DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 3 yang berjudul “Demam
Anakku Naik Turun” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD
(Small Group Discussion). Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak
bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Aulia Mahdaniyati S, S. Ked, selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group
Discussion) kelompok penulis.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I...........................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II.........................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................6
BAB III......................................................................................................25
PENUTUP.................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................26
Demam
anakku naik
turun
DBD
Pemeriksaan
Patofisiologi & Manifestasi Manifestasi
Definisi Etiologi Epidemologi fisik &
Patogenesisi Klinis Klinis
Penunjang
Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra
vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh,
cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan menimbulkan penurunan hematokrit.
Perubahan hemostasis pada Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok
Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2)
trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi.
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam
sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi
mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada telah meningkat.
Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam pada
hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga dan menghilang
setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada
infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima,
sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada
sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Trombositopenia dan gangguan
b. Patogenesis
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
torniquet.
2) Derajat II
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, dan tampak gelisah.
4) Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.
WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:
Dari hasil perbandingan pada tabel di atas, maka An. A dapat didiagnosa Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Diferensial Diagnosa
a. DBD harus dibedakan pada deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh
LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN
Page 12
anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila
dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa
demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular,
injeksi kojungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif,
petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.
b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi,
misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis, anak sejak semula kelihatan sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas
terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada
hitung jenis). Pemeriksaan laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk
membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningkokokus jelas
terdapat rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.
c. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II,
oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari
pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dendgan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam
cepat 12 menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi, dan pada fase penyembuhan
DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.
d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia
demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan
darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia
aplastik anak sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder3 .
e. Demam Tifoid , Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella typhii. Tifus dapat menular dengan cepat, umumnya melalui
konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung
bakteri Salmonella typhii.
f. Malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium ,dalam darah atau jaringan yang
dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen dengan tes
cepat, ditemukan DNA/ RNAt pada pemeriksaan PCR. lnfeksi malaria dapat
menyebabkan splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala
(asimtomatis).
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit
dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru.
Protokol 1
Penanganan pasien dewasa yang dicurigai DBD tanpa syok
Protokol ini digunakan dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita DBD
atau yang dicurigai DBD di Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta untuk memutuskan
indikasi rawat. Seseorang yang dicurigai DBD dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb),
hemotokrit (Ht), dan trombosit di IGD apabila:
1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000 – 150.000 dapat dipulangkan
atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya untuk dilakukan
pemeriksaan ulang, atau apabila keadaan penderita memburuk segera kembali ke IGD
2. Hb, Ht normal, tetapi trombosi < 100.000 dianjurkan untuk dirawat
3. Hb, Ht meningkat, trombosit normal atau menurun dianjurkan untuk dirawat
Protokol 2
Pemberian cairan pada pasien dewasa yang dicurigai DBD di ruang rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, maka dirawat
dan diberikan cairan kristaloid dengan rumus:
1500 + [20 x (BB dalam kg – 20)]
Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht setiap 24 jam:
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh telah mengalami defisit cairan
sebanyak 5%. Pada kadaan ini, diberikan cairan 6 – 7 ml/kg/jam dan pasien dipantau selama 3 –
4 jam. Apabila terdapat perbaikan dengan tanda penurunan Ht, penurunan frekuensi nadi,
tekanan darah stabil, dan produksi urin meningkat, maka cairan dikurangi menjadi 5 ml/kg/jam
serta lakukan pemantauan selama dua jam. Apabila terdapat tanda-tanda perbaikan, maka
pemberian cairan diturunkan menjadi 3 ml/kg/jam. Bila selama pemantauan terus terjadi
LBM 4 DEMAM ANAKKU NAIK TURUN
Page 17
perbaikan, maka pemberian cairan dapat dihentikan selama 24 – 48 jam kemudian.
Apabila tidak terjadi perbaikan dengan tanda hematokrit dan nadi meningkat, tekanan
darah turun < 20 mmHg, dan urin menurun, selama pemberian cairan awal, yaitu 6 – 7
ml/kg/jam, maka pemberian cairan harus ditingkatkan menjadi 10 ml/kg/jam. Bila tampak
perbaikan, maka cairan dapat diturunkan sebanyak 5 ml/kg/jam, tetapi apabila semakin
memburuk, cairan harus ditingkatkan menjadi 15 ml/kg/jam. Apabila setelah dipantau selama
dua jam keadaan semakin memburuk dan didapatkan tanda – tanda syok, maka pasien segera
diberikan tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok teratasi, cairan dapat
diberikan seperti terapi cairan awal.
Protokol 4
Penatalaksaan perdarahan spontan pada penderita DBD dewasa
Perdarahan spontan dan masif pada pasien dewasa ditandai dengan perdarahan di hidung
(epistaksis) yang tidak terkendali dengan tampon, perdarahan saluran pencernaan (hematemesis,
melena, hematoskezia), perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4 – 5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan tersebut
tetap diberikan tatalaksana pada DBD tanpa syok. Pantau tekanan darah, nadi, pernafasan, da
jumlah urin sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, trombosit, dan hemostasis, serta
dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 4 – 6 jam. Pemberian heparin apabila
Protokol 5
Penatalaksanaan sindrom syok dengue pada penderita dewasa
Pertama kali yang harus dilakukan adalah syok harus segera diatasi dan cairan
intravaskular yang hilang segera diganti. Kematian pada sindrom syok dengue (SSD) terjadi
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan DBD tanpa syok. Kejadian ini terjadi akibat
keterlambatan pasien mendapatkan pertolongan, kurangnya keawaspadaan terhadap tanda –
tanda awal syok, dan penatalaksanaan yang tidak adekuat.
Selain itu pada pasien demam berdarah perlu juga dilakukan konseling dan edukasi.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konseling dan edukasi adalah :
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada
pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD,
Pada beberapa kasus yang tidak dapat diterapi di pelayanan kesehatan primer, seorang
dokter dapat merujuk pasien dengan demam berdarah jika ada beberapa kriteria berikut:
a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).
b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik.
c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang, penurunan
kesadaran, dan lainnya.
Prognosis
Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis baik bila
ditanganidengan baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi kelalaian dalam mengontrol
terjadinya syok yang dapatsegera menyebabkan kematian
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.
Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah
teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi
dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin
dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
b. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan
yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang
diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan
diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit
tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab
pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius
walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut: Dehidrasi, Pendarahan, Jumlah platelet yang
rendah, Hipotensi, Bradikardi dan Kerusakan hati.
2.8 Tipe-tipe demam beserta contoh penyakitnya
3.1 Kesimpulan
Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot,
dan atau nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeni,
dan diathesis hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan degue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan (syok)1 Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan
transmisi virus dengue yaitu: 1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2)
pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan
Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Suhendro, dkk. 2009. Demam Berdarah Dengue. Dalam Sudoyo dkk (Ed.). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, 2733-2779. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tortora GJ & Derrickson B. 2013. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc.