Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PENDAHULUAN MIKROTKENIK

PERCOBAAN II
WHOLE MOUNT EMBRIO AYAM

OLEH :
NAMA : FITRI SUCI KARLINA PUTRI
STAMBUK : F1D1 20 006
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEM PEMBIMBING : MUH. AFDHAL SUJIRTO

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling

awal dari perkembangan dalam organisme yang berkembang biak secara

seksual. Embriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tahapan-

tahapan perkembangan embrio, ketika satu sel sperma membuahi ovum

hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari

kedua orang tuanya. Tumbuhan, hewan dan beberapa protista, zigot akan

mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular.

Hasil dari proses ini disebut embrio. Ayam adalah hewan vertebrata yang

tergolong kedalam bangsa aves, salah satu ciri bangsa aves adalah memiliki

bulu dan berkembang biak dengan bertelur.

Telur dihasilkan oleh ayam betina didalam ovarium. Folikel-folikel

akan berkembang bergiliran menjadi sebuah telur yang sebelum keluar

disaluran oviduk dibungkus terlebih dahulu dengan zat kapur. Perkembangan

embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya, selama masa perkembangan

embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning

telur, albumen dan kerabang telur. Perkembangan zigot menjadi embrio

terjadi melalui tahapan yang dikenal sebagai blastula, gastrula, dan

organogenesis.

Whole mount (Preparat keseluruhan) merupakan metode pembuatan

preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului


adanya proses pemotongan. Preparat yang diamati adalah preparat yang utuh

baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Berdasarkan latar

belakang diatas maka dilakukan percobaan Embriologi Ayam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara membuat

preparat utuh dari embrio ayam?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk membuat

preparat utuh dari embrio ayam.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperolah pada praktikum ini adalah agar dapat

membuat preparat utuh dari embrio ayam.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Embriologi

Embrio adalah eukariota diploid multisel yang dalam tahap paling awal

perkembangan terjadi di luar tubuh induknya, dan selama perkembangannya

embrio memperoleh makanan serta perlindungan dari isi telur yang berupa

kuning telur, albumin, dan kerabang telur. Embrio ayam merupakan model

yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran perkembangan biologi,

penelitian embriologi, serta teratologi. Perkembangan ilmu pengetahuan,

penelitian bidang embriologi dapat dianggap penting untuk mencegah

terjadinya kegagalan perkembangan embrio (Fitriani dkk, 2021).

Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan

(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang

mempelajari tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam

hidup makhluk hidup. Embriologi adalah studi mengenai embrio dengan

penekanan kepada pola-pola perkembangan embrio. Embriogenesis adalah

proses pembentukan dan pertumbuhan secara progresif dari sebuah sel menuju

periode organ primordia pada manusia terjadi saat minggu ke-8 perkembangan

terkadang disebut juga dengan organogenesis (Havis, 2014).

B. Perkembangan Embrio Ayam

Perkembangan embrio ayam mulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi,

neurolasi dan organogenesis. Fertilisasi adalah penggabungan sel kelamin

jantan dan sel kelamin betina membentuk zigot, selanjutnya zigot mengalami
pembelahan secara mitosis. Blastula merupakan tahap lanjutan dari stadium

pembelahan berupa massa blastomer membentuk dasar calon tubuh ayam,

pada tahap ini terbentuk blastoselom. Gastrula ialah proses kelanjutan stadium

blastula, tahap akhir dari proses gastrulasi ditandai dengan terbentuknya

coelom dan sumbu embrio sehingga embrio mulai tumbuh memanjang.

Tubulasi adalah kelanjutan dari proses stadium gastrula. Embrio pada stadium

ini disebut dengan neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yakni

pembentukan bumbung neural. Organogensis merupakan tahap selanjutnya

yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang

memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam satu spesies. Selain itu juga

diikuti dengan terbentuknya tulang rangka pada embrio (Husnah dkk, 2020).

C. Metode Whole Mount

Whole mounth berasal dari whole dan mount yang artinya seluruh

specimen utuh ditutup atau ditetesi dengan medium penutup. Metode ini

digunakan untuk membuat preparat organisme utuh nantinya akan diamati

dibawah mikroskop tanpa adanya pengirisan. Organisme tersebut harus

berukuran kecil sehingga dapat termuat pada gelas benda, sedangkan

organisme yang berukuran agak besar dapat dilakukan pemangkasan agar

menjadi lebih rapi dan berukuran lebih kecil. Spesimen yang lain algae, fungi

berbentuk benang, algae dengan talus tipis, bryophyte, protalium dan lain-lain

(Nugroho, 2018).

Preparat adalah sediaan berupa sel, jaringan, organ, atau tubuh organisme

yang diawetkan pada suatu media sehingga dapat memudahkan seseorang


untuk mengamati, mempelajari, atau meneliti. Pembuatan awetan spesimen ini

dapat berupa awetan preparat whole mount. Preparat whole mount merupakan

preparat dari suatu objek yang disajikan secara utuh atau bagian-bagian tertentu

dari objek tanpa melakukan pengirisan menjadi irisan tipis, seperti preparat

cacing hati, preparat protozoa, preparat alga dan lainnya (Devi, 2015).

D. Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin

Hematoxylin-eosin merupakan salah satu jenis pewarnaan jaringan umum

digunakan dalam pewarnaan jaringan seperti dalam pewarnaan jaringan hati.

Hematoksilin-eosin bersifat basa yang khusus mewarnai unsur asam pada sel

sehingga tampak kebiruan karena unsur yang paling asam ialah asam

deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) maka inti dan

lingkungan sitoplasma yang banyak terdapat ribosom akan tampak berwarna

biru tua, sehingga disebut basofilik. Eosin bersifat asam yang mewarnai unsur

basa dari sel sehingga tampak merah muda, karena banyak bagian sitoplasma

yang bersifaft basa, pada daerah tertentu sitoplasma terwarna merah muda,

unsur-unsur ini disebut asidofilik (eosinofilik) (Ellyawati, 2018).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 pukul

07.30-selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi unit Zoologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
.
1 2 3
1. Telur ayam berumur 1-10 Sebagai objek pengamatan
hari
2. Larutan Bouin Sebagai larutan fiksasi
3. Alkohol 70% - absolut Sebagai larutan washing pencucian dan
dehidrasi
4. Larutan Hematoksilin- Sebagai larutan pewarnaan preparat
Eosin

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
.
1 2 3
1. Cawan petri Untuk menyimpan embrio ayam yang
akan diamati
2. Mikroskop Untuk mengamati struktur embrio ayam
3. Kaca preparat Untuk meletakkan preparat embrio ayam
yang akan diamati
4. Pipet tetes Untuk mengambil larutan fiksasi, alkohol
dan Hematoksilin-Eosin
5. Pinset Untuk membantu memisahkan embrio
ayam dengan putih telur
6. Kamera Untuk mendokumentasikan pengamatan
7. Gunting Untuk membantu membuka cangkang
telur ayam

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat lingkaran pada telur.

2. Menusuk bagian telur yang tumpul.

3. Menghisap cairan di sekitar embrio menggunakan pipet.

4. Menghitung membran vitaline.

5. Mencuci embrio dengan NaCl 0,9%.

6. Memfiksasi menggunakan larutan Bouin ±10 menit.

a. Pewarnaan Hematoksin

1. Washing : Alkohol 70% 3x (15 menit)

2. Hidrasi :

- Alkohol 60%

- Alkohol 50%

- Alkohol 40%

- Alkohol 30%

- Aquades

3. Pewarnaan : Hematoksilin (20 hitungan)

4. Washing : Air mengalir (10 menit)


5. Dehidrasi :

- Aquades (5 menit)

- Alkohol 30% (5 menit)

- Alkohol 40% (5 menit)

- Alkohol 50% (5 menit)

- Alkohol 60% (5 menit)

- Alkohol 70% (5 menit)

- Alkohol 80% (5 menit)

- Alkohol 90% (5 menit)

- Alkohol 96% (5 menit)


- Alkohol absolut (5 menit)
6. Dealkoholisasi (Clearing)
- Toluol (15 menit)
- Xilol (15 menit)
7. Mounting : Canado balsam
8. Pengamatan
b. Pewarnaan Eosin-Y
1. Sama dengan prosedur kerja sebelumnya sampai pada fiksasi
Bouin.
2. Washing : 70% (15 menit)
3. Pewarnaan : Eosil (2 menit)
4. Washing : 70% (15 menit)
5. Dehidrasi
- Alkohol 70% (5 menit)
- Alkohol 80% (5 menit)
- Alkohol 90% (5 menit)
- Alkohol 96% (5 menit)
- Alkohol absolut (5 menit)
6. Clearing
- Toluol
7. Mounting
8. Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum dalam Tabel 3 dan

Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Whole Mount Embrio Ayam dengan Pewarnaan


Hematoksilin
Gambar
No. Nama Bahan Keterangan
Pengamatan Literatur
1 2 3 4 5

1. Embrio 1 1.Kepala (Caput)


berumur 5 2.Bakal mata
hari 2 (Oculus)
3.Bakal sayap
3 (Cornu)
4.Bakal kaki
4 (Pedes)
(Bahri dkk.,
2005)

2. Embrio 1 1.Kepala (Caput)


berumur 9 2.Bakal mata
hari 2 (Oculus)
3.Bakal sayap
3 (Cornu)
4.Bakal kaki
4 (Pedes)
(Kusumawati
dkk., 2016)

B. Pembahasan

Hematoksilin merupakan salah satu jenis pewarnaan jaringan umum

digunakan dalam pewarnaan jaringan seperti dalam pewarnaan jaringan hati.

Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai unsur


basofilik jaringan. Hematoksilin memulas inti dan strukutur asam lainnya dari

sel (seperti bagian sitoplasma), jaringan dan organ yang akan diamati. Pewarna

hematoksilin merupakan pewarnaan yang berwarna pekat sehingga

memerlukan dua kali clearing setelah pewarnaan hematoksilin yaitu clearing

dengan teluol dan xilol.

Proses pewarnaan hematoksilin dimulai dengan washing embrio ayam

sebanyak 3 kali (15 menit) yang telah dibersihkan dengan NaCl 0,9% dan di

lanjutkan dengan tahap fiksasi menggunakan larutan bouin selama 10 menit

dan selanjutnya tahap hidrasi menggunakan alkohol dengan variasi 60%, 50%,

40% dan 30% hal ini dikarenakan nantinya embrio akan diwarnai dengan

hematoxilin yang bersifat basa sehinga memerlukan alkohol yang bersifat asam

untuk menetralkan embrio tersebut. Tahap setelah pewarnaan hematoxilin

adalah tahap dehidrasi yaitu tahap yang digunakan untuk mengeluarkan seluruh

cairan yang terdapat dalam jaringan setelah proses hidrasi dan pewarnaan,

tahap ini menggunakan alkohol dengan variasi dari konsenrasi rendah ke

konsentrasi tinggi yaitu alkohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%

dan alkohol absolut selama 5 menit pada masing-msing variasi. Tahapan

variasi ini dilakukan agar jaringan pada embrio ayam yang akan diamati tidak

menggkerut atau rusak, jika dehidrasi langsung menggunakan konsentrasi

tinggi. Tahap selanjutnya adalah proses clearing menggunakan teulol dan xilol,

proses clearing ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pewarnaan dan

alkohol pada jaringan tersebut, kemudian dilakukanlah mounting dengan


menggunkan kutex bening sebagai pengganti canada balsam dan terakhir

adalah tahap pengamatan dibawah mikroskop.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada embrio ayam

yang berumur 5 hari dan 9 hari menggunakan pewarna hematoksilin terlihat

pada embrio ayam yang berumur 5 hari dan 9 hari terdapat kepala (Caput),

bakal mata (Oculus), bakal sayap (Cornu), bakal kaki (Pedes). Peristiwa

tersebeut dinamakan tahap organogenesis karna telah memasuki tahap

pembentukan organ. Menurut (Fitriani dkk, 2021) perkembangan embrio pada

hari ke 5 embrio sudah tampak jelas, kuncup-kuncup anggota badan sudah

mulau terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti

huruf C. Perkembangan alat reproduksi, amnion dan alantoisbsudah kelihatan

dan pada hari ke 9 organ sudah hampir terbentuk sempurna dan kemungkinan

otak juga sudah terbentuk.


Tabel 4. Hasil Pengamatan Whole Mount Embrio Ayam dengan Pewarnaan
Eosin-Y
Gambar
No. Nama Bahan Keterangan
Pengamatan Literatur
1 2 3 4 5

1. Embrio 1 1.Kepala (Caput)


berumur 5 2.Bakal mata
hari 2 (Oculus)
3.Leher (Cerviks)
3 4.Bakal paruh
(Rostro)
4 5.Bakal sayap
5 (Bahri dkk., (Cornu)
2005)

2. Embrio 1 1.Kepala (Caput)


berumur 9 2.Bakal mata
hari 2 (Oculus)
3.Leher (Cerviks)
3 4.Bakal paruh
(Rostro)
4 5.Bakal sayap
5 (Cornu)
6 (Kusumawati 6.Bakal kaki
dkk., 2016) (Pedes)

B. Pembahasan

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan

sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat diamati

menggunakanmikroskop. Pewarna yang biasa digunakan secara rutin

adalah pewarna yang dapat memulas inti dan sitoplasma serta jaringan

peyambungnya yaitu pewarnaan. Eosin adalah pewarnaan asam yang

memiliki afinitas terhadap sitoplasma sel sedangkan pada hematoksilin

memiliki afinitas terhadap nukleus. Eosin penggunaanya lebih aman


dibanding dengan hematoksilin. Namun satu-satunya masalah pada eosin

adalah pewarnaan berlebih terutama pada jaringan yang memiliki

dekalsifikasi.

pewarnaan menggunakan pewarna eosin yaitu dengan washing

embrio ayam menggunakan alkohol 70% selama 15 menit, selanjutnya

langsung diberi pewarna eosin kemudian di washing kembali

menggunakan alkohol 70% selama 15 menit dan selanjutnya tahap

dehidrasi menggunakan variasi alkohol 70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol

absolut. Tahap washing pada pewarnaan eosin berbeda dengan tahap

washing pada pewarnaan hematoxilin, hal ini dikarenakan eosin bersift

basa sehingga tidak perlu adanya tahap hidrasi untuk menetralkan pH pada

embrio. Tahap selanjutnya adalah clering menggunkan teluol, pewarnaan

eosin hanya memerlukan satu kali clearing karna warna eosin tidak

sepekat hematoxilin yang harus menggunkan dua kali clearing. Tahap

terakhir adalah mounting dan preparat siap diamati.

Menurut (Wahyuni, 2020) Eosin adalah pewarnan asam yang

memiliki afinitas terhadap sitoplasma sel sedangkan pada hematoxylin

memiliki afinitas terhadap nukleus. Eosin penggunaannya lebih aman

dibandingkan dengan hematoxylin. Hematoxylin memberikan warna biru

(basofilik) pada inti sel, serta eosin yang berfungsi untuk memberikan

warna merah muda pada sitopalsma sel dan jaringan penyambung.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diatarik pada pada praktikum kali ini

adalah pembuatan preparat embrio ayam menggunakan metode whole mount

yaitu metode pembuatan preparat tanpa adanya tahap pemotongan pada objek

yang diamati. Metode ini menggunkan hematoxilin dan eosin sebagai pewarna

agar jaringan pada embrio ayam terlihat jelas dibawah mikroskop.

B. Saran

1. Untuk asisten, saya harap tetap sabar dalam membimbing kami sebagai

praktikan yang masih awam dan masih banyak bertanya.

2. Untuk laboratorium, kelengkapan alat-alat laboratorium ditambah agar

praktikan dapat melaksanakan praktikum lebih maksimal.

3. Untuk praktikan, agar lebih serius lagi dalam mengikuti praktikum dan

fokus dalam melakukan pengamatan serta belajar lebih agar bisa lulus

respon.
DAFTAR PUSTAKA

Devi, R. E., 2015, Pengembangan Lks Materi Alga dengan Memanfaatkan Media
Preparat Whole Mount Mikroalga, Jurnal Bioedu, 4(3): 949-956

Ellyawati, 2018, Penentuan Waktu yang Tepat pada Proses Staining dalam
Pembuatan Preparat Histologis Hati, Jurnal Biologi, 1(1): 28-30

Fitriani, Husmimi, Masyitha, D. dan Muslim Akmal. 2021. Histologis


Perkembangan Embrio Ayam pada Masa Inkubasi Satu sampai Tujuh
Hari, Jurnal Agripet, 21(1): 65-70

Hafis, M., 2014, Konsep Dasar Embriologi Tinjauan Teoretis, Jurnal Sainstek, 6
(1): 96-101

Husna, Z.F., Santoso, F dan Lisminingsih, D. R., Studi Osifikasi Anggota Tubuh
Embrio Ayam Buras dengan Pewarnaan Alizarin Red, Jurnal Ilmiah
Biosaintropis, 5(2): 30-37

Nugroho, H. L., 2018, Jaringan Sekretori Tumbuhan. Jurnal Menara ilmu


Mikroteknik Tumbuhan, 1(1): 23-28

Wahyuni, 2020, Analisa Pewarnaan Umum Histopatologi Hematoxylin dan Eosin


Modifikasi untuk Negri Bodies Rabies, Jurnal Medik Veterainer, 1(1):
67-74
Kusumawati, A., Febrianty, R., Hananti, Dewi dan Istiayawati, N., 2016,
Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin Doc (Day-Old-
Chiken) Ayam Jawa Super, Jurnal Sains Veterner, 34(1): 29-41

Bahri, S. E., Masbulan dan A. Kusumaningsih, 2005, Proses Praproduksi sebagai


Faktor Penting dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman untuk
Manusia, Jurnal Litbang Pertanian, 24(1): 21-27

Anda mungkin juga menyukai