Anda di halaman 1dari 32

EMBRIOLOGI MANUSIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“EMBRIOLOGI HEWAN”

Dosen pengampu: Ika Listiana, S. Pd, M. Pd

Disusun oleh:

1. Dini Dewi Utami (1701060009)


2. Evi Sinta Dewi (1701060043)
3. Lutfin Fauzi (1701060020)
4. Nurul Azizah (1701060023)
5. Rina Lestari (1701060029)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................................1

C. Rumusan masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Embrio Manusia.......................................................................3

B. Tahapan Perkembangan Embrio Manusia.........................................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Embriologi merupakan suatu proses pembentukan atau pertumbuhan


embrio, dimana terjadi pembelahan pada sel tunggal dan kemudian berubah
selama perkembangan untuk membentuk organisme multiseluler. Embriologi
pada manusia diawali oleh pertemuan sebuah sel telur (ovum) dengan sel sperma
(spermatozoa). Pertemuan ini nantinya akan menghasilkan zigot. Zigot akan
mulai membentuk suatu organisme multiseluler yang dilakukan dengan cara
pembelahan.

Pada embriologi manusia terdapat tahapan pembelahanan, diantaranya


adalah cleavage (pembelahan), blastulasi, gastrulasi dan neurulasi. Pada tahap
cleavage terjadi proses pembelahan embrio terfertilisasi secara mitosis. Pada
tahap blastulasi, blastomer akan mengalami pemadatan kemudian blastomen akan
mensekresikan cairan. Pada tahap gastrulasi terbentuk tiga lapisan, yakni
ektoderm (berupa epidermis, sistem saraf), mesoderm (berupa otot, tulang, dan
jaringan ikat), endoderm (berupa epitelium sistem pencernaan dan sistem
pernapasan), dan pada tahap neurulasi terdapat pembentukan buluh saraf.

Perkembangan embrio manusia sangatlah kompleks dimana pada awalnya


hanya satu sel kemudian berkembang menjadi individu yang terdiri dari miliaran
sel.

B. TUJUAN

1. Apa itu embriologi manusia?


2. Bagaimana proses embriologi pada manusia terbentuk?
3. Tahapan apa saja yang terlibat dalam pembentukan embriologi pada
manusia?

1
C. RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan embrio manusia.

2. Mengetahui proses embriologi manusia terbentuk.

3. Mengetahui tahapan-tahapan yang terlibat dalam embriologi manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MANUSIA

1. PROSES DASAR PERKEMBANGAN


Ilustrasi tentang fenomena perubahan sebuah sel menjadi seorang bayi saat
masih dalam kandungan ibu, merupakan suatu proses yang menggambarkan
bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan kompleks. Adanya fenomena
besar dan kompleks ini akan melibatkan proses yang kompleks pada tingkat
seluler, misalnya regulasi dan transduksi signal secara molekuler. Adanya
regulasi dan transduksi signal secara molekuler merupakan cara yang paling
mutakhir untuk memahami perkembangan organisme. Sadler (2012:3-9)
menjelaskan beberapa bagian tersebut seperti adanya transkripsi gen, regulasi
ekspresi gen, induksi formasi organ, dan cell signaling. Spratt (1971) dalam Lufri
dan Helendra (2009:6-15) menjelaskan lima proses dasar pada tingkat sel, yaitu:
1. Pertumbuhan, yaitu pertambahan massa sel (ukuran dan jumlah sel).
2. Diferensiasi, yaitu proses yang menghasilkan sel-sel yang sudah
terspesialisasi (sudah melakukan biosintesis spesifik).
3. Interaksi seluler, yaitu saling pengaruh mempengaruhi antara suatu sel atau
kelompok sel dengan sel kelompok sel yang lain.
4. Pergerakan, yaitu perubahan posisi sel atau jaringan (gerakan mor-fogenik).
5. Metabolisme, merupakan proses penghasil (sumber) dan penggunaan energi,
dan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan dan perkembangan.

B. TAHAPAN PERKEMBANGAN EMBRIO

Tahap perkembangan manusia dijelaskan secara terperinci di Gambar 1-3.


Sadler (2012) menjelaskan tahapan perkembangan manusia menjadi lima tahap,
yaitu:
1. Tahap gametogenesis, terjadinya pembentukan gamet laki-laki dan
perempuan atau konveksi germ cell sperma dan sel telur.
2. Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proses ovulasi sampai

3
implantasi.

Gambar 1. Tahapan embrio manusia


3. Tahap perkembangan minggu ke-2, terjadinya pembentukan bilaminar germ
disc (embrio dua lapis).
4. Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai 8, disebut juga dengan periode
embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh.

Gambar 2. Tahapan embrio manusia

4
5. Tahap perkembangan bulan ke-3 sampai kelahiran,adalah masa fetus dan
berperannya plasenta dalam perkembangan manusia.

Gambar 3. Tahapan embrio manusia

Dudek (2011) menguraikan perkembangan manusia diawali dari tahap pre-


fertilisasi, periode mingguan, periode embrionik dan organogenesis. Uraian
lengkapnya sebagai berikut:
1. Prafertilisasi, meliputi perkembangan organ reproduksi seksual,
perkembangan organ reproduksi seksual, perkembangan kromosom, meiosis,
organogenesis, spermatogenesis.
2. Perkembangan minggu 1 (hari ke-1-7), meliputi fertilisasi, pembelahan
blastocyst dan implantasi.
3. Perkembangan minggu ke-2 (hari ke 8-14), meliputi pembentukan
embrionlast lanjutan, trophoblast lanjutan dan mesoderm ekstraembrio.
4. Periode embrionik, meliputi pembentukan embrioblast lanjutan,
vasculogenesis dan plasentasi.
5. Periode bulan 3 sampai lahir, disebut juga organogenesis sampai parturisi,

5
terjadi perkembangan organ dan sistem tubuh dan proses kelahiran.

I. Tahapan Perkembangan Embrio Manusia

1. Gametogenesis

Gametogenesis merupakan konversi sel-sel benih menjadi gamet jantan dan


gamet betina. Dalam persiapan untuk pembuahan. Sel benih jantan maupun
betina mengalami sejumlah perubahan yang melibatkan kromosom ataupun
sitoplasma, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kromosom dari jumlah
diploid 46 (pada sel somatik) menjadi jumlah haploid 23 (pada gamet) dan
mengubah bentuk sesl-sel benih sebagai persiapan untuk pembuahan (Sadler:
2010).

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet yang terjadi melalui


pembelahan meiosis. Gametogenesis meliputi spermatogenesis (pembentukkan
spermatozoa atau sperma) pada jantan dan oogenesis (pembentukan ovum) pada
betina (Sherwood, 2011)

Gambar 4. Proses yang terjadi pada pembelahan meiosis I dan II

A. OOGENESIS

1) Pematangan Oosit Dimulai Sebelum Lahir

Pada betina genetik, setelah tiba di kelenjar kelamin (gonad), sel-sel benih

6
primordial berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel-sel ini mengalami sejumlah
pembelahan mitosis dan pada akhir bulan ke-3 sel-sel ini tersusun dalam
kelompok-kelompok yang dikelilingi selapis sel epitel gepeng, sel folikel yang
berasal dari permukaan yng membungkus ovarium. Sebagian besar oogonia
membelah terus dengan mitosis, beberapa diantaranya berdiferensiasi menjadi
oosit primer pada tahapan profase meosis I. Selama beberapa bulan kemudian
jumlah oogonia meningkat pesat dan pada akhir bulan kelima perkembangan
pranatal, jumlah total sel germinaltifum diovarium mencapai maksimal ( ± 7 juta).

Pada saat ini, mulai terjadi kematian sel dan banyak oogonia maupun oosit
primer menjadi atretik. Pada bulan ketujuh sebagian besar oogonia berdegenerasi
kecuali beberapa yang letaknya dekat dengan permukaan. Semua oosit primer
yang bertahan hidup sudah memasuki pembelahan meiosis pertama dan kini
sebagian besar diataranya dikelilingi selapis sel epitel gepeng. Sebuah oosit
primer, bersama dengan sel epitel gepeng yang mengelilinginya dikenal sebagai
folikel primordial.

Gambar 5. Diferensiasi sel germanium primodial menjadi oogonia

2) Pematangan Oosit Berlanjut Saat Pubertas

Menjelang saat kelahiran semua oosit primer telah memulai pembelahan


profase meiosis pertama, tetapi sel-sel ini tidak melanjutkan pembelahan ketahap
metafase namun masuk kedalam tahap diploten, yaitu suatu tahap istirahat selama
profase yang ditandai oleh adanya jala-jala kromatin. Oosit primer tetap berada
dalam tahap profase dan tidak menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya

7
sebelum mencapai masa pubertas. Keadaan ini disebabkan oleh oocyte
maturation inhibitation(OMI) yang merupakan peptida kecil yang dikeluarkan
oleh sel folikuler. Jumlah total oosit primer pada saat lahir diperkirakan bervariasi
dari 600.000-800.000. selama masa anak-anak sebagian oosit menjadi atretik,
hanya sekitar 400.000 yang ada pada permulaan pubertas dan kurang dari 500
yang akan di ovulasikan. Sebagian oosit yang menvcapai kematangan pada tahap
kehidupan lanjut telah berada dalam keadaan dorman pada stadium diploten
pembelahan meiotik pertama selama 40 tahun atau lebih sebelum ovulasi. Oosit
primer rentan terhadap kerusakan sewaktu menjadi tua.

Saat pubertas terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan


dipertahankan oleh folikel primordial. Setiap bulan 15-20 folikel yang terpilih
dari cadangan tersebut memulai proses pematangan melewati tiga stadium yaitu
primer (pre-antral), sekunder (antral), dan pre-evulasi (folikel degraaf). Stadium
antral adalah stadium yang paling lama, sedangkan stadium pre-evulasi
berlangsung selama sekitar 37 jam sebelum ovulasi. Sewakatu oosit primer mulai
tumbuh, sel-sel folikel disekitar berubah dari gepeng menjadi kuboid dan
berpoliferasi untuk membentuk epitel berlapis, yaitu sel granulosa dan unit yang
terbentuk disebut folikel primer.

Sel ganulosa terletak pada membran basalis yang memisahkan sel ini dengan
sel stroma disekitarnya yang membentuk teka folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit
juga mengeluarkan satu lapisan glikoprotein dipermukaan oosit membentuk zona
pelusida. Suatu folikel terus tumbuh teka folikuli tersusun membentuk satu
lapisan dalam sel sekretorik (teka internal). Sel-sel folikel juga membentuk
tonjolan kecil mirip jari yang menembus zona pelusida dan berjalan dengan
mikrovilus dari membran plasma oosit. Proses ini penting untuk transfer bahan
dari folikel ke oosit.

Selanjutnya muncul rongga-rongga terisi cairan di antara sel-sel granulosa.


penyatuan ruang-ruang ini menghasilkan antrum disebut folikel sekunder atau
(vesikular). Sel granulosa yang mengelilingi oosit tetap utuh dan membentuk
kumulus ooforus. Folikel ini dikelilingi oleh teka internal yang terdiri dari sel-sel
dengan ciri sekresi steroid, kaya pembuluh darah dan teka eksternal yang secara

8
bertahap menyatu dengan stroma ovarium.

Pada setiap siklus ovarium sejumlah folikel mulai berkembang tetapi hanya
satu yang mencapai kematangan sempurna. Ketika folikel sekunder telah matang
lonjakan LH akan memicu fase pertumbuhan pre-ovulasi. Meiosis satu akan
terbentuk dua sel anak dengan ukuran yang berbeda dengan 23 kromosom
berstruktur ganda. Satu sel oosit sekunder mendpat sebagian besar sitoplasm dan
yang lain badan polar pertama hampir tidak mendapatkan sitoplasma sama sekali.
Oosit sekunder masuk terletak antara zona pelusida dan membran sel oosit
sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk ke meiosis II tetapi terhenti
pada tahap metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II diselesaikan hanya
jika oosit dibuahi. Jika tidak sel telur akan berdegenerasi sekitar 24 jam setelah
ovulasi (Sadler, 2010).

B. SPERMATOGENESIS

1) Pematangan Sperma Dimulai Saat Pubertas

Spermatogenesis yang dimulai saat pubertas mencakup semua proses


pengubahan spermatogonia menjadi spermatozoa. Saat lahir sel-sel germinativum
pada bayi pria dapat dikenai di korda seks (genjel seks) testis sebagai sel besar
pucat yang dikelilingi oleh sel penunjang. Sel penunjang berasl dari epitel
permukan kelenjar dengan cara seperti folikular menjadi sel sertoli. Sebelum
pubertas, genjel seks membentuk suatu lumen dan menjadi tubulus seminiferus
pada waktu yang hamipr bersamaan, sel-sel germinativum primordial membentuk
sel tunas speratogonia. Dari populasi sel tunas muncul sel-sel dalam interval-
interval yang teratur untuk membentuk spermatogonia tipe A dan bentukannya
menandai dimulainya spermatogenesis. Sel tipe A mengalami pembelahan mitotik
dalam jumlah terbatas untuk membentuk suatu klonasel.

Pembelahan sel yng terakhir menghasilkan spermatogonia tipe B yang


kemudian membelah untuk membentuk spermatosit primer yang kemudian
memasuki tahap profase yang berkepanjangan (22 hari) diikuti oleh penuntasan
secara cepat meosis I dan membentuk permatosit skunder selama pembelahan
meotik II sel-sel cepat membentuk spermatid haploid. Spermatogenesis diatur

9
oleh produksi LH. LH menikt reseptor di sel Leydig dan merangsang produksi
testosteron yang pada giliran nya berikatan dengan sel sertoli untuk mendorong
spermatogenenis. FSH juga esensial karna pengikatan hormon ini ke sel sertoli
merangsang pembentukan cairan tes tis dan sintetis protein reseptor androgen
intarsel.

Gambar 6. Proses Spermatogenesis

2) Spermiogenesis

Spermiogenesis merupakan serangkaian perubahan yang menyebabkan


transformasi spermatid menjadi spermatozoa. Perubahan ni mencakup
pembenukan akrosom yng menutupi separuh permukan nukleus dan mengandung
enzim untuk membantu penetrasi telur dan lapisan di sekitr nya saat fertilisasi,
pemdatan nukleus, pembentukan leher dan pengelupasan sebagian besar
sitoplasma.

Gamabr 7. Proses spermiogenesis

10
3) Peranan sel sertoli dalam spermatogenesis

Ser sertoli melaksanakan fungsi-fungsi penting bagi spermatogenesis


yaitu :

a) Taut erat antara sel-sel sertoli yang berdekatan membentuk sawar darah
melewati celh intersel untuk masuk ke limen tubulus seminiferus, dengan
sawar ini maka dengan molekul tertentu yang dapat melewati sel sertoli
dan mencapai cairan intratubulus. Karna nya komposisi cairan
intraubulus cukup berbeda dari komposisi darah. Komposisi cairan yang
membahasahi sel-sel germinatifum sangat penting bagi tahap akhir
pembentukan sperma

b) Sel-sel sertoli memberi sel-sel sperma nutrien karna sel-sel sperma tidak
memiliki akses langsung ke nutrien-nutrien dalam darah.

c) Sel sertoi memiliki fungsi fagositosikyang penting. Sel ini menelan


sitoplasma yang dikeluarkan dari spermatik selama proses remodeling
dan menghncurkan sel germinatifum cacat yang gagal menyelesaikan
semua tahap spermatogenesis.

d) Sel sertoli mengeluarkan cairan tubulus seminiferus ke dalam lumen


yang menggelontor sperma dari tubuus ke dalam epididimis untuk
disimpan dan diproses lebih lanjut.

e) Sel sertoli mengandung protein pengikat androgen sehingga kadar


hormon testesteron dalam lumen tubulus tetap tinggi. Konsentrasi
testosteron di dalam cairan tubulus 100 kali di bandingkan konsentrasi
dalam darah, hal ini esensial untuk mempertahan kan.

f) Sel sertoli adalah tempat kerja untuk kontrol spermatogenensis oleh


testosteron dan folikel stimulating hormon (FSH). Sel sertoli
mengeluarkan hormon lain yaitu inhibin yang bekerja secara umpan
balik negatif untuk mengatur sekresi FSH.

4) Faktor-faktor hormonl yang merangsang spermatogenesis

11
a. hormon testosteron yang di sekresikan sel-sel leydig yang
terletak di intet stisium testis, penting bagi pertumbuhan dan
pembelahan sel-sel derminal testis yang merupakan tahap pertama
pembentukan sperma.

b. Luteinizing hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisi


anterior, merangsang sel-sel leydig untuk menyekresi testosteron.

c. Hormon perangsang folikel (FSH) yang dihasilkan oleh kelenjar


hipofis anterior, merangsang sel-sel sertoi tanpa perangsangan ini
pengubahan spetid menjadi sperma tidk akan terjadi

d. Estrogen yang di bentuk dari testosteron oleh sel-sel sertolik


ketika di rangsang oleh hormon perangsang foikel mungkin juga
penting untuk spermatogenesis.

e. Hormon pertumbuhan (sebagai besar hormon tubuh lainnya)


diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metaboisme
testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik meningkatkan
pembelahan awal spermatogonia. Bila hormon pertumbuhan tidak
ada seperti dwarfisme hipofisis maka spermatogenesis sangat
berkurang atau tidak sama sekali sehingg menyebabkan infertilitas
(Guyton,2008).

II. Ovulasi hingga Implantasi

1. Siklus Ovarium

Siklus ovarium terdiri atas fase folikular dan fase luteal. Fase folekular
merupakan fase ketika ovarium beraktivitas membentuk dan mematangkan
folikel-folikelnya. Fase luteal ditandai ditandai oleh adanya korpus luteum. Fase
luteal merupakan fase ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari
sisa-sisa folikel matangnya (filikel de graaf) yang sudah mengeluarkan sel
ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormon progesteron

12
yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk bersiap-siap
menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau melakukan proses
deskuamasi dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi
kehamilan).

Saat pubertas wanita mengalami siklus bulanan secara teratur. Siklus


seksual ini dikendalikan oleh hipotalamus. Gonadotropin releasing hormone
(GnRH) yang dihasilkan oleh diputlamus bekerja pada sel-sel kelenjar hipofilis
anterior yang pada gilirannya menghasilkan gonadotropin yaitu follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormon (LH). Yang merangsang dan
mengontrol perubahan siklik pada ovarium. Pada awal siklus ovarium 15-20
folikel stadium primer(pre-antal) dirangsang untuk tumbuh dibawah pengaruh
FSH. FSH merangsang pematangan granulose yang mengelilingi oosit. sel
granulosa dan sel teka bekerja sama untuk menghasilkan estrogen yang akan
menyebabkan endometrium uterus masuk ke fase folikular, menyebabkan
penipisan lukus serfiks sehingga sperma mudah lewat dan merangsang hipofisis
untuk mengaeluarkan LH. Dipertengahan siklus terjadi lonjakan LH yang
menyebabkan meningkatnya konsentrasi faktor pendorong pematangan,
menyebabkan oosit menuntaskan meiosis 1 dan memulai meiosis 2 , merangsang
pembentukan progresteron oleh sel folekuler stroma dan menyebabkan folikel
pecah ovulasi.

2. Ovulasi

Pada hari-hari sebelum ovulasi dibawah pengaruh LH dan FSH folikel


sekunder tumbuh cepat sehingga bergaris tengah 25 mm. Bersamaan dengan
pembentukan akhir folikel sekunder terjadi peningkatan mendadak LH yang
menyebabkan oosit primer menuntaskan meiosis 1 dan folikel masuk ke stadium
pre ovulasi. Meiosis 2 dimulai, tetapi oosit terhenti pada metaphase sekitar 3 jam
sebelum ovulasi sementara itu permukaan ovarium mulai menonjol secara local
dan di apeks muncul suatu titik avaskular (stigma). Tingginya konsentrasi LH
meningkatkan aktifitas kolagenase yang menyebabkan dicernanya serat-serat
kolagen yang mengelilingi folikel kadar prostaglandin meningkat sebagai respon
lonjakan LH dan menyebabkan kantraksi otot local di dinding ovarium kontraksi

13
ini mendorong keluar oosit yang besama-sama sel granulose di sekitarnya dari
region humulus ooforus, lepas bebas (ovulasi) mengapung keluar dari ovarium.
Sebagian sel humulus ooforus kemudian menata dirinya dengan mengelilingi
zona pelusida untuk membentuk korona ladiata.

Jika tidak terjadi pembuahan korpus luteum akan mencapai perkembangan


maksimal sekitar 9 hari setelah ovulasi. Badan ini mudah dikenali sebagai
tonjolan kekuningan di permukaan ovarium. Kemudian korpus luteum menciut
akibat degenerasi sel luteum dan membentuk massa jaringan perut fibrotic atau
korpus albikans. Jika oosit dibuahi generasi korpus luteum akan dihambat oleh
hCG yang merupakan hormon yang dikeluarkan oleh sinsitiotrophoblast mudigah
yang sedang berkembang.

3. Transport Oosit

Segera sebelum ovulasi vinbriae segera menyapu permukaan ovarium dan


tuba uterina sendiri mulai berkontraksi secara ritmis. Setelah berada dalam tuba,
sel-sel kumulus menarik prosesus sitoplamanya dari zona pelusida dan
kehilangan kontak dengan oosit. Setelah berada di tuba uterina oosit didorong
oleh silia dengan kecepatan transportasi di atur oleh status endoktrin selama dan
setelah ovuasi. Pada manusia oosit yang sudah di buahi mencapai lumen uterus
dalam waktu sekitar 3 -4 hari.

4. Fertilisasi

Fertilisasi merupakan penyatuan gamet jantan dan betina yang terjadi


didaerah ampula tuba. Spermatozoa tidak mampu membuahi oosit segera setelah
tiba di saluran genitalia betina karena harus menjalani kapasitas dan reaksi
okrosom. Fertilisasi terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi
oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki
oviduk. Fertilisasi mencakup tiga fase:

14
1) Fase I (Penembusan Korona Radiata)

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran


kelamin betina, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan.
Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan dan diduga
bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi
untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet betina. Sperma
yang mengalami kapasitas dengan bebas menembus korona.

2) Fase II (Penembusan Zona Pelusida)

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur


yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom
memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan
bertemu dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida
berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini
mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul
korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-
enzim ini mengakibatkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona)
untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-
tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik
spesies. Spermatozoa lain bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya
satu yang menembus oosit.

3) Fase III (Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma)

Segera setelah spermatozoa menyentuh sel membran oosit, kedua


selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang
membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom,
penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan
selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma titik pada manusia,
baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi
selaput plasma tertinggal dipermukaan oosit.

15
Gambar 8. Fase Fertilisasi

Setelah spermtozoa memasuki oosit, sel telur merespons dengan tiga cara
yang berbeda yaitu:

1) Reaksi kortikal dan zona yang terjadi sebagai akibat terlepasnya butir-
butir kortikal oosit, selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh
spermatozoa lain dan zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya
untuk mencegah menambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini
terjadinya polispermi dapat dicegah.

2) Melanjutkan pembelahan meiosis kedua oosit. Oosit menyelesaikan


pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah
satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal
sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.
Kromosomnya (22+X) tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang
dikenal sebagai pronuklues betina.

3) Pengaktifan metabolik sel telur. Faktor yang mengaktifkan ini


diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Pengaktifan pasca fusi

16
(penyatuan) diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan
seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

Sementara itu spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan
pronukleus betina. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus jantan.
Sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang
dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi dua
bagian. Hasil utama pembuahan adalah penggenapan kembali jumlah kromosom
dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan ibu menjadi suatu bakal baru
dengan jumlah kromosom diploid, penentuan jenis kelamin bakal individu baru
tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang membuahi
ovum tersebut dan permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan
dan perkembangan embrio ( embriogenesis)

.Gambar 9. Perjalanan Ovum sampai Implantasi

5. Pembelahan Cleavage

Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai berkali-kali.sel-


sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dariukuran
induknya yang disebut blastomer.sesudah tiga sampai empat kali pembelahan
zigot memasuki tingkat 16 sel disebut stadium morula (kira-kira pada hari
ketiga-kekmpat pasca fertilisasi). Morula terdiri dari inner cell

17
mass( kumpulan sel-sel disebelah dalam yang akan tumbuh menjadi jaringan-
jaringan embrio pada janin) dan outer cell mass( lapisan sel disebelah luar,
yang akan tumbuh menjadi trofoblast sampai plasenta). Kira-kira pada hari
kelima sampai keenam, dirongga sela-sela inner cell mass merembes cairan
menembus zona pelusida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini
kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar masa zigot membentuk
rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul disalah satu sisi, tetapi
berbetasan dengan lapisan luar. Pada stadium ini disebut embrioblast dan
outer cell mass disebut trofoblast.

Gambar 10. Cleavage (pembelahan)

6. Uterus saat implantasi

Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan yaitu endometrium, meometrium


dan perimetrium. Pada saat implantasi mokusa uterus beradaa pada fase
sekretori yaitu saat kelenjar dan arteri uterus bergelung dan jaringan menjadi
tebal dan basah akibatnya dapat dikenali tiga lapisan endometrium yaitu
lapisan kompaktum dibagian superfisial, lapisan spongeosum ditengah, dan
lapisan basale yang tipis. Dalam keadaan normal blastokista tertanam

18
diendometrium disepanjang dinding anterior, atau posterios korpus uteri
tempat balstokista itu tertanam diantara lubang-lubang kelenjar.

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi


ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama (hari ke 5-6) zigot
mencapai cavum uteripada saat itu uterus sedang berada pada dalam sekresi
lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif.
Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah
dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif.
Kontak antara zigor stadium blasokista dengan dinding rahim pada keadaan
tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblast
zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi kepada lapisan
epitel endometriu uterus (terjadi implantasi.). Setelah minggu pertama hari 7-
8, sel-sel trofoblast yang terletak diatas embrioblast yang berimplantasi
diendometrium dinding uterus, mengadakan poliferasi dan berdiferensiasi
menjadi dua lapis yang berbeda yaitu sitotrofoblast terdiri dari selapis sel
kuboit, batas jelas intitunggal, disebelah dalam (dekat embrioblast) dan
sinsitiotrofoblas terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, disebelah luar
(berhubungan dengan stroma endometrium. Sel-sel trofoblast yang tertanam
di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama
dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta yang
kemudian berfungi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan
embrioblast yang akan tumbuh.

Gambar 11. Uterus saat implantasi

19
III. Pembentukan Sistem Organ(Organogenesis)

A. Cakram Mudigah Bilaminar

Cakram mudigah bilaminar atau bisa juga disebut dengan diskus


germinativum bilaminar. Setelah ovum berovulasi dan mengalami implantasi
maka akan terjadi kejadian dari hari ke hari pada zigot selama perkembangan
minggu kedua, namun mudigah dengan usia pembuahan yang sama tidak
sekali berkembang dengan kecepatan yang sama, memang terdapat
perbedaan laju pertumbuhan yang cukup bermakna bahkan pada tahap
perkembangan sedini mungkin.

Hari ke-8

Pada hari kedelapan perkembang blastokista sudah berada dan terbenam


di dalam stroma endometrium. Didaerah diatas embrioblas, trofoblas telah
berdiferensiasi menjadi dua lapisan:

1. Sitotrofoblas yang merupakan lapisan dalam berupa sel


mononukleus

2. Sinsitiotrofoblas yaitu zona luar berinti banyak tanpa batas sel yang
jelas.

Gambar 12. Blastokista manusia berusia 7,5 hari

Gambaran mitotik ditemukan pada sitotrofoblas tetapi tidak pada

20
sinsitiotrofoblas. Karena itu sel-sel di sitotrofoblas tempat sel-sel ini menyatu
dan kehilangan membran sel masing-masing. Sel-sel di massa sel dalam atau
embriblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu

1. Lapisan hipoblas yaitu lapisan sel kuboid kecil disamping rongga


blastokista.

2. Lapisan epiblas yaitu lapisan sel silindris tinggi disamping rongga


amnion.

Bersama-sama lapisan-lapisan tersebut membentuk cakram (diskus)


gepeng. Pada saat yang sama terbentuk suatu rongga kecil didalam epiblas.
Rongga ini akan membesar untuk menjadi amnion. Sel-sel epiblas disekat
sitotrofoblas disebut amnioblas. Bersm,a dengan epiblas sisanya sel-sel ini
melapisi rongga amnion. Stroma endometrium didekat tempat implantasi
tampak edema dan banya vaskular. Kelenjar-kelenjar tampat besar dan
berkelok-kelok serta mengeluarkan banyak glikogen dan mukus.

Hari-9

Blastokista semakin terbenam di dalam endometrium dan defek penetrasi di


epitel permukaan ditutup oleh bekuan fibrin. Trofoblas memperlihatkan kemajuan
pesat dalam perkembangannya terutama di kutubembrional,tempat muncul
vakuola-vakuola di sinsitium. Setelah menyatu vakuola-vakuola ini akan
membentuk lacuna (danau) besar dan fase perkembangan trofoblas ini dikenal
sebagai stadium lakunar.

Pada kutub embrional sel-sel gepeng yang berasal dari hipoblas membentuk
suatu membran tipis, membran eksoselom (Heuser) yang melapisi permukaan
dalam sitotrofoblas. Bersama dengan hipoblas membentuk lapisan rongga
eksoselom atau primitive.

21
Gambar 13. Blastokista berusia 9 hari

Hari ke-11 dan 12

Pada hari ke 11 dan 12 perkembangan blastokista telah terbenam


seluruhnya di dalam stroma endometrium dan epitel permukaan hampir menutupi
seluruh defek semula di dinding uterus. Blastokista sekarang menghasilkan
sedikit penonjolan kedalam lumen uterus dotandai oleh rongga-rongga lakuna di
sinsitium yang membentuk jaringan yang saling berhubungan.jaringan ini
terutama jelas di kutub embrional,trofoblas masih terutama terdiri dari sel
sititrofoblastik.

Secara bersamaan sel-sel sinsitiototrofoblas semakin menembus kedalam


stroma dan mengikis lapisan endotel kapiler ibu. Kapilerkapiler ini yang
mengalami kongesti dan melebar dikenal sebagai sinusoid.lakuna insitium kini
bersambung dengan sinusoid dan darah ibu masuk ke sistem llakuna. Karena
trofoblas terus mengikis sinusoid-sinusoid darah ibu mulai mengalir melalui
sistem trofoblastik, membentuk uteroplasenta.

Suatu populasi sel baru muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblas


dan permukaan luar rongga eksodelom. Sel-sel ini yang berasal dari sel-sel yolk
sac, membentuk suatu jaringan ikat longgar halus, mesoderm ekstra
embrionalyang akhirnya mengisi semua ruang antara trofoblas dibagian eksternal

22
dalam amnion dan membran eksoselom dibagian internal. Tidak lama kemudian
akan terbentuk rongga besar di mesoderm ekstraembrional dan setelah rongga-
rongga ini menyatu terbentuklah suatu ruang baru yang dikenal sebagai selom
ekstraembrional atau rongga korion.

Gambar 14. Blastokista manusia usia 12 hari

Ruang ini akan mengelilingi yolk sac primitif dan rongga amnion, kecuali
tempat diskus germinativum berhubungan dengan trofoblas melalui tangkai
penghubung. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi sititrofoblas dan amnion
disebut mesoderm sitotrofoblas dan amnion disebut dengan mesoderm
somatopleura ekstraembrional, lapisan yang menutupi yolk sac dikenal sebagai
mesoderm splankpleura ekstra embrional.

Hari ke-13

Pada hari ke-13 perkembang, defek permukaan di endometrium biasanya


telah sembuh. Namun, kadang-kadang terjadi perdarahan di tempat implantasi
akibat meningkatnya aliran darak ke dalam ruang-ruang lakuna. Karena terjadi
pada hari ke-28 siklus haid, perdarahan ini dapat disangka perdarahan haid biasa
dan karenanya dapat menyebabkan kesalahan pikiran tanggal kelahiran. Trofoblas
ditandai oleh struktur vilus. Sel-sel sitotrofoblas berpoliferasi secara lokal dan
menembus kedalam sinsitiotrofoblas, membentuk kolom-kolom sel yang
dikelilingi oleh sinsitium. Kolom-kolom sel dengan selubung ini dikenal sebagai

23
vilus primer.

Sementara itu, hiploblas menghasilkan bagian dalam membran eksoselom.


Sel-sel ini akan berpoliferasi dan secara bertahap akan membentuk suatu rongga
baru didalam rongga elsoselom.rongga baru ini dikenal sebagai yolk sac sekunder
atau yolk sac definitive.

Yolk sac ini jauh lebih kecil dari rongga eksoselom semula atau yolk sac
primitive. Selama pembentukannya sebagian besar rongga eksoselom terlepas.
Bagian ini diwakili oleh kista eksoselom yang sering ditemukan di selom
ekstraembrional atau rongga korion. Sementara itu, selom ekstraembrional
meluas dan membentuk suatu rongga besar, rongga korion. Mesoderm
ekstraembrional yang melapisi bagian dalam sitotrofoblas kemudian dikenal
sebagai lempeng korion.satu-satunya tempat mesoderm ekstraembrional melintasi
rongga korion adalah diitangkai penghubung (connecting stalk).dengan
terbentuknya pembuluh darah tangkai ini akan menjadi korda umbilikalis.

Gambar 15. Blastokista Manusia usia 13 hari

B. Cakram Mudigah Trilaminar

Cakram mudigah trilaminar atau bisa disebut juga dengan diskus


germinativum trilaminar dimana pada tahap ini terjadi perkembangan embrio

24
pada minggu ketiga. Proses yang paling khas yang terjadi selama minggu
ketiga kehamilan adalah gastrulasi yaitu proses yang membentuk ketiga
lapisan germinativum (ectoderm,mesoderm, dan endoderm) pada mudigah.

Gastrulasi diawali oleh permukaan primitive steak (garis primitive)


dipermukaan epiblas. Pada awalnya garis ini tidak terlalu jelas terlihat akan
tetapi pada mudigah berusia 15-16 hari. Garis ini jelas terlihat sebagai alur
sempit dengan bagian yang sedikit menonjol dikedua sisi.ujung sefalik garis
ini,primitive node (nodus priimitive) terdiri dari daerah yang sedikit
meninggi yang mengelilingi primitive pit (lubang primitive) kesil. Sel-sel
epiblas bermigrasi kearah garis primitive. Setelah tiba di region garis
primitive, sel-sel ini menjadi berbentuk botol, terlepas dari epiblas dan
terselip dibawahnya. Gerakan kearah dalam ini dikenal sebagai invaginasi.

Migrasi dan spesifikasi seldikendalikan oleh faktor petumbuhan


fibroblast 8 (FGF8) yang disintesis oleh sel-sel garis primitive itu sendiri.
Faktor pertumbuhan ini mengendalikan gerakan sel dengan menekan
ekspresi E-kaderin, suatu protein yang secara normal menyatukan epiblas.
FGF8 kemudian mengendalikan spesifikasi sel kedlam mesoderm dengan
mengatur ekspresi Brachyury (T). setelah mengalami invaginasi sebagian sel
kemudian menggeser hipoblas, menciptakan endoderm embrional dan yang
lain menjadi mesoderm yang terletak antara epiblas dan endoderm.sel-sel
yang tersisa diepiblas kemudian membentuk ektoderm.karena itu epiblas
melalui proses gastrulasi adalah sumber dari semua lapisan germinativum
dan sel dilapisan ini akan menghasilka semua jaringan dan organ mudigah.

Semakin banyaknya sel yang bergerak diantara lapisan epiblas dan


hipoblas, sel-sel tersebut mulai menyebar ke arah lateral dan cranial. Secara
bertahap, sel-sel ini bermigrasi melewati batas diskus dan membentuk kontak
dengan mesoderm ekstraembrional yang melapisi yolk sac dan amnion.
Dalam arah sefalik, sel-sel ini berjalan dikedua sisi lempeng prekordal.
Lempeng prekordal itu sendiri terbentuk diantara ujung notokord dan
membran bukofaringealis serta berasal dari sebagian dari sel-sel pertama
yang bermigrasi melalui nodus dalam arah sefalik. Kemudian lempeng

25
prekordal mejadi penting untuk induksi otak depan. Membran
bukofaringealis di ujung kranial diskus mengandung suatu bagian kecil yang
terdiri dari sel ektoderm dan endoderm yang melekat erat dan merupakan
bakal lubang rongga mulut.

Gambar 16. Tempat implantasi dan diskus germinativum akhir minggu ke-2

C. Pembentukkan Notokord

Sel-sel prenotokord yang mengalami invaginasi di lubang primitive


bergerak kearah kranial hingga mencapai lempeng prekordal. Sel-sel
prenotokord ini kemudian terselip ke hipoblas sedemikian sehingga untuk
waktu yang singkat, garis tengah mudigah terdiri dari dua lapisan sel yang
membentuk lempeng notokord. Sewaktu hipoblast digantikan oleh sel-sel
endoderm yang bergerak di garis primitive, sel-sel lempeng notokord
berproliferasi dan terlepas dari endoderm. Sel-sel ini kemudian membentuk
genjel (korda) sel yang memadat. Notokord definitive yang terletak dibawah
tabung saraf dan berfungsi sebagai dasar untuk tulang-tulang aksial. Karena
pemanjangan notokord adalah suatu proses yang dinamis yang pertama kali
akan terbentuk adalah ujung cranial, dan bagaian kaudal ditambahkan
sewaktu garis primitive bergerak ke arah lebih kaudal. Sel-sel notokord dan
prenotokord meluas kearah cranial ke lempeng prekordal (suatu daerah tepat

26
kaudal dari membrane bukofangealis) dan kearah kaudal ke lubang primitive.
Di titik tempat lubang ini membentuk suatu identitas di epiblas, terbentuklah
kanalis neurenterikus yang untuk sementara menghubungkan rongga amnion
dan yolk sac.

Membrane kloakalis terbentuk di ujung kaudal diskus embrional.


Membrane ini yang strukturnya serupa dengan membrane bukofaringealis.
Terdiri dari sel-sel ectoderm dan endoderm yang melekat erat tanpa
mesoderm diantaranya. Ketika membrane kloakalis muncul, dinding
posterior yolk sac membentuk suatu divertikulum kecil yang meluas kedalam
tangkai penghubung. Divertikulum ini, divertikulum alantoentrik dan
alantois, munculnya disekitar hari ke-16 perkembangan. Meskipun pada
vertebrata rendah alantois ini berfungsi sebagai reservoar untuk produk
ekskresi sistem ginjal, pada manusia, alantois tetap rundimenter tetapi
mungkin berperan dalam kelainan perkembangan kandung kemih.

27
Gambar 17. Proses pembentukkan notokorda

D. Pembentukkan Sumbu Tubuh

Pembentukkan sumbu tubuh anteropos terior dorsoventral dan kanan


kiri, berlngsung sebelum dan selama eriode gastrulasi. Sumbu anteposterior
diatur oleh sel-sel di tepi anterior(cranial) diskus embrional. Bagian ini,
endoderm visceral anterior (anterior visceral endoderm, AVE)
mengekspresikan gen-gen yang esensial untuk pembentukkan kepala. Gen-
gen ini menetapkan ujung cranial mudigah sebelum gastrulasi. Garis
primitive itu sendiri dipicu pembentukkannya dan dipertahankan oleh
ekspresi nodal, suatu anggota famili transforming growth factor B akan
menjadi notokord, sel yang bermigrasi di tepi lateral nodus dan dari ujung
kranial garis primitive akan menjadi mesoderm paksial. Sel bermigrasi
melalui daerah petengahan garis primitive menjadi mesoderm intermidiate.
Sel yang bermigrasi melalui bagian paling kaudal garis primitive akan ikut
membentuk mesoderm ektraembrional.

Letak kanan kiri terbentuk pada awal perkembangan dipadu oleh gen,
saat garis primitive muncul sel-sel dinodus primitive dan nodus primitive
akan mengeluarkan faktor pertumbuhan fibroblast 8 yang memicu ekspresi
nodal tetapi hanya pada sisi kiri mudigah.

Gambar 18. Pandangan dorsal diskus germinativum

28
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Prinsip dasar perkembangan menurut Spratt (1971) dalam Lufri dan Helendra
(2009:6-15) menjelaskan lima proses dasar pada tingkat sel, yaitu:
a. Pertumbuhan, yaitu pertambahan massa sel (ukuran dan jumlah sel).
b. Diferensiasi, yaitu proses yang menghasilkan sel-sel yang sudah
terspesialisasi (sudah melakukan biosintesis spesifik).
c. Interaksi seluler, yaitu saling pengaruh mempengaruhi antara suatu sel
atau kelompok sel dengan sel kelompok sel yang lain.
d. Pergerakan, yaitu perubahan posisi sel atau jaringan (gerakan mor-
fogenik).
e. Metabolisme, merupakan proses penghasil (sumber) dan penggunaan
energi, dan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan dan
perkembangan.
2. Tahap perkembangan manusia menurut Sadler (2012) menjelaskan tahapan

29
perkembangan manusia menjadi lima tahap, yaitu:
a. Tahap gametogenesis, terjadinya pembentukkan gamet laki-laki dan
perempuan atau konveksi germ cell sperma dan sel telur.

b. Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proes ovulasi sampai


implantasi.

c. Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai ke 8, disebut juga dengan


periode embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh.

d. Tahap perkembangan bulan ke-8 sampai kelahiran, adalah masa fetus dan
berperannya plasenta dalam perkembangan manusia

DAFTAR PUSTAKA

Havis, M. 2014. Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoritis. Jurnal Saintek Vol.
VI No.1:96-101. ISSN: 2085-8019.

Karlinah, Nelly. Yanti, Efrida. Arma, Nuriah. 2015. Bahan Ajar Embriologi
Manusia. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Schoenwolf. Bleyl. Brauer. Francis-West. 2009. Larsen’s Human Embriology, 5th


Edition. Philadelphia: Elsevier.

30

Anda mungkin juga menyukai