Anda di halaman 1dari 13

MIKROTEKNIK

METODE WHOLE MOUNT PADA HEWAN

Dosen Pengampu: Husnin Nahry Yarza, M. Pd

Disusun Oleh :

Fairuz Nabila Khansa (1701125007)

Shafira Eltasari (1701125022)

Nabilah (1701125035)

Widy Aprilia (1701125036)

Berliana Cakra (1701125055)

Arlin Hartanti (1701125103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Whole
Mount Pada Hewan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami
berterima kasih pada Ibu Husnin selaku Dosen mata kuliah Mikroteknik UHAMKA yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita terhadapat pembelajaran mata kuliah Mikroteknik selanjutnya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Jakarta, 7 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Metode sediaan utuh (Whole Mount) ................................................................... 2
B. Tujuan Preparat Utuh (Whole Mounth) ................................................................................ 2
C. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Metode Preparat Utuh (Whole Mounth) ............ 3
D. Cara Kerja Preparat Utuh (Whole Mounth)......................................................................... 3
E. Faktor Keberhasilan dan Faktor Kegagalan dalam Menggunakan Metode Preparat
Utuh ............................................................................................................................................ 7
BAB III................................................................................................................................................... 8
PENUTUP.............................................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode
pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan,
menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas
manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan
manusia. Sedangkan mikroteknik hewan merupakan teknik dalam pembuatan
preparat mikroskopis hewan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat
hewan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi dan
metode whole mount.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode sediaan utuh (Whole Mount)
2. Apa tujuan dari preparat utuh?
3. Apa alat dan bahan yang biasa digunakan dalam metode preparat utuh?
4. Bagaimana cara kerja metode preparat utuh?
5. Apa faktor keberhasilan dan faktor kegagalan dalam menggunakan metode
preparat utuh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Metode sediaan utuh (Whole Mount)
2. Untuk mengetahui tujuan dari preparat utuh
3. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam preparat utuh
4. Untuk mengetahui cara kerja metode preparat utuh
5. Untuk mengetahui faktor keberhasilan dan faktor kegagalan dalam
menggunakan metode preparat utuh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode sediaan utuh (Whole Mount)


Metode sediaan utuh (Whole Mount) merupakan suatu cara membuat sediaan
dengan menggunakan organisme atau jaringan secara utuh (tanpa penyayatan).
Metode ini biasanya digunakan untuk membuat preparat atau sediaan organisme
yang ukurannya relatif kecil dan sulit untuk dilakukan penyayatan. Metode whole
mount banyak digunakan untuk mengamati embrio. (Gray 1964).
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan
diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada
metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,
jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh peparat whole
mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih
hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap
morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digukan untuk
pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetative dan
reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena
metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya (Joyner,
2008).

B. Tujuan Preparat Utuh (Whole Mounth)


Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan
diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada
metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,
jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole
mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih
hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap
morfologi secara umum saja.
Preparat utuh yaitu preparat yang objeknya merupakan keseluruhan bagian
obyek secara utuh tanpa mengurangi /melakukan pengirisan. Pengirisan hanya
dilakukan untuk melakukan pemisahan jaringan yang akan dibuat preparat dari
organnya.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu
bahan. Metode Whole Mount (Preparat Utuh) merupakan metode dimana objek
yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa

2
sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu
organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati
menggunakan mikroskop.

C. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Metode Preparat Utuh (Whole
Mounth)
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat dengan teknik
sediaan utuh adalah pipet, kaca preparat dan penutupnya, botol tempat
pembuangan, botol tempat larutan, kertas saring, gelas arloji, dan mikroskop
cahaya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen utuh seperti sel,
embrio, nyamuk, semut, cacing pipih, dll; formol-nitrat, larrutan Bouin, formalin
4%, air, hematoxylin Delafield, eosin 1%, alkohol dengan berbagai konsetrasi (
30%, 50%, 70%, 80%,90%, 95%, 100%), laktofenol, xilol 1 dan xilol 2, minyak
cengkeh, dan entellan.

D. Cara Kerja Preparat Utuh (Whole Mounth)


1. Embrio ayam
Tahap persiapan
Pada tahap ini terlebih dahulu ditentukan umur embrio ayam yang
diinginkan yang sebaiknya berumur 24 jam, 33 jam, dan 48 jam. Objek yang
digunakan untuk sediaan, dalam hal ini embrio ayam terlebih dahulu diinkubasi
di dalam dalam inkubator pada suhu 39oC atau 103oF. Umur embrio ditentukan
mulai jam ke-0 setelah telur dikeluarkan oleh induk.
Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan larutan yang dibutuhkan untuk
pembuatan preparat. Adapun larutan yang dibutuhkan yaitu:
 Larutan fisiologis (salin) dengan suhu 39o C.
 Larutan alkohol 70%-asam (HCl 0,1 % dalam alkohol 70%). Misalnya
untuk membuat 100 ml larutan diferensiasi maka dibutuhkan 0,1 ml HCl
diencerkan dalam alkohol 70% sebanyak 99,9 ml.
 Larutan fiksatif formol-nitrate. Larutan ini dibuat dengan perbandingan
formalin 10% dan asam nitrate 10% sebesar 3: 1. Misalnya kita akan
membuat 20 ml larutan formol-nitrate, maka dibutuhkan 15 ml larutan
formalin 10% dan 5 ml asam nitrate 10%.
 Larutan fiksatif Bouin (pikro-sulfat). Larutan ini dibuat dengan
komposisi asam pikrat jenuh sebanyak 75 ml, formalin 25 ml dan asam
cuka glasial 5 ml. Larutan ini dapat digunakan untuk jaringan hewan
maupun tumbuhan. Objek dapat disimpan lama didalam larutan fiksatif
ini dan tidak rusak selama mengeras.
 Larutan fiksatif yang digunakan berfungsi untuk mematikan sel-sel
dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan struktur jaringan tersebut,

3
melindungi jaringan dari larutan yang diberikan selanjutnya,
menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena
pergantian indeks bias dan membuat sel-sel dalam jaringan keras.
 Untuk pewarnaan embrio ayam digunakan hematoxylin Delafield.
Larutan ini merupakan larutan yang kuat dan harus diencerkan dengan
aquadest dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Pewarnaan ini
menghasilkan warna biru setelah dicuci dengan air kran yang
mengandung lithium karbonat. Adapun komposisi dari pewarna ini
adalah aquadest 100 ml, amonium alum 20 gram, alkohol absolut 10 ml,
gliserin 25 ml, metanol 25 ml, dan hematoxylin 1 gram.

Tahap Pembuatan Sediaan


1) Setelah kita mendapatkan telur ayam dengan berbagai usia yang kita
inginkan dan kita rawat di dalam kondisi yang sesuai di dalam inkubator,
maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan embrio ayam serta
memberikan beberapa perlakuan untuk mendapatkan sediaan embrio ayam
yang bagus. Langkah awal yaitu memecah telur ayam dengan hati-hati dan
memisahkan embrio ayam tersebut dari masa telur lainnya. Untuk memecah
telur tersebut digunakan pisau dan dengan hati- hati memecah telur tersebut.
Kemudian meletakkan seluruh isi telur pada bejana/ wadah/ mangkok yang
berisi larutan fisiologis (salin) sebanyak 100 ml yaitu sampai seluruh masa
telur dapat terendam pada suhu yang hangat sekitar 390C untuk proses
pembersihan. Larutan fisiologis ini berfungsi untuk menjaga keadaan sel
embrio agar tetap hidup selama kita membersihkan embrio dari masa sel
lain dan selaput- selaput yang melindungi embrio. Sedangkan suhu 390C
larutan fisiologis tersebut memberikan kondisi yang sesuai untuk kehidupan
embrio dan sama dengan suhu selama inkubasi. Dengan larutan fisiologis
tersebut, embrio akan terletak di bagian atas pada larutan, karena larutan
garam fisiologis menyerap masa sel lain seperti albumin dan kuning telur
dan memudahkan kita untuk memisahkan embrio dari masa telur tersebut.
2) Fiksasi
Setelah embrio ayam cukup bersih dari masa telur yang lain kemudian
dilanjutkan dengan proses fiksasi dengan menggunakan larutan fiksatif
formol-nitrat pada embrio selama krang lebh 20 menit. Fiksasi merupakan
tahap permulaan yang penting dalam pembuatan sediaan. Adapun tujuan
fiksasi adalah untuk mematikan sel- sel dalam jaringan tanpa merusak
bentuk dan struktur- strukturnya, melindungi kehancuran dari larutan-
larutan berikutnya dan menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh
diferensiasi optik karena pengantian indeks bisa serta membuat sel- sel
dalam jaringan menjadi keras. Dengan adanya proses fiksatif ini akan

4
menudahkan kita untuk melakukan pewarnaan dan perlakuan lebih lanjut
karena organ tidak lunak lagi.
Setelah proses fisasi embrio, selanjutnya embrio ayam tersebut
dibersihkan dari sisa- sisa selaput yang kemungkinan masih menempel pada
embrio, seperti selaput vitelin dan kuning telur yang masih tertinggal
dengan dari pengguntingan dalam larutan aquades. Kemudian
merentangkan embrio ayam agar tidak ada bagian yang berkerut. Kemudian
membuat lobang pada kertas saring berukuran lebih besar dari embrio ayam
kemudian meletakkan kertas saring tersebut di atas embrio sehingga bagian
kiri dan kanan serta sekitar embrio menempel pada kertas saring. Proses
selanjutnya dlanjutkan dengan fiksasi dengan pikro-sulfat atau larrutan
Bouin selama 6 sampai 24 jam.
3) Dehidrasi
Selanjutnya larutan fiksatif tersebut dihilangkan dengan alkohol 70%
hingga warna larutan fiksatif hilang.
Sebelum dilakukan pewarnaan terhadap embrio, sebelumnya dilakukan
perendaman terlebih dahulu dengan mennggunakan larutan alkohol 50%,
30% masing- masing 0,5 jam, kemudian dilanjutkan dengan perendaman
dengan larutan aquades selama 0,5 jam. Perendaman ini bertujuan untuk
proses rehidrasi sel-sel embrio ayam.
4) Pewarnaan
Pewarnaan terhadap embrio ayam menggunakan hematoxylin delafield
selama 1 malam. Hematoxylin delafield ini merupakan salah satu pewarna
alami untuk mewarna embrio ayam. Pewarna ini cukup kuat dan diencerkan
di dalam aquades dengan perbandingan 1:1 dan 1:2. Dengan zat warna ini,
maka embrio akan terwarnai.
Selanjutnya setelah pewarnaan makan dilanjutkan dengan differensiasi
untuk menampakkan anatomi tubuh embrio lebih jelas. Dalam pembuatan
sediaan embrio ayam ini, proses dehidrasi dilakukan dengan mennggunakan
alkohol 70%-asam.
Setelah ini warna pewarna dilunturkan dengan dengan pencucian
menggunakan air kran hingga warna menjadi biru.
5) Dehidrasi
Setelah pencucian, proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi berarti
pengambilan air dari dalam jaringan. Tahap ini merupakan tahap yang
penting setelah jaringan atau objek mengalami fiksasi atau pencucian,
karena larutan fiksatif dan larutan untuk pencucian banyak mengandung air.
Pengambilan air ini perlu, karena masih adanya air dalam jaringan
merupakan suatu penghalang bagi proses- proses selanjutnya. Untuk
keperluan dehidrasi pada umumnya dipergunakan alkohol dengan kadar
bertingkat dari onsentrasi yang lebih rendah berturut turut ke konsentrasi

5
yang lebih tinggi. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam menggunakan 4
tingkatan konsentrasi yaitu 50%, 70%, 95% dan 100%, masing- masing
selama 10- 15 menit. Jaringan embrio ayam bukan merupakan jaringan
yang keras dan berkayu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses
dehidrasi ini tidak terlalu lama.
6) Clearing
Setelah proses dehidrasi selesai maka dilakukan proses penjernihan.
Sebelumnya kita perlu melepaskan terlebih dari kertas saring yang meekat
pada embrio baru kemudian dilakukan penjernihan. Penjernihan ini
bermaksud untuk menghilangkan alkohol dari dalam jaringan setelah
mengalami dehidrasi dengan alkohol. Menurut Gray, lautan penjernih yang
baik untuk membuat sediaan untuh (whole mount) adalaj terpinol (minyak
esensial dari tanaman lilac).Zat ini lebih cepat bercampur dengan alkohol
90% dan baunya tidak merangsang serta tidak merusak jaringan.
7) Mounting dan Pelabelan
Adapun proses terakhir setelah penjernihan yaitu proses mounting.
Mounting ialah meletakkan zat perekat di antara kaca benda dan kaca
penutup sehingga obyek atau irisan tnggal tetap, permanen di dalamnya dan
dalam keadaan transparan, untuk pemeriksaan di bawah mikroskop. Zat
perekat (mounting media/ mountant) yang digunakan adalah jenis zat
perekat yang daat bercampur dengan air yaitu balsam. Balsam merupakan
larutan dari suatu resin dalam terpentin dan mengandung sederetan
hidrokarbon yang bertitik didih tinggi sebagai penjaga plastisitas balsam
bila mengering. Dengan demikian embrio ayam telah dapat diamati dalam
bentuk sediaan utuh (whole mounting).

2. Preparat Nyamuk
Dalam pembuatan metode whole mount nyamuk (Culex Sp) dimasukan
ke dalam botol Flakon dalam tahapan ini hewan di masukkan ke dalam botol
flakon maka langsung dilakukan fiksasi dengan cara ditetesi larutan KOH
hingga hewan tadi kesemuanya terendam selama 24 jam. Fiksasi ini bertujuan
untuk mematikan hewan tersebut serta memfiksasi struktur yang terdapat pada
nyamuk tersebut.
Memfiksasi beberapa Hewan nyamuk yang akan di jadikan preparat,
lalu memindahkan bahan dalam gelas arloji, di lanjutkan dengan Memindahkan
bahan dalam gelas arloji. Menetesi dengan asam asetat 10% selama 30 menit.
Mencuci Dengan Aquadest Selama 10 Menit, Medehidrasi dengan Alkohol
50%70%80%100% masing selama 10 Menit, Menetesi dengan minyak cengkeh
selama 30 menit. Menetesi dengan Xylol 1 selama 30 menit kemudian
dipindahkan ke gelas benda. Menetesi Xylol 2 sebelum kering di tambahkan
dengan ethelen langsung di tutup dengan kaca penutup.

6
3. Spesimen cacing pipih
Pembuatan preparat pada spesimen cacing
pipih, Sagitta dan Lucifer dengan teknik sediaan utuh menggunakan cara yang
sama dengan bahan dan alat yang sama juga. Spesimen difiksasi dengan
formalin 4%, kemudian dicuci dengan air dan diwarnai dengan eosin 1%.
Spesimen yang telah diwarnai didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam
spesimen dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol 30%, 50%, 70%, 80%,
95%, 100% , masing- masing selama 3menit. Tahap selanjutnya dilakukan
penjernihan dengan menggunakan laktofenol selama 30 menit.
Selanjutnya dilakukan tahap pencucian kembali dengan menggunakan
xilol 1 dan xilol 2 masing-masing 20 menit. Setelah itu tahap akhirnya adalah
penutupan kaca preparat dengan bantuan entellan.

4. Spesimen semut
Prepatat spesimen semut dengan teknik sediaan utuh dilakukan dengan
cara, spesimen difiksasi dengan alkohol 70% dan didiamkan selama 24 jam,
kemudian dilakukan dehidrasi bertingkat deangan alkohol 80%, 95%, 100%,
masing-masing selama 10 menit. Tahap selanjutnya adalah tahap penjernihan
dengan menggunakan minyak cengkeh selama 5 menit. Kemudian spesimen
dicuci dengan xilol 1 dan xilol 2 masing-masing selama 20 menit dan tahap
akhirnya adalah penutupan kaca preparat dengan bantuan entellan. Sediaan utuh
semut yang telah dibuat kemudian diperiksa menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 4×10 sampai 10×10

E. Faktor Keberhasilan dan Faktor Kegagalan dalam Menggunakan Metode


Preparat Utuh
 Faktor kegagalan dalam pembuatan preparat yaitu :
 Ketebalan sedimen yang akan di amati sehingga sulit untuk terlihat di
mikroskop
 Kurangnya pengalaman praktikan dan kurangnya kesabaran praktikan
 Kesalahan pada saat fiksasi dan dehidrasi.
 Faktor keberhasilan dalam pembuatan preparat yaitu :
Preparat akan berhasil jika ukurannya tipis dan saat proses fiksasi sampai
pelabelannya tidak mengalami kesalahan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan
diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada
metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,
jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth
ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup
sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara
umum saja.
Proses pembuatan preparatnya dimulai dengan fiksasi, dehidrasi, clearing
sampai diberi perekat dan labeling.

B. Saran
Saat meembuat preparat utuh syarat utamanya adalah berukuran kecil dan masih
utuh, dan sebaiknya lebih teliti saat membuat preparat ini supaya semua gambar sel atau
jaringan yang diperlukan dapat terlihat dengan jelas.

8
DAFTAR PUSTAKA

o Basuki, Bejo., 2007. Struktur Hewan. Palangkaraya: FKIP Unpar.


o Campbell, Reece, Mitchell., 2004. Biologi Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
o Gray, P. 1954. The Microtomits’ Formulary and Guide. The Blakiston Company Inc.
New York. Toronto
o Kimbal, J.W., 1998. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
o Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaam (Histologis dan Histokimia). Jakarta:
Penerbit Bhrataro Karya Aksara.
o http://puspa.larasati08.student.ipb.ac.id/2011/03/22/sediaan-utuh-whole-
mount/

Anda mungkin juga menyukai