OLEH:
NOVITASARI
F1071151056
KELOMPOK 1
A. TUJUAN
1. Mengamati tahapan perkembangan embrio ayam pada berbagai umur
2. Menggambarkan dan member keterangan berdasarkan pengamatan
B. DASAR TEORI
Menurut Soeminto (2000), tipe telur ayam adalah telolechital, tetapi karena
yolk-nya yang sangat banyak, maka dinamakan megalechital. Tipe pembelahan
pada telur ayam atau bangsa burung disebut meroblastik diskoidal karena bagian
yang membelah berbentuk seperti cawan. Deutoplasma banyak sekali, membentuk
lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma
yang menempati hanya daerah puncak kutub animal. Selaput pelindung telur ada
tiga macam, yaitu selaput primer, selaput sekunder dan selaput tersier. Telur ayam
mempunyai panjang 12 cm dan lebar 4cm. Sitoplasma bersama inti membentuk
germinal distus di puncak kutub anima. Yolk berlapis-lapis terdiri dari yolk putih
dan yolk kuning. Perbedaan warna ini terjadi karena yolk kuning mengandung
karotenoid yang berwarna kuning, juga terdapat granula dan globula yang dan
didalamnya. Yolk putih tidak mengandung material karotenoid, granula dan
gobulanya lebih kecil dan tidak seragam. Telur ayam terdiri dari tiga lapisan,
yaitu:
1. Bungkus telur primer, yaitu membrana vitelin yang dihasilkan oleh
ooplasma.
2. Bungkus telur sekunder, yaitu bungkus telur yang disusun oleh ovarium
yang terdiri dari sel-sel folikel yang disebut korona radiata dan zona
pelusida.
3. Bungkus telur tersier, yaitu bungkus telur yang dihasilkan dari sekresi
kelenjar-kelenjar pada dinding saluran genitalia betina (oviductus dan
uterus).
Bungkus telur tersier ada tiga macam, yaitu albumen yang dibentuk oleh
oviductus, membran testae atau selaput cangkang yang dibentuk oleh uterus, dan
cangkang dari Ca yang dibentuk oleh uterus. Perbedaan telur aves dengan telur
pisces, reptil, dan amphibi berdasarkan struktur dan komposisinya dapat berupa
keberadaan yolk. Kelas pisces, reptil dan amfibi melakukan fertilisasi secara
eksternal, sedangkan aves secara internal. Oleh karena itu, telur kelas pisces,
reptil, dan amfibi dapat menyerap bahan makanan dari lingkungan luar,
sedangkan untuk telur aves yang dilapisi cangkang yang kuat, memerlukan suplai
makanan untuk embrionya nanti berupa yolk yang sangat banyak.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Secara umum, sel
embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel
tunggal (yang telah dibuahi), blastomer, blastula, gastrula, neurula dan embrio /
janin (Campbell, 1987).
Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami pembelahan berulangkali
sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk dan susunan tubuh
embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan tubuh embrio itu
umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini terdiri atas 4 tingkat yaitu
tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula dan tingkat tubulasi (Yatim,
1983).
Seiring dengan berkembangnya embrio, homologi tersebut akan menghilang
dan strukturnya akan memiliki fungsi yang berbeda. Salah satu dasar klasifikasi
kelompok vertebrata (termasuk pula manusia) adalah keberadaan ekor dan celah
faringal. Kedua struktur tersebut tampak pada perkembangan embrio namun pada
bentuk dewasa tidaklah selalu jelas.[31]Pada tahap perkembangan embrio yang
paling awal, semua vertebrata tampak sangat mirip Seiring dengan berlanjutnya
perkembangan embrio, beberapa organ spesifik muncul dari bentuk dasar ini
(Adnan, 2008).
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,
amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai
ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta
membantu alantois, serta membantu mencerna albumen (Admin, 2010).
Praktikum Perkembangan Embrio Ayam ini menggunakan
preparatwholemount embrio ayam berumur 24, 48, dan 72 jam
inkubasi. Wholemount menurut Patten (1958) yaitu metode yang digunakan dalam
pembuatan preparat secara utuh. Gambar yang dihasilkan dari
preparat wholemount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme
tersebut masih hidup. Pembuatan preparat ini nantinya akan diamati dengan
mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini,
preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan,
organ maupun individu. Pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas
terhadap morfologi secara umum saja. Sedangkan menurut Spurlin & Lwigale
(2013), embrio ayam sebagai organisme model yang bernilai yang digunakan
untuk mempelajari perkembangan vertebrata. Selain itu dan murahnya telur yang
terfertilisasi, tahapan awal embrio ayam mudah untuk dijadikan bahan
eksperimen.
C. METODOLOGI
1. Waktu
Hari/ Tanggal : Jumat, 6 Maret 2018
Waktu : 07.00 -selesai WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
2. Alat dan Bahan
Alat:
a. Inkubator
b. Cawan Petri
c. Gunting
d. Pinset
e. Gelas Objek
f. Mikroskop
Bahan:
a. Telur ayam kampung
b. NaCl fisiologis 0,9 %
c. Kertas saring
3. Cara Kerja
(1) Diplih telur ayam kampung yang telah diinkubasi selama 24 jam, 48
jam dan 72 jam.
(2) Dipecahkan cangkang telur yang telah diinkubasi selama 244 jam dan
tuangkan kedalam cawan petri yang telah diberi NaCl fisiologis 0,9 %
(3) Dibuat lubang pada kertas saring dengan menggunakan gunting,
lubang pada kertas saring disesuaikan dengan besar embrio ayam yang
akan diamati
(4) Diletakkan kertas saring diatas bakal embrio sehingga hanya bakal
embrio yang tampak pada lubang kertas saring tersebut
(5) Diangkat kertas saring dengan menggunakan pinset sehingga embrio
yang telah dibersihkan ikut bersama kertas saring
(6) Dipindahkan embrio keatas gelas objek dan diletakkan dibawah
mikroskop, kemudian diamati dan digambar bagian - bagiannya
(7) Dilakukan perlakuan yang sama untuk telur dengan masa inkubasi 48
jan dan 72 jam
D. HASIL & PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan Gambar Literatur Keterangan
1. 24 jam
2. 48 jam
3. 72 jam
2. Pembahasan
E. KESIMPULAN
1. Embrio merupakan sebuah eukariot adiploid multisel dalam tahap paling
awal dari perkembangan.
2. NaCl fisiologis 0,9 % berfungsi menjaga embrio tetap berada dalam
keadaan kondisi normal sehingga jaringan pada telur tidak rusak sehingga
mempermudah dalam pengamatan.
3. Tampilan yang tidak jelas dalam perkembangan embrio ini dapat
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi pada proses inkubasi.
4. Semakin lama inkubasi yang dilakukan maka perkembangan embrio akan
berlangsung dengan baik seperti diinkubasi oleh induknya.
5. Pada inkubasi 24 jam telah terbentuk area ovaca dan membrane vitelin
serta telah terlihat adanya peta takdir dan zona pelusida. Selain itu kunig
telur, albumin (putih telur) dan kalaza masih terlihat jelas.
6. Pada inkubasi 48 jam jantung dan embuluh darah telah terbentuk,
pembentukan pembuluh darah dapat dilihat dari adanya warna agak
kemerahan pada embrio. Pada inkubasi 48 jam area ovaca, peta takdir,
kuninng telur dan albumin masih terlihat.
7. Pada inkubasi 72 jam jantung pada embrio mulai berdetak, kuning telur
telah berada ditengah dengan jumlah albumin yang masih banyak. Sudah
terbentuk bakal mata, bakal kaki dan cairan amnion walaupun jumlahnya
masih sedikit.
8. Tahapan perkembangan pada embrio ayam antara lain tahap mefalla,
blastula, dan gastrula.
DAFTAR PUSTAKA
Syahrum, M. H, et al. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi
W. B. Saunders Company.