Anda di halaman 1dari 6

SISTEM SARAF PUSAT DAN PERIFER

Sistem saraf pada manusia dibagi menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf pusat
(SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Susunan saraf pusat terdiri atas otak (encephalon) dan
medulla spinalis. Komponen sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan spinalis yang
terletak diluar sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat dilindungi oleh cranium dan cairan
serebrospinal yang mengelilingi dan melindungi otak dan medula spinalis, didalam cranium
dan foramen vertebral terdapat meninges yaitu suatu jaringan ikat yang terdiri dari tiga
lapisan yaitu dura mater, araknoid mater dan piamater (Eraschenko, 2010).
Cairan serebrospinalis (CSS) adalah cairan jernih yang menjadi bantalan bagi otak
dan medulla spinalis yang menyebabkan kedua organ ini mengapung sebagai alat proteksi
terhadap cedera fisik. CSS diproduks oleh Plexus choroideus dari ventrikel lateral ketiga dan
ke empat. Pleksus choroideus terdiri atas lapisan kaya vaskularisasi dari lapisan
leptomeninges (piamater dan arachnoid) yang dilapisi oleh epithelium cuboid selapis. Pleksus
ini tersusun seperti pohon. Didalam silia terdapat jaringan ikat , fibroblas, sel-sel plasma, sel
mast dan makrofag (Eraschenko, 2010).

Gambar 2. Pleksus koroideus (1 Epithelium of the choroid plexus;2 Capillaries


with erythrocytes;3 Cerebrospinal fluid (CSF) (Kuehnel, 2003).
Jaringan saraf secara mikroskopik disusun oleh sel-sel saraf (neuron) yang disokong
oleh sel-sel penyokong yang dikenal sebagai sel-sel neuroglia atau sel-sel glia.
a. Morfologi Neuron
Setiap neuron terdiri dari soma atau badan sel (corpus neuronis), banyak dendrit
dan satu akson. Badan sel mengandung nukleus, nukleolus, berbagai organel, dan
sitoplasma atau perikaryon. Dari badan sel muncul tonjolan-tonjolan sitoplasma yang
disebut dendrit yang membentuk percabangan dendritik. Neuron dikelilingi oleh sel

penunjang yang lebih kecil dan lebih banyak yaitu neuroglia. Sel-sel ini membentuk
komponen nonneuron dalan sistem saraf pusat (Eraschenko, 2010).

Gambar 3. Neuron (Kuehnel, 2003).


Berdasarkan jumlah percabangan dendritnya, neuron dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Neuron multipolar : neuron yang memiliki lebih dari dua cabang sel, satu cabang
menjadi akson dan cabang lainnya menjadi dendrit.
2. Neuron bipolar, dengan satu dendrit dan akson satu;
3. Neuron pseudounipolar, yang memiliki cabang tunggal yang dekat dengan perikaryon
dan terbagi menjadi dua cabang. Proses ini kemudian membentuk T, dengan satu
cabang meluas ke akhir perifer dan lainnya terhadap sistem saraf pusat. Dalam
neuron pseudounipolar, rangsangan yang diambil oleh dendrit berjalanan langsung ke
terminal akson tanpa melalui perikaryon tersebut.

Neuron pseudounipolar (Kuehnel, 2003)

b. Selubung mielin dan mielininasi akson


Di sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer terdapat sel-sel sangat khusus yang
membungkus akson berkali-kali untuk membentuk lapisan-lapisan membran sel
modifikasi dan selubung kaya-lemak mengelilingi akson yang dinamai selubung
mielin (stratum mielini). Selubung berjalan dari segmen awal akson ke cabang-cabang
terminal. Di sepanjang akson bermielin terdapat banyak celah atau ruang sempit di
selubung mielin di antara sel-sel yang membungkus akson tersebut. Celah

ini

dinamai oleh nodus Ranvier (nodus interruptions myelini). Akson di sistem saraf
pusat dan perifer dapat bermielin ataun tidak bermielin (Eraschenko, 2010).

Gambar 6. Nodus Ranvier (Kuehnel, 2003)


Di sistem saraf perifer semua akson dikelilingi oleh sel schwan
(Schwannocytus) membungkus akson tidak bermielin. Sel schwan membungkus
akson perifer dan mengikuti seluruh panjang akson, dari pangkalnya ke ujung di otot
atau kelenjar. Setiap sel schwann dapat membungkus banyak akson tidak bermielin;
akson tidak bermielin tidak memiliki nodus Ranvier karena sel Schwann membentuk
suatu selubung kontinu, tidak terdapat sel Schwaann di sisitem saraf pusat. Aksonakson di sistem saraf pusat mengalami mielinisasi oleh sel neuroglia yang disebut
oligodendrosiy (oligodendrocytus) (Eraschenko, 2010).

Gambar 7. Peripheral nerve: A - Axon, M Myelin (Ravindranath et al.,2012).


c. Subtansia alba dan grisea; Neuroglia
Otak dan medulla spinalis mengandung substansia grisea dan substansia alba.
Substansia grisea pada sistem saraf pusat terdiri dari neuron-neuron, dendrit-dendrit
dan sel penunjang yang disebut neuroglia. Bagian ini mencerminkan tempat koneksi
atau sinaps antara berbagai neuron dan dendrit. Substansia grisea melapisi permukaan
serebrum dan serebelum. Ukuran, bentuk dan cara pembentukkan cabang berbagai
neuron ini sangat bervariasi dan bergantung pada bagian SSP. Substansia alba di SSP
tidak mengandung badan neuron dan terutama terdiri dari akson bermielin, sebagian
akson tidak bermielin dan oligodendrosit sebagai penunjang. Selubung mielin
disekitar akson menimbulkan warna putih dibagian SSP (Eraschenko, 2010).
Neuroglia adalah sel penunjang nonneural yang memiliki banyak percabangan
di SSP dan mengelilingi neuron, akson, dan dendrit. Sel ini menghantarkan impuls,
tetapi secara morfologi dan fungsinal berbeda dari neuron, empat jenis sel neuroglia
adalah astrosit, oligodendrosit, mikroglia dan sel ependimal (Eraschenko, 2010).

Gambar 8. (a) astrocyte;(b) Protoplasmic astrocyte;(C) Microglial cell; (D)


Oligodendrocytes (Abrahamsohn et al., 2007)
d. Medulla spinalis
Pada pembesaran lebih kuat dari potongan melintang medulla spinalis
memperlihatkan substansia grisea, substansia alba, neuron, neuroglia dan akson yang
dipulas dengan hematoksilin eosin.

Gambar 9. Medulla spinalis: bagian transisional subtansia alba dan grisea


(Abrahamsohn et al., 2007)
Sel-sel pada kornu anterior grisea di medulla spinalis daerah thorakal adalah
neuron motorik multipolar. Sitoplasmanya memiliki inti vesikular, nukleolus, yang
lebih jelas dan gumpalan kasar material basofilik yang disebut subtansia Nissl.
Substansia Nissl meluar ke dalam dendrit namun tidak ke dalam akson (Eraschenko,
2010).
e. Nerve fiber dan ujung saraf
Tiap serat saraf perifer, sensoris, motoris atau sekretorius akhirnya berujung
pada organ (badan) perifer dengan satu atau beberapa cabangnya. Beberapa serat saraf
bercabang sebagai ujung akhir saraf bebas diantara sel jaringan. Serat saraf yang
berakhir pada reseptor sensoris adalah dendrit dan yang berakhir sebagai ujung
motoris atau sekretorius adalah akson. Ada 3 kelompok ujung akhir saraf:
1. Yang berakhir pada otot skeletal (cakram motorik atau motor end plate, muscle
spindle).
2. Cakram motorik atau motor end plate bersifat motorik (efektor), sedangkan
muscle spindle bersifat sensorik.
3. Yang berakhir pada epitel (ujung akhir saraf bebas, bersifat sensoris).
4. Yang berakhir pada jaringan ikat (badan Vater Pacini, Meissner, dsbnya
sifatnya sensoris).

Gambar 10. Nerve fiber (Sorenson, 2008).


Abrahamsohn, P., Santos, M., Zorn, T. 2007. Basic Histology atlas and text. McGrawHill: USA.
Eroschenko, V. 2010. Atlas Histologi Difiore edisi 11. EGC: Jakarta
Garman, R. 2011. Histology of the central nervous system. Sosiety of toxicologic
pathology journal. Sage publication: 39 (1). Diakses tanggal 22/08/2014
dari http://tpx.sagepub.com/content/39/1/22.full.pdf+html
Kuehnel, W. 2003. Color atlas of cytology, histology, and microscopic anatomy.
Thieme stuttgart: New york.
Ravindranath, R 2012. MV10B Stain as a Broad Spectrum Stain in Histology - A
Substitute for Haemotoxylin & Eosin Stain. International Journal of Health
Sciences

&

Researc:

2(8).

Diakses

tanggal

22/08/2014

dari

www.ijhrs.org/123489990111/abbcrsshsjs.pdf
Sarenson, R. 2008. Atlas of human histology: a guide to microscopic structural cell,
tissue, and organs. University of Minnesota Book Store. Diaksess tanggal
22/08/2014 dari http://www.histologyguide.org/About_Us/Sorenson.html.

Anda mungkin juga menyukai