Diketahui
Dosen Penanggungjawab
A. Latar belakang
Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular
memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Proses mempertahankan
jenis pada hewan dapat dikategorikan sebagai proses reproduksi. Tiap jenis
hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Seperti pada
hewan avertebrata yang memiliki proses reproduksi yang masih sederhana yakni
tidak melibatkan banyak organ reproduksi, sedangkan pada hewan vertebrata
memiliki proses reproduksi yang sangat kompleks dan pada prosesnya tersebut
banyak melibatkan organ reproduksi. Proses reproduksi didukung oleh sejumlah
hormon reproduksi.
Terlepasnya sel telur dari ovarium karena folikel sel telur telah pecah
disebut ovulasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Ovulasi pada katak terjadi setelah oosit melepaskan polar bodi I, dinding teka
eksterna dan folikel sel dari folikel pecah. Folikel ini mengenali
pertumbuhan karena pengaruh beberapa hormon yaitu FSH (Follicle Stimulating
Hormon) yang diperoleh dari kelenjar hipofisa anterior, maka sel-sel folikel
mampu menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Kedua hormon ini
dalam jumlah kecil memberi dorongan ke kelenjar hipofisa anterior
untuk menghasilkan hormon LH (Luteinizing Hormon). Hormon LH ini
berperan dalam menggertak terjadinya ovulasi.
Kelenjar hipofisa katak yang diambil melalui hiposektomi, merupakan
sumber FSH dan LH dapat dipakai untuk menginduksi ovulasi. Potensi kelenjar
akan turun apabilah berada dalam suhu kamar beberapa jam. Keberhasilan dalam
menginduksi ovulasi pada katak dapat diketahui dengan melakukan striping
setelah katak tersebut (yang sudah diinjeksi) dua puluh empat jam untuk
mengeluarkan sel telur.
B. Tujuan Praktikum
Untuk memperoleh telur dan proses pembuahan pada saat yang diinginkan
dalam jumlah yang banyak.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari pengamatan ini adalah kita dapat mengetahui
cara menginduksi ovulasi pada katak sehingga dapat memperoleh sel telur
ataupun proses pembuahan sesuai denagan keinginan kita dan dalam jumlah
yang banyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Hasil pengamatan
No Gambar pengamatan Keterangan
1. Pengamatan katak pada saat
dibius
b) Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilakukan kegiatan yaitu
menginjeksi sel telur pada katak betina, menginjeksi sel telur pada katak betina
dengan ekstrak kelenjar pituatari. Pertama yang dilakukan ialah mengambil
kelenjar pituatari pada katak betina dengan merobek/merusak bagian membran
timpani katak, setelah ditemukannya kelenjar. Kelenjar tersebut berwarna
putih, dengan bentuk seperti ginjal dan ukurannya sangat kecil. kelenjar ini
sendiri berfungsi dalam menghasilkan hormon-hormon gonadotrophin yang
dirangsang oleh hipotalamus, termasuk disini hormon FSH yang merangsang
folikel menghasilkan estrogen dan hormon LH yang merangsang hormon
testosteron.
Pada tahap akhir, yakni mengeluarkan telur dengan cara memijat
punggung atak betina, dimana setelah dilakukan tidak terdapat telur-telur yang
siap untuk dibuahi, hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan
temasuk gagal. Ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya kegagalan
dalam praktikum ini, adalah sebagai berikut :
1. Potensi kerja dari ekstrak atau suspensi hipofisis menjadi menurun akibat
lamanya suspensi tersebut berada di lingkungan terbuka.
2. Ada kemungkinan bahwa ketika melakukan injeksi pada katak betina, hanya
sampai pada daerah bawah kulit dan tidak sampai menembus otot.
3. Adanya pengaruh suhu terhadap aktifitas hormon.
4. Kemungkinan yang injeksikan pada katak terlalu sedikit, sehingga cairan
tersebut tidak dapat merangsang terjadinya ovulasi katak.
5. Kurang sterilnya alat-alat bedah ataupun ketika membuat suspensi, sehingga
kelenjar hipofisis menjadi tercemar mengakibatkan hormon FSH dan LH
terhambat dalam bekerja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katak akan menghasilkan telur yang banyak jika diinjeksikan dengan
menggunakan kelenjar pituitari, Karena kelenjar ini mampu mengeluarkan
FSH (Follicle stimulating hormone) yang akan merangsang pematangan
folikel di ovarium. Pematangan folikel ini meningkatkan produksi estrogen
yang merangsang sekresi LH (leutinizing hormone) yang mempercepat
ovulasi. Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan dalam memperoleh
telur serta pembuahan pada katak betina, diantaranya adalah, pengaruh
suhu, sasaran pada saat diinjeksi tidak tepat, dan kurang sterilnya alat yang
digunakan.
B. Saran
Adapun saran saya setelah mengikuti praktikum ini yakni,
diharapkan kedepannya kepada praktikan agar lebih tertib dalam
menjalankan praktikum. Dan juga agar alat dan bahan yang digunakan
dalam laboratorium dalam keadaan yang baik agar pengamatan yang
dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fani., A.R., Untung., B., Akhmad., M., 2015. Intervesiensi Folicle Stimulating
Hormone (FSH) Dalam Proses Rematurasi Induk Ikan Gabus Haruan
Channa Striata Blkr di Dalam Wadah Budidaya. Fish Scientiae. Vol 5.
No 9
Jamlaay., F., Maheno., S.W., Abd., R.F., 2016. Waktu ovulasi dan jumlah telur
diovulasikan pada induk ikan gabus Channa striata diinduksi dengan
prostaglandin 2α dosis berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 15.
No 1
Mahdaliana. Agus., O.S., Dinar., T.S., 2016. Induksi ovulasi dan pemijahan semi
alami pada ikan patin siam, Pangasianodon hypopthalmus (Sauvage,
1878) menggunakan penghambat aromatase dan oksitosin. Jurnal Iktiologi
Indonesia. Vol 16. No 1
Nur., B., Asep., P., Agus., P., Siti., Z.M., Siti., M., 2017., Induksi Ovulasi dan
Pemijahan Ikan Agamysis (Agamyxis albomaculatus) Menggunakan
Hormon yang Berbeda. Jurnal Riset Akuakultur. Vol 12. No 2
Putri., A.R.I., Nia., K., Agung., P.W.M., 2013. Pengaruh Hormon Hipofisa dan
Ovaprim Terhadap Ovulasi Katak Serta Perbedaan Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berudu Katak Fejervarya cancrivora. Jurnal Biotropika.
Vol 1. No 5