Dosen Pembimbing :
Dr. Dharmono,M.Si
Maulana Khalid Riefani,M.Pd
Mella Mutika Sari, M.Pd
Oleh :
Annisa Nur Safitri (1710129320001)
Ikrimah Sari (1710129120004)
I Wayan Agus Setiawan S. (1710129110003)
Nitasya Malva Munandar (1710129120012)
Sindhi Dwi Lestari (1710129220021)
Kelompok VI
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
A. Kesimpulan ............................................................................................. 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klasifikasi tumbuhan pada dasarnya merupakan pembentukan kelompok-
kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke
dalam takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang
dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang
yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan
pengklasifikasian itu. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang
lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang
terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
Tumbuhan yang ada di dunia ini banyak macam dan jenisnya. Secara kasat
mata, tumbuhan dapat dibagi menjadi tumbuhan yang menghasilkan biji dan
tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Tumbuhan biji disebut juga
spermatophyta yang dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Angiospermae
sendiri dibedakan menjadi dua kelas, yaitu
Monocotiledonae/Liliopsida/monokotil (tumbuhan berkeping satu) dan
Dicotiledonae/Magnoliopsida/dikotil (tumbuhan berkeping dua).
Kelas Monocotiledonae membawahi sejumlah bangsa dan suku tumbuhan
yang warganya dianggap mempunyai tingkat perkembangan filogenetik yang
tertinggi. Jenis-jenis tumbuhan ini dapat dikenal berdasarkan ciri-ciri morfologi
dan anatominya. Diperkirakan, bahwa Monocotiledonae tidak bersifat
monofiletik tetapi polifiletik, mengingat besarnya keanekaragaman yang
ditunjukkan oleh warga Monocotiledonae.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana ciri umum tumbuhan kelas Monokotil?
4
2. Bagaimana ekologis (habitat dan penyebaran) dari tumbuhan kelas
monokotil?
3. Bagaimana ancaman bagi tumbuhan kelas monokotil?
4. Apa saja manfaat dari tumbuhan kelas monokotil?
5. Bagaimana cara konservasi (pelestarian) untuk tumbuhan kelas monokotil?
6. Apa saja contoh spesies kelas monokotil beserta klasifikasinya?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui dan memahami ciri umum tumbuhan kelas monokotil.
2. Mengetahui dan memahami ekologis (habitat dan penyebaran) tumbuhan
kelas monokotil.
3. Mengetahui dan memahami ancaman bagi tumbuhan kelas monokotil.
4. Mengetahui dan memahami manfaat dari tumbuhan kelas monokotil.
5. Mengetahui dan memahami cara konservasi (pelestarian) untuk tumbuhan
kelas monokotil.
6. Mengetahui contoh spesies tumbuhan kelas monokotil beserta
klasifikasinya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Baik batang maupun akar tidak ada kambium,
Kambium sehingga tumbuhan tidak dapat membesar dan
tidak dapat membentuk jaringan baru.
Tabel 1. Ciri Umum Tumbuhan Kelas Monokotil
7
produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim (Lestari,
2017).
Penyebaran: Daerah tropikal seperti wilayah Asia Tenggara, Kepulauan
Pasifik, Amerika Tengah, dan Brazil (Lestari, 2017)
4. Bunga Iris Kuning (Iris pseudacorus)
Habitat: Hutan, Danau, atau Kolam, Sungai, atau Aliran, Halaman atau
Taman (IPANE, 2018).
Penyebaran: Eropa, Asia Barat dan Afrika barat laut (IPANE, 2018).
5. Hanjuang (Cordyline Fruticosa)
Habitat: Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.900 m
dpl (IPBiotics, 2018).
Penyebaran: Meliputi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Maluku, dan Irian (IPBiotics, 2018).
6. Sri Gading (Dracaena fragans var. massangeana)
Habitat: tumbuh subur di tanah organik, konsisten lembab, dan tempat
yang teduh (Missouri Botanical Garden, 2018).
Penyebaran: Daerah tropis bagian Afrika (Missouri Botanical Garden,
2018).
7. Bunga Tasbih (Canna indica)
Habitat: Daerah tropis hingga ketinggian 1.000 m dpl (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Benua Amerika, Australia dan Asia (IBOptics, 2018).
8. Bawang Bombay (Allium cepa L.)
Habitat: Daerah beriklim subtropis dan tropis (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Daratan Eropa dan India lalu menyebar ke benua Amerika
dan di negara-negara Asia termasuk Indonesia (IBOptics, 2018).
9. Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm. f.)
Habitat: Tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam
di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias (BPPT, 2018).
8
Penyebaran: Negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa. Di
Indonesia dapat tumbuh di provinsi Kalimantan Barat, khususnya kota
Pontianak (BPPT, 2018).
10. Sri Rejeki (Aglaonema crispum (Pit. & Man.) D.H. Nicol)
Habiat: Rawa-rawa dan hutan hujan tropis Asia Tenggara dan tumbuh
baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah /cahaya yang tidak
langsung dan kelembaban tinggi (USDA, 2018).
Penyebaran: Negara Asia beriklim tropis, seperti Filipina, Thailand dan
Malaysia.Persebarannya dimulai dari Asia tenggara yatu dari Bangladesh
timur ke Filipina selatan dan utara ke Cina (USDA, 2018).
11. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Hort. ex Prain)
Habitat: Daerah tropis kering dengan iklim yang panas, atau tepatnya
dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ±300 m dpl (Tiara,
2013).
Penyebaran: Negara Afrika Timur, Arab, India Timur, Asia Selatan dan
Pakistan (Tiara, 2013).
12. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Habitat: Sebagian besar tumbuh didaerah hutan tropis seperti di
Indonesia (Rini, 2014).
Penyebaran: Beberapa provinsi di Indonesia, seperti Sumatera Utara,
Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Rini, 2014).
13. Kunyit (Curcuma longa L.)
Habitat: Sebagian besar tumbuh didaerah hutan tropis seperti di
Indonesia (Rini, 2014).
Penyebaran: Beberapa provinsi di Indonesia, seperti Sumatera Utara,
Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Rini, 2014).
14. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach.)
9
Habitat: Lingkungan hawa panas yang lembab dan tumbuh ditanah yang
subur, gembur, tidak bercadas, dan pH tanahnya 5-7 (BPPT, 2018).
Penyebaran: Berasal dari Taiwan kemudian menyebar ke Indonesia
(BPPT, 2018).
15. Bunga Manggar (Dracaena marginata)
Habitat: Daerah Tropis (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Daerah tropis wilayah Madagaskar (IBOptics, 2018).
16. Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Sw.)
Habitat: Sebagian besar tumbuh didaerah hutan tropis seperti di
Indonesia (Rini, 2014).
Penyebaran: Beberapa provinsi di Indonesia, seperti Sumatera Utara,
Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Rini, 2014).
17. Bunga Bakung Putih (Crynum asialicum L.)
Habitat: Jenis ini dijumpai sepanjang pantai berpasir dan teduh, tempat-
tempat yang lembab pada dataran rendah (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Indonesia hingga ke bagian baratlaut Australia dan Polinesia
(IBOptics, 2018).
18. Nanas Kerang (Tradescantia spathacea Sw.)
Habitat: Tumbuh subur di tanah yang lembab (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Meksiko (IBOptics, 2018).
19. Kala Lili (Zantedeschia aethiopica (L.) Spreng)
Habitat: Tanaman dari spesies ini tumbuh dalam cekungan berawa (Kew
Science, 2018).
Penyebaran: Berasal dari Afrika Selatan di Provinsi: Limpopo, North-
West, Gauteng, Mpumalanga, Swaziland, Free State, KwaZulu-Natal,
Lesotho, Western Cape, Eastern Cape (Kew Science, 2018).
20. Keladi Red Star (Caladium bicolor (W. Ait.) Vent)
10
Habitat: Daerah yang teduh di tanah yang basah dan subur (IBOptics,
2018).
Penyebaran: Amerika Selatan, Bolivia dan Peru, utara melalui Amerika
Tengah ke Meksiko (IBOptics, 2018).
21. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)
Habitat: Daerah dataran rendah dengan ketinggian 100-200 m di atas
permukaan laut. Di daerah dataran tinggi, tanaman ini masih dapat
tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl (BPPT, 2018).
Penyebaran: Hampir diseluruh daerah tropis (BPPT, 2018).
22. Tanaman bambu, meliputi Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schard) dan
Bambu jepang (Dracaena surculosa Lindl.)
Habitat: Tumbuh di daerah kering dan juga lembab (IBOptics, 2018)
Penyebaran: Indonesia dan daerah tropis Afrika daerah hutan hujan barat
(IBOptics, 2018).
23. Bunga Burung Surga (Strelitzia reginae Aiton)
Habitat: Tumbuh di sepanjang tepi sungai di bawah sinar matahari penuh,
namun kadang-kadang terjadi dan bunga di pinggiran hutan di tempat
teduh (IBOptics, 2018).
Penyebaran: Afrika Selatan (IBOptics, 2018).
11
Proses penebangan hutan dengan cara mengambil kayunya dari pohon. Cara
ini membuat ekosistem atau spesies didalamnya menjadi berkurang atau
dapat menjadi punah apabila penebangan hutan dilakukan secara terus-
menerus.
2. Konversi lahan,
Menjadikan lahan hutan sebagai keperluan tempat tinggal manusia
(mengalih fungsikan) merupakan ancaman terbesar bagi spesies tumbuhan
monokotil.
3. Hilangnya habitat,
Jika ancaman semakin parah dan semakin besar maka tidak dapat dipungkiri
lagi spesies tumbuhan monokotil akan hilang, baik habitat nya atau tempat
tinggalnya.
4. Pencemaran (polusi),
masuknya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain yang
mengganggu habibat monokotil menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan fungsinya.
5. Eksploitasi yang berlebihan,
sudah dapat dikatakan jika dalam eksploitasi yang berlebih akan
menyebabkan tumbuhan monokotil punah atau hilang jika tidak
dilakukannya pelestariannya.
6. Praktik teknologi yang merusak,
dengan adanya teknologi yang semakin canggih, maka akan ada dampak
yang lebih besar bagi lingkungan dan sekitarnya. Jika dampaknya sampai
pada tumbuhan monokotil maka tumbuhan akan layu bahkan bisa
menyebabkan kematian pada tumbuhan monokotil.
7. Masuknya jenis asing, dan
8. Perubahan iklim
perubahan iklim akan mempengaruhi pola musim yang berdampak besar
pada sistem pertanian.
Apabila diperhatikan dengan seksama bahwa yang menjadi ancaman bagi
kelestarian keanekaragaman hayati adalah kegiatan dan perilaku manusia.
Akan tetapi, kemusnahan sebuah spesies bisa merupakan sebuah peristiwa
alami, sehingga dengan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia sering kali
12
mempercepat proses kepunahan spesies. Kemusnahan bisa timbul apabila suatu
spesies gagal untuk menggantikan jumlah individu yang mati. Kegagalan ini
umumnya disebabkan karena adanya perubahan yang menyebabkan stress atau
masuknya unsur baru dalam lingkungan.
Keanekaragaman hayati Indonesia telah mengalami erosi yang tinggi, jika
tidak segera dihentikan secara perlahan-lahan akan terjadi kemerosotan. Hal ini
terbukti dengan telah lenyap atau hilangnya habitat asli sekitar 20–70%
(Bappenas, 1993). Meskipun sulit dipastikan, akan tetapi dapat diperkirakan
bahwa satu spesies punah setiap harinya (SLHI, 2009). Beberapa faktor yang
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati di berbagai ekosistem antara
lain :konversi lahan, hilangnya habitat, pencemaran (polusi), exploitasi yang
berlebihan, praktik teknologi yang merusak, masuknya jenis asing, dan
perubahan iklim.
Penebangan hutan (deforestasi), fragmentasi hutan dan konversi hutan
menjadi bentuk pemanfaatan lainnya dapat mengancam keanekaragaman
tumbuhan hutan. Berdasarkan data Bank Dunia (2010) diperkirakan bahwa
penggundulan hutan di Indonesia mencapai 1,6 juta ha/tahun atau tiga ha per
menit hingga dua juta Ha/tahun. Jika penggundulan hutan terjadi secara terus
menerus, maka akan mengancam spesies flora dan fauna dan merusak sumber
penghidupan masyarakat.
Ancaman kepunahan terhadap jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi
tinggi termasuk tinggi, sehingga perlu dilakukan pelestariannya. Dahlan (1993)
menyatakan bahwa pengetahuan dasar tentang biologi reproduksi sangat
diperlukan, yang meliputi struktur perbungaan dan bunga, terutama
perkembangan androesium sampai antera pecah.
13
energi nabati, obat-obatan herbal, zat pewarna, pakaian, perumahan dan masih
banyak lagi lainnya.
Dalam manfaat tumbuhan monokotil ini, dapat diambil contoh misalnya
Bambu. Tanaman Bambu yang bersifat Kosmopolit yaitu dapat bertahan hidup
dalam segala cuaca, baik di daerah panas maupun dingin, di dataran rendah ,
tebing maupun pegunungan. Bambu memilkiki sifat dasar kayu dan bukan
kayu karena bisa digunakan untuk kontruksi rumah, jembatan, barang
kerajinan, bahan penghara industri alat musik, tirai, peralatan dapur, sumpit
dan sebagainya. Di masyarakat penggunaan bambu masih terbatas, faktor yang
sangat berpengaruh adalah sifat fisik dan mekanik, ketidakseragaman panjang
ruas dan ketidakawetan terhadap organisme perusak. Sunardiyanto (2012),
menyatakan terkait hal tersebut bambu perlu dilakukan teknologi pengolahan
dan pengawetan. Dengan adanya teknologi tersebut, maka diharapkan
penggunaan bambu dapat ditingkatkan untuk berbagai keperluan baik untuk
industri maupun kebutuhan pembangunan rumah.
Selanjutnya di ambil contoh tumbuhan monokotil lainnya yaitu pisang,
manfaat tumbuhan pisang bukan hanya sebagai penyedia pangan. Lebih dari
itu, tumbuhan pisang memiliki fungsi lain, yaitu getahnya dapat dijadikan
sebagai penyembuh luka luar. Sebelum dilakukan penelitian terhadap
penggunaan getah pisang ini, sudah banyak masyarakat pedesaan yang
menggunakan getah pisang sebagai peneyembuh luka luar. Proses
penyembuhannya pun sangat sederhana, yaitu dengan mengoleskannya pada
bagian tubuh setelah terluka (Wijaya, 2010). Keunikan dari kandungan getah
ini ternyata baru ditemukan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Priosoeryanto (2006) pada getah batang pisang. Berdasarkan hasil
penelitiaanya, senyawa fitokimia yang dimiliki oleh getah batang pisang
tersebut dapat mempercepat penyembuhan luka pada mencit. Penelitian yang
dilakukan oleh Hanantaet (2005), menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi getah pelepah pisang menyebabkan penurunan jumlah koloni
Pseudomonas aeruginosa dan peningktan diameter zona hambat bakteri
tersebut.
14
E. Konservasi Tumbuhan Kelas Monokotil
Pelestarian tumbuhan kelas monokotil secara garis besar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Pelestarian In Situ
Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan pada tempat asli
tumbuhan tersebut berada. Contoh pelestarian in situ adalah hutan lindung,
dan taman nasional. Hutan lindung merupakan kawasan yang melindungi
tumbuhan. Adapun taman nasional merupakan kawasan yang
melindungi hewan dan tumbuhan. Contoh dari hutan lindung adalah Hutan
Lindung Wehea, Hutan lindung sungai wain , Hutan lindung taman raya
bung hatta Contoh dari taman nasional di Indonesia adalah taman nasional
gunung rinjani, taman nasional bukit barisan selatan lampung, taman
nasional ujung kulon.
2. Pelestarian Ex Situ
Pelestarian ex situ adalah pelestarian yang dilakukan di luar tempat
tinggal aslinya. Hal itu dilakukan karena tumbuhan kehilangan tempat
tinggal aslinya. Selain itu, pelestarian ex situ dilakukan sebagai upaya
rehabilitasi, perawatan hewan maupun tumbuhan langka.
Selain pelestarian in situ dan ex situ, kitapun dapat menjaga kelestarian
dengan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Tidak menebang pohon sembarangan.
2. Melakukan tebang pilih artinya menebang dengan memilih ukuran dan usia
tumbuhan.
3. Penanaman kembali tanaman yang telah dimanfaatkan atau peremajaan
tanaman.
4. Pemeliharaan tanaman dengan benar.
Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kelestarian tumbuhan
langka diantanya adalah :
15
1. Cagar alam, sebagai tempat perlindungan dan pelestarian hewan, tumbuhan,
tanah dan air.
2. Hutan lindung, sebagai tempat melindungi air/daerah resapan air karena di
hutan dengan tumbuhan yang menutupinya jika terjadi hujan maka air akan
tertahan dan diserap tanah.
3. Kultur jaringan, adalah perkembangbiakan tumbuhan dengan
cara memperbanyak sel tumbuh (jaringan) menjadi tumbuhan baru.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Phoenix
Spesies : Phoenix roebelinii
(Plantamor.com, 2018)
16
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cyrtostachys
Spesies : Cyrtostachys lakka
(Plantamor.com, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
17
Spesies : Eichhornia crassipes (Mart.) Solms
(Plantamor.com, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca Catechu L.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
18
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Rhapis
Spesies : Rhapis excelsa
(Plantamor.com, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.
(Plantamor.com, 2018)
19
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Iris
Spesies : Iris pseudacorus L.
(Plantamor.com, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline fruticosa (L.) A.Chev.
(Plantamor.com, 2018)
20
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena fragrans var. Massangeana
(Plantamor.com, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberals
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
21
Spesies : Canna indica
(Fredi, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Lililaes
Famili : Alliaceae
Genus : Allium
Spesies : Alium cepa L.
(Farmasi UGM, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
22
Ordo : Aspaeagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
(Fredi, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Agloaonema
Spesies : Aglaonema rotundum N. E. Br.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
23
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sanseviera
Spesies : Sansevieria trifasciata
(Fredi, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
24
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sanseviera
Spesies : Sansevieria trifasciata
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaeae
Genus : Areca
25
Spesies : Areca vestiaria
(Fredi, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
26
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum Schumach.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena marginata
(Fredi, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
27
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (L.) Sw.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Amaryllidaceae
Genus : Crynum
Spesies : Crynum asialicum L.
(Fredi, 2010)
28
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Roystonea
Spesies : Roystonea regia O.F. Cook
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
29
Famili : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor L'Hér.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Zantedeschia
Spesies : Zantedeschia aethiopica (L.) Spreng
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
30
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa vulgaris Schard
(Tjitrosoepomo, 2007)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Caladium
Spesies : Caladium bicolor
(Tjitrosoepomo, 2007)
31
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus L.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
32
Famili : Asparagaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena surculosa Lindl.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Adonidia
Spesies : Adonidia merrillii Becc.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
33
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
34
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca zalacca Gaertn. Voss
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Hyophorbe
Spesies : Hyophorbe lagenicaulis L.H.Bailey
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
35
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Strelitziaceae
Genus : Stelitzia
Spesies : Strelitzia reginae Banks
(GBIF Backbone Taxonomy, 2018)
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara sederhana, monokotil diartikan sebagai tumbuhan yang bagian
bijinya tunggal (mono).
2. Jenis-jenis tumbuhan monokotil dapat dikenal berdasarkan ciri-ciri
morfologi (berbiji tinggal, tulang daun sejajar, jumlah mahkota bunga
3/kelipatannya, akar serabut, bentuk tanaman semak, herba, perdu dan
tidak bercabang, polen memiliki 1 bukaan, ujung akar lembaga dan ujung
pucuk mempunyai pelindung) dan anatominya (ikatan pembuluh primer
bersifat kolateral tertutup dan tidak memiliki kambium).
3. Ekologis/penyebaran dan habitat tumbuhan kelas monokotil hampir
mencakup seluruh dunia (kecuali di daerah kutub selatan, sangat jarang).
4. Ancaman bagi tumbuhan kelas monokotil, yaitu penebangan hutan
(deforestasi), koonversi lahan, hilangnya habitat, pencemaran (polusi),
eksploitasi yang berlebihan, praktik teknologi yang merusak, masuknya
jenis asing, dan perubahan iklim.
5. Tumbuhan monokotil dikategorikan sebagai kelompok tumbuhan yang
sangat bermanfaat karena hampir semuanya memiliki peranan baik itu
sebagai sumber pangan, sumber bahan baku dalam berbagai industri,
dekorasi, sumber energi nabati, obat-obatan herbal, zat pewarna, pakaian,
perumahan dan masih banyak lagi lainnya.
6. Pelestarian tumbuhan kelas monokotil secara garis besar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu pelestarian in situ (hutan lindung dan taman nasional)
dan pelestarian ex situ (rehabilitasi dan perawatan tumbuhan langka).
7. Contoh konkret tumbuhan monokotil yang kami dapatkan yaitu Palem
phoenix (Phoenix roebelinii), Palem Merah (Cyrtostachys lakka), Palem
Waregu (Rhapis humilis), Pinang (Areca catechu L.), Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.), Palem Raja (Roystonea regia), Kelapa (Cocos
nucifera L.), Palem Putri (Adonidia merillii Becc.), Salak (Salacca zalacca
37
Gaertn. Voss), Pinang Merah (Areca vestiaria), Palem Botol (Hyophorbe
lagenicaulis L. H. Bailey), Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Pohon
Pisang (Musa aradisiaca), Bunga Iris Kuning (Iris pseudacorus), Hanjuang
(Cordyline Fruticosa), Sri Gading (Dracaena fragans var. massangeana),
Bunga Tasbih (Canna indica), Bawang Bombay (Allium cepa L.), Lidah
Buaya (Aloe vera (L.) Burm. f.), Sri Rejeki (Aglaonema crispum (Pit. &
Man.) D.H. Nicol), Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Hort. ex Prain),
Jahe (Zingiber officinale Rosc.), Kunyit (Curcuma longa L.), Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum Schumach.), Bunga Manggar (Dracaena
marginata), Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Sw.), Bunga Bakung Putih
(Crynum asialicum L.), Nanas Kerang (Tradescantia spathacea Sw.), Kala
Lili (Zantedeschia aethiopica (L.) Spreng), Keladi Red Star
(Caladium bicolor (W. Ait.) Vent), Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.),
Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schard), Bambu jepang (Dracaena
surculosa Lindl.), dan Bunga Burung Surga (Strelitzia reginae Aiton).
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Plantamor.com. (2018). Galeri Tumbuhan. http://plantamor.com/. Diakses 21
Oktober 2018.
Rini, E. (2014). Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif, 54.
Ristianasari.Pudji Muljono, D. S. (2013). Dampak Program Pemberdayaan Model
Desa Konservasi Terhadap Kemandirian Masyarakat: Kasus Di Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan. Vol. 10, No.3.
Tjitrosoepomo, G. (2009). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Tjitrosoepomo, G. (2007). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Yemima, E. (2014). Jenis–Jenis Palem Di Pulau Roon Kabupaten TelukWondama.
Sraun, 61.
40