Anda di halaman 1dari 17

REPRODUKSI TUMBUHAN PENGAMATAN MEIOSIS, UJI RESEPTIVITAS

STIGMA, UJI VIABILITAS POLEN, DAN UJI PERTUMBUHAN TABUNG POLEN


PADA BUNGA LILI (Lilium sp.)

OLEH:
Shinta Fitriannisa
10618019
Kelompok 9

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reproduksi merupakan suatu proses biologis yang fundamental pada suatu organisme
dengan tujuan untuk menghasilkan organisme baru dalam rangka mempertahankan spesies.
Pada tumbuhan, reproduksi keturunan baru dapat terjadi karena adanya reproduksi seksual
maupun aseksual. Reproduksi seksual terjadi dengan adanya penggabungan dua gamet
sehingga terbentuk keturunan dengan sifat genetik berbeda dari orangtuanya. Reproduksi
seksual ini terjadi pada organ reproduksi berupa anther dan pistilum pada bunga. Sedangkan
reproduksi aseksual menghasilkan organisme anakan tanpa adanya fusi gamet, sehingga
memiliki sifat genetik persis sama dengan induknya (Fritz et al., 1992).
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan meiosis pada anther kuncup bunga lily
(Lilium sp.), pengujian reseptivitas stigma berupa uji protein, lipid, karbohidrat dan aktvitas
peroksidase, pengujian viabilitas polen, dan pengamatan pertumbuhan tabung polen.
Praktikum tentang reproduksi tumbuhan ini penting untuk dilakukan untuk dapat mempelajari
sistem reproduksi tumbuhan yang dapat dimanfaatkan kedepannya dalam pelestarian dan
pembudayaan tanaman secara efektif dan efisien.

1.2. Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan dilakukannya praktikum modul reproduksi tumbuhan.
1. Menentukan hasil analisis fase meiosis pada anther kuncup bunga Lilium sp.
2. Menentukan kesiapan bunga Lilium sp. untuk menerima polen berdasarkan reseptivitas
stigma.
3. Menentukan persentase viabilitas polen pada bunga Lilium sp.
4. Menentukan laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp.
1.3 Hipotesis
Berikut ini merupakan hipotesis hasil praktikum modul reproduksi tumbuhan.
1. Pada anther kuncup bunga Lilium sp. dapat terjadi fase meiosis I yang terdiri dari tahap
profase I, metaphase I, anaphase I, telophase I dan meiosis II yang terdiri dari tahap
profase II, metaphase II, anaphase II, telophase II.
2. Stigma pada bunga Lilium sp. sudah reseptif untuk menerima polen.
3. Viabilitas polen pada bunga Lilium sp. adalah sekitar lebih dari 50%.
4. Laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp. akan berjalan cepat bila polen
sesuai dengan putih (compatible), dan laju pertumbuhan akan lambat bila polen tidak
sesuai (incompatible).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Reproduksi Tumbuhan Angiospermae


Reproduksi merupakan proses biologis pada suatu organisme untuk menghasilkan
organisme baru dalam rangka mempertahankan spesies. Sedangkan reproduksi tumbuhan
yaitu produksi keturunan baru pada tumbuhan yang dapat terjadi karena adanya reproduksi
seksual maupun aseksual. Reproduksi seksual terjadi dengan adanya penggabungan dua
gamet sehingga terbentuk keturunan dengan sifat genetik berbeda dari orangtuanya.
Sedangkan reproduksi aseksual menghasilkan organisme anakan tanpa adanya fusi gamet,
sehingga memiliki sifat genetik persis sama dengan induknya (Fritz et al., 1992).
Pada proses reproduksi seksual/generatif, proses yang menjadi hal yang fundamental
adalah terjadinya meiosis yang mengurangi jumlah kromosom dan fertilisasi yang menjadikan
kromosom kembali diploid. Contoh proses reproduksi generatif adalah dengan bunga yang
berfungsi membentuk biji pada tumbuhan divisi Magnoliophyta. Sedangkan proses reproduksi
vegetative/aseksual dapat terjadi secara alami contohnya melalui terbentuknya tunas,
fragmentasi, dan stolon maupun buatan, seperti stek dan cangkok (Beck, 2010).

2.2 Polinasi dan Fertilisasi


Polinasi merupakan proses menempelnya serbuk sari (gametofit jantan pada bagian
kepala putik tanaman. Proses polinasi diawali dengan terjadinya adhesi dan hidrasi yang
merupakan proses penempalen polen pada stigma dimana eksudat yang ada pada stigma akan
diserap oleh pollen dan dimanfaatkan untuk berkecambah. Jika butiran serbuk sari mulai
tumbuh dan berkecambah, akan muncul tabung sari yang melepaskan sperma ke gametofit
betina di dalam ovula yang selanjutnya akan terjadi fertilisasi (Campbell, 2011).
Fertilisasi pada tumbuhan merupakan proses pembuahan oleh sel kelamin jantan berupa
inti generatif pollen pada sel telur betina di dalam ovarium yang terdapat pada bunga. Pada
tumbuhan, keberhasilan polinasi dan fertilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
reseptivitas stigma yaitu siapnya stigma untuk menerima pollen dan viabilitas pollen yaitu
kesiapan pollen untuk dapat menempel pada stigma dan melakukan proses perkecambahan
(Taiz & Zeiger, 2002).
2.3 Uji Kesiapan Bunga untuk Melakukan Reproduksi
Bunga merupakan alat reprduksi generatif pada tumbuhan. Kesiapan bunga untuk
dapat melakukan reproduksi seskual dapat dilihat dari kesiapan organ reproduksinya. Faktor
yang perlu diperhatikan dalam menguji kesiapan bunga untuk bereproduksi adalah dengan
menguji reseptivitas stigma dan viabilitas pollen. Pada stigma, reseptivitas ditandai dengan
terbentuknya eksudat berupa lendir yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lipid sehingga
bila diuji keberadaan zat-zat tersebut stigma yang reseptif akan memberi hasil uji positif dalam
uji lipid, protein, dan karbohidrat. Uji reseptivitas stigma juga dilakukan dengan H2O2 dimana
stigma yang reseptif akan membentuk H2O dab gelembung O2 akibat terjadinya oksidasi H2O
oleh peroksida (Hasanuddin, 2009). Uji viabilitas pollen dilakukan dengan metode pewarnaan
atau embedding untuk mengamati tahap perkembangan pollen tersebut. Pollen yang sudah
siap berkecambah akan memiliki warna yang lebih terang (Ulfah, 2006).

2.4 Morfologi dan Klasifikasi Lilium sp.


Lili (Lilium sp.) merupakan salah satu kelompok tanaman hias yang paling
digemari. Terdapat sekitar 100 spesies dari genus ini yang berasal dari berbagai daerah di
dunia. Bunga lili (Lilium sp.) diklasifikasikan berada pada kindom Plantae, divisi
Magnoliophyta, kelas Liliopsida, Ordo Liliales, famili Liliaceae dengan subfamili Lilioideae
dan genus Lilium (Pelkonen & Pirttila, 2012).
Secara morfologi, bunga lili merupakan tanaman yang dapat tumbuh hingga 60-180 cm.
Pada beberapa spesies, pangkal batang dapat berkembang menjadi rimpang, beberapa lainnya
dapat membentuk stolon. Bunga dari Lili relatif besar dan harum, juga memiliki warna-warna
yang berbeda pada spesies yang berbeda. Beberapa warna yang umum yaitu putih, kuning,
merah muda, merah, dan ungu. Bunga tumbuh dalam bentuk perbungaan umbel dengan enam
tepal yang bebas satu sama lain. Lilium sp. memiliki anther dengan panjang yang sama
sebanyak 6 buah yang terpisah satu sama lain dengan pistillum ditengahnya yang lebih tinggi
daripada anthernya. Warna stamen bervariasi mulai dari coklat, oranye, hingga kuning. Jenis
ovarium dari bunga ini adalah superior. (Cullen et al., 2011). Morfologi bunga Lilium
candidum dan Lilium longiflorum berada pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
Gambar 2.1 Gambar 2.2
Morfologi bunga Lilium candidum (Shebs, 2005) Morfologi bunga Lilium longiflorum
dengan stigma (1), stilus (2), anther (3),
filament (4), dan sepal (5)
(Harrison, 2009)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Botol vial Antera kuncup bunga Lilium sp.
Kaca objek Kaca penutup
Tisu/Lap Larutan corney
Jarum jara Alkohol 96%, 70%, 50%, 30%
Bunsen Asam asetat
Jarum jara Asetokarmin
Mikroskop cahaya Kertas saring
Mikroskop stereo Medium BK
Mikroskop inverted Stigma kuncup bunga Lilium sp.
Larutan Goomasie Blue
Sudan Black
Larutan H2O2
FDA 0,1%
Aseton

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengamatan Meiosis
Dimasukkan antera dari kuncup bunga lily yang masih sangat muda ke dalam vial
berisi larutan Carnoy dan inkubasi selama 2-4 jam. Kemudian dibuang larutan Carnoy
dan dehidrasi antera dengan larutan seri alkohol 96%; 70%; 50% dan 30%, masing-
masing selama 5 menit. Dipindahkan antera ke dalam larutan asam asetat 15% dan
inkubasi selama 15 menit. Diletakkan 1 buah antera di atas kaca objek, tetesi dengan
asetokarmin dan diamkan selama 5 menit. Ditutup antera dengan kaca penutup dan
squash dengan ujung pensil atau jarum jara, lewatkan di atas api bunsen hingga
asetokarmin sedikit menguap. Kemudian diamati antera di bawah mikroskop dengan
perbesaran 400x
3.2.2 Uji Reseptivitas Stigma
Diambil stigma bunga lily yang telah matang dan tempelkan eksudatnya di kertas
saring pada 3 titik. Pada masing-masing titik diteteskan larutan Coomasie blue (untuk
uji protein); Lugol/I2KI (uji karbohidrat) dan Sudan Black (uji lipid). Diamkan selama
5 menit dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x
Untuk pengujian aktivitas peroksidase, diletakkan stigma (segar atau sudah
disimpan dalam gliserin 50%) di atas kaca objek lalu ditetesi dengan larutan H2O2 2
M dan amati di bawah mikroskop stereo. Diamati terbentuknya H2O dan gelembung
O2 akibat proses oksidasi H2O2 oleh peroksidase.

3.2.3 Uji Viabilitas Polen


Dikumpulkan polen dari anther matang (dari bunga yang baru mekar) dengan
menggunakan kuas dan letakkan di atas kaca objek Tetesi dengan FDA (Fluorescence
Diethyl Acetate) 0,1% dalam aseton, amati di bawah mikroskop dengan sinar tampak
dan hitung jumlahnya Diamati preparat dengan sinar biru dan hitung jumlah polen
yang berpendar kehijauan. Persentase polen yang viable dihitung dengan
membandingkan jumlah polen yang berpendar kehijauan (diamati di bawah sinar biru)
dan total polen (diamati di bawah sinar tampak).

3.2.4 Pertumbuhan Tabung Polen


Ditaburkan serbuk polen diatas medium Brewbaker & Kwak (1964) Komposisi
Medium BK kemudian diinkubasi medium selama 0;1;2;3;4;5 dan 6 jam pada suhu
ruang dan kondisi gelap. Di[otong medium yang terdapat polen dan tabung polen lalu
diletakkan di atas kaca objek. Diamati tabung polen dengan mikroskop inverted dan
ukur pertambahan panjang tabung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tahapan Meiosis
Foto Hasil Pengamatan Foto Literatur Keterangan

Gambar 4.2 Teramati kromosom


Fase Profase 1 pada anther Lilium sp.
yang terkondensasi
berdasarkan literatur
membentuk tetrad.

Gambar 4.1
Fase Profase 1 pada hasil pengamatan
anther Lilium sp.
Gambar 4.4 Terdapatnya
Fase Metafase 1 pada anther Lilium sp.
kromosom homolog
berdasarkan literatur
yang berderet di
ekuator

Gambar 4.3
Fase Metafase 1 pada anther Lilium sp.
Gambar 4.6 Teramati kromosom
Fase Anafase 1 pada anther Lilium sp.
yang tertarik ke arah
berdasarkan literatur
kutub-kutub sel

Gambar 4.5
Fase Anafase 1 pada anther Lilium sp.
4.1.2 Uji Reseptivitas Stigma
Jenis Uji Hasil Uji Foto Pengamatan Keterangan
Protein - Hasil uji negative
karena warna reagen
Coomasie blue tetap
berwarna kemerahan
yang menandakan
Gambar 4.7
eksudat tidak
Hasil uji protein dengan reagen Coomasie blue
mengandung protein
Karbohidrat - Hasil uji negative
karena warna reagen
lugol tetap oranye
kecoklatan yang
menandakan eksudat
tidak mengandung
Gambar 4.8
Hasil uji karbohidrat dengan reagen Lugol karbohidrat
Lipid + Hasil uji positif
karena eksudat
ditambah reagen
menjadi warna hitam
yang menandakan
eksudat mengandung
Gambar 4.9
Hasil uji Lipid dengan Reagen Sudan Black
lipid
Aktivitas + Terdapat gelembung
Peroksidase yang menandakan
terbentuknya H2O
dan gas oksigen
akibat proses
Gambar 4.10
oksidasi oleh
Hasil uji aktivitas peroksidase
peroksida
4.1.3 Uji Viabilitas Polen
Foto di bawah sinar tampak Foto di bawah sinar biru

Gambar 4.11 Gambar 4.12

Pollen Lilium sp. dibawah sinar tampak Pollen Lilium sp. dibawah sinar biru

Perhitungan Viabilitas Polen


12
Polen yang viable = 37 x 100% = 32,4%

4.1.4 Pertumbuhan Tabung Polen


Waktu Foto Pengamatan Keterangan
Pertumbuhan
0 Tabung polen belum tumbuh

Gambar 4.13
Pertumbuhan Tabung Polen setelah
diinkubasi dengan medium selama 0 jam

2 Tabung polen belum tumbuh

Gambar 4.14
Pertumbuhan Tabung Polen setelah
diinkubasi dengan medium selama 2 jam
3 Tabung polen baru bertumbuh
hingga panjang 80 µm

Gambar 4.15
Pertumbuhan Tabung Polen setelah
diinkubasi dengan medium selama 3 jam

4 Tabung polen sudah tumbuh


sepanjang 1500 µm

Gambar 4.16
Pertumbuhan Tabung Polen setelah
diinkubasi dengan medium selama 4 jam

Kurva Pertumbuhan Tabung Polen


1600
1400
Panjang tabung polen (µm)

1200 y = 458x - 750


1000 R² = 0,6425
800
600
400
200
0
-200
-400
1 2 3 4
Column1 0 0 80 1500
Jam

Maka laju pertumbuhan tabung polen = 485 µm/jam


4.2 Pembahasan
Setiap sel pada organisme multiseluler mengalami proses siklus sel. Siklus sel terbagi
menjadi tahap interfase dan mitosis. Interfase terdiri dari proses G1 (pertumbuhan sel), S
(sintesis DNA), dan G2 (pertumbuhan dan persiapan mitosis). Mitosis merupakan proses
perbanyakan sel yang menghasilkan dua anakan dengan jumlah kromosom sama dengan
kromosom induk. Meiosis merupakan proses perbanyakan sel yang digunakan organisme untuk
memproduksi gamet secara seksual. Proses ini terbagi menjadi dua kali pembelahan yang pada
akhirnya akan menghasilkan empat sel dengan masing-masing memiliki kromosom yang
haploid. Pada proses reproduksi secara generatif/seksual, proses meiosis menjadi hal yang
sangat penting agar jumlah kromosom berkurang setengahnya sebelum selanjutnya mengalami
fertilisasi yang menjadikan kromosom kembali diploid. Proses meiosis ini bertujuan agar
jumlah kromosom tetap sama pada tiap keturunan yang dihasilkan (Freeman, 2011).
Proses meiosis terdiri dari tahapan profase I yang terbagi menjadi leptoten, zigoten,
pakiten, diploten, dan diakinesis, tahapan metaphase, anaphase, dan telophase. Keempat tahap
tersebut akan berulang hingga diakhiri dengan sitokinesis. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, anther dari sampel Lilium sp. yang diberikan sedang berada pada fase profase I,
metaphase I, dan anaphase. Proses profase I yang diamati ditandai dengan terkondensasinya
kromosom membentuk tetrad. Proses metaphase I pada anther lainnya dapat diidentifikasi dari
adanya kromosom homolog yang berderet di ekuator. Sedangkan proses anaphase teramati
dengan teramatinya kromosom yang tertarik ke arah kutub.
Bunga merupakan organ reproduksi dari tumbuhan Magnoliophyta, termasuk pada
Lilium sp. Organ reproduksi jantan pada bunga adalah anther dan organ reproduksi betina
adalah putik/stigma. Pada Lilium sp., anther dengan panjang yang sama sebanyak 6 buah yang
terpisah satu sama lain dengan pistillum ditengahnya yang lebih tinggi daripada anthernya.
Pembentukan polen terjadi di dalam anther yang biasanya mengandung empat buah kantung
polen yang berpasangan. Pada saat dewasa, seluruh anther dipenuhi oleh mikrospora/polen,
sehingga kedua rongga pada setiap teka kemudian bersatu menjadi kantung polen yang besar.
Polen ke luar dari anther melewati celah atau pori ujung anther atau dengan adanya celah pada
dinding lateralanthera. Dalam polen, inti membelah secara mitosis menghasilkan dua buah anak
inti yaitu inti vegetatif dan inti generative. Tabung polen dibentuk setelah polen menempel pada
medium yang cocok seperti misalnya pada permukaan stigma yang sudah reseptif yang
dipenuhi oleh sekret hasil dari sel-sel papila stigma (Bhojwani & Bhatnagar, 1978).
Pada pengamatan, diuji reseptivitas stigma pada sampel Lilium sp. berupa tes dengan
reagen Coomasie blue untuk menguji keberadaan protein, reagen Sudan Black untuk menguji
keberadaan lipid, lugol untuk menguji keberadaan karbohidrat dan uji peroksidase untuk
menguji keberadaan enzim peroksidase. Hasil dari pengamatan yaitu eksudat dari stigma hanya
positif terhadap uji lipid dan uji peroksidase yang menandakan eksudat tidak mengandung
protein dan karbohidrat. Berdasarkan literatur, stigma yang reseptif akan memiliki lipid,
karbohidrat, protein, dan enzim peroksidase. Pada stigma, eksudat yang mengandung protein,
lemak, dan karbohidrat berfungsi untuk tempat penempelan polen dan sumber energi agar polen
dapat berkembang membentuk tabung polen dan melanjutkan pertumbuhannya. Sedangkan
enzim peroksidase berfungsi untuk antimikroba dan perkembangan jaringan (Hasanuddin,
2009). Dari pengamatan yang dilakukan, disimpulkan bahwa stigma dari sampel Lilium sp.
belum reseptif terhadap polen.
Pada pengujian viabilitas polen, polen dari sampel Lilium sp. diambil, ditetesi FDA
(fluorescence diethyl acetate) 0,1% dalam aseton kemudian dilihat dibawah mikroskop cahaya
tampak dan mikroskop cahaya biru. Polen yang sudah viable akan berpendar kehijauan (Ulfah,
2016). Dari hasil pengamatan, terdapat 12 polen yang berpendari dari total 37 polen yang
teramati. Maka dapat disimpulkan bahwa polen sampel 32,4% viable, atau 32,4% polen siap
untuk menempel dan berkecambah.
Polen yang berkecambah akan membentuk tabung polen. Tabung polen berfungsi untuk
membawa gamet jantan ke gametofit betina. Jika tabung polen tidak terbentuk maka berakibat
pembuahan tidak terjadi karena sperma tidak bisa sampai ke bakal buah. Dengan demikian buah
tidak bisa terbentuk (Wahyuningsih et al., 2009). Berdasarkan pengamatan, tabung polen baru
terbentuk setelah diinkubasi dalam medium Brawbaker & Kwak selama 3 jam sepanjang 80
µm, dan setelah inkubasi selama 4 jam, panjang tabung polen adalah sepanjang 1500 µm. Maka
laju pembentukan tabung polen adalah 485 µm/jam.
Dalam pengujian-pengujian yang dilakukan pada praktikum ini, digunakan beberapa
reagen untuk membantu pengamatan. Pada pengamatan meiosis pada anther bunga lily
digunakan reagen asetolkarmin yang berfungsi sebagai pewarna kromosom. Pada uji
reseptivitas sperma, digunakan 4 reagen, yaitu Coomasie Blue untuk menguji keberadaan
protein, reagen Sudan Black untuk menguji keberadaan lipid, lugol untuk menguji keberadaan
karbohidrat dan H2O2 untuk menguji keberadaan enzim peroksidase hingga menimbulkan
gelembung. Pada uji peroksidase, gelembung terbentuk karena terbentuknya H2O dan gas O2
akibat reaksi oksidasi oleh H2O2 (Hasanuddin, 2009). Pada uji viabilitas polen, digunakan
reagen FDA (fluorescence diethyl acetate) 0,1% dalam aseton yang berfungsi sebagai pewarna
pendar yang terjadi karena adanya reaksi dengan enzim esterase membentuk ikatan diasetat.
Reaksi ini mengakibatkan terbentuknya fluorescence yang akan terlihat dibawah mikroskop
cahaya biru (Ulfah, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan modul reproduksi tumbuhan ini yaitu,
1. Anther kuncup bunga Lilium sp. sedang berada pada fase meiosis profase I dan
metaphase I.
2. Stigma dari bunga Lilium sp. belum reseptif untuk menerima polen karena tidak
mengandung karbohidrat dan protein.
3. Viabilitas dari polen pada bunga Lilium sp. adalah sebesar 32,4%
4. Laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp. adalah 485 µm/jam.

5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk pelaksanaan praktikum ini adalah
1. Memperhatikan proses squash pada pengamatan meiosis agar sampel tidak rusak.
2. Memperhatikan pemberian warna agar tidak berlebihan sehingga hasil yang didapat tidak
berwarna terlalu tebal dan sulit diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, C., 2010. An Introduction to Plant Structure and Development. Cambridge: Cambridge
University Press.
Bhojwani, S. & Bhatnagar, 1978. The Embryology of Angiosperm. New Delhi: Vikas Pubishing
House Ltd..
Cullen, J., Knees, S. G. & Cubey, S., 2011. The European Garden Flora, Vol.1. 2 ed. Cambridge:
Cambridge University Press.
Freeman, S., 2011. Biological Science. 6th ed. New York: Pearson.
Fritz, R., 1992. Plant Resistance of Herbivores and Pathogens. Chicago: University of Chicago
Press.
Harrison, J., 2009. Lilium Oriental. [Art].
Hasanuddin, H., 2009. Penentuan Viabilitas Polen dan Reseptif Stigma pada Melon (Cucumis
melo L.) serta Hubungannya dengan Penyerbukan dan Produksi Buah. Jurnal Unsyiah,
2(3), pp. 22-28.
Pelkonen, V.-P. & Pirttila, A.-M., 2012. Taxonomy and Phylogeny of the Genus Lilium.
Floriculture and Ornamental Biotechnology, 6(2), pp. 1-8.
Shebs, S., 2005. Lilum candidum at VanDusen Botanical Garden. [Art].
Taiz, L. & Zeiger, E., 2002. Plant Physiology. 3rd ed. Sunderlang Massachusetts: Sinauer
Associates, Inc..
Ulfah, S., 2016. Perkembangan Bunga dan Uji Viabilitas Serbuk Sari Bunga Lipstik
Aeschynanthus radicans var. di Kebun Raya Bogor. Buletin Kebun Raya, pp. 21-32.

Anda mungkin juga menyukai