Anda di halaman 1dari 27

SISTEM ENDOKRIN DAN SISTEM INDERA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Struktur Perkembangan Hewan 1
yang dibina oleh Bapak Abdul Ghofur dan Ibu Nuning Wulandari

Oleh
1)

Gissa Adela Putrining Waloyo

(150341600860)

2)

Purwaning Rohmah

(150341600847)

3)

Yulista Trias Rohayati

(150341605343)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
APRIL 2016

SISTEM ENDOKRIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
sel-sel target yang responsif terhadap hormon tersebut. Sistem endokrin disusun oleh
kelenjar-kelenjar endokrin yang tidak mempunyai saluran pelepasan. Kelenjar endokrin
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.
Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata terdiri dari kelenjar hipofisis,
kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan organ tubuh yang
mengandung kelenjar seperti pulau langerhans pada pankreas, gonad, ginjal, lambung dan
usus. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang
membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. Untuk
mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin dari sistem endokrin,
maka disusunlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
(1) Bagaimana sifat umum dari kelenjar endokrin?
(2) Apa sajakah yang termasuk kelenjar endokrin yang menyusun sistem endokrin?
(3) Bagaimana peran kelenjar ini dalam tubuh manusia?
1.3 Tujuan
(1) Menjelaskan sifat umum dari kelenjar endokrin.
(2) Mendeskripsikan kelenjar endokrin yang menyusun sistem endokrin.
(3) Menjelaskan peran berbagai kelenjar endokrin dalam tubuh manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Endokrin merupakan sistem yang terdiri dari sekelompok organ yang sering
disebut sebagai kelenjar sekresi internal yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon secara langsung kedalam aliran darah. Selain itu sistem endokrin juga
memiliki fungsi umum sebagai sistem yang membedakan sistem saraf pusat dan sistem saraf
reproduktif pada janin yang sedang berkembang, menstimulasi urutan perkembangan.,
mengkoordinasikan sistem reproduksi, memelihara lingkungan internal optimal, dan
melakukan respons korektif dan adatif ketika terjadi stimulasi secara mendadak.
2.1 Sifat Umum Kelenjar Endokrin
Kelennjar endokrin pada vertebrata memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:
(1)Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak
pembuluh darah
(2)Pada vertebrata

rendah

kelenjar-kelenjar

endokrin

umumnya

berbaur satu sama lain, tetapi pada tetrapoda cenderung terpisahterpisah


(3)Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan
menjadi dua tipe:
o Tipe sinusoid. Tersusun atas untaian sel-sel sekretori berbentuk
kubus atau pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid dan
dilengkapi dengan matriks jaringan ikat.
o Tipe folikel. Sel-sel sekretori tersusun dalam brentukan kantung
bulat (folikel). Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam lumen
sebelum dilepaskan dalam aliran darah. Tipe ini terdapat pada
kelenjar tiroid.
(4)Kelenjar pada sistem

endokrin

hanya

berhubungan

secara

fungsional tanpa ada hubungan secara struktural.


(5)Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh.
(Tenzer dkk, 2014)

Gambar 1. Sistem endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang


disekresikan disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda
kurung, termasuk jantung, ginjal, timus, usus, dan gonad yang mengandung sel
endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting. Selain itu, sejumlah besar
jaringan yang tersebar luas dan sel di seluruh tubuh memilki fungsi endokrin
tetapi tidak diperlihatkan pada gambar ini. Sel tersebut mencakup sel adiposa
yang menyekresi hormon leptin dan sel endotel vascular yang menghasilkan
polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan vasokontriksi. Sumber:
Junqueira et al, 2012.
2.2 Struktur dan Fungsi Kelenjar-kelenjar Endokrin

2.2.1 Struktur Kelenjar Hipofisis


Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam lekukan
kecil tulang sphenoid yang disebut sella tursika (sella turcica). Kelenjar ini
menyekresikan

bermacam-macam

hormon

yang

mengatur

dan

mngendalikan aktivitas kelenjar hormon dan bagian tubuh lainnya.


Meskipun demikian kelenjar ini bekerja di bawah kendali sistem saraf
pusat (terutama hipotalamus) dan kelenjar endokrin yang lain (Junqueira
et al, 2012). Selain itu, Hipofisis sering disebut master of glands karena
fungsinya yang mempengaruhi aktivitas kelenjar yang lain (Omegawati
dkk, 2013).
Berdasarkan asal perkembangannya, kelenjar hipofisis memiliki 2
bagian

yaitu

neurohipofisis

berasal

dari

penonjolan

bagian

dasar

diencephalon ke arah kaudal, sedangkan adenohipofisis berasal dari


kantung Rathke, suatu penonjolan atap mulut ke arah dorsal.

Gambar 2. Pembentukan kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis terbentuk oleh


2 struktur embrionik yang terpisah. (a) selama minggu ke 3 perkembangan
kantong hipofisis
(kantong Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal
neurohipofisis terbentuk dari diencephalon. (b) menjelang akhir bulan kedua
kantong hipofisis terlepas dari dasar faring dan bersatu dengan bakal
neurohipofisis. (c) saat periode janin pembentukan adenohipofisis dan
neurohipofisis terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di


Hipofisis
Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang
berasal dari arteri carotis interna. Arteri hypophysealis superior yang
mendarahi

eminensia

mediana

dan

tangkai

infundibulum.

Arteri

hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis dengan sejumlah kecil


mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior membentuk jalinan
kapiler primer. Kapiler ini kemudian bergabung menjadi venula yang
bercabang lagi menjadi jalinan kapiler sekunder di adenohipofisis. Kapiler
kedua jalinan bertingkap. Sistem ini sangat penting karena sistem
tersebut membawa neuropeptida dari eminensia mediana dalam jarak
tertentu ke adenohipofisis tempat peptida tersebut menstimulasi atau
menghambat pelepasan hormon oleh sel endokrin.

Gambar 3 sistem portal hipotalamo-hipofisis dan pelepasan hormon di


hipofisis. Sistem portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a. Hypophysealis
superior dan inferior terdiri dari dua jalinan kapiler yang berurutan: satu di pars
nervosa di sekitar infundibulum dan eminentia mediana dan yang kedua ujung di
seluruh pars distalis yang bermuara ke dalam v. Hypophysealis pengumpul.
Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning) yang menjulurkan akson ke
eminentia mediana dan mensekresikan peptida yang terbawa dalam kapiler ke
pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon dari sel di tempat tersebut dan
neuron (hijau) dari nucleus supraopticus dan paraventricularis di hipotalamus
yang menjulurkan akson ke pars nervosa untuk mensekresikan peptida yang
diambil kapiler dan dibawa sel target di distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

Adenohipofisis
Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars tuberalis,
pars intermedia. Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang
mengelilingi

infundibulum

neurohipofisis

(kelenjar

posterior).

Pars

tuberalis berfungsi untuk menyekresikan follikel stymulating hormon


(FSH) dan hormon luteinisasi (LH). Pars intermedia merupakan suatu zona
tipis sel basofilik di antara pars distalis dan pars nervosa neurohipofisis
yang berperan untuk menyekresikan hormon penstimulasi melanin (MSH),
- LPH dan - endorfin. MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel
pars

intermedia

dianggap

sebagai

sel

melanotropik.

Pars

distalis

merupakan bagian yang membentuk 75% adenohipofisis dan dilapisi oleh


capsula fibrosa tipis. Komponen utamanya terdiri dari deretan sel epitel
yang saling berselingan dengan kapiler bertingkap, terdapat fibroblas
yang menghasilkan serat retikular yang menopang deretan sel yang
menyekresikan hormon. Bagian ini bertugas mengatur hampir seluruh
kelenjar

endokrin

lain,

sekresi

air

susu,

aktivitas

melanosit,

dan

metabolisme otot, tulang, dan jaringan adiposa (Junqueira et al, 2012).


Tabel 1. Sel-Sel Sekretoris Pars Distalis dan Hormon-hormon yang
Dihasilkan
Jenis Sel

Sel
somatotrop
Sel
mammatro
pik (sel
akrotropik)
Sel
gonadotropi
k

Sel
tirotropik
Sel
kortikotropi
k

Hormon
yang
Dihasilka
n
Somatotro
pin (GH)
Prolaktin
(PRL)

Aktivitas Fisiologis Utama

Pertumbuhan tulang panjang


mealui faktor pertumbuhan.
Membantu sekresi air susu

FSH dan
LH

FSH meningkatkan perkembangan


folikel ovarium, sekresi esterogen
dan spermatogenesis. LH
membantu pematangan folikel
ovarium, sekresi progesteron dan
sekresi androgen sel interestisial
Tirotropin
Menstimulus
sintesis,
(TSH)
penyimpanan,
sekresi
hormon
tiroid
Kortikotrop Menstimulus
sekresi
hormon
in adrenal korteks
adrenal.
Pengaturan
(ACTH)
metabolisme lipid.
Lipotrofin

Sumber:
Junqueira
et al,
2012

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan


oleh neuron khusus di nukleus hypothalami tertentu di akson yang
berjalan ke eminentia mediana. Hormon ini merupakan hormon pelepas
hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson hormon diangkut kapiler

menuju pars distalis tempat hormon ini merangsang sintesis dan atau
pelepasan hormon (Junqueira et al, 2012).
Tabel 2.

Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior

Hormon

Bentuk kimiawi

Hormon
pelepas
tirotropin (TRH)
Hormon
pelepas
gonadotropin
(GnRH)
Somatostatin

Peptida dengan 3
asam amino

Hormon
pelepas
hormon
pertumbuhan
(GHRH)
Hormon
penghambat
prolaktin
(Dopamin)
Hormon
pelepas
kortikotropin
(CRH)

Polipeptida
dengan 40
sampai 44 asam
amino (2 bentuk)

Peptida dengan
10 asam amino

14 asam amino

Fungsi
Menstimulasi sintesis dan
sekresi Tirotropin (TSH)
dan prolaktin
Menstimulasi sekresi LH
dan FSH

Menghambat pelepas
somatotropin (GH) dan
Tirotropin (TSH)
Menstimulasi sintesis dan
sekresi somatotropin (GH)

Asam amino yang


termodifikasi

Menghambat pelepasan
prolaktin

Polipeptida
dengan 41 asam
amino

Menstimulasi sintesis
proopiomelanokortin
(POMC) dan
adrenokortikotropin
(ACTH) dan -lipotropin
(-LPH)
Sumber: Junqueira et al, 2012

Neurohipofisis (Hipofisis Posterior)


Terdiri atas pars nervosa dan infundibulum yang terbagi menjadi
eminensia

dan

tangkai

infundibulum.

Infundibulum

merupakan

penghubung antara hipofisis dan hipotalamus. Sedangkan eminensia


median adalah bagian Infundibulum yang terletak di belakang khiasma
optika yang mengandung banyak sinusoid darah yang berhubungan
dengan sinusoid-sinusoid adenohipofisis melalui sistem porta hipofisis.
Pars nervosa tidak memiliki sel sekretori, bagian ini hanya terdiri dari

jaringan saraf yang mengandung sekitar 100.000 akson tak bermielin dari
neuron sekretori di nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis
hypothalami. Pars nervosa terdiri dari jaringan saraf termodifikasi yang
mengandung akson tak bermielin yang diselubungi sel glia yang disebut
pituisit. Akson berjalan dari nucleus supraopticus dan paraventricularis
dan memiliki pelebaran yang disebut badan neurosekretori. Dari badan
ini, oksitosin dan vasopresin dilepaskan oleh rangsangan saraf. Hormon
yang disekresikan memasuki kapiler dan di sebarkan ke sel target.
Tabel 3. Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior dan Fungsinya

Hormon

Fungsi

Vassopresin
(antidiuretik
hormon/ADH)
Oksitosin

Meningkatkan
permeabilitas
colligentes renis

ductus

Merangsang kontraksi sel mioepitel


kelenjar mammae dan otot polos uterus
Sumber: Junqueira et al, 2012

2.2.2 Struktur Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian dalam
kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris, yaitu korteks
adrenal dan medula adrenalis (gambar 2).

Gambar 4

Gambar 5

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi
selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan germinal
yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel yang berasal dari
krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan perifer dan berwarna
kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan berwarna coklat-kemerahan
(Junqueira et al 2012).
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di
sekitar tepinya. Sel medula adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah
vena yang berasal dari kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena
medularis di sentral yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.
Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun steroid
berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis yang akan
dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan seretan sel epitel
yang tersusun agak berbeda.

Zona glomerulosa

Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan
mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan natrium, kalium, dan air.
Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus kontortus distal nefron dalam ginjal,
mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium
(Ross, 2011).
Zona fasciculata
Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang yang
dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan glukokortilois, terutama
kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kortisol menginduksi mobilisasi
lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan protein di otot.

Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel kecil
yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel zona ini juga

mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen lemah yaitu
dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada beberapa jaringan lain

Gambar 6

Gambar 7

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid berada
bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula
yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk sekresi dan penyimpanan
hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua katekolamin, epinefrin atau
norepinefrin. Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron

Gambar 7. perbedaan zona pada korteks adrenal

simpatis praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang intens
(Junqueira et al 2012).

Gambar 8, perbedaan sel pada sel yang mensekresi epinefrin (E) dan noreepinefrin (NE)

2.2.3 Struktur Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari
dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid
berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid berfungsi
untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3)
yang penting untuk pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan
konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.

Gambar 9

Parenkim tiroid terdiri dari jutaan epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel
tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu
substansi gelatinosa yang disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar
yaitu tiroglobulin. Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk
sekretorisnya.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke
dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf, dan
pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain dan tersebar pada
jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional,
yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar
rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.
Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel
folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini
menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh
osteoklas.

Gambar 10, sumber: Ross, 2011)

Gambar 11, sumber: Junqueira, et al, 2012

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan
protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak
dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

2.2.4 Struktur Kelenjar Paratiroid

Gambar 12. Memperlihatkan Letak Kelenjar Paratiroid


dalam Tubuh Manusia.

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di


belakang kelenjar tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah,
umumnya terbenam dalam simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar
terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke dalam kelenjar yang
berbaur dengan serat retikular yang menyangga kelompok sel sekretoris
yang berderet memanjang. Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal
(utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama merupakan sel poligonal kecil
dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan bergranula
sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH)
yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran
lebih besar dan berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini
merupakan derivat transisional dari sel utama.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin
yang memiliki efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme
ganda pengaturan kadar Ca2+

darah yang merupakan faktor penting

dalam homeostatis. Hormon paratiroid menargetkan osteoblas yang


merespon dengan menghasilkan suatu faktor penstimulasi-osteoklas

untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas. Hal ini meningkatkan


resorpsi

matriks

tulang

berkapur

meningkatkan kadar Ca2+

dan

pelepasan

Ca 2+

sehingga

dalam darah yang mengakibatkan produksi

hormon paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat


aktivitas

osteoklas

sehingga

menurunkan

Ca2+

kadar

darah

dan

meningkatkan osteogenesis.
Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca 2+ dari saluran
cerna dengan menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan
dalam menurunkan kadar fosfat darah ysng merupakan efek dari sel
tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan fosfatnya dan memungkinkan
lebih

banyak

ekskresi

fosfat

dalam

urin.

Kekurangan

hormon

ini

menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid


dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi langsung
oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer dkk, 2014).
2.2.5 Struktur Pulau Langerhans dalam Tubuh Manusia
Pulau Langerhans merupakan jaringan endokrin padat berbentuk sferis
yang terbenam dalam jaringan eksokrin asinar pankreas, berjumlah lebih
dari satu juta dalam pankreas manusia dan terbanyak dibagian ekor
pankreas.

Setiap

pulau

dikelilingi

oleh

serat

retikular

tipis

yang

memisahkan dengan jaringan asinar yang berdekatan. Setiap pulau terdiri


atas sel-sel bulat atau poligonal tersusun berderet yang dipisahlan oleh
jalinan kapiler bertingkap. Serabut saraf autonom berkontak dengan
sejumlah sel endokrin dan pembuluh darah. Sel pulau penghasil-hormon
utama

paling

mudah

diidentifikasi

dan

dipelajari

dengan

imunosiotokimiawi. Tipe sel, kuantitas, dan fungsi penting hormon utama


yang dihasilkan pulau langerhans dalam tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Jenis-Jenis Sel Utama dan Hormon Pulau Langerhans


Jenis Sel
Sel atau
A

Jumlah
-20%

Hormon
Glukagon

Sel atau
B
Sel atau
D

-70

Insulin

5-10%

Somatost
atin

F atau PP

Jarang

Polipeptid
a
pankreas

Fungsi
Menyediakan energi dari glikogen dan
lemak yang dihasilkan oelh glikogenesis
dan lipolisis, meningkatkan kadar glukosa
darah
Membuat glukosa masuk sel dan
menstimulasi penurunan kadar gula darah
Menghambat pelepasan hormon sel pulau
Langerhans lainnya melalui aksi parakrin
lokal, mengahmbat sekresi GH dan TSH di
kelenjar hipofisis anterior dan sekresi HCl
oleh sel parietal lambung.
Merangsang aktivitas sel chief lambung;
menghambat sekresi empedu, sekresi
enzim pankreas dan bikarbonat, serta
motilitas usus.

Sumber: Junqueira et al, 2012


2.2.6 Struktur Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau neuroendokrin yang mengatur
irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel
ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut yang sangat kecil.

Gambar 13, Menunjukkan Letak Kelenjar Pineal. Sumber: Ross, 2011

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang
mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin yang
merupakan suatu derivat triptofan. Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar

pineal dan berakhir di antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial
yang menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat
daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).

Gambar 14. Memperlihatkan Sekelompok Pinealosit (P) dan Memperlihatkan Astrosit (A)
pada gambar b
Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit
bertambah pada kegelapan dan menurun

selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting dalam
pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat kegelapan mengatur
fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).

2.2.7 Peranan Kelenjar Kelamin (Gonad) sebagai Organ Endokrin


Kelenjar kelamin terdiri atas testis sebagai kelenjar kelamin jantan (pria) dan ovarium
sebagai kelenjar kelamin betina (wanita).
1) Ovarium, menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sekresinya diatur oleh hormon
yang

dihasilkan

kelenjar

hipofisis.

Estrogen

berfungsi

untuk

menimbulkan

dan

mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan


pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan
dinding

uterus

agar

dapat

menerima

ovum

yang

sudah

dibuahi.

2) Testis, menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan sperma


(spermatogenesis) dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, misalnya

pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi hormon
tersebut juga dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh hipofisis.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin:
1. Memiliki

sifat

berukuran

umum

kecil

dan

antara

lain,

seluruh

kelenjar

endokrin

mengandung

banyak

pembuluh

darah,

berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan


menjadi tipe sinusoid dan tipe folikel, kelenjar pada sistem endokrin
hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara
structural, jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan
tubuh.
2. Kelenjar endokrin yang terdapat pada manusia antara lain, hipofisis,
tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang
mengandung kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal,
lambung, dan usus halus.
3. Kelenjar endokrin pada manusia memiliki peran penting sebagai
pengatur semua kegiatan hormon lain (bersama dengan saraf)
dalam tubuh manusia, misalnya mengatur metabolisme kalsium,
karbohidrat,

dan

lipid,

mengatur

osmoregulasi,

zat-zat

yang

disekresi maupun diekskresi, semua kegiatan tersebut dibantu oleh


adanya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin.

SISTEM ENDOKRIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indera
manusia sering disebut panca indera, karena terdiri dari lima indera yaitu :

Indera penglihat (mata).


Indera pendengar (telinga).
Indera pembau/pencium (hidung).
Indera pengecap (lidah).
Indera peraba (kulit).

2.1.2 Indera Penglihat (Mata)

Gambar bagian-bagian pada Mata


Mata terdiri dari :

Otot Mata.
Bola Mata.
Saraf Mata.

Alat tambahan mata yaitu :

Alis Mataberfungsi untuk melindungi mata dari keringat.

Kelopak Matamelindungi mata dari benturan.


Bulu Mata melindungi mata dari cahaya yang kuat, debu dan kotoran.

2.1.3Fungsi bagian - bagian indra penglihatan

Kornea (selaput tanduk)berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan


meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam.
Iris (selaput) pelangi berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke
mata.
Pupil (anak mata)berfungsi sebagai jalan pengatur keluar masuknya cahaya ke
dalam mata.
Lensa mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke
bagian mata yang lebih dalam.
Retina ( selaput jala )berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian
dikirim oleh oleh saraf mata ke otak.
Urat saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak.
Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata.
Kunjongtiva berfungsi sebagai membran pelindung pada mata.
Skrela berfungsimelindungi bola mata.
Koroid berfungsi memberi/mensuplai makananpada mata.

2.1.4 InderaPendengar(Telinga)

Gambar bagian-bagian pada Telinga

Indera pendengar adalah telinga yang terdiri dari :

Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil,
landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.

Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah
lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)

2.1.5 Fungsi bagian-bagian indra pendengar

Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi.
Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian
yang lebih dalam.
Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi
memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah
isput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah
lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
Saluran eustus menghubachiungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.

2.1.6 Indera Pembau (Hidung)

Gambar bagian-bagian pada Hidung

2.1.7Fungsi bagian-bagian indra pembau

Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara


Rambut hidungberfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas
Selaput lendirberfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indera pembau
Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otot

2.1.8 Indera Pengecap (Lidah)

Gambar bagian-bagian pada Lidah


Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papilaadalah ujung saraf pengecap.
Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu
berdasarkan letaknya pada lidah.
Daerah-daerah peka pada lidah :

Pangkal Lidah dapat mengecap rasa pahit


Tepi Lidahmengecap rasa asin dan rasa asam
Ujung Lidah dapat mengecap rasa manis.

2.1.8 Indra Peraba (Kulit)

Gambar bagian-bagian pada Kulit


Dengan kulit kita dapat merasakan sentuhan.
Bagian indra peraba yang paling peka:

Ujung Jari
Telapak Tangan

Telapak Kaki
Bibir
Alat Kemaluan.

2.1.9Fungsi bagian-bagian kulit

Kulit ariberfungsi mencegah masuknya bibit penyakit dan mencegah


penguapan air dari dalam tubuh.
Kelenjar keringatberfungsi menghasilkan keringat
Lapisan lemak berfungsi menghangatkan tubuh
Otot penggerah rambut berfungsi mengatur gerakan rambut
Pembuluh darahberfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh.,

Daftar Rujukan
Junqueira, L. C.2012. Basic Histology (pdf). New York: The Mc.

GrawHill companies.
Ross, Michael H. 2011. Histology A Text and Atlas With

Correlated Cell and olecular Biology. Philadelphia : Mc


Millan company

Tenzer, Amy, Umie Lestari, Abdul gofur, Sofia Erry Rahayu, Masjhudi,
Nursasi Handayani, Nuning Wulandari, siti Imroatul Maslikah. 2014.
Struktur Perkembangan Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai