Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN


SEMESTER 116-2 2021/2022

Judul Praktikum:
Pengamatan Embrio Ayam Utuh (Whole Mount Chick Embryo)

Dosen Pengampu:
Dr. Elsa Lisanti, S.Pt., M.Si.

Disusun oleh Kelompok 1:


Anggun Prasiwi (1308621025)
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Salsa Arrica Oktaviani (1308621023)
Yasmine Afiani Gumilar (1308621048)
Biologi A 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Embrio adalah tahapan awal dari pertumbuhan hewan vertebrata (hewan bertulang
punggung). Ayam merupakan hewan jenis unggas yang perkembangbiakannya dilakukan
dengan bertelur. Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning
telur, albumen, dan cangkang telur.
Perkembangan pada embrio ayam tidak seluruhnya dapat diamati dengan saksama.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur (yolk sac), amnion,
dan alantois. Pola dasar perkembangan pada embrio ayam melalui tahapan pembelahan
(cleavage), morulasi, blastulasi, dan gastrulasi.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengamati dan mempelajari perkembangan pada embrio ayam.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur yang terbentuk pada embrio ayam yang
diinkubasi selama 18 jam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embrio Ayam


Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal dari
perkembangan. Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel
sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh
DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan
mulai membelah secara mitosis untuk menghasilkan organisme multiseluler. Hasil dari
proses ini disebut embrio (Hardi, 1993). Periode embrio didefinisikan sebagai waktu
dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai pada fase dalam perkembangan organ. Periode
embrio pada masing-masing hewan berbeda (Pratiwi dkk., 2019).
Perkembangan embrio ayam di dalam telur terdapat proses penebalan dari lapisan
kecambah, proses pelipatan, pembentukan kantung, serta proses perubahan menjadi tubuh
embrio (Pratiwi dkk., 2019). Tipe telur ayam adalah telolecithal, tetapi karena yolk yang
sangat banyak, maka dinamakan megalecithal. Tipe pembelahan pada telur ayam atau
bangsa burung disebut meroblastik discoidal, karena bagian yang membelah berbentuk
seperti cawan. Deutoplasma atau yolk banyak sekali, membentuk lapisan yang mengisi
hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma yang menempati hanya daerah
puncak kutub animal. Selaput pelindung telur ada tiga macam, yaitu selaput primer, selaput
sekunder, dan selaput tersier. Sitoplasma bersama inti membentuk germinal distus di
puncak kutub animal. Yolk berlapis-lapis terdiri dari yolk putih dan yolk kuning. Perbedaan
warna ini terjadi karena yolk kuning mengandung karotenoid yang berwarna kuning, juga
terdapat granula dan globula yang dan terdapat di dalamnya. Yolk putih tidak mengandung
material karotenoid, granula dan globulanya lebih kecil dan tidak seragam (Soeminto,
2000).
Telur yang dihasilkan dari berbagai hewan unggas walaupun sudah berhasil
dibuahi, tetapi tetap memiliki peluang untuk berkembang atau pada perkembangan awal
masih memerlukan perlindungan, penyesuaian, dan makanan. Telur yang bercangkang
seperti pada ayam merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan agar dapat bertahan dari
tekanan luar. Telur sendiri terdiri atas sejumlah besar kuning telur (yolk) dan sedikit
sitoplasma. Setelah fertilisasi dan masih dalam oviduk, telur dilapisi oleh lapisan-lapisan
albumin encer yang tebal (putih telur) dan cangkangnya terbuat dari kalsium karbonat
(Soeminto, 2000).
Perbedaan telur Aves dengan telur Pisces, Reptilia, dan Amphibia berdasarkan
struktur dan komposisinya dapat berupa keberadaan yolk. Kelas Pisces, Reptilia, dan
Amphibia melakukan fertilisasi secara eksternal, sedangkan Aves secara internal. Oleh
karena itu, telur kelas Pisces, Reptilia, dan Amphibia dapat menyerap bahan makanan dari
lingkungan luar, sedangkan untuk telur Aves yang dilapisi cangkang yang kuat
memerlukan suplai makanan untuk embrionya nanti berupa yolk yang sangat banyak.
Perkembangan embrio pada ayam (termasuk kelas Aves) seperti halnya pada Pisces,
Amphibia, Reptilia, dan Mamalia juga berlangsung setahap demi setahap dan
membutuhkan waktu tertentu (Soeminto, 2000).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Metode Pengamatan


Dalam melakukan pengamatan ini, kami menggunakan metode studi pustaka, yaitu metode
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari sumber yang ada.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Januari 2022, pukul 11.00 sampai dengan
11.50 WIB di rumah masing-masing melalui platform konverensi video ZOOM Cloud
Meetings.

3.3 Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Teropong 1. Telur ayam
2. Inkubator 2. Garam fisiologis
3. Gunting 3. Larutan Bouine
4. Kertas saring 4. Etanol 70%, 80%, 90%, dan 100%
5. Pinset 5. Eosin 1%
6. Gelas benda cekung 6. Xilol
7. Perekat Entellan

3.4 Langkah Kerja


1. Telur diteropong untuk melihat posisi titik embrio.
2. Ditandai bagian yang berembrio pada telur dengan pensil.
3. Telur diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 36°C selama 18 jam.
4. Telur diteropong untuk melihat perkembangan pada embrio.
5. Bagian cangkang yang telah ditandai digunting.
6. Cincin kertas saring ditempelkan mengelilingi embrio.
7. Selaput embrio pada sekeliling luar cincin kertas saring digunting.
8. Embrio diangkat menggunakan pinset.
9. Embrio dicuci dengan garam fisiologis.
10. Embrio difiksasi dengan larutan Bouine selama 30 menit.
11. Embrio dicuci dengan etanol 70%.
12. Embrio diwarnai dengan eosin 1% dalam etanol 70% selama lima menit.
13. Embrio dicuci dengan etanol 70%, kemudian didehidrasi dengan etanol 80%, 90%, dan
100% masing-masing selama 10 menit.
14. Embrio dijernihkan dengan xilol selama 2*10 menit.
15. Embrio diletakkan pada gelas benda cekung dan ditutup dengan gelas penutup
menggunakan perekat Entellan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Struktur pada embrio ayam yang berumur
18 jam:
1. Proamnion
2. Lipatan kepala badan
3. Nodus Henson (nodus primitif)
4. Simpul primitif (primitive knot)

Gambar 1: Embrio Ayam Berumur 18-22 Jam

Gambar 2: Embrio Ayam Berumur 18 Jam

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan embrio ayam utuh diperoleh hasil bahwa
embrio ayam dengan usia inkubasi 18 jam terdapat banyak struktur yang mengalami
perkembangan menjadi lebih kompleks. Semakin lama umur inkubasi embrio, maka organ
yang dimiliki semakin kompleks pula.
Alur pembelahan segmentasi pada embrio ayam sama dengan pada Amphioxus
maupun katak. Pertama adalah meridional, kedua meridional tegak lurus pembelahan
pertama, ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal. Setelah pembelahan
kelima selesai, embrio tersusun atas 32 blastomer dan dicapai stadium morula. Fase
gastrula pada embrio ayam ditandai dengan adanya penebalan pada daerah posterior
blastoderm di pellucida, penebalan ini kemudian memanjang ke arah anterior, sehingga
membentuk parit dengan pematangan yang disebut daerah primitif. Perkembangan stria
primitif mulai dapat diamati pada umur 10 jam inkubasi. Intermediate streak ialah tahapan
12-13 jam masa inkubasi embrio ayam ditemukan adanya garis primitif/primitive streak
meluas dari tepi posterior hingga mendekati ke tengah daerah pellucida. Primitive streak
relatif panjang, namun lekuk primitif belum terlihat dengan jelas.
Embrio berkembang pada anteriornya dari garis di daerah primitif. Tahap ini terjadi
pada saat gastrulasi. Gastrulasi pada embrio ayam merupakan proses dari pembentukan
stria primitif yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa garis di linea mediana,
stria primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18 jam. Setelah embrio ayam
memasuki usia 18 jam inkubasi, maka tanda-tanda perkembangan embrio sudah mulai
dapat diamati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah suhu,
keberhasilan gastrulasi, dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat
proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Namun perkembangan emrio ayam juga
memiliki suhu optimal inkubasi. Apabila suhu terlalu tinggi, maka akan merusak embrio
tersebut. Keberhasilan pada gastrulasi menentukan keberhasilan perkembangan embrio
selanjutnya, karena gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan dalam
perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk dapat mengganggu perkembangan
embrio ayam (Patten, 1958).
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa tahapan perkembangan embrio ayam terdiri dari morulasi, blastulasi,
dan gastrulasi. Setelah embrio ayam memasuki umur 18 jam inkubasi, pada stria primitif
telah mencapai pemanjangan maksimal, area pellucida membentuk oval, adanya
proamnion, cekungan primitif, notochord, nodus Hensen, dan lipatan kepala mulai terlihat
jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Patten, B. Merrill. 1958. Foundations of Embryology. New York: McGraw-Hill.


Pratiwi, H. dan A. Firmawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Susilo, Hardi. dkk. 1993. Struktur dan Perkembangan Hewan. Yogyakarta: UGM.
Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.

Anda mungkin juga menyukai