Diketahui
Dosen Penanggungjawab
A. Latar belakang
Tahap yang mengawali proses perkembangan hewan setelah gametogenesis
adalah fertilisasi. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus
memepertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pada
mamalia fertilisasi terjadi secara internal. Pertemuan kedua macam gamet terjadi di
dalam saluran reproduksi betina. Dalam hubungan ini gamet jantan (spermatozoa)
dipindahkan ke dalam saluran reproduksi betina melalui proses kawin (coitus)
untuk dapat bertemu dengan gamet betina (sel telur).
Fertilisasi merupakan peleburan antara inti sel telur dengan inti spermatozoa
sehingga tumbuh menjadi individu baru yang disebut zigot. Sel gamet, yaitu sperma
dan sel telur yang menyatu selama fertilisasi atau pembuahan, merupakan jenis sel
yang sangat terspesialisasi yang dihasilkan melalui serangkaian peristiwa
perkembangan yang kompleks. Fungsi utama fertilisasi adalah untuk menyatukan
kumpulan kromosom haploid dari dua individu menjadi sebuah sel diploid tunggal,
yaitu zigot.
Fertilisasi pada berbagai jenis dapat dibedakan berdasarkan tempat
berlangsungnya, yaitu fertilisasi secara internal, dan fertilisasi secara eksternal.
Fertilisasi secara eksternal adalah fertilisasi yang berlangsung di luar tubuh
induknya. Jenis fertilisasi ini banyak dijumpai pada hewan-hewan akuatik, antara
lain berbagai jenis ikan, katak, dan sebagainya. Fertilisasi secara internal adalah
fertilisasi yang berlangsung di dalam tubuh induknya.
Mencit (mus musculus) merupakan salah satu mamlia yang fertilisasinya
internal. Biasanya hewan yang fertilisasinya berlangsung secara internal
menghasilkan telur yang matang dalam jumlah yang terbatas dalam satu kali siklus
reproduksi, dan biasanya hanya berkisar 1- 15 buah. Pada hewan yangng
fertilisasinya berlangsung secara eksternal, jumlah telur matang yang dihasilkan
dalam satu kali pemijahan berkisar antara ratusan hingga ratusan ribu buah.
Kenyataan ini sangat berkaitan dengan berbagai resiko lingkungan yang dialami
oleh gamet setelah dilepaskan dari tubuh induknya antara lain perubahan
lingkungan fisik, kimia, dan berbagai faktor biologis lain, seperti kemungkinan
untuk dimangsa oleh predator.
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan mencit
2. Memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai proses fertilisasi pada
mamalia.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah, kita dapat memiliki
keterampilan dalam mengawinkan mencit, dan kita dapat memahami dengan baik
proses fertilisasi pada hewan mamalia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel berat fetus pada uterus kanan dan kiri :
No. Fetus (kiri) Berat (gr)
1. 1 1,55
2. 2 1,67
1. 1 1,50
2. 2 1,60
Berat badan
45
40
Berat badan mencit (gr)
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4. Analisis Data
∑ implantasi
a. Presentase implantasi (%) = ∑ korpus luteum x 100 %
4
= x 100 %
4
= 100 %
b. Presentase kehilangan gestasi (%)
∑ korpus luteum − ∑ implantasi
= x 100 %
∑ korpus luteum
4−4
= x 100 %
4
=0%
c. Presentase kematian pasca implantasi (%)
∑ 𝑒𝑚𝑏𝑟𝑖𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖resorbsi−∑ fetus mati
= x 100 %
∑ implantasi
0+0
= x 100 %
4
= 0%
∑ 𝑒𝑚𝑏𝑟𝑖𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖resorbsi
d. Presentase embrio yang resorbsi (%) = x 100 %
∑ implantasi
0
= 4 x 100 %
=0%
∑ fetus mati
e. Presentase fetus mati (%) = ∑ implantasi x 100 %
0
= 4 x 100 %
=0%
∑ 𝑓𝑒𝑡𝑢𝑠 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
f. Presentase fetus hidup (%) = x 100 %
∑ 𝑖𝑚𝑝𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
0
= 4 x 100 %
=0%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, mencit hamil yang dibedah dengan hari
kehamilan 20 hari, memiliki berat badan 39,19 gram. Setelah dibedah diperoleh
hasil pembedahan yaitu fetus hidup sebanyak 4 ekor. Setelah diamati dengan
menggunakan mikroskop pada ovarium mencit, didapatkan korpus luteum
sebanyak 4.
Persentase perhitungan yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan
pada pembelahan mencit, diperoleh data : persentase fetus hidup 100%,
presentase implantasi 100%, persentase kehilangan gestase 0%, persentase
kematian pasca implantasi 0%, presentase embrio resorbsi 0%, presentasi fetus
mati 0%. Setelah melakukan pembedahan maka ditemukan korpus luteum
kanan dan kiri. Masing-masing korpus masih dibungkus oleh selaput amnion.
Dapat terlihat jelas bahwa semua fetus tepat berimplantasi pada uterus. Masing-
masing korpus luteum dibungkus oleh sel selaput amnion dan tampak jelas.Pada
embrio ditemukan adanya selaput amnion yang menyelimuti embrio tersebut.
Selain itu juga ditemui plasenta yang berfungsi sebagai saluran atau transport
nutrisi dan oksigen dari induk.
Selaput amnion merupakan membran tipis yang berasal dari somatoplora
berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio dan bersifat umum,
karenanya mencit dalam kelompok amniota. Adanya amnion ini berfungsi
sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan, penawar goncangan pengaturan
suhu intrauterus dan anti adhesi.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang didapatkan, sel telur yang matang
dan dibuahi oleh sperma pada fase estrus yang terjadi pada mamalia non primate
menyebabkan terbentuknya zigot yang akan mengalami berbagai tahapan proses
pembelahan dan akan terimplantasi pada dinding endometrium. Selanjutnya
disini akan mengalami pertumbuhan lanjutan yang akan membentuk fetus dan
dilahirkan menjadi individu baru. Dan semua hasil implantasi akan
menghasilkan fetus hidup sedangkan tidak adanya fetus yang terabsorbsi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fertilisasi berupa tahapan yang mengawali proses perkembangan
hewan setelah gametogenesis. Fertilisasi akan diamati berdasarkan jumlah
implantasi dan jumlah anakan. Berdasarkan data hasil pengamatan yang
didapatkan, sel telur yang matang dan dibuahi oleh sperma pada fase estrus
yang terjadi pada mamalia non primate menyebabkan terbentuknya zigot
yang akan mengalami berbagai tahapan proses pembelahan dan akan
terimplantasi pada dinding endometrium. Selanjutnya disini akan
mengalami pertumbuhan lanjutan yang akan membentuk fetus dan
dilahirkan menjadi individu baru. Dan semua hasil implantasi akan
menghasilkan fetus hidup sedangkan tidak adanya fetus yang terabsorbsi.
B. Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya, pada saat praktikum unit
fertilisasi ini, kita harus sangat berhati hati, dan teliti pada saat membedah
fetus pada mencit, agar tidak menimbulkan kesalahan yang akan
menyebabkan hal hal yang tidak diinginkan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Jane, B.R., Lawrence, G.M., 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
Gunawan, M., Mokhammad, F., Arief, B., 2014. Perkembangan Embrio Sapi
Setelah Fertilisasi Menggunakan Metode Intracytoplasmic Sperm
Injection (ICSI) dan Aktivasi Dengan Strontium. Jurnal Kedokteran
Hewan. Vol 8. No 2