Diketahui
Dosen Penanggungjawab
A. Latar belakang
Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular
memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Proses mempertahankan
jenis pada hewan dapat dikategorikan sebagai proses reproduksi. Tiap jenis
hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain.
Telur merupakan suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan untuk
perkembangan suatu embrio hingga menetas. Embriologi dari ayam adalah
perkembangan ayam di dalam telur. Dalam proses perkembangannya terjadi di
dalam alat tubuh embrio yang disebut organogenesis. Pembelahan sudah
dimulai sewaktu telur melalui oviduk, di oviduk inilah telur mendapat albumen
dan selaput-selaput lainnya. Albumen kental yang berputar karena telur waktu
melalui oviduk jalannya berputar-putar sehingga albumennya turut berputar-
putar, yang berfungsi untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di dalam
albumen dan keping lembaganya selalu menghadap ke atas. Cangkang kapur
didapat pada bagin posterior dari oviduk, dan rongga udara di antara selaput
cangkang telur mula-mula sempit sekali, tetapi selama pertumbuhan embrio
rongga tersebut makin bertambah besar.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,
amnion dan alantois. Kantung kuning telur yang dindingnya dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah untuk diserap
embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi
pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio,
mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan
menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu
mencerna albumen.
Telur ayam terdiri dari tiga lapisan, yaitu bungkus telur primer, yaitu
membran vitelin yang dihasilkan oleh ooplasma. Bungkus telur sekunder, yaitu
bungkus telur yang disusun oleh ovarium yang terdiri dari sel-sel folikel.
Bungkus telur tersier, yaitu bungkus telur yang dihasilkan dari sekresi kelenjar-
kelenjar pada dinding saluran genitalia betina (oviductus dan uterus) .
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari tiap tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio
ayam
2. Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ
C. Manfaat Praktikum
1. Agar kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentukan
organ pada berbagai umur embrio ayam.
2. Agar kita dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal
organ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Prosedur Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini berdasarkan telur fertil
yang dapat melakukan proses perkembangan dari pembelahan sel hingga
organogenesis. Telur yang dipilih telur fertil yang berhasil terbentuk bakal
embrionya.
Telur fertile yang Dibuka secara Kemudian melepaskan
telah diinkubagi perlahan sehingga isi telur dari cangkang
selama 72 jam lapisan tipis pada telur kemudian amati
kemudian dipecah telur tidak rusak bagain embrio yang
bagian atasnnya terbentuk
dengan menggunakan
pinset
Bakal embrio
yang sebelumnnya Bakal embrio yang telah
Setelah dipisahkan sudah dipisahkan didapat kemudian
kemudian dipindahkan menggunakan dipisahkan menggunakan
dikaca preparat dan kertas saring kertas saring yang telah
kemudian diamati. kemudian diperbulat
dipindahkan
a) Hasil pengamatan
NO Gambar pengamatan Keterangan
1. 1) Kepala
1
2) Mata
2 3) Paruh / mulut
3 4) Bulu
4
5) Kaki
5
6 6) Kantung yolk
2. 1) Yolk
b) Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan, kelompok kami telah
berhasil mendapatkan embrio ayam. Pola dasar perkembangan embrio aves
(ayam) yaitu melalui tahapan pembelahan, blastula, grastula, neurula, dan
organogenesis. Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastik, artinya
pembelahan hanya berlangsung di keping lembaga saja. Blastula ayam memiliki
epiblast, hipoblast, dan blastosol. Epiblast bagian tengah yang lebih terang
disebut area pellusida, bagian tepi yang lebih gelap disebut daerah opaka.
Hipoblast merupakan bakal lapisan ekstra embrio. Gastrula ayam memiliki
epiblast, hipoblast, dan rongga ankhenteron. Grastrula ayam ditandai dengan
adanya penebalan di daerah posterior blastoderm di area pellusida, penebalan
ini kemudian memanjang ke arah anterior sehingga membentuk parit dengan
pematangan disebut daerah primitif.
Organogenesis merupakan proses lanjutan setelah terbentuk neurula.
Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm, mesoderm,
dan endoderm. Perkembangan embrio ayam pada berbagai umur inkubasi
merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogenesis.
Pada praktikum kali ini kami mengamati perkembangan organ pada
embrio ayam. Observasi dilakukan selama 3 hari yang dimasukkan kedalam
inkubator dengan waktu yang berbeda, yaitu selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.
Namun pada praktikum ini kami hanya mengamati perkembangan embrio ayam
selama 72 jam dan 48 jam.
1. Pada pengamatan yang kami lakukan, telur yang diinkubasi selama 72 jam
bentuk fisik ayamnya sudah mulai terlihat. Ayam tersebut telah memiliki
kepala, paru / mulut, mata, kaki, dan bulu. Akan tetapi fisik ayam tersebut
belum sempurna, dan juga kantung yolk nya masih terlihat.
2. Pada telur yang diinkubasi selama 48 jam ditemukan korpus luteum yang
berwarna kuning namun tampak terpisah. Pada usia ini telah terlihat sebuah
streake primitif berbentuk memanjang dari pusat blastoderm yang akan
berkembang menjadi embrio.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio
ayam antara lain, krena pengaruh suhu. Semakin tinggi suhu maka semakin
cepat proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Namun, perkembangan
embrio ayam juga memiliki suhu optimal inkubasi. Keberhasilan gastrulasi
juga akan menentukan keberhasilan perkembangan embrio selanjutnya karena
gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan dalam perkembangan
embrio. Dan yang paling mempengaruhi perkembangan embrio adalah kondisi
lungkungan. Kodisi lingkungan yang buruk dapat mengganggu terjadinya
perkembangan embrio pada ayam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum sistem reproduksi dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu :
a. Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk
b. Perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk
Perkembangan embrio pada hari kedua pengeraman, pertumbuhannya
melewati beberapa tahap, yaitu morulasi, blastulasi, dan gastrulasi.
2. Pertumbuhan embrio semakin mendekati kesempurnaan pada saat
albumin dan kuning telur menjadi sedikit, disebabkan oleh penyerapan
embrio sendiri sabagai cadangan makanan anak ayam yang baru
menetas. Albumin merupakan kantung udara bagi embrio sehingga ia
dicerna oleh allantois dan diserap oleh amnion yang menyebabkan udara
bisa digunakan oleh embrio.
B. Saran
1) Untuk praktikan, sebaiknya lebih berhati-hati dalam memecahkan
cangkang telur agar kuning telur tidak rusak sehingga dapat
mempermudah proses pengamatan.
2) Untuk asisten, senantiasa mendampingi praktikanya pada saat praktikum
berjalan agar praktikan dapat megajukan pertanyan pada asisten apabila
mereka menemui kesulitan.
3) Untuk laboran, sudah baik dalam memberikan alat- alat yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Dijaya., R., Nanik., S., Darlis., H., 2016. Kombinasi Fitur Bentuk, Warna dan
Tekstur untuk Identifikasi Kesuburan Telur Ayam Kampung Sebelum
Inkubasi. Jurnal Buana Informatika. Vol 7. No 3
Hasnita. Dian., M., Hamdani., B., 2017. Gambaran Histologis Bursa Fabricius
Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) pada Umur Berbeda. Jimvet.
Vol 1. No 3
Paputungan., S., Lucia., J.L., Linda., S.T., Jaqualine. Laihad. 2017. Pengaruh
Bobot Telur Tetas Itik Terhadap Perkembangan Embrio, Fertilitas dan Bobot
Tetas. Jurnal Zootek. Vol 37. No 1
Rusidah., Y., Yulia., S., Ismoyowati. 2017. Fertilitas dan Viabilitas Embrio
Telur Itik yang Induknya Diberi Pakan Suplementasi Probiotik.
Jurnal Perawat. Vol 12. No 2