Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

SEJARAH PERKEMBANGAN SEL, KONSEP DAN TEORI SEL, CARA


MEMPELAJARI SEL

Disusun Oleh :

Dian Novita (15308141037)

Cicilia Retno K (15308141038)

Rida Agustin (15308141053)

Wicak Aji P (153081440)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVRSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil penyusun makhluk hidup. Sel
pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1666 berupa ruangan-ruangan kecil
dalam pengamatan sayatan gabus. Perkembangan penemuan sel berjalan seiring
perkembangan mikroskop.Mikroskop pertama kali ditemukan pada tahun 1645 oleh Antony
van Leuwenhoek,dimana mikroskop sangat berperan dalam membantu perkembangan
pengkajian ilmu-ilmu tentang sel.
. Seiring dengan perkembangan teknologi, mikroskop yang dirancang semakin
canggih sehingga konsep sel lebih berkembang. Semakin berkembangnya konsep sel maka
struktur sel semakin rumit, sehingga untuk mempelajari struktur, menemukan komposisi
molekuler sel, serta memahami kerja setiap komponennya digunakan dua cara atau metode
mempelajari sel, yaitu dengan teknik analisis instrumental dan teknik analisis sitologi dan
sitokimia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan sel ?
2. Bagaimana teori dan konsep tentang sel ?
3. Bagaimana cara mempelajari sel ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah perkembangan sel
2. Mengetahui teori dan konsep tentang sel
3. Mengetahui cara mempelajari sel
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN SEL


Sel merupakan satuan unit struktural dan fungsional penyusun makhluk hidup.
Aristoteles dan Paracelsus yang merupakan ahli filsafat kuno mengemukakan bahwa
“hewan dan tumbuhan terdiri atas beberapa unsur yang sangat rumit yang selalu terdapat
pada tiap tubuh makhluk hidup”. Pendapat mengenai sel ini kemudian berkembang dengan
ditemukannya mikroskop yang mendukung perkembangan penelitian tentang sel.
Penelitian tentang sel terus dikembangkan hingga adanya penemuan susunan sel yang
dilakukan oleh Robert Hooke (1665) berupa lubang-lubang kecil menggunakan lensa
pembesar. Lubang-lubang kecil tersebut kemudian disebut sel yang masing-masing
dipisahkan oleh diafragma. Nama sel diambil dari bahasa Yunani “Kytos” yang berarti
ruang kosong, sedang bahasa latin dari ruang kosong juga “cella”. (Subowo,1995:11)
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Grew dan Malpighi terhadap tanaman lain
dan mereka menemukan struktur yang juga terdiri dari ruangan-ruangan kecil di tengah-
tengah masa homogen dan oleh mereka dinamakan “utricles”. (Subowo,1995:11)
Desain mikroskop dimulai oleh Jans dan Z. Jansen (1590) dengan memadukan dua
lensa konveks pada suatu tabung sebagai alat pembesar. Pengalaman ini digunakan Anton
Van Loewenhook (1676) untuk menyusun model mikroskop dengan focus pendek. Dengan
bantuan mikroksop yang telah disusunnya, ia dapat menemukan berbagai kehidupan suatu
sel antara lain protozoa, bakterizoa, rotifer dan spermatozoa. Mikroskop ini kemudian terus
berkembang, misalnya mikroskop fase kontras dikembangkan Zornike (1955), mikroskop
electron oleh Knoll dan Rusks (1932), Marton, Prebus dan Millier (1934).
Dengan adanya mikroskop yang telah canggih maka dapat ditemukan kehidupan
organisme satu sel antara lain protozoa, bakteria, rotifera, dan lain-lain. Mikroskop juga
telah banyak dimodifikasi untuk keperluan ilmu pengetahuan sehingga sekarang telah
dikenal mikroskop binokular, fase kontras, ultraviolet, fluoresen dan lain-lain yang tidak
hanya digunakan untuk penelitian tingkat sel tetapi juga untuk meneliti komponen dalam sel.
(Suryani,2004:2)
Berikut adalah daftar beberapa ahli dan penemuannya dalam sejarah perkembangan
sel:
1. Euclid (590 SM)
Mempelajari sifat-sifat reflektif pada benda dengan permukaan cembung.
2. Seneca (65 SM)
Mengemukakan bahwa bola gelas yang diisi air dapat membantu melihat benda
yang tidak dilihat dengan mata biasa.
3. Protoleus (127-151)
Melakukan percobaan memperbesar pandangan suatu benda dengan benda
berpermukaan cembung.
4. Da Vinci (1485)
Menyampaikan pentingnya penggunaan lensa untuk mengamati benda-benda kecil.
5. Jans dan Z. Jansen (1590)
Memadukan dua lensa konveks pada suatu tabung sebagai alat pembesar.
6. Malpighi (1661)
Meneliti anatomi dan embriologi pada tumbuhan dan hewan. Ia mampu
menemukan susunan kapiler yang sejak 30 tahun yang lalu telah dipikirkan oleh
Harvey.
7. Robert Hooke (1665)
Menerbitkan Micrographia yang memuat hasil pengamatannya pada gabus secara
mikroskopik.
8. Grew (1672)
Menerbitkan hasil studinya tentang anatomi tumbuhan.
9. Antony Van Leeuwenhoek (1674)
Menyusun model mikroskop dengan fokus pendek, dengan alat itu ia menemukan
protozoa, bacteria, rotifera dan animalculus.
10. Wolf (1759)
Menggunakan mikroskop untuk studi embriologi.
11. Hill (1770)
Memperkenalkan cara pengawetan bahan-bahan dari kayu. Ia menggunakan alum,
alkohol dan karmin untuk mempersiapkan preparat mikroskopik.
12. Adams dkk (1780)
Memperkenalkan mikrotom untuk memotong preparat mikroskopik
13. Mirbel (1802-1808)
Melakukan observasi pada jaringan tanaman dan sampai pada kesimpulan bahwa
tanaman tersusun atas jalinan membrana selular.
14. J.B. Lamarck (1809)
Menyatakan bahwa dalam kehidupan organisme, sel mempunyai fungsi penting.
15. R.J.H Dutrochet (1824)
Mengemukakan prinsip sel, bahwa semua hewan dan tumbuhan terdiri dari sel
yang tetap bersatu oleh kekuatan adesif.
16. R. Brown (1686)
Menyatakan bahwa partikel dalam sel mengalami gerakan yang dinamakan
gerakan Brown.
17. R.Brown (1831)
Menerbitkan hasil penelitiannya tentang inti sel pada tumbuhan.
18. Dumortier (1832)
Mengamati proses pembelahan sel pada algae, yang juga pernah dilaporkan oleh
Turpin pada tahun 1826.
19. H. Von Mohl (1835-1839)
Melakukan penelitian lebih teliti tentang mitosis. Ia menyatakan bahwa
pembelahan sel dapat diamati dengan mudah pada objek yang diambil dari ujung-
ujung tanaman baik akar maupun batang.
20. M.J. Schleiden (1838)
Menerbitkan buku yang memuat pengertian tentang genesis jaringan tumbuhan. Ia
menemukan nukleoli, dan mengemukakan tentang teori asal.
21. T.Schwan (1839)
Mengemukakan teori sel pada hewan.
22. J.E. Purkinje (1840)
Memberikan nama protoplasma untuk substansi dalam sel.
23. Kolliker (1845)
Mengemukakan bahwa protozoa dan ovum merupakan produk selular dari suatu
organisme.
24. R. Virchow (1858)
Menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel yang telah ada.
25. R. Virchow (1858)
Melakukan studi patologik pada sel.
26. Schultze (1816)
Menyatakan bahwa sel merupakan akumulasi substansi hidup (protoplasma) yang
berada dalam ruang tertentu dan memiliki inti dan membran sel. Konsep
protoplasma ini didasarkan pada hasil studinya bahwa ada persamaan isi sel pada
protozoa, sel tumbuhan, dan sel hewan.
27. Waldeyer (1863)
Melaporkan penggunaan hematoksilin untuk pewarnaan kromosom.
28. G. Mendel (1865)
Menemukan prinsip dasar genetika.
29. Heckel (1866)
Mengemukakan plastida.
30. L.ST. George (1867)
Menemukan organela sel yang sekarang dinamakan komplek-Golgi.
31. F. Miescher (1869)
Menemukan nuklein.
32. W. His (1870)
Membuat mikrotom untuk pemotongan preparat mikroskopik secara serial.
33. O. Hertwing (1876)
Mengemukakan bahwa fertilisasi merupakan peleburan antara inti spermatozoa
dan inti sel telur.
34. E. Able (1877)
Menemukan minyak emersi untuk objective mikroskop pada pembesaran kuat.
35. H. Fol (1879)
Melakukan observasi proses penetrasi spermatozoa pada sel telur waktu
terjadinya fertilisasi.
36. W. Flemming (1879)
Mengemukakan terminologi untuk kromatin
37. Strasburger (1882)
Mengemukakan proses mitosis pada sel tumbuhan dan mengemukakan
terminologi sitoplasma dan nukleoplasma.
38. W. Roux (1883)
Mengemukakan bahwa di dalam kromosom terdapat satuan-satuan herediter.
39. E. Van Beneden (1883)
Menunjukkan bahwa gamet mengandung jumlah kromosom sebanyak setengah
jumlah kromosom sel badan.
40. R. Almann (1886)
Mewarna mitokondria dan komponen granular lainnya dalam sel serta
mengemukakan pentingnya mitokondria dalam proses respirasi sel.
41. Van Benedon (1887)
Menemukan sentriol.
42. T. Boveri (1888)
Menemukan sentriol.
43. Waldeyer (1888)
Memperkenalkan terminologi untuk kromosom.
44. A.Weissmann (1892)
Mengemukakan bahwa kromosom merupakan komponen penting dalam inti, dan
satuan-satuan herediter terdapat di sepanjang kromosom dalam susunan tertentu.
45. T. Boveri (1892)
Menemukan proses spermatogenesis dan oogenesis pada Ascaris.
46. C. Golgi (1898)
Menemukan komplek golgi pada sel saraf.
47. Harrison (1907)
Mengembangkan teknik baru dalam kulturisasi dan studi sel terpisah dalam
kesatuan organismenya.
48. R. Feulgen (1914)
Mengembangkan teknin pewarnaan DNA.
49. Avery dkk. (1944)
Mengemukakan bahwa DNA adalah material genetik.
50. Wilkins (1953)
Mengemukakan pola defraksi sinar-X dari DNA.
51. J. D. Watson dan F. H. C. Crick (1953)
Merumuskan model konfigurasi DNA.

(Djohar, 1985 : 2-4)


B. KONSEP DAN TEORI SEL

Sel merupakan unit dasar dalam kehidupan organisme. Semua organisme, tumbuhan,
hewan, dan mikrobia terdiri atas kumpulan sel-sel. Berbagai macam penelitian telah
menghasilkan berbagai teori dan konsep tentang sel. Teori abiogenesis yang dikemukakan
oleh ahli filsafat kuno, Aristoteles, merupakan salah satu teori yang menjadi awal
terbentuknya konsep sel hingga sekarang ini. Teori ini menyatakan bahwa kehidupan dapat
muncul secara spontan dari benda mati. Temuan Antonie Van Leeuwenhoek yang mengamati
mikroorganisme menggunakan mikroskop buatannya pada rendaman jerami, juga
memperkuat teori abiogenesis yang dikemukan oleh Aristoteles tersebut.

Pada tahun 1858, Rudolf Virchow juga mengemukakan teori mengenai sel yaitu teori
biogenesis. Bunyi teori biogenesis yaitu bahwa sel berasal dari sel yang hidup sebelumnya
(omnis cellula e cellula). Teori biogenesis ini mengembangkan pengertian teori sel yang
tidak hanya menyatakan bahwa sel adalah unit dasar struktural dan fungsional kehidupan,
tetapi juga merupakan unit dasar herediter.

Matthias Schleiden dan Theodor Schwann mengemukakan bahwa sel merupakan contoh
dramatis dari kesatuan yang mendasari makhluk hidup. Sedangkan Rudolf Virchow
mengemukakan bahwa sel baru terbentuk dari pembelahan sel yang ada sebelumnya. Seorang
sarjana bernama Schwann (1839) mengemukakan teori sel, yaitu bahwa sel merupakan
sebuah organisme, hingga hewan dan tumbuh-tumbuhan merupakan kumpulan sel dan
organisme (Subowo,1995:11). Oleh karena itu banyak berkembang berbagai macam ilmu
pengetahuan sebagai penerapan teori sel dalam sitologi. Dari pendapat pendapat tersebut
Schleiden, Schwann, dan Virchow menyatukan konsep bahwa (1) semua makhluk hidup
tersusun atas sel dan (2) semua sel berasal dari sel yang lain (Solomon, 2008: 74).

Salah satu teori awal mengenai terbentuknya sel adalah teori naturalistik. Teori ini
bermula dengan terdapatnya molekul-molekul hidrogen, metana, amonia, dan air. Dengan
adanya tenaga yang berasal dari aliran listrik halilintar dan radiasi-radiasi sinar kosmis
molekul-molekul tersebut mengalami proses kimiawi dan selanjutnya mengalami proses
biologis sehingga terbentuk protovirus dan sel awal. Protovirus akan berkembang menjadi
virus, sedangkan sel awal akan berkembang menjadi organisme yang ada pada saat ini.
(Suhardi,1983:1)
Konsep dan teori tentang sel :

a. Sel merupakan kesatuan atau unit struktural makhluk hidup

Pada tahun 1829, Jacob Schleiden hampir bersamaan dengan Theodor Schwan
melakukan sebuah penelitian mikroskopis terhadap sel. Dimana Jacob Schleiden
melakukan penelitian terhadap sel tumbuhan, sementara Theodor Schwan melakukan
pengamatan terhadap sel hewan. Dari pengamatan tersebut, keduanya menarik
kesimpulan bahwa, “sel merupakan kesatuan atau unit struktural makhluk hidup”. Secara
garis besar, penjabaran teori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Setiap makhuk hidup terdiri dari sel
b. Sel adalah unit struktural terkecil pada makhluk hidup
c. Organisme bersel satu terdiri dari satu sel (uniseluler), organisme yang tersusun lebih
dari satu sel disebut organisme bersel banyak (multisluler).
b. sel sebagai unit fungsional makhluk hidup
Pada tahun 1845, Max Schultze, mengemukakan teori tentang sel, yang
menyatakan bahwa dalam sel terdapat bagian bernama protoplasma, yang merupakan
dasar fisik kehidupan, yang bukan hanya bagian struktural sel, melainkan juga sebagai
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia kehidupan. Dari situ Max Schultze,
menarik kesmpulan bahwa sel adalah kesatuan fungsional kehidupan.
c. Sel sebagai unit pertumbuhan makhluk hidup
Rudolph Virchow mengemukakan teori omnis cellula ex cellulae yang artinya
semua sel berasal dari sel sebelumnya. Dari situ dapat ditarik kesimpulan baru bahwa
sel adalah unit pertumbuhan makhluk hidup.
d. Sel sebagai unit hereditas makhluk hidup
Kemajuan IPTEK telah mendorong penemuan unit-unit hereditas yang ada dalam inti
sel atau nukleus. Unit hereditas dalam sel (kromosom) merupakan unit pembawa sifat
bagi perkembangbiakan sel.

C. Cara Mempelajari Sel

Sel merupakan unit terkecil yang mampu melaksanakan aktivitas kehidupan (solomon).
Sel juga memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang berfungsi untuk
menyimpan menterjemahkan informasi, mensintesis protein, serta menggunakan sumber
energi untuk melakukan kegiatan. (yoni, 2004:5)
Selain berukuran kecil, sel memiliki kerumitan tersendiri dalam organisasinya, sehingga
menyulitkan para pneliti untuk mempelajarinya. Menurut Subowo (1995), metode-metode
yang digunakan dalam megkaji sel antara lain :

1. Mikroskopi

Saat ditemukannya mikroskop, jaringan tumbuhan dan hewan dikelompokkan


menjadi kelompok sel, hal ini dikenal dengan doktrin sel yang dikemukakan oleh
Schleiden dan Schwann pada tahun 1935. Sebuah sel sebagian besar terdiri atas air,
akibatnya apabila ada sel segar diamati dimikroskop maka sel tersebut tidak akan
terlihat. Oleh sebab itu agar peneliti bisa melihat struktur dari sel tersebut maka sel itu
diberi warna dengan zat warna organik tertentu.

Ada 2 macam mikroskop yang digunakan dalam metode mikroskopi ini, yaitu
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya menggunakan
gelombang cahaya sebagai sumber penerangan, sedangkan mikroskop elektron
menggunakan berkas elektron sebagai penerangannya sehingga bayangan yang
dihasilkan lebih besar daripada mikroskop cahaya.

2. Biakan sel

Sebuah sel mampu bertahan hidup, membelah iri, dan bahkan dapat
menunjukkan ciri-ciri diferensiasi selama dalam sel biakan apabila sel tersebut
mendapatkan suatu kondisi yang sesuai. Akan tetapi tidak semua sel mampu
menguasai teknik biakan, hal ini dikarenakan setiap sel memerlukan jenis kondisi
yang berbeda-beda.

3. Fraksinasi sel dan isinya

Dengan metode mikroskopi kita mampu menjelaskan dengan pasti dimana


letak sususan organel-organel di dalam sel, diperlukan analisis kimia untuk
mengetahui lebih dalam mengenai struktur molekul yang bersangkutan, yaitu dengan
menggunakan cara pemisahan (fraksinasi).

Teknik pemisahan menggunakan proses sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan


pemisahan komponen-komponen sel dengan cara diputar dengan kecepatan yang
tinggi.
4. Pelacakan molekul
Dalam metode ini, pelacakan molekul menggunakan sinar radioaktif. Metode
ini digunakan untuk mengetahui kondisi / keadaan kimia di dalam sel ketika sel yang
bersangkutan masih hidup.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sejarah perkembangan sel sudah dimulai sejak zaman sejarah kuno, dan mulai
berkembang dengan adanya penemuan struktur sel oleh Robert Hooke pada
sayatan gabus. Setelah itu berbagai alat-alat bantu untuk mempelajari sel terus
berkembang mulai dari mikroskop sederhana hingga mikroskop elektron,
sehingga mempermudah mempelajari sel secara keseluruhan.
2. Dari berbagai pendapat para ahli mengenai konsep dan teori sel dapat ditarik
kesimpulan bahwa sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Aktivitas satu
sel menunjang aktivitas sel yang lain membentuk suatu sistem yang sangat
harmonis untuk menunjang sebuah kehidupan yang fungsional.
3. Cara atau metode-metode dalam mempelajari sel menorut Subowo (1995) ada
lima yaitu: Mikroskopi, Biakan sel, Fraksinasi sel dan isinya, Teknik DNA
rekombinan, Pelacakan molekul

B. Saran
1. Pembelajaran sel sekarang ini sebaiknya lebih memanfaatkan kemajuan
teknologi, sehingga pengetahuan tentang sel lebih mudah didapat.
2. Dalam bidang penelitian sebaiknya juga mengoptimalkan penggunaan
teknologi sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B, dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua 1:Mengenal Sel. Jakarta: Gramedia

Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid I. Jakarta:Erlangga

Djohar. 1985. BiologiSel 1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Martin, Solomon B. 2008. Biology Eight Edition. USA:Thomson Brooks/Cole

Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung: Angkasa

Suryani, Yoni.2004.Biologi Sel dan Molekuler.Yogyakarta: JICA

Anda mungkin juga menyukai