Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN

PERCOBAAN III
EMBRIOLOGI AYAM

OLEH
NAMA : DWI NARLINDA
STAMBUK : F1D118058
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : ANDI ZIZDAYANTI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
APRIL 2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling

awal dari perkembangan. Organisme yang berkembang biak secara seksual,

ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut

zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Pada hewan,

tumbuhan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah oleh mitosis

untuk menghasilkan organisme multiseluler. Hasil dari proses ini disebut

embrio.

Ayam kampung (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa

dipelihara untuk dimanfaatkan sebagai keperluan hidup pemeliharanya. Kawin

silang antar rasa yam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni

dengan bermacam-macam fungsi, yang paling umum adalah ayam potong

(untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam

menunjukan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin. Ayam jantan

berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu

ekornya panjang menjuntai. Ayam betina relatif kecil, jalu pendek atau nyaris

tidak kelihatan, berjengger kecil, dan buluh ekor pendek.

Cangkang telur berfungsi sebagai pelindung utama telur. Bagian ini

memiliki pori-pori unutuk keluar masuknya udara. Membran cangkang

merupakan selaput tipis di dalam cangkang telur. Pada salah satu ujung telur,

selaput ini tidak menempel pada cangkang sehingga membentuk rongga udara

yang berfungsi sebagai sumber oksigen bagi embrio. Keeping germinal


(zigot/sel embrio) merupakan calon individu baru. Kuning telur (yolk) adalah

cadangan makanan bagi embrio. Putih telur (albumin) berfungsi sebagai

pelindung embrio dari goncangan. Kalaza (tali kuning telur) berfungsi untuk

menahan kuning telur agar tetap pada tempatnya dan menjaga embrio agar

tetap berada di bagian atas kuning telur.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana perkembangan

bentuk dan struktur embrio ayam, dimulai umur 18 jam-96 jam dalam

penetasan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu bertujuan

mengetahui perkembangan bentuk dan struktur embrio ayam, dimulai umur 18

jam-96 jam dalam penetasan.

D. Manfaat Pratikum

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu untuk

mengetahui perkembangan bentuk dan struktur embrio ayam, dimulai umur 18

jam-96 jam dalam penetasan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Embrio

Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling

awal dari perkembangan. Sel telur merupakan satu-satunya sel yang secara

alami memiliki kemampuan untuk menghasilkan individu baru melalui

perkembangan embrio di dalam uterus. Berkembang atau tidaknya sel telur

menjadi embrio tergantung pada keberadaan stimulan yang berasal dari

spermatozoa melalui proses fertilisasi di dalam ampulla tuba fallopii.

Spermatozoa mengaktifkan sel telur dengan memicu osilasi kalsium dalam

sitoplasma sel telur (Nalley, Hine, 2015).

B. Ayam

Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Ayam betina

memiliki sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami atrophis (mengecil

dan tidak bekerja lagi), dari ovari menuju oviduk panjang berkelok-kelok,

berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang oviduk itu

disebut ostium abdominalis. Dinding oviduk selanjutnya tersusun atas

musculus dan ephytelium yang bersifat glandular, yang memberi skresi yang

kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur, membrane tipis

di sebelah luar albumen dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut

oleh kelenjar disebelah caudal. Uterus sebenarnya belum ada. Fertilisasi terjadi

di dalam tubuh dengan jalan melakukan kopulasi (luqman, 2007).


C. Bagian-Bagian Telur

Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur (kerabang), bagian

cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk).

Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan

berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi

dengan pori-pori kerabang yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan

luar kerabang terur. Albumen terdiri dari empat lapisan yang tersusun secara

istimewa yaitu (1) lapisan terluar yang terdiri dari cairan kental yang banyak

mengandung serat-serat musin, (2) lapisan tengah yang terdiri dari anyama

musin yang berbentuk setengah padat, (3) lapisan ketiga merupakan lapisan

yang sangat encer, dan (4) lapisan terdalam yang dinamakan kalazifera yang

bersifat kental. Yolk merupakan bagian terdalam dari telur yang diselubungi

oleh membrane vitellin yang permeabel terhadap air dan berfungsi

mempertahankan bentuk yolk (Hayuni, 2016).

Telur merupakan produk peternakan yang merupakan sumbangan

terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Komposisi telur terdiri

dari air air (72,8-75,6%), protein (12,8-13,4%) dan lemak (10,5-11,8%).

Bagian-bagian telur antara lain: (1) kulit luar (shell) dengan lapisan tipis

dibagian luar (mucus); (2) selaput tipis yang menempel pada shell selaput tipis

lain yang melekat pada putih telur (membrane); (3) lapisan putih telur (egg

white); (4) lapisan putih telur kental; (5) kuning telur (yolk); (6) titik benih

(lembaga) atau germ spot; (7) tali pengikat kuning telur (chalezeae); (8) rongga

udara (air space); (9) lapisan luar kuning telur (vitellin). Telur merupakan
kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan

embrio menjadi anak ayam di dalam suatu wadah (Umar, 2017).

D. Perkembangan Embrio Ayam

Perkembangan awal strukrural unggas (hingga fase gastrula) berlangsung

di dalam tubuh induk setelah terjadi fertilisasi, saat telur masih dalam tubuh

induk. Embrio unggas tidak memiliki hubungan langsung dengan induknya

selama perkembangan embrional, namun pertumbuhan embrio berasal dari

dalam telur tersebut. Penyerapan zat makanan dan metabolisme embrio dalam

telur dapat berjalan karena adanya membran ekstraembrional (Sari, 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2019 pada pukul

14.00-16.30 WITA, di Laboratorium Biologi unit Zoologi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Cawan petri Untuk wadah objek pengamatan
2. Pinset Untuk membuka cangkang telur
3. Pipet tetes Untuk memisahkan yolk (kuning telur)
4. Alat tulis Untuk memcatat hasil pengamatan
5. Senter Untuk menyenter telur
6. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
7. Gunting Untuk menggunting tali embrio

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan

1 2 3
1. Telur ayam umur 2 hari Sebagai bahan uji praktikum
2. Telur ayam umur 7 hari Sebagai bahan uji praktikum
3. Telur ayam umur 14 hari Sebagai bahan uji praktikum
4. Telur ayam umur 20 hari Sebagai bahan uji praktikum
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Memecahkan cangkang telur menggunakan pinset/gunting.

3. Mengeluarkan embrio ayam ke cawan petri.

4. Mengamati embrio ayam berdasarkan waktu pengeraman.

5. Mendokumentasikan hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan embrio ayam kampung (Gallus gallus domesticus)


No Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan
1 2 3 4
1 1. Kalaza
2. Kuning telur
1 (yolk)
1
1
2

Embrio umur 2 hari


2 1. Bakal
anggota
1 badan
1 (Tulungkus)
1 2. Bakal mata
(Oculus)
2
3. bakal jantung
3
(Cor)

Embrio umur 4 hari


1 1. Bakal kepala
3 (Caput)
1 2. Bakal mata
1
(Oculus)
21 3. Bakal leher
1 (Collum)
3 4. Bakal paruh
(Rostrum)
14 5. Bakal
1 Embrio umur 7 hari anggota
5 badan
(Tulungkus)
Tabel 3. lanjutan.
1 2 1 3 4
4 1. Kaki
1 (Pessive
1
1 pedes)
12 2. Kepala
1
3 (Caput)
41
3. Mata
51 (Oculus)
6 4. Leher
7 (Collum)
Embrio umur 14 hari 5. Paruh
(Rostrum)
6. Sayap (Alae)
7. Bulu
1
(Plumae)

5 1 1. Bulu
1 (Plumae)
1 2. Mata
1
2 (Oculus)
13 3. Leher
14 (Collum)
51 4. Paruh
61 (Rostrum)
7 5. Sisa kuning
Embrio umur 20 hari 18 telur (Yolk)
6. Sayap (Alae)
7. Kaki
(Pessive
pedes)
8. Bulu halus
(Filuplume)
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum embriologi ayam yaitu, pada hari ke-2,

embrio belum terlihat jelas, terdapat kalaza dan yolk menjadi berwarna pudar.

Pada hari ke-4, calon mata (Oculus), bakal jantung (cor), dan bakal anggota

badan. Pada hari ke-7, bakal leher dan paruh (rostrum), bakal kepala (caput),

bakal mata (oculus), bakal leher (collum) dan bakal anggtota badan

(tulungkus) mulai terbentuk dan terlihat seperti bintik hitam. Embrio pada hari

ke-14, telah memiliki organ seperti paruh, kaki (pessive pedes) yang terlihat

jelas. Embrio hari ke-20, terdapat sisa-sisa yolk yang habis terpakai. Mulai

terlihat jelas sayap, kaki, paruh, mata yang mengeras dan embrio ditutupi oleh

bulu.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Laboratorium agar kelengkapan alat dan bahan untuk praktikum yang

disediakan oleh laboratorium agar dilengkapi.

2. Asisten agar lebih jelas komunikatif lagi dalam menjelaskan, serta tidak

membeda-bedakan praktikan.

3. Praktikan agar lebih memperhatikan jalannya praktikum agar praktikan

paham apa yang sedang dipraktikumkan.


DAFTAR PUSTAKA

Hayuni, L., 2016. Kualitas Telur Ayam Ras di Peternak, Pasar Modern Dan Pasar
Tradisional Di Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, Lampung.
Luqman, E.M., Soenardihardjo, B.P., dan Mahaputra, L., 2007, Peranan Choline
Esterase (ChE) pada Pembentukan Vesikel Otak Embrio Ayam yang Terpapar
Insektisida Karbofuran, Jurnal Media Kedokteran Hewan, 23(3): 145
Nalley, W.M dan Thomas, M.H. 2015. Aktivasi Dan Tingkat Perkembangan
Embrio Partenogenetik Mencit Setelah Dipapar Calcimycin Dan Ionomicyn
(Activation And Development Rate Of Mice Parthenogenetic Embryos Exposured
In Calcimycin And Ionomicyn), Jurnal Veteriner, 16(4): 577
Umar, R.Z. 2017, Karakteristik Fisik Dan Fungsional Telur Konsumsi yang
Difermentasi dengan Bakteri Lactobacillus Plantarum Pada Suhu dan Lama
Inkubasi yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Sari, D.M., 2013. Perkembangan Embrio dan Daya Tetas Serta viabilitas Anak
Ayam Arab Dari Umur Induk Yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai