tidak terjadi perbaikan dengan tanda hematokrit dan nadi meningkat, tekanan
darah turun < 20 mmHg, dan urin menurun, selama pemberian cairan awal, yaitu 6 – 7
ml/kg/jam, maka pemberian cairan harus ditingkatkan menjadi 10 ml/kg/jam. Bila tampak
perbaikan, maka cairan dapat diturunkan sebanyak 5 ml/kg/jam, tetapi apabila semakin
memburuk, cairan harus ditingkatkan menjadi 15 ml/kg/jam. Apabila setelah dipantau selama
dua jam keadaan semakin memburuk dan didapatkan tanda – tanda syok, maka pasien segera
diberikan tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok teratasi, cairan dapat
diberikan seperti terapi cairan awal.

Protokol 4
Penatalaksaan perdarahan spontan pada penderita DBD dewasa

Gambar 6. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada pasien DBD dewasa

Perdarahan spontan dan masif pada pasien dewasa ditandai dengan perdarahan di hidung
(epistaksis) yang tidak terkendali dengan tampon, perdarahan saluran pencernaan (hematemesis,
melena, hematoskezia), perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4 – 5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan tersebut
tetap diberikan tatalaksana pada DBD tanpa syok. Pantau tekanan darah, nadi, pernafasan, da
jumlah urin sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, trombosit, dan hemostasis, serta
dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 4 – 6 jam. Pemberian heparin apabila

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 18
secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda – tanda koagulasi intravaskular diseminata (KID).
Transfusi komponen darah sesuai indikasi. Fresh Frozen Plasma (FFP) diberikan pada
defisiensi faktor pembekuan darah (PT dan aPTT memanjang). Pocket Red Cell (PRC)
diberikan pada Hb < 10 g/dl. Trombosit diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan
dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3 dengan atau tanpa tanda KID.

Protokol 5
Penatalaksanaan sindrom syok dengue pada penderita dewasa

Gambar 7. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa

Pertama kali yang harus dilakukan adalah syok harus segera diatasi dan cairan
intravaskular yang hilang segera diganti. Kematian pada sindrom syok dengue (SSD) terjadi
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan DBD tanpa syok. Kejadian ini terjadi akibat
keterlambatan pasien mendapatkan pertolongan, kurangnya keawaspadaan terhadap tanda –
tanda awal syok, dan penatalaksanaan yang tidak adekuat.

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 19
Adapula beberapa rencana penatalaksanaan komprehensif adalah :
a. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500- 1000 mg).
b. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
c. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue, yaitu:

Gambar 8. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue

Selain itu pada pasien demam berdarah perlu juga dilakukan konseling dan edukasi.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konseling dan edukasi adalah :
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada
pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD,

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 20
terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh
sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit.
b. Modifikasi gaya hidup
1. Melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur, menutup.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
melakukan olahraga secara rutin.

Pada beberapa kasus yang tidak dapat diterapi di pelayanan kesehatan primer, seorang
dokter dapat merujuk pasien dengan demam berdarah jika ada beberapa kriteria berikut:
a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik.
c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang, penurunan
kesadaran, dan lainnya.
 Prognosis
Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis baik bila
ditanganidengan baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi kelalaian dalam mengontrol
terjadinya syok yang dapatsegera menyebabkan kematian

2.7 Komplikasi dari DBD ?


a. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan


dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat
juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi
intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah
otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan
diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera dikurangi.
Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3.
Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila
terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 21
disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah
diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi
jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan
nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat
diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
a. Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.
Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah
teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi
dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin
dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
b. Udema paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan
yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang
diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan
diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit
tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab
pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius
walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut: Dehidrasi, Pendarahan, Jumlah platelet yang
rendah, Hipotensi, Bradikardi dan Kerusakan hati.
2.8 Tipe-tipe demam beserta contoh penyakitnya

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 22
Beberapa jenis demam dapat dimiliki oleh satu penyakit tergantung dari fase penyakit,
misal pada awal penyakit demam tifoid, pola demam bisa berupa remiten dan selanjutnya
bisa berupa kontinu. Namun tidak selalu suatu penyakit mempunyai jenis demam yang
spesifik.
Di bawah ini adalah berbagai jenis demam yang dapat membantu dalam menegakkan
dignosis menurut IDAI (2008).
1. Demam kontinu, Demam dengan varisi diurnal di antara 1,0-1,5oF (0,55-0,82oC).
Dalam kelompok ini, demam meliputi penyakit pneumonia tipe lobar, infeksi
kuman Gram-negatif, riketsia, demam tifoid, gangguan sistem saraf pusat,
tularemia, dan malaria falciparum.
2. Demam Intermiten, Demam dengan variasi diurnal >lo C, suhu terendah mencapai
suhu normal misal: endokarditis bakterialis, malaria, bruselosis.
3. Demam remiten, Demam dengan variasi normal lebar >lo C, tetapi suhu terendah
tidak mencapai suhu normal, ditemukan pada demam tifoid fase awal dan berbagai
penyakit virus.
4. Pola demam tersiana dan kuartana, Merupakan demam intermiten yang ditandai
dengan periode demam yang diselang dengan periode normal. Pada demam
tersiana, demam terjadi pada hari ke-1 dan ke-3 (malaria oleh Plasmodium vivax)
sedangkan kuartana pada hari ke-1 dan ke-4 (malaria oleh Plasmodium malariae).
5. Demam saddleback/pelana (bifasik), Penderita mengalami beberapa hari demam
tinggi disusul oleh penurunan suhu, lebih kurang satu hari, dan kemudian timbul
demam tinggi kembali. Tipe ini didapatkan pada beberapa penyakit seperti dengue,
yeilow fever, Colorado tick fever, Rit valley fever, dan infeksi virus misalnya
influenza, poliomielitis, dan koriomeningitis lirnfositik.
6. Demam intermiten hepatik (demam Charcot), Demam dengan episode dema yang
sporadis, terdapat penurunan temperatur yang jelas dan kekambuhan demam. Hal
ini adalah pola yang sering te rjadi dan dapat dipercayai pada kolangitis, biasanya
terkait dengan kolelitiasis, ikterik, leukositosis, dan adanya tanda-tanda toksik.
7. Demam Pel-Ebstein, Demam yang ditandai oleh periode demam setiap minggu atau
lebih lama dan periode afebril yang sama durasinya disertai dengan berulangnya
siklus. Keadaan ini terjadi pada penyakit Hodgkin, bruselosis dari tipe Brucella
melitensis.

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 23
8. Kebalikan dari pola demam diurnal (typhus inversus), Demam dengan kenaikan
temperatur tertinggi pada pagi hari bukan selama senja atau di awal malam.
Kadang-kadang ditemukan pada tuberkulosis rnilier, salrnonelosis, abses hepatik,
dan endokarditis bakterial.
9. Reaksi Jarisch-Herxheimer, Demam dengan peningkatan temperatur yang sangat
tajam dan eksaserbasi manifestasi klinis, terjadi beberapa jam sesudah pemberian
terapi penisilin pada sifilis primer atau sekunder, keadaan ini dapat pula terjadi pada
leptospirosis, dan relapsing fever, juga sesudah terapi tetrasiklin atau klorarnfenikol
pada bruselosis akut.
10. Relapsing fever, Seperti demam Pel-Epstein namun serangan demam
berlangsung setiap 5-7 hari.

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot,
dan atau nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeni,
dan diathesis hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan degue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan (syok)1 Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan
transmisi virus dengue yaitu: 1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2)
pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K. 2015. Basic Pathology Robbins. 9th Ed. Canada: Elsevier.

Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.

Guyton and Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Ed-11. Jakarta: EGC

Nopianto B. 2012. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lama Rawat Inap


Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP DR Kariadi Semarang.
Universitas Diponegoro.
<http://eprints.undip.ac.id/37550/1/hasri_nopianto_-_laporan_hasil_kti.pdf>
(Diakses pada 1 Desember 2020).

Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia. Ed-8. Jakarta: EGC

Suardamana, Ketut, dr., Sp.PD-KAI.2018. Demam Berdarah Dengue. Universitas


Udayana

Sudoyo, A; Setiyohadi, S; Alwi, I; Setiati, S; Simadibrata, M (Eds.). 2014. Buku


Ajar Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: Internal Publishing.

Suhendro, dkk. 2009. Demam Berdarah Dengue. Dalam Sudoyo dkk (Ed.). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, 2733-2779. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Tortora GJ & Derrickson B. 2013. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc.

LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN


Page 26

Anda mungkin juga menyukai