Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Embrio adalah organisme pada tahap awal perkembangan yang tidak dapat

bertahan hidup sendiri. Embrio pada hewan biasanya menunjukkan setiap tahap

perkembangan pra-kelahiran, termasuk pada rahim atau telur. Embrio tanaman

dapat mengambil sejumlah bentuk yang berbeda, meskipun mereka biasanya

terbungkus dalam biji.

Embrio tidak bisa bertahan hidup mandiri karena mereka tidak memliki

jaringan, struktur tubuh, dan organ yang dibutuhkan untuk melakukannya. Induk

dari embrio harus memberi makan dan hati-hati untuk itu sampai mencapai

viabilitas. Kelas mamalia, hal ini dilakukan dengan mengikubasi didalam tubuh

dan bergizi dengan nutrisi dari orang tua. Hewan bertelur menyediakan embrio

dengan lapisan kaya nutrisi terbungkus didalam cangkang keras, yang melindungi

sampai siap untuk dilahirkan.

Embrio pada katak sangat berguna karena katak memiliki semua

karakteristik dasar vertebrata nanonampam. Embrio katak berkembang secara

eksternal, proses ini dapat dengan mudah diamati. Telur ini cukup besar untuk

dapat dilihat dengan mata telanjang dan berkembang dengan cepat, membuat studi

tentang perkembangan embrio katak yang dapat dilakukan dalam waktu singkat,

biasanya antara 12 hingga 16 minggu. Berdasarkan penjalasan diatas maka

dilakukan praktikum ini untuk melihat proses embriologi pada katak.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam melakukan praktikum ini adalah bagaimana cara

mengetahui proses embriologi dan fertilisasi pada katak (Rana sp.).

C. Tujuan

Tujuan dalam melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses

embriologi dan fertilisasi pada katak (Rana sp.)

D. Manfaat

Manfaat dalam melakukan praktikum ini adalah dapat mengetahui proses

fertilisasi pada katak (Rana sp.).

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Amphibi
Amphibi memiliki berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia,

yakni peranan penting bagi kehidupan manusia, yakni peranan ekologis maupun

ekonomis. Amphibi memakan serangga sehingga dapat membantu keseimbangan

ekosistem terutama dalam pengendalian populasi serangga. Selain itu, amphibi

juga dapat berfungsi sebagai bio indicator bagi kondisi lingkungan karena

amphibi memiliki respon terhadap perubahan lingkungan. Peranan amphibi dari

segi ekonomis dapat ditinjau dari pemanfaatan amphibi untuk kepentingan

konsumsi (Kasmeri,2014).

B. Proses Perkembangan Awal Embrio pada Katak

Perkembangan awal embrio pada katak di mulai dari proses blastulasi

dimana pada akhir proses pembelahan massa blastomer akan membentuk dasar

calon tubuh yang di sebut blastula. Proses blastulasi terus terjadi sepanjang telur

melewati saluran reproduksi induk, kemudian akan diikuti proses gastrulasi

dimana mulai terjadi pembentukan stria primitive. Embrio sudah memasuki

tahapan transisis pada umur 23 jam inkubasi (Kusumawati dkk.,2016).

C. Pengertian Embrio

Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan

.biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan


progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan

embriologi adalah studi mengenai embrio dengan menekan kepada pola-pola

perkembangan embrio.contohnya adanya perubahan sebuah sel menjadi seorang

bayi, yaitu suatu proses yang menggambarkan bahwa telah terjadi nya suatu

fenomena besar dan kompleks (Havis, 2014)

D. Pengertian Katak

Katak merupakan komoditas perikanan yang sangat penting, baik untuk

dikonsumsi dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari terutama di

negara-negara Eropa, Amerika, dan bebeberapa negara Asia lainnya. Menurut

Nasaruddin, factor lain yang diperkirakan telah memperbesar penurunan populasi

katak dialam adalah adanya kerusakan habitat, intesifikasi pertanian, pembukaan

lahan dan adanya industry beserta limbahnya. Tekanan pada populasi katak akan

terus berlanjut dan bukan tidak mungkin pada suatu saat spesies ini akan punah

(Ria Kasmeri, 2016).

E.Pengertian Fertilisasi

Fertilisasi merupakan penggabungan sel kelamin betina membentuk zigot.

Tahap selanjutnya adalah pembelahan secara mitosis pada zigot. Blastula


merupakan lanjutan dari stadium pembelahan berupa masa blastomer. Gastrula

adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses gastrulasi ditandai

dengan terbentuknya gastroselum dan sumbu embrio sehingga embrio mulai

tumbuh memanjang. Tubulasi merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula.

Embrio pada stadium ini disebut neurulla karena pada tahap ini terjadi neurulasi

yaitu pembentukan bumbung neural. Organogenesis merupakan tahap selanjutnya

yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang

memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies (Kusumawati, 2016).

III.METODE PRAKTIKUM

A.Waktu dan Tempat

Waktu dilaksanakan praktikum ini yaitu pada hari Selasa,26-Maret-2019

pada pukul 07:30 sampai 10:00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi

Universitas Halu Oleo unit Zoologi.


B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tercantum pada tabel 1

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1 Telur katak Sebagai objek yang di amati.
2 Larutan NaCI 0,9 % Untuk membersihkan embrio katak yang akan di
amati.
3 Air Untuk membersihkan cawan perti.
4 Tissue Untuk membersihkan cawan petri.

C. Alat Praktium

Alat yang digunakan dalam praktikum ini terbantum pada tabel II.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan.


No Nama Alat kegunaan
1 2 3
1. Mikroskop stereo Untuk mengamati embrio katak
2. Kaca objek Untuk menyimpan objek pengamatan
3. pingset Untuk memisahkan embrio dari
kuning telur
4. gunting Untuk menggunting objek
pengamatan
5. cawan petri Sebagai wadah/tempat untuk telur
yang di amati
Tabel. 2 lanjutan
1 2 3
6. Alat bedah Sebagai alat untuk membedah objek
pengamatan
7. Jarum pentul Untuk menahan objek pengamatan agar
tidak bergerak
8. Papan seksi Sebagai tempat untuk meletakkan objek
yang diamati
9. Kamera Umtuk mengambil gambar objek
pengamatan
10. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah

1. Mempersiapakan induk katak bunting.

2. Telur katak dikeluarkan dengan cara membedah dan ditampung dalam

cawan petri

3. Mengamati telur katak tersebut melalui mikroskop.

4. Mendokumentasikan hasil pengamatan

5. Mencatat hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.Hasil Pengamatan


No. Hasil pengamatan Stadium Keterangan
1 2 3 4
1

1. Polus animalis
1. Stadium 1 2. Polus vegetatif
2

Tabel 4. Hasil Pengamatan Gambar Literatur


No. Hasil pengamatan Stadium Keterangan
1 2 3 4
Telur yang belum
dibuahi (umur 0,0
jam, diameter 1,7
mm). Keadaan ini
terjadi segera setelah
telur dikeluarkan
(oviposisi) dari tubuh
induk katak. Telur
1. Stadium 1
terbungkus oleh
lapisan gelatin.
Bagian telur dapat
dibedakan menjadi
polus animalis dan
polus vegetatif
berdasarkan tingkat
pigmentasinya.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Telur yang telah
dibuahi (umur 1,0 jam,
diameter 1,7 mm).
Terbentuk membran
pembuahan berbentuk
bulan sabit dan
berwarna abu-abu
(gray crescent) pada
bagian permukaan telur
2. Stadium 2
yang menjadi tempat
masuk spermatozoon.
Setelah mengalami
pembuahan,
metabolisme sel telur
akan meningkat,
sementara
permeabilitas dinding
sel telur berkurang.
Pembelahan tingkat
pertama menjadi 2 sel
(umur 3,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
pertama meridional
(vertikal), gray
3.
crescent terbagi
Stadium 3
menjadi 2 bagian yang
sama besar. Dua buah
blastomer yang
terbentuk memiliki
bagian polus animalis
dan polus vegetatif.
Pembelahan menjadi 4
sel (umur 4,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
kedua masih tetap
4. meridional (vertikal).
Stadium 4 Pada saat ini terjadi
perbedaan pembagian
gray crescent. Dua sel
memiliki dan dua sel
lainnya tidak memiliki.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembelahan menjadi 8
sel (umur 5,5 jam,
diameter 1,7 mm).
Bidang pembelahan
ketiga berpola
longitudinal. Pada
stadium ini terjadi
perbedaan ukuran
5. blastomer. Mikromer
(sel-sel blastomer yang
Stadium 5
berukuran kecil)
berpigment tebal,
sedangkan makromer
(yang berukuran lebih
besar) berpigment tipis
saja. Tampak adanya
inisiasi calon blastocel.
Pembelahan menjadi 16
sel (umur 6,5 jam,
diameter 1,7 mm). Dua
bidang pembelahan ke-
6. Stadium 6 4 meridional (vertikal)
terbentuk pada stadium
ini, selain itu terjadi
segregasi plasma benih
(germ plasm).
Pembelahan menjadi 32
sel (morulla, umur 7,5
jam, diameter 1,7 mm).
Dua bidang
pembelahan ke-5
latitudinal. Membentuk
Stadium 7
massa sel yang disebut
7.
sebagai morulla.
Blastomer penyusunnya
berukuran lebih kecil
apabila dibandingkan
dengan stadium
sebelumnya, sedangkan
blastocel membesar.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pertengahan
pembelahan (blastula
awal, umur 16 jam,
diameter 1,7 mm).
Blastocoel terus
membesar, pola
pembelahan berikutnya
yang terjadi tidak
memiliki aturan pasti.
pergerakan embrio
8. Stadium 8 secara umum dilakukan
dengan bantuan silia
sel-sel
blastomer bagian luar.
Permukaan embrio
masih terlihat sebagai
susunan sel-sel yang
tidak rata dan
membentuk struktur
permukaan
multiseluler.
Akhir pembelahan
(blastula akhir, umur 21
jam, diameter 1,7 mm).
Struktur permukaan
yang multiseluler
berangsur menghilang
dan menjadi lebih halus
9. Stadium 9 atau rata. Terbentuk
bangunan yang disebut
germ ring, epiblast dan
hypoblast. Bagian
dorsal, sesuai dengan
peta blastula
merupakan calon
pembentuk organ.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan bibir
dorsal (gastrula awal,
umur 26 jam, diameter
1,7 mm). Terjadi
epiboly germ ring ke
Stadium 10 arah porus vegetatif,
10.
invaginasi dan involusi
bibir dorsal (labium
dorsale).

Pembentukan bibir
lateral (gastrula
pertengahan, umur 34
jam, diameter
1,7 mm). Terjadi
Stadium 11
pembentukan bibir
11.
lateral (labium
laterale), invaginasi
yang semakin dalam
dan blastocel mulai
terdesak oleh adanya
gastrocel.
Pembentukan bibir
ventral (gastrula akhir,
umur 42 jam, diameter
1,7 mm). Labium
Stadium 12 ventrale dan yolk plug
12. mulai terbentuk.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan lamina
neuralis (neurula awal,
umur 50 jam, panjang
Embrio 1,8 mm).
Blastoporus mengecil
Stadium 13 seiring dengan adanya
13. pembentukan stria
primitiva. Bentuk
embrio tidak lagi
bundar melainkan agak
lonjong. Lamina
neuralis juga mulai
tampak.
Pembentukan torus
medullaris (neurula
tengah, umur 62 jam,
panjang embrio 2,0
mm). Torus medullaris
terbentuk, axis (sumbu
14. Stadium 14
panjang tubuh) embrio
semakin jelas. Terjadi
penebalan
neuroectoderm sebagai
calon otak di bagian
anterior.
Terjadi peristiwa rotasi
sumbu tubuh dan
peleburan torus
medullaris (umur 67
jam, panjang embrio
2,5 mm). Torus
medullaris mengalami
Stadium 15
15. peleburan menjadi satu
dan membentuk crista
neuralis. Bagian
enteron membentuk
bangunan yang
memanjang dan diikuti
oleh adanya rotasi
sumbu tubuh embrio.

Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Pembentukan canalis
neuralis (neurula akhir)
(umur 72 jam, panjang
embrio 3,0 mm). Masih
terdapat neuroporus
Stadium 16
pada bagian anterior
16.
dan posterior. Embrio
dapat dibedakan
menjadi bagian kepala,
leher dan badan.
Bagian dorsal embrio
berbentuk cembung.
Pembentukan ekor
( umur 84 jam, panjang
embrio 3,5 mm).
Blastoporus mulai
Stadium 17 menghilang dan
17. muncul canalis
mesoentericus.
Neuroporus menutup,
badan memanjang,
bagian dorsal cekung,
somit-somit terbentuk.

Mulai terjadi reaksi otot


(gerak otot tubuh secara
aktif) (umur 96 jam,
panjang embrio 4,0
mm). Mulai terjadi
Stadium 18 gerakan pertama
18. dengan bantuan otot
tubuh embrio. Bagian
calon otak primer dan
infundibulum masih
terpisah dari calon
hipofise. Linea
lateralis mulai muncul.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Jantung mulai
berdenyut (umur 118
jam, panjang embrio
5,0 mm). Epifise mulai
terbentuk diikuti oleh
adanya perubahan
posisi infundibulum dan
19. Stadium 19 hypofise pada lokasi
yang tetap. Nervus
trigeminus dan
placoda-nya mulai
muncul. Nervus facialis
dan auditorius
terbentuk pada crista
cranialis II.
Tahap penetasan
(sirkulasi insang luar
mulai tampak, umur
140 jam, panjang
embrio 6,0 mm).
Lapisan gelatin sebagai
pelindung terhadap
Stadium 20
20. dunia luar mulai pecah
dan larut dalam air.
Pada tahap ini dianggap
bahwa telur telah
menetas. Sucker pada
bagian ventral calon
mulut mulai terbentuk
lengkap.

Mulut mulai membuka


(umur 162 jam, panjang
Stadium 21 embrio 7,0 mm).
Kornea mata mulai
21.
tampak. Bentuk embrio
mengalami perubahan
mencolok dari larva ke
berudu.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Tahap sirkulasi ekor
(umur 192 jam, panjang
embrio 8,0 mm).
Bagian jantung telah
lengkap diikuti dengan
mulai berfungsinya
sistem sirkulasi bagian
Stadium 22 ekor secara sempurna.
22.
Mulai timbul kuntum
calon paru-paru,
sementara itu
hypochorda mulai
menghilang.
Mesonephros juga
tampak mulai
terbentuk.
Tahap pembentukan
operculum dan gigi
tanduk (umur 216 jam,
panjang
Stadium 23
embrio 9,0 mm). Tahap
23. ini ditandai dengan
menutupnya insang
yang dimulai dengan
terbentuknya
operculum bagian kiri.

Tahap penutupan
insang kanan (umur
240 jam, panjang
embrio 10,0 mm).
Kelenjar mukus
24. Stadium 24 mengalami atropi,
mulut mulai melebar
dengan susunan gigi
tanduknya.
Tabel. 4 (Lanjutan)
1 2 3 4
Tahap penutupan
insang sempurna (umur
284 jam, panjang
embrio 11,0
mm). Spiraculum mulai
terbentuk. Gigi parut
mulai tampak pada
bagian bibir berudu.
Sementara itu
diferensiasi mulai
25. Stadium 25 terjadi. Kuntum paru-
paru mulai memanjang
diikuti dengan
perkembangan
pronephros yang
mencapai puncaknya.
Choanae interna mulai
terbuka dan dilanjutkan
dengan pembentukan
nervus olfactorius serta
nervus abducent.

B. Pembahasan

Embrio merupakan sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling

awal dari perkembangan. Makhluk hidup seperti manusia terbentuk embrio

antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan sudah tampak rancangan bentuk

alat-alat tubuh. Istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang

berbentuk dalam biji yang berada dalam keadaan dormansi, menunggu

kondisi lingkungan yang tepat untuk berkecambah, sedangkan pada hewan

perkembangan zigot menjadi embrio terjadi melalui tahapan yang dikenal

sebagai blastula, grastula, dan organogenesis.


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada telur katak terdapat polus

animalis dan polus vegetatif. Polus animalis adalah telur yang belum dibuahi

dan berwarn hitam, namun sedikit mengandung yolk. Polus vegetatif adalah

telur yang belum dibuahi dan berwarna putih kelabu, namun mengandung

banyak yolk.

Urutan perkembangan embriologi katak (Rana sp.) dibagi menjadi 25

stadium yaitu : Stadium 1, telur yang belum dibuahi umur 0,0 jam, diameter

1,7 mm. keadaan pada stadium pertama ini adalah terjadi segera setelah telur

dikeluarkan (oviposisi) dari tubuh induk katak telur dibungkus oleh lapisan

gelatin. Bagian luar telur dapat dibegan menjadi polus snimalis dan polus

vegetatif berdasarkan tingkat pigmentasinya. Stadium 2, telur yang telah

dibuahi (umur 1,0 jam, diameter 1,7 mm dan terbentuk membran pembuahan

seperti bulan sabit dan berwarna abu-abu (gray Crescent) pada bagian

permukaan telur yang menjadi tempat masuk spermatozoon. Setelah

mengalami pembuahan, metabolisme sel telur akan meningkat, sementara

permibilitas dinding sel telur berkurang. Stadium 3, pembelahan tingkat

pertama menjadi 2 sel (umur 3,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang

pembelahan pertama meriodanal (vertical), gray crescent terbagi menjadi 2

bagian yang sama. Dua buah blastomer yang terbentuk memiliki bagian polis

animalis dan polus vegetatifus. Stadium 3, pembelahan menjadi 4 sel (umur

4,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang pembelahan kedua masih tetap

vertical. , pada saat terjadi perbedaan pembagian gray crescent. Dua sel
memiliki dan dua sel lainnya tidak memiliki. Stadium 5, pembelahan menjadi

8 sel (umur 5,5 jam, diameter 1,7 mm) terjadi bidang pembelahan ketiga

berpola latitudinal. Stadium ini terjadi perbedaan ukuran blastomer. Mikromer

(sel-sel blastomer yang berukuran kecil) berpigment tebal, sedangkan

makromer (yang berukuran besar ) berpigment tipis saja. Tampak adanya

inisisasi calon blastocel. Stadium 6, pembelahan menjadi 16 sel (umur 6,5

jam, diameter 1,7 mm) terbentuk dua bidang pembelahan ke 4 meridional

(vertical) terbentuk pada stadium ini, selain itu terjadi segregasi plasma benih

(grem plasm). Stadium 7, pembelahan terjadi menjadi 32 sel, (morulla, umur

7,5 jam diameter 1,7 mm) terbentukbidang pembelahan ke 5 latitudinal.

Membentuk massa sel yang dusebut sebagai morulla. Blastomer

penyususnnya berukuran kecil apabila dibandingkan dengan stadium

sebelumnya, sedangkan blastocelnya membesar. Stadium 8, pertengahan

pembelahan ( blastula awal, umur 16 jam, diameter 1,7 mm) terbentuk

blastocel terus ,membesar, pola pembelahan berikutnya yang terjadi tidak

memiliki aturan pasti. Pergerakan embrio secara umum dilakukan dengan

bantuan silia. Sel-sel blastomer bagian luar. Permukaan embrio masih terlihat

sebagai susunan sel-sel yang tidak rata dan membentuk struktur permukaan

multiseluler. Stadium 9, akhir pembelahan (blastula akhir, umur 21 jam,

diameter 1,7 mm) terbentuk struktur permukaan yang multiseluler berangsur

menghilang dan menjadi lebih halus atau rata. Terbentuk bangunan yang

disebut grem ring, epiblast dan hypoblast. Bagian dorsal, sesuai dengan peta
blastula merupakan calon pembentuk organ. Stadium 10, pembentukkan bibir

dorsal (gastrula awal, umur 26 jam ,diameter 1,7 mm) terjadi epiboly grem

ring kearah polus vegetativus, invaginasi dan involusi bibir dorsal (labium

dorsale).

Tahap selanjutnya yaitu Stadium 11 pembentukkan bibir lateral (gastrula

pertengahan, umur 34 jam, diameter 1,7 mm) terjadi pembentukan bibir lateral

(labium lateral), invaginasi yang semakin dalam dan blastocel mulai terdesak

oleh adanya gastrocel. Stadium 12, pembentukan bibir ventral (gastrula akhir,

umur 42 jam, diameter 1,7 mm) tebentuk labium ventral dan yolk plig mulai

terbentuk. Terjadi kontraksi labia, sedangkan ukuran blastrocel menjadi lebih

besar. Blastocel menghilang dan diikuti oleh terbentuknya blastoporus.

Stadium 13 pembentukan lamina neuralis (neurula awal, umur 50 jam,

panjang embrio 1,8 mm) terjadi blastoporus mengecil seiring dengan adanya

pembentukan stria primitiva. Bentuk embrio tidak lagi bundar melainkan agak

lonjong. Lamina neuralis juga mulai tampak. Stadium 14 pembentukan torus

medularis (neurula tengah, umur 62 jam, panajng embrio 2,0 mm) terbentuk

torus medularis , axis (sumbu panjang tubuh) embrio semakin jelas terjadi

pembekahan neuroectoderm sebagai calon dibagian anterior. Stadium 15

terjadi peristiwa rotasi sumbu tubuh dan peleburan torus medularis (umur 67

jam, panjang embrio 2,5 mm) terjadi torus medularis mengalami peleburan

menjadi satu dan membentuk crista neuralis. Bagian enteron membentuk

bangunan yang memanjang dan diikuti oleh adanya rotasi sumbu tubuh
embrio. Stadium 16 pembentukan canalis neuralis (neurula akhir) umur 72

jam, panajng embrio 3,0 mm masih terdapat neuroporus pada bagian anterior

dan posterior. Embrio dapat dibedakan menjadi bagian kepala, leher, dan

badan. Bagian dorsal embrio terbentuk cembung. Stadium 17 pembentukan

kuntun ekor (umur 84 jam, panjang embrio 3,5 mm) blastoporus mulai

menghilang dan muncul canalis mesocentricus., neuroporus menutup, badan

memanjang, bagian dorsal cekung, somit-somit terbentuk. Calon-calon organ

juga terbentuk, seperti mesenchyme jantung, arches visceralis, blok

mesoderm, pronephros, hypochorda, sense plate, gill plate, vesicular optica,

placoda auditoria dan placoda alfactoria. Stadium 18 mulai terjadi reakdi otot

(umur 96 jam, panjang embrio 4,0 mm) mulai terjadi gerakan pertama dengan

bantuan otot tubuh embrio. Bagian calon otak primer dan infun dibulum

masih terpisah dengan hipofise. Linae lateralis mulai muncul. Sementara itu

plactoda auditoria mulai terpisah dari ectoderm kepala, placoda lensa mata

terbentuk dan radix ventralis terpisah dari medulla spinalis. Hypochodra juga

mulai terpisah dari enteron. Chorda dornalis pada stadium ini telah mencapai

puncakperkembangannya. Sumber esophagus terbentuk dan mulai timbul

aorta dorsalis maupun vena vitecellina. Stadium 19 jantung mulai berdenyut

(umur 118 jam, panang embrio 5,0 mm) epifase mulai terbentuk diikuti oleh

adanya perubahan posis infundibulum dan hypofuse pada lokasi yang tetap.

Thyroid mengalami evaginasi, nervus trigeminus dan placodanya-nya mulai

muncul nervus facialis dan aouditoris terbentuk pada cista cranialis II.
Sementara itu lensa mata terpisah dari ectoderm. Somit yang terbentuk

meliputi 13 buah pada bafgian badan dan 32 buah pada ekor. Serabut-serabut

otot mulain berfungsi diikuti dengan semakin sempurna diferensiasi

sclerotome jantung. Gejala yang tampak adalah adanya aktifitas kontralsi otot-

otot jantung. Stadium 20 tahap penetasan (umur 140 jam, panjang embrio 6,0

mm) lapisan gelatin sebagai pelindung terhadap dunia luar mulai pecah dan

larut dalam air. Pada tahap ini dianggap bahwa telur telah menetas. System

peredaran darah mulai tampak ditandai dengan adanya lapisan dinding

jantung.

Stadium 21 mulut mulai membuka (umur 162 jam, panajng embrio 7,0

mm) kornea mata mulai tampak transparan bentuk embrio mengalami

perubahan mencolok dari larva keberudu dan mulut mulai tampak terbuka.

Stadium 22 tahap sirkulasi ekor (umur 192 jam, panjang embrio 8,0 mm)

bagian jantung telah lengkap dengan diikuti berfungsinya system sirkulasi

bagian ekor secara sempurna. Mulai timbul kuntum paru-paru. Stadium 23

pembentukan operculum dan gigi tanduk (umur 216 jam, panjang embrio 9,0

mm)tahap ini ditandai dengan menutupnya insang yang dimulai dengan

terbentuknya operculum bagian kiri. Gigi tanduk mulai muncul bersamaan

dengan tampak pula calon lidah. Stadium 24 penutupan insang (umur 240

jam, panjang embrio 10,0 mm) kelenjar mucus mengalami atropi, mulut mulai

melebar dengan susunan gigi tandukknya. Operculum kanan mulai terbentuk

dan menutupi insang. Stadium 25 penutupan insang semourna (umur 284


jama, panjang embrio 11,0 mm) ditandai dengan silia menghilang kecuali

pada bagian ekor. Gigi parut mulai tampak pada bagian bibir berudu.

Sementara itu deferensiasi esophagus dan ventriculuc mulai terjadi. Untum

paru-paru mulai memanjang diikuti dengan perkembangan pronephros yang

mencapai puncaknya. Retina mengalami diferensiasi lebih lanjut.


V.PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam melakukan praktikum ini adalah mengetahui

perkembangan embrio pada katak (Rana sp.) serta fertilisasi samapi tingkat

perkembangan larva.

B. Saran

Saran yang dapat diajukkan dalam praktikum ini adalah

1. Untuk praktikan agar lebih belajar dengan baik lagi agar saat respon dapat

menjawab dengan baik dan benar.

2. Untuk asisten, sangat membantu dengan membimbing para praktikan

sehingga selalu tercipta praktikum yang berjalan dengan lancer.

3. Untuk laboratorium selau menyediakan alat praktikum sesuai dengan

kebutuhan pada saat praktikum dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Havis,M. 2014,Konsep Dasar Embriologi Tinjauan Teroris, Jurnal Saintek,6(1):96

Kasmeri, R.,2016, Poliopleidistation Analisis of Frog Rana cancrivera, Jurnal


Biocarletta, 2(2):39-40

Kasmeri, R., dan Safitri, E., 2014, Induksi Kejutan Suhu 36 oC terhadap
Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Polioplidasi Katak, Jurnal
Pelangi, 6(2):142-143

Kusumawati, A., Febriany, R., Hananti, S., dkk., 2016, Perkembangan Embrio dan
Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken ) Ayam Jawa Super,
Jurnal Sains Veteriner, 34(1):1-13

Anda mungkin juga menyukai