SPT Bag.

3
SM Gnp 2019-2020
Pengampu: Siti Susanti

1
 STRUKTUR
MEGASPOROGENESIS
MEGAGAMETOGENESIS

2
ALAT TAMBAHAN/AKSESORIS pada ovulum
Antara lain:
1. Arilus : integumen ke 3
2. Karunkula : proliferasi sel-sel integumen di
daerah mikropil
3. Endotelium : Hasil proliferasi sel-sel
integumen yang berbatasan
dengan nuselus
tapetum integumen.
4. Obturator : proliferasi sel-sel plasenta
5. Epistase : proliferasi sel-sel epidermis
nuselus di daerah mikropil
6. Hipostase : proliferasi sel-sel epidermis
nuselus di daerah khalaza

3
ENDOTELIUM / TAPETUM INTEGUMEN

4
1. OPERKULUM 2. OBTURATOR

5
OBTURATOR

6
Lily, organ reproduksi

7
ANGIOSPERMAE: LIFE CYCLE 1

8
LILY FLOWER

9
ANGIOSPERMAE: LIFE CYCLE 2

10
ANGIOSPERMAE: LIFE CYCLE 3

11
OVULUM

Megasporangium = ovulum / bakal biji

Tipe ovulum:
1. Atropus : ortotropus = tegak
Misal: Polygonaceae, Urticaceae, Piperaceae
2. Anatropus : sejajar
Misal: dikotil & monokotil pada umumnya.
3. Kampilotropus
Misal: Leguminosae, Risedaceae
4. Hemianatropus: hemitropus
Misal: Ranunculus
5. Ampitropus
Misal: Alismaceae, Butamaceae
6. Sirsinotropus: funikulus memanjang  melengkung
Misal: Cactaceae

12
13
14
15
STRUKTUR OVULUM

1. Integumen:
1  unitegmik, misal : Sympetalae
2  bitegmik
Pada sebagian besar monokotil & Archichlamidea : 2
Pada beberapa tumbuhan: mempunyai integumen ke 3 =
arilus
mis: Ulmus, tumbuh & berkembang dari integumen
terluar
Beberapa anggota Olacaceae: ategmik

16
2. Nuselus
a. Tenuinuselus/at
- Sel parietal tidak berkembang.
- Sel hipodermal  sel arkesporium  sel parietal (tidak
berkembang)dan sel sporogen  sel induk megaspora
(megasporosit)
- Megasporosit berhubungan langsung dengan epidermis
nuselus
b. Krasinuselus/at
- Jaringan parietal berkembang baik
- Sel hipodermal  sel arkesporium  membelah periklinal
 sel parietal primer dan sel sporogen primer
- Sel sporogen  sel induk megaspora (megasporosit)
- Megasporosit dipisahkan dari epidermis nuselus
oleh 1 / beberapa lapis jaringan nuselus
c. Krasinuselus/at semu
- Sel-sel sub-hipodermal  sel arkesporium  sel parietal dan
sel sporogen
17
3. Mikropil
a. Integumen dalam ( = endostoma)
- misal pada: Centrospermales, Plumbaginales
b. Integumen dalam dan luar, misal pada:
Pontederiaceae
c. Integumen luar ( = eksostoma)
- misal pd: Podostemaceae, Euphorbiaceae.
- tipe ini jarang terjadi

18
PERKEMBANGAN OVULUM

19
PERKEMBANGAN OVULUM

20
1. OVULUM 2. TIPE NUSELUS

21
Tipe nuselus

22
LILY OVARY

23
JARINGAN ARKESPORIAL

Sel-sel arkesporial, mungkin:

1. Berfungsi langsung sebagai sel induk

megaspora (megasporosit, 2n)
2. Membelah  sel parietal primer dan sel
sporogen primer.
a. Sel parietal primer  lapisan dinding
b. Sel sporogen primer  megasporosit

24
25
MEGASPOROGENESIS

1. Sel induk megaspora (megasporosit)  tetrad

megaspora
Meiosis tahap I  stadium diad
Meiosis tahap II  transversal  tetrad linier
2. Kadang tetrad megaspora berbentuk:
a. Hurut T
b. Huruf T terbalik: misal pd Onagraceae
c. Isobilateral
3. Tetrad megaspora  4 sel megaspora:
1 megaspora di ujung khalaza yang fungsional
3 megaspora degenerasi
Megaspora fungsional = gametofit betina
 kantong embrio = kandung lembaga = embryo
sac

26
 Megaspora = gametofit betina
 Megaspora yang fungsional
 membentuk kantong embrio = kandung lembaga =
embryo sac

27
TETRAD MEGASPORA

28
MEGAGAMETOGENESIS

29
MEGAGAMETOGENESIS

1. Monosporik: hanya 1 sel megaspora yang fungsional

2. Bisporik: 2 inti megaspora yang fungsional
3. Tetrasporik : 4 inti megaspora semua fungsional

30
1. MONOSPORIK
a. Tipe 8 inti : Tipe Polygonum = Tipe Normal= Tipe
Umum
b. Tipe 4 inti : Tipe Oenothera atau Onagraceae
2. BISPORIK
a. Tipe Allium
b. Tipe Endymion pd: Seilla
3. TETRASPORIK
a. Tipe Adoxa
b. Tipe Penaea
c. Tipe Peperomia
d. Tipe Plumbago
e. Tipe Drusa
f. Tipe Fritillaria
g. Tipe Plumbagella
31
MEGASPOROGENESIS-MEGAGAMETOGENESIS

Tipe Normal/
Polygonum

32
33
34
LILY OVULE, megasporosit

35
LILY OVULE, megasporosit

36
LILY OVULE, megasporosit

37
LILY OVULE, pembelahan I

38
LILY OVULE, 2 inti

39
LILY OVULE, pembelahan II

40
LILY OVULE, 4 inti

41
LILY OVULE, 4 inti 1

42
LILY OVULE, migrasi

43
LILY OVULE, pembelahan III

44
LILY OVULE, 4 inti II - pembelahan IV

45
LILY OVULE, 4 inti II - pembelahan IV

46
LILY OVULE, 8 inti

47
Lilium sp, KANDUNG LEMBAGA MASAK

48
TIPE MENYIMPANG

 misal pada:
Chrysanthemum cinerariaefolium
 - tetrasporik: 1 – 2 - 1
- 2 inti yang di tengah ini mungkin:
- akan fusi  1 inti diploid
- tidak fusi  2 inti haploid

49
TIPE MENYIMPANG: Chrysantemum cinerariaefolium

50
ORGANISASI KANTONG EMBRIO/KANDUNG LEMBAGA MASAK
1. Badan telur, td:
1 telur dan 2 sinergid dengan aparatus filiformis
a. Sel telur: inti dan sitoplasma terletak di bagian bawah
sel dan vakuola terletak di bagian atas
b. Sinergid.
- Biasanya segera degenerasi
- Pada Lobelia: sinergid membentuk haustoria

Bhojwani: sinergid berfungsi:

1. Pertumbuhan buluh polen di dalam kantong embrio.
2. Sinergid yang degenerasi memberi kesempatan buluh polen
untuk pecah di dalam kantong embrio.
3. Aparatus filiformis pada sinergid berperan dalam absorbsi
dan transportasi nutrisi ke dalam kantong embrio

51
2. Sel antipoda
- Berumur pendek
- Pada Putoria dan Galium: haustoria  nutrisi
- Pada beberapa Ranunculaceae: glandular

3. Sel sekunder dengan inti kutub

- Menghasilkan endosperm
 endospermanlage atau sel induk endosperm

Haustoria kantong embrio

- Permukaan dalam kantong embrio berfungsi absortif
- Beberapa Centrospermales: kantong embrio bersifat
sebagai caecum
- Caecum lebih efektif sebagai haustoria, misal pd Allium.

52