Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK
PREPARASI SEDIAAN UTUH (WHOLE MOUNT) HEWAN

Disusun oleh:

Nama : VIRANIKA DEVI TM

NIM : K4319086

Kelas :C

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020

Laporan Resmi Praktikum


Mikroteknik

I. Judul : Preparasi Sediaan Utuh (Whole Mount) Hewan


II. Tujuan : Membuat sediaan organisme atau bagian dari
organ hewan secara utuh.

III. Alat dan Bahan :


Alat :
1. Beker glass
2. Object glass cekung,
3. deg glass
4. pipet tetes
5. pinset
6. gunting
7. tusuk gigi.

Bahan :
1. Semut Gula Kecil
2. Etanol 70%, 80%, 95%, dan 100%,
3. xilol,
4. entellan/ canada balsam,
5. minyak cengkeh,
6. akuades
IV. Skema langkah (bagan)

Melakukan fiksasi hewan dengan etanol 70% minimal 2 x 24 jam.

Melakukan Dehidrasi dengan etanol bertingkat 80%, 95%, dan 100%


masing masing 10 menit.

Menjernihkan dengan minyak cengkeh selama 15 menit.

Memindahkan ke xilol selama 2x 10 menit. Xilol berfungsi sebagai


penjernih dan sebagai medium pelarut entellan.

mengatur sampel semut di atas gelas obyek, tetesi dengan entellan


sebagai perekat.

Menutup dengan gelas penutup, biarkan sampai kering.

Setelah kering mengamati dengan mikroskop.


V. Hasil pembahasan
A. Data dan pembahasan

No. Gambar Keterangan


1. 1. Kepala
5 4
2. Antenna
3. Ekstremitas
4. Abdomen
5. thorax

2. 1. antenna
6
2. mandibles
5
3. ekstremitas
4. mata
4
5. chepal
6. petiole
3

2
1

A. Pembahasan
a. Teknik Handling Bahan
Whole mount terdiri dari kata whole (utuh) dan mount (melekat).
Whole memiliki konotasi utuh, sementara mount memiliki makna
melekat pada permukaan material. Whole mount adalah
menempatkan organisme atau spesimen utuh pada preparat untuk
pemeriksaan mikroskop (Harijati, dkk. 2017). Whole mount
hewan adalah menempatkan hewan utuh pada object glass dan
mengamati dibawah mikroskop. Preparat whole mount merupakan
preparat dari suatu objek yang disajikan secara utuh atau bagian
bagian tertentu dari objek tanpa melakukan pengirisan menjadi
irisan tipis, seperti pada preparat cacing hati, preparat protozoa
dan lainnya(Devi,2015). Obyek dapat berupa sel, jaringan, organ
maupun tubuh suatu organisme yang sangat kecil (sudiana,2005).
Tahap tahap pada metode ini pada hewan yaitu fiksasi, dehidrasi,
staining, clearung, mounting, dan labelling. Fiksasi adalah proses
untuk mempertahankan sel atau jaringan agar tetap utuh. Larutan
fiksatif yang digunakan adalah etanol 70% atau formalin 4%.
Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari jaringan, pada
proses dehidrasi ini menggunakan etanol bertingkat. Staining
adalah Proses mewarnai obyek yang akan diamati. Pewarnaan
whole mount adalah pewarnaan jaringan, biasanya embrio atau
organisme utuh tanpa melakukan pengirisan terlebih
dahulu(Harijati, dkk.2017). Pewarnaan yang digunakan dalam
proses ini adalah dengan eosin 1% . Clearing adalah proses
penggantian dehidran dengan larutan lain sebagai persiapan untuk
dehidran yang lain, larutan yang digunakan dalam tahap clearing
ini adalah minyak cengkeh dan xilol. Mounting adalah proses
melekatkan suatu sediaan yang telah jadi dengan gelas penutup ,
perangkat yang digunakan dalam tahap ini adalah perekat
entellan. Labelling adalah pemberian nama sediaan pada bagian
tepi gelas objek.
b. Pelaksanaan Penggunaan Teknik
Langkah yang pertama adalah melakukan fiksasi hewan dengan
etanol 70% minimal 2 x 24 jam. Setelah itu, melakukan
Dehidrasi dengan etanol bertingkat 80%, 95%, dan 100%
masing masing 10 menit. Lalu, menjernihkan dengan minyak
cengkeh selama 15 menit. Kemudian, memindahkan ke xilol
selama 2x 10 menit. Xilol berfungsi sebagai penjernih dan
sebagai medium pelarut entellan. Selanjutnya mengatur sampel
semut di atas gelas obyek, tetesi dengan entellan sebagai
perekat. Langkah terakhir adalah menutup dengan gelas
penutup, biarkan sampai kering. Kemudian setelah kering
mengamati dengan mikroskop.
c. Alasan Penggunaan Teknik
Teknik ini digunakan untuk membuat preparat organisme yang
utuh yang nantinya akan diamati di bawah mikroskop tanpa
adanya pengirisan. Organisma tersebut harus berukuran kecil
sehingga dapat termuat pada gelas benda. Hasil preparat sediaan
utuh dengan cara metode cepat menunjukkan hasil yang lebih
bagus dan terlihat lebih jelas daripada metode klasik(Mubarok
dan Susanto,2017).
Tahap tahap pada whole mount pada hewan adalah fiksasi,
dehidrasi, staining, clearing, mounting dan labelling. Tahap
fiksasi bertujuan untuk mempertahankan sel atau jaringan tetap
utuh.dehidrasi dilakukan agar air yang terkandung di dalam
jaringan keluar. Staining dilakukan agar jaringan pada hewan
yang akan diamati terwarnai sehingga memudahkan kita dalam
pengamatan. Clearing adalah proses penggantian dehidran
dengan larutan lain sebagai persiapan untuk dehidran yang lain.
Mounting adalah proses merekatkan suatu sediaan yang telah
jadi dengan gelas penutup, sehingga sediaan tertutup rapat dan
tidak rusak. Labelling adalah pemberian nama sediaan pada
bagian tepi gelas objek agar sediaan yang satu tidak tertukar
dengan sediaan yang lain.
d. Alasan Penggunaan Kemikalia
- Etanol bertingkat karena digunakan dalam proses dehidrasi
yang berfungsi untuk mengeluarkan air yang terkandung di
dalam jaringan (Isdadiyanto, 2015). Penggunaan etanol
bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%, 95% dan 100%
dimaksudkan agar tidak terjadi plasmolysis sehingga kadar
air benar benar hilang seluruhnya dari objek.
- Xilol digunakan karena sebagai penjernih atau
menghilangkan cairan dehidran (Isdadiyanto,2015). Selain itu
xilol juga berfungsi sebagai pelarut entellan, karena alcohol
tidak dapat bersatu langsung dengan entellan maka xilol
menjadi zat perantara diantara keduanya.
- Entellan digunakan karena sebagai perekat, sehingga preparat
tidak terganggu oleh mikroorganisme sebab preparat telah
tertutup oleh cover glass.
- Eosin 1% digunakan untuk mewarnai sel atau jaringan dari
organ hewan yang diamati dengan memberikan warna merah
atau merah muda pada hasilnya (Pratiwi dan Manan, 2015)
- Formalin 4% berfungsi sebagai larutan fiksatif , yang
berfungsi untuk melindungi struktur fisik sel
- Akuades sebagai larutan pembersih atau pencuci dan sebagai
campuran bahan kimia lain
- Minyak cengkeh sebagai larutan penjernih.
e. Kendala Selama Praktikum
- Pemberian minyak cengkeh sedikit karena jumlah
ketersediaannya yang sedikit.
- Ketika meletakkan semut pada objek glass, semut harus
masih dalam keadaan terendam xylol karena jika terlalu lama
kering, semut akan menjadi gosong dan menghitam
- Meletakkan semut ke object glass harus dengan posisi
terlentang agar bentuk semut dapat teramati dengan jelas
f. Analisis Hasil Praktikum

Gambar praktikum
Analisis hasil praktikum Hasil preparat terlihat bagus karena
bagian caput, thorax dan abdomen
dapat dibedakan dengan jelas, pada
caput terdapat sepasang antena.
Dan terlihat petiol yang
membedakan antara organ yang
satu dengan organ yang lainnya.

VI. Kesimpulan
Whole mount hewan adalah menempatkan hewan utuh pada object glass
dan mengamati dibawah mikroskop. Preparat whole mount merupakan
preparat dari suatu objek yang disajikan secara utuh atau bagian bagian
tertentu dari objek tanpa melakukan pengirisan menjadi irisan tipis.
Langkah langkah dalam melakukan whole mount yakni :
1. Melakukan fiksasi hewan dengan etanol 70% minimal 2 x 24 jam.
2. Melakukan Dehidrasi dengan etanol bertingkat 80%, 95%, dan 100%
masing masing 10 menit.
3. Menjernihkan dengan minyak cengkeh selama 15 menit.
4. Memindahkan ke xilol selama 2x 10 menit. Xilol berfungsi sebagai
penjernih dan sebagai medium pelarut entellan.
5. mengatur sampel semut di atas gelas obyek, tetesi dengan entellan
sebagai perekat.
6. Menutup dengan gelas penutup, biarkan sampai kering.’
7. Setelah kering mengamati dengan mikroskop.
Hasil preparat terlihat bagus karena bagian caput, thorax dan abdomen
dapat dibedakan dengan jelas, pada caput terdapat sepasang antena. Dan
terlihat petiol yang membedakan antara organ yang satu dengan organ
yang lainnya.

VII. Daftar Pustaka


Devi, E. R.. (2015). Pengembangan LKS materi alga dengan
memanfaatkan media preparat whole mount mikroalga. BioEdu, 4(3).
Harijati, Nunung, dkk. 2017. Mikroteknik Dasar. Malang : UB Press
Isdadiyanto, S. (2015). Efek Chitosan Pada Histopatologis Aorta Tikus
Putih Yang Diberi Pakan Lemak Tinggi. ANATOMI FISIOLOGI,
23(1), 57-68.
Mubarok, H., & Susanto, E. (2017). Identifikasi Morfologi Dan
Molekular (Pcr-Sscp) Kutu Pada Merpati (Columba livia
domestica). CELEBES BIODIVERSITAS, 1(1).
Manan, A., & Pratiwi, H. C. (2015). Teknik Dasar Histologi pada Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy)[The Basic Histology Technique of
Gouramy Fish (Osphronemus gourami)]. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 7(2), 153-158.
Sudiana, I. K. (2005). Teknologi ilmu jaringan dan imunohistokimia.
Jakarta: Sagung Seto, 1-46.

VIII. Lampiran
1. Foto logbook
2. 4 lembar tangkapan layar jurnal
3. Dokumentasu praktikum

IX. Lembar Pengesahan

Surakarta, 14 November 2020

Praktikan

Viranika DTM

NIM. K4319086

Anda mungkin juga menyukai