PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Embrio adalah organisme pada tahap awal perkembangan yang tidak dapat
bertahan hidup sendiri. Embrio pada hewan biasanya menunjukkan setiap tahap
Embrio tidak bisa bertahan hidup mandiri karena mereka tidak memliki
jaringan, struktur tubuh, dan organ yang dibutuhkan untuk melakukannya. Induk
dari embrio harus memberi makan dan hati-hati untuk itu sampai mencapai
viabilitas. Kelas mamalia, hal ini dilakukan dengan mengikubasi didalam tubuh
dan bergizi dengan nutrisi dari orang tua. Hewan bertelur menyediakan embrio
dengan lapisan kaya nutrisi terbungkus didalam cangkang keras, yang melindungi
eksternal, proses ini dapat dengan mudah diamati. Telur ini cukup besar untuk
dapat dilihat dengan mata telanjang dan berkembang dengan cepat, membuat studi
tentang perkembangan embrio katak yang dapat dilakukan dalam waktu singkat,
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam melakukan praktikum ini adalah bagaimana cara
C. Tujuan
D. Manfaat
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Amphibi
Amphibi memiliki berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia,
yakni peranan penting bagi kehidupan manusia, yakni peranan ekologis maupun
juga dapat berfungsi sebagai bio indicator bagi kondisi lingkungan karena
konsumsi (Kasmeri,2014).
dimana pada akhir proses pembelahan massa blastomer akan membentuk dasar
calon tubuh yang di sebut blastula. Proses blastulasi terus terjadi sepanjang telur
C. Pengertian Embrio
bayi, yaitu suatu proses yang menggambarkan bahwa telah terjadi nya suatu
D. Pengertian Katak
dikonsumsi dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari terutama di
lahan dan adanya industry beserta limbahnya. Tekanan pada populasi katak akan
terus berlanjut dan bukan tidak mungkin pada suatu saat spesies ini akan punah
E.Pengertian Fertilisasi
adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses gastrulasi ditandai
Embrio pada stadium ini disebut neurulla karena pada tahap ini terjadi neurulasi
yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang
memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies (Kusumawati, 2016).
III.METODE PRAKTIKUM
pada pukul 07:30 sampai 10:00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tercantum pada tabel 1
C. Alat Praktium
Alat yang digunakan dalam praktikum ini terbantum pada tabel II.
cawan petri
1. Polus animalis
1. Stadium 1 2. Polus vegetatif
2
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Telur yang telah
dibuahi (umur 1,0 jam,
diameter 1,7 mm).
Terbentuk membran
pembuahan berbentuk
bulan sabit dan
berwarna abu-abu
(gray crescent) pada
bagian permukaan telur
2. Stadium 2
yang menjadi tempat
masuk spermatozoon.
Setelah mengalami
pembuahan,
metabolisme sel telur
akan meningkat,
sementara
permeabilitas dinding
sel telur berkurang.
Pembelahan tingkat
pertama menjadi 2 sel
(umur 3,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
pertama meridional
(vertikal), gray
3.
crescent terbagi
Stadium 3
menjadi 2 bagian yang
sama besar. Dua buah
blastomer yang
terbentuk memiliki
bagian polus animalis
dan polus vegetatif.
Pembelahan menjadi 4
sel (umur 4,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
kedua masih tetap
4. meridional (vertikal).
Stadium 4 Pada saat ini terjadi
perbedaan pembagian
gray crescent. Dua sel
memiliki dan dua sel
lainnya tidak memiliki.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembelahan menjadi 8
sel (umur 5,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
ketiga berpola
longitudinal. Pada
stadium ini terjadi
perbedaan ukuran
5. blastomer. Mikromer
(sel-sel blastomer yang
Stadium 5
berukuran kecil)
berpigment tebal,
sedangkan makromer
(yang berukuran lebih
besar) berpigment tipis
saja. Tampak adanya
inisiasi calon blastocel.
Pembelahan menjadi 16
sel (umur 6,5 jam,
diameter 1,7 mm). Dua
bidang pembelahan ke-
6. Stadium 6 4 meridional (vertikal)
terbentuk pada stadium
ini, selain itu terjadi
segregasi plasma benih
(germ plasm).
Pembelahan menjadi 32
sel (morulla, umur 7,5
jam, diameter 1,7 mm).
Dua bidang
pembelahan ke-5
latitudinal. Membentuk
Stadium 7
massa sel yang disebut
7.
sebagai morulla.
Blastomer penyusunnya
berukuran lebih kecil
apabila dibandingkan
dengan stadium
sebelumnya, sedangkan
blastocel membesar.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pertengahan
pembelahan (blastula
awal, umur 16 jam,
diameter 1,7 mm).
Blastocoel terus
membesar, pola
pembelahan berikutnya
yang terjadi tidak
memiliki aturan pasti.
pergerakan embrio
8. Stadium 8 secara umum dilakukan
dengan bantuan silia
sel-sel
blastomer bagian luar.
Permukaan embrio
masih terlihat sebagai
susunan sel-sel yang
tidak rata dan
membentuk struktur
permukaan
multiseluler.
Akhir pembelahan
(blastula akhir, umur 21
jam, diameter 1,7 mm).
Struktur permukaan
yang multiseluler
berangsur menghilang
dan menjadi lebih halus
9. Stadium 9 atau rata. Terbentuk
bangunan yang disebut
germ ring, epiblast dan
hypoblast. Bagian
dorsal, sesuai dengan
peta blastula
merupakan calon
pembentuk organ.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan bibir
dorsal (gastrula awal,
umur 26 jam, diameter
1,7 mm). Terjadi
epiboly germ ring ke
Stadium 10 arah porus vegetatif,
10.
invaginasi dan involusi
bibir dorsal (labium
dorsale).
Pembentukan bibir
lateral (gastrula
pertengahan, umur 34
jam, diameter
1,7 mm). Terjadi
Stadium 11
pembentukan bibir
11.
lateral (labium
laterale), invaginasi
yang semakin dalam
dan blastocel mulai
terdesak oleh adanya
gastrocel.
Pembentukan bibir
ventral (gastrula akhir,
umur 42 jam, diameter
1,7 mm). Labium
Stadium 12 ventrale dan yolk plug
12. mulai terbentuk.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan lamina
neuralis (neurula awal,
umur 50 jam, panjang
Embrio 1,8 mm).
Blastoporus mengecil
Stadium 13 seiring dengan adanya
13. pembentukan stria
primitiva. Bentuk
embrio tidak lagi
bundar melainkan agak
lonjong. Lamina
neuralis juga mulai
tampak.
Pembentukan torus
medullaris (neurula
tengah, umur 62 jam,
panjang embrio 2,0
mm). Torus medullaris
terbentuk, axis (sumbu
14. Stadium 14
panjang tubuh) embrio
semakin jelas. Terjadi
penebalan
neuroectoderm sebagai
calon otak di bagian
anterior.
Terjadi peristiwa rotasi
sumbu tubuh dan
peleburan torus
medullaris (umur 67
jam, panjang embrio
2,5 mm). Torus
medullaris mengalami
Stadium 15
15. peleburan menjadi satu
dan membentuk crista
neuralis. Bagian
enteron membentuk
bangunan yang
memanjang dan diikuti
oleh adanya rotasi
sumbu tubuh embrio.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan canalis
neuralis (neurula akhir)
(umur 72 jam, panjang
embrio 3,0 mm). Masih
terdapat neuroporus
Stadium 16
pada bagian anterior
16.
dan posterior. Embrio
dapat dibedakan
menjadi bagian kepala,
leher dan badan.
Bagian dorsal embrio
berbentuk cembung.
Pembentukan ekor
( umur 84 jam, panjang
embrio 3,5 mm).
Blastoporus mulai
Stadium 17 menghilang dan
17. muncul canalis
mesoentericus.
Neuroporus menutup,
badan memanjang,
bagian dorsal cekung,
somit-somit terbentuk.
Tahap penutupan
insang kanan (umur
240 jam, panjang
embrio 10,0 mm).
Kelenjar mukus
24. Stadium 24 mengalami atropi,
mulut mulai melebar
dengan susunan gigi
tanduknya.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Tahap penutupan
insang sempurna (umur
284 jam, panjang
embrio 11,0
mm). Spiraculum mulai
terbentuk. Gigi parut
mulai tampak pada
bagian bibir berudu.
Sementara itu
diferensiasi mulai
25. Stadium 25 terjadi. Kuntum paru-
paru mulai memanjang
diikuti dengan
perkembangan
pronephros yang
mencapai puncaknya.
Choanae interna mulai
terbuka dan dilanjutkan
dengan pembentukan
nervus olfactorius serta
nervus abducent.
B. Pembahasan
antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan sudah tampak rancangan bentuk
alat-alat tubuh. Istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang
animalis dan polus vegetatif. Polus animalis adalah telur yang belum dibuahi
dan berwarn hitam, namun sedikit mengandung yolk. Polus vegetatif adalah
telur yang belum dibuahi dan berwarna putih kelabu, namun mengandung
banyak yolk.
stadium yaitu : Stadium 1, telur yang belum dibuahi umur 0,0 jam, diameter
1,7 mm. keadaan pada stadium pertama ini adalah terjadi segera setelah telur
dikeluarkan (oviposisi) dari tubuh induk katak telur dibungkus oleh lapisan
gelatin. Bagian luar telur dapat dibegan menjadi polus snimalis dan polus
dibuahi (umur 1,0 jam, diameter 1,7 mm dan terbentuk membran pembuahan
seperti bulan sabit dan berwarna abu-abu (gray Crescent) pada bagian
pertama menjadi 2 sel (umur 3,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang
bagian yang sama. Dua buah blastomer yang terbentuk memiliki bagian polis
4,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang pembelahan kedua masih tetap
vertical. , pada saat terjadi perbedaan pembagian gray crescent. Dua sel
memiliki dan dua sel lainnya tidak memiliki. Stadium 5, pembelahan menjadi
8 sel (umur 5,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang pembelahan ketiga
(vertical) terbentuk pada stadium ini, selain itu terjadi segregasi plasma benih
bantuan silia. Sel-sel blastomer bagian luar. Permukaan embrio masih terlihat
sebagai susunan sel-sel yang tidak rata dan membentuk struktur permukaan
menghilang dan menjadi lebih halus atau rata. Terbentuk bangunan yang
disebut grem ring, epiblast dan hypoblast. Bagian dorsal, sesuai dengan peta
blastula merupakan calon pembentuk organ. Stadium 10, pembentukkan bibir
dorsal (gastrula awal, umur 26 jam ,diameter 1,7 mm) terjadi epiboly grem
ring kearah polus vegetativus, invaginasi dan involusi bibir dorsal (labium
dorsale).
pertengahan, umur 34 jam, diameter 1,7 mm) terjadi pembentukan bibir lateral
(labium lateral), invaginasi yang semakin dalam dan blastocel mulai terdesak
oleh adanya gastrocel. Stadium 12, pembentukan bibir ventral (gastrula akhir,
umur 42 jam, diameter 1,7 mm) tebentuk labium ventral dan yolk plig mulai
panjang embrio 1,8 mm) terjadi blastoporus mengecil seiring dengan adanya
pembentukan stria primitiva. Bentuk embrio tidak lagi bundar melainkan agak
medularis (neurula tengah, umur 62 jam, panajng embrio 2,0 mm) terbentuk
torus medularis , axis (sumbu panjang tubuh) embrio semakin jelas terjadi
terjadi peristiwa rotasi sumbu tubuh dan peleburan torus medularis (umur 67
jam, panjang embrio 2,5 mm) terjadi torus medularis mengalami peleburan
bangunan yang memanjang dan diikuti oleh adanya rotasi sumbu tubuh
embrio. Stadium 16 pembentukan canalis neuralis (neurula akhir) umur 72
jam, panajng embrio 3,0 mm masih terdapat neuroporus pada bagian anterior
dan posterior. Embrio dapat dibedakan menjadi bagian kepala, leher, dan
kuntun ekor (umur 84 jam, panjang embrio 3,5 mm) blastoporus mulai
placoda auditoria dan placoda alfactoria. Stadium 18 mulai terjadi reakdi otot
(umur 96 jam, panjang embrio 4,0 mm) mulai terjadi gerakan pertama dengan
bantuan otot tubuh embrio. Bagian calon otak primer dan infun dibulum
masih terpisah dengan hipofise. Linae lateralis mulai muncul. Sementara itu
plactoda auditoria mulai terpisah dari ectoderm kepala, placoda lensa mata
terbentuk dan radix ventralis terpisah dari medulla spinalis. Hypochodra juga
mulai terpisah dari enteron. Chorda dornalis pada stadium ini telah mencapai
(umur 118 jam, panang embrio 5,0 mm) epifase mulai terbentuk diikuti oleh
adanya perubahan posis infundibulum dan hypofuse pada lokasi yang tetap.
muncul nervus facialis dan aouditoris terbentuk pada cista cranialis II.
Sementara itu lensa mata terpisah dari ectoderm. Somit yang terbentuk
meliputi 13 buah pada bafgian badan dan 32 buah pada ekor. Serabut-serabut
sclerotome jantung. Gejala yang tampak adalah adanya aktifitas kontralsi otot-
otot jantung. Stadium 20 tahap penetasan (umur 140 jam, panjang embrio 6,0
mm) lapisan gelatin sebagai pelindung terhadap dunia luar mulai pecah dan
larut dalam air. Pada tahap ini dianggap bahwa telur telah menetas. System
jantung.
Stadium 21 mulut mulai membuka (umur 162 jam, panajng embrio 7,0
perubahan mencolok dari larva keberudu dan mulut mulai tampak terbuka.
Stadium 22 tahap sirkulasi ekor (umur 192 jam, panjang embrio 8,0 mm)
pembentukan operculum dan gigi tanduk (umur 216 jam, panjang embrio 9,0
dengan tampak pula calon lidah. Stadium 24 penutupan insang (umur 240
jam, panjang embrio 10,0 mm) kelenjar mucus mengalami atropi, mulut mulai
pada bagian ekor. Gigi parut mulai tampak pada bagian bibir berudu.
A. Kesimpulan
perkembangan embrio pada katak (Rana sp.) serta fertilisasi samapi tingkat
perkembangan larva.
B. Saran
1. Untuk praktikan agar lebih belajar dengan baik lagi agar saat respon dapat
DAFTAR PUSTAKA
Havis,M. 2014,Konsep Dasar Embriologi Tinjauan Teroris, Jurnal Saintek,6(1):96
Kasmeri, R., dan Safitri, E., 2014, Induksi Kejutan Suhu 36 oC terhadap
Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Polioplidasi Katak, Jurnal
Pelangi, 6(2):142-143
Kusumawati, A., Febriany, R., Hananti, S., dkk., 2016, Perkembangan Embrio dan
Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken ) Ayam Jawa Super,
Jurnal Sains Veteriner, 34(1):1-13