Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN KARAKTER TAKSONOMI UNTUK IDENTIFIKASI

AVERTEBRATA

Oleh :
Nama : Rizqi Nahriyati
NIM : B1A015088
Rombongan : IV
Kelompok :5
Asisten : Nugraha Triputra

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengenalan merupakan identifikasi hewan baik yang sekarang ada maupun
yang hidup di bumi dan juga upaya untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan
ke dalam suatu sistem dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Identifikasi
hewan secara garis besar mempelajari tentang bentuk tubuh suatu organisme, dan
tubuh tersebut terdapat tiap bagian-bagian yang memiliki fungsi, hal tersebut
dinamakan morfologi (Radiopoetro, 1991). Taksonomi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti aturan (hukum) sehingga
dapat diartikan bahwa taksonomi merupakan susunan berdasarkan aturan tertentu.
Pengelompokkan spesies ke dalam berbagai takson seringkali berubah-ubah
tergantung dari sistem klasifikasi (Permana, 2008). Hewan memiliki klasifikasi yang
dibedakan berdasarkan keberadaan tulang belakang, yaitu terdapat hewan yang
memiliki tulang belakang atau disebut hewan vertebrata dan hewan yang tidak
memiliki tulang belakang disebut hewan avertebrata (Surhardi, 1983).
Struktur morfologi dan anatomi hewan avertebrata lebih sederhana
dibandingkan dengan kelompok hewan vertebrata (Bullough, 1960). Hewan tingkat
rendah memiliki endoskeleton berupa tulang rawan, sedangkan hewan tinggi
endoskeleton berupa tulang keras. Sistem peredaran darah pada hewan yang
termasuk dalam kelompok ini dilengkapi organ jantung dengan ruangan atrium dan
ventrikel. Sistem pernafasan vertebrata dilengkapi dengan organ berupa insang, kulit,
dan paru-paru. Sistem eksresi dilengkapi organ berupa ginjal. Sistem
reproduksi secara seksual terjadi antara hewan jantan dan betina. Organisme yang
termasuk vertebrata diantaranya Pisces, Aves, Reptilia, Amphibi, dan Mamalia (Jasin,
1989).
Berdasarkan habitatnya, habitat hewan avertebrata dan vertebrata dapat
dikelompokan menjadi hewan akuatik, semi-akuatik, terestrial dan aboreal. Hewan
akuatik lebih banyak berada di air untuk aktivitas hidupnya dan hewan semi-akuatik
berada di air dan darat dengan perbandingan waktu yang seimbang. Hewan terestrial
lebih banyak di darat daripada di air, dan hewan aboreal lebih banyak berada di
pepohonan untuk melakukan aktivitasnya (Jasin, 1989).
B. Tujuan

Tujuan praktikum acara pengenalan karakter taksonomi untuk identifikasi


avertebrata, antara lain:

1. Praktikan mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter taksonomi


hewan avertebrata.
2. Praktikan mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan avertebrata.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi yang mengkaji


mengenai penamaan dan pengelompokkan mahluk hidup ke dalam takson atau
jenjang. Lingkup taksonomi sangat luas mencakup taksonomi Cryptogamae,
taksonomi Phanerogamae, taksonomi Vertebrata, dan taksonomi Invertebrata.
Langkah awal untuk dapat memberi nama dan mengelompokkan mahluk hidup ke
dalam setiap takson adalah dengan melakukan identifikasi. Identifikasi meliputi
pengamatan pada segi morfologi, anatomi, fisiologi, embriologi, ekologi, bahkan
tingkat molekuler pada setiap spesies (Astuti, 2016). Sistematika didefinisikan
sebagai kajian keilmuan dari jenis-jenis dan keragaman makhluk hidup serta
sebagian atau semua hubungannya yang terjadi diantaranya (Simpson, 1961). Kata
taksonomi dan sistematika dalam perkembangannya sering digunakan sebagai
padanan kata dengan pengertian yang sama, padahal taksonomi dan sistematika
memiliki perbedaan, yaitu taksonomi hanya membahas suatu spesies ke dalam
penggolongan taksa, sedangkan sistematika membahas sampai karakter pada spesies
tersebut seperti habitat, morfologi, fisiologi, dan lain sebagainya, namun pada
hakikatnya taksonomi dan sistematika dalam pembelajarannya tidak dapat
dipisahkan karena penggolongan suatu spesies diperlukan adanya karakter taksonomi
(Wahid, 2012).
Taksonomi dari suatu kelompok tertentu dijalankan melalui berbagai tingkat,
dan secara informal dinamakan alpha-taksonomi, yaitu tingkat dimana ditetapkan
ciri-ciri dari spesies dan begitu pula nama ilmiahnya. Tingkatan kedua adalah beta-
taksonomi yang merupakan penggolongan spesies ke dalam kategori yang lebih
tinggi. Lalu, tingkatan ketiga merupakan gamma-taksonomi yang bertugas
menganalisa variasi intraspesifik dan mempelajari evolusi (Burhanuddin, 2015).
Karakter taksonomi yaitu sifat yang membedakan dari satu anggota takson
dengan yang lainnya, dimana takson merupakan unit formal dan nama dalam
klasifikasi taksonomi seperti filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies (Fayer,
2010). Contoh dari karakter taksonomi, yaitu karakter morfologi yang merupakan
bentuk luar dari organisme dan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme, bentuk luar yang dimaksud adalah bentuk tubuh serta yang
termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Selain itu, contoh dari
karakter taksonimi meliputi karakter fisiologi karakter anatomi, karakter ekologi,
karakter tingkah laku, dan karakter molekuler (Zoya, 2010).
Avertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki
struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana daripada kelompok hewan bertulang
belakang (Suhardi, 1983). Invertebrata yang berhabitat di sungai merupakan
komponen yang sangat beragam dalam komunitas perairan dan berperan penting
dalam rantai makanan akuatik dengan hubungan antara sumber utama karbon (misal:
detritus, alga) dan konsumen tingkat tinggi termasuk ikan (Stewart et al, 2013).
Hewan avertebata dapat dikelompokkan berdasarkan kesimetrian tubuh, struktur atau
konstruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal
perkembangan embrionalnya, kondisi rongga tubuh (Jasin, 1989).
Berdasarkan konstruksi tubuhnya, struktur tubuh hewan padat berupa
konstruksi seluler yang merupakan konstruksi tubuh hewan paling sederhana. Sel-sel
tersebut tidak membentuk jaringan atau organ sehingga organisme dengan dengan
konstruksi tubuh seluler tidak mempunyai mulut, sistem pencernaan, dan sistem
peredaran darah. Konstruksi jaringan yang merupakan konstruksi tubuh yang lebih
kompleks dari konstruksi seluler karena sudah terdapat hubungan kerjasama antar sel
untuk membentuk jaringan. Konstruksi organ yang merupakan konstruksi tubuh yang
paling kompleks. Organisme dengan konstruksi tubuh organ memiliki sistem organ
yang telah terkoordinasi dengan baik (Pratt, 1935).
Simetri adalah suatu keadaan pada tubuh organisme yang apabila dibagi oleh
suatu bidang tertentu maka kedua belahannya yang satu merupakan bayangan cermin
dari yang lain (Radiopoetro, 1983). Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu
simetri radial dan simetri bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh
yang secara radial mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan tidak jelas
sisi kanan dan kirinya karena masing-masing busur sisi tubuh, identik terhadap busur
lainnya. Apabila suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan, maka
irisan tersebut akan membagi tubuh hewan avertebrata simetri radial menjadi dua
tengahan yang serupa. Contohnya pada hewan Cnidaria dan Ctenophora. Hewan
dengan simetri bilateral berarti dapat dibelah menjadi dua bagian yang sama
sehingga satu bagian adalah bayangan cermin dari yang lain. Tubuh hewan simetri
bilateral, menunjukan pembagian yang jelas antara kepala, thoraks dan abdomen.
Contoh : classis Insecta dari phylum Arthtropoda (Willmer, 1990).
Menurut Radiopoetro (1981), dalam perkembangannya menjadi individu
dewasa, hewan akan membentuk lapisan tubuh. Berdasarkan jumlah lapisan
tubuhnya, hewan dikelompokkan menjadi diploblastik yang merupakan hewan yang
memiliki dua lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut dengan ektoderma, sedangkan
lapisan dalam disebut dengan endoderma. Contoh dari hewan diploblastik adalah
cnidarian, sedangkan hewan triploblastik merupakan hewan yang memiliki tiga lapis
sel tubuh. Lapisan terluar disebut eksoderma, lapisan tengah disebut mesoderma, dan
lapisan dalam disebut endoderma. Ektoderma akan berkembang menjadi epidermis
dan sistem saraf, mesoderma akan berkembang menjadi kelenjar pencernaan dan
usus, sedangkan endoderma akan berkembang menjadi jaringan otot.
Menurut Jasin (1989), hewan bisa dibagi menurut pembentukan embrionya
ada dua yaitu protostome dan deurostome. Protostome merupakan hewan tingkat
rendah yang terbentuk dahulu mulutnya, contohnya pada arthopoda dan vermes.
Deutrostome merupakan hewan yang dalam pertumbuhannya yang terbentuk dahulu
adalah anus, contohnya adalah hewan vertebrata dan echinodermata.
Menurut kondisi rongga tubuh, hewan avertebrata ada yang tidak memiliki
rongga tubuh, disebut Aselomata. Hewan yang memiliki rongga tubuh semu, yaitu
rongga tubuh belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) yang
disebut Pseudoselomata. Hewan yang telah memiliki rongga tubuh yang sempurna,
yaitu telah memiliki peritonium di bagian luar dan dalam untuk melindungi saluran
pencernaan disebut Peritoneum visceralis atau Selomata. Beberapa hewan
avertebrata mengalami proses metamerisme dan tagmatisasi (Suhardi, 1983).
Metamer merupakan segmen-segmen yang dimiliki oleh hewan avertebrata. Segmen-
segmen ini ada yang serupa dari depan ke belakang (anteroposterior), gejala
semacam ini, yaitu tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu rangkaian segmen
atau metamer, yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior disebut mengalami
metamerisme. Masing-masing metamer penyusun tubuh hewan avertebrata ini mirip
dalam konstruksi dan fungsinya. Umumnya hewan protostomata bermetamer,
masing-masing metamer atau disebut juga somit, dilewati oleh usus. Contoh :
anggota dari phylum Annelida. Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas
penyatuan beberapa segmen menyusun kepala, thoraks dan abdomen. Proses
penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi
pada hewan bermetamer ini di disebut mengalami tagmatisasi (Jasin, 1989).
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alatalat yang digunakan pada praktikum acara Pengenalan Karakter
Taksonomi untuk Identifikasi Invertebrata adalah bak preparat, pinset, kamera,
sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahanbahan yang digunakan pada praktikum acara Pengenalan Karakter
Taksonomi untuk Identifikasi Invertebrata adalah beberapa spesimen hewan
avertebrata dan alkohol 70%.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Pengenalan Karakter


Taksonomi untuk Identifikasi Invertebrata antara lain:
1. Karakter pada beberapa spesimen hewan yang telah disiapkan diamati.
2. Proses identifikasi dilakukan pada beberapa hewan avertebrata yang telah
disiapkan berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Deskripsi hasil
identifikasi hewan dibuat oleh masing-masing praktikan.
3. Tabel hasil pengamatan karakter dan identifikasi pada beberapa hewan
dilengkapi.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.

DAFTAR REFERENSI

Astuti, D. S. 2016. Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu)

di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan


Dendogram. Proceeding Biology Education Conference. 13(1). pp: 598-602.
Bullough, W. S. 1960. Practical Invertebrate Anatomy. New York: St Martins
Press.
Burhanuddin, A. I. 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Yogyakarta: Deepublish.
Fayer, R. 2010. Taxonomy and Species Delimination in Cryptosporidium. Journal of

Experimental Parasitology. 124. pp: 90-97.


Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Avertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas.
Surabaya: Sinar Wijaya.
Permana, A. 2008. Buku Ringkasan Olimpiade Biologi. Bandung: Tim Olimpiade
Bandung.
Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. New York:
McGraw Hill Company Inc.
Radiopoetro. 1981. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1983. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Simpson, G. G. 1961. Principles of Animal Taxonom. New York: Columbia
University Press.
Stewart, B. A., Close, P. G., Cook, P. A., Davies, P. M. 2013. Upper thermal
tolerances of key taxonomic groups of stream invertebrates. Hydrobiologia.
1-10.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Jakarta: UI-Press.
Wahid, A. 2012. Analisis Karakteristik Sedimentasi di Waduk PLTA Bakaru. Jurnal
Hutan dan Masyarakat, 2(2): 229-236.
Willmer, P. G. 1990. Invertebrate Relationships: Patterns in Animal Evolution.
Cambridge: Cambridge University Press.
Zoya. 2010. Buku Pintar Biologi. Yogyakarta: Andi press.

Anda mungkin juga menyukai