Anda di halaman 1dari 20

Nama: Vergio Victorio V.E.

NIM: 10618064 Kelompok: 14

PENGAMATAN UJI KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN LIPID, AKTIVITAS


PEROKSIDASE PADA RESEPTIVITAS STIGMA, VIABILITAS POLEN,
SERTA PERTUMBUHAN TABUNG POLEN PADA BUNGA Lilium sp.

OLEH:
Vergio Victorio Effendy
10618064
Kelompok 14

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuhan telah menjadi komoditas yang dimanfaatkan oleh peradaban manusia
baik untuk kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan maupun untuk nilai
ekonominya. Ketika berbicara mengenai tanaman yang digunakan untuk produk
komersial seperti tanaman hias misalnya seperti Lilium sp., supply dan demand harus
berada dalam keadaan setimbang. Jika hanya berdasarkan pemahaman konvensional
mengenai siklus reproduksi tumbuhan, kemungkinan optimasi nilai ekonominya lebih
sulit. Namun, ketika pemahaman mengenai pengetahuan sistem reproduksi tumbuhan
dieksplorasi, akan ada kemungkinan untuk optimasi nilai ekonomi suatu tumbuhan yang
dijadikan sebagai komoditas dagang karena dapat ditentukan waktu yang tepat untuk
melakukan reproduksi. Sebab tantangan yang dihadapi ketika melakukan penyerbukan
pada tanaman adalah respons terhadap polinasi. Informasi mengenai kesiapan
reproduksi tumbuhan dan kemungkinan self-incompatibility menjadi penting bagi plant
breeder dan juga ahli genetik yang penelitiannya berada di dalam ranah reproduksi
tumbuhan (Ramos et al., 2019).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan hasil analisis fase meosis pada anter Lilium sp.
2. Menentukan kesiapan bunga Lilium sp. untuk menerima polen berdasarkan
reseptivitas stigma.
3. Menentukan presentase viabilitas polen pada bunga Lilium sp.
4. Menentukan laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp.

1.3. Hipotesis
Adapun beberapa dugaan terkait dengan hasil praktikum yang akan dilaksanakan.
1. Pada sampel anter bunga Lilium sp. dapat ditemukan sel-sel yang berada pada
fase meiosis yang berbeda.
2. Stigma sampel bunga Lilium sp. memiliki reseptivitas yang tinggi.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

3. Terdapat nilai tertentu unuk viabilitas polen pada sampel bunga Lilium sp
sebagai indikator keadaan polen.
4. Nilai laju pertumbuhan tabung polen berada pada nilai rata-ratanya (1080
µm/jam).
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Reproduksi Tumbuhan Angiospermae


Secara umum, dalam siklus reproduksi pada kelompok Angiospermae melibatkan
fase sporofit dan gametofit. Pada fase sporofit, akan terjadi pertumbuhan organ-organ
tumbuhan yang utama seperti akar, batang, dan daun. Ketika akan memasuki fase
gametofit, akan terjadi morfogenesis bunga yang diinduksi oleh keadaan internal dan
eksternal tumbuhan. Struktur reproduksi seperti bunga akan menghasilkan mikrospora
atau makrospora. Selanjutnya dalam fase gametofit pada angiosperma dapat ditinjau
dari makrospora dan mikrosporanya. Pada gamet jantan (mikrospora) terdapat dua inti
haploid yang selanjutnya akan berkembang menjadi inti yang akan bergabung dengan
sel telur atau membuat tabung polen. Sedangkan pada gametofit betina, di dalam
megaspora terdapat delapan inti sel: dua inti polar, tiga inti antipodal, dua inti sinergid,
dan satu inti sel telur (Reece et al., 2014).
2.2. Polinasi dan Fertilisasi
Pada tumbuhan Angiospermae, polinasi ketika terjadi interaksi antara polen dan
pistil di bunga, peristiwa yang selanjutnya akan terjadi adalah fertilisasi. Polinasi terbagi
menjadi tahap hidrasi dan germinasi. Protein dan zat yang disekresikan oleh stigma
penting dalam proses polinasi yang sedang berlangsung. Eksudat tersebut dapat
memengaruhi perkecambahan polen, pertumbuhan tabung polen, dan sampai pada
masuknya polen ke dalam ovulum di dalam bunga (Heslop-Harrison, 1975). Proses
polinasi harus diikuti dengan fertilisasi supaya dapat dikatakan polen tersebut berhasil
membuahi ovum. Sebab, pada tumbuhan Angiospermae terdapat mekanisme self-
incompatibility yang disebabkan oleh adanya gen pada lokus S (Sterility) sehingga tidak
dapat terjadi proses fertilisasi karena polen yang menempel pada stigma ditolak (Jany et
al., 2019; Ottaviano & Mulcahy, 1989). Mekanisme penolakan sejenis seperti ini
dilakukan oleh tumbuhan guna menjaga keanekaragaman secara genetik.
Polinasi dapat terjadi karena adanya polinator yang menjadi vektor untuk
penyebaran polen. Polinator dapat merupakan organisme hidup ataupun faktor abiotik
dari lingkungan seperti udara dan air. Polinator yang merupakan organisme hidup dapat
berupa serangga, manusia, burung, ataupun mamalia terbang (Mitchell et al, 2009).
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

Keberadaan polinator menjadi sangat penting bagi reproduksi tumbuhan karena


tumbuhan tidak mampu bereproduksi secara seksual tanpa dibantu oleh polinator.
Ketika suatu polen memiliki kompatibilitas dengan stigma, polen tersebut harus
bergerminasi dan tumbuh membentuk tabung polen menembus stilus untuk mencapai
ovulum. Agar hal ini dapat terjadi, pada polen atau mikrospora terdapat dua sel, yaitu
sel generatif dan sel tabung. Saluran menuju ovulum dibentuk oleh sel tabung dan
pembuahan dilakukan oleh sel generatif. Namun, sel generatif akan membelah menjadi
dua terlebih dahulu untuk membentuk dua sel sperma yang masing-masing berperan
dalam formasi endosperm (3n) dan pembuahan sel telur (2n). Peristiwa ini dikenal
sebagai fertilisasi ganda (Berger, 2008).
2.3. Kualitas dan Kematangan Reproduksi Tumbuhan Angiospermae
Reproduksi dapat terjadi karena adanya sel gamet jantan yang memiliki viabilitas
dan stigma betina yang siap menerima (reseptif). Kualitas dan kematangan reproduksi
pada bunga dapat ditentukan dengan dilakukan uji reseptivitas stigma dan viabilitas
polen. Polen hanya dapat berinteraksi dengan stigma ketika stigma tersebut sudah
reseptif. Jadi terdapat perbedaan waktu kematangan baik secara protogini maupun
protandri. Namun, ketika stigma sudah reseptif dan telah menyekresikan eksudat yang
diperlukan oleh polen untuk bergerminasi, polen yang menempel harus memiliki
viabilitas untuk melakukan berespons (Valentin-Silva et al., 2015).
2.3.1. Reseptivitas Stigma
Eksudat yang dihasilkan oleh stigma umumnya mengandung metabolit primer
seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Fungsi utama dari disekresikannya eksudat ini
adalah nutrien untuk perkecambahan polen yang kompatibel. Namun, metabolit primer
ini juga menjadi sumber penting untuk makanan sekaligus atraktan bagi polinator
seperti serangga. Dalam hubungan timbal balik antara serangga dan bunga, serangga
akan membantu proses polinasi, sedangkan makanan ini menjadi imbalan (Borghi et al.,
2017; Mitchell et al., 2009).
Selain dihasilkannya karbohidrat, lipid, dan protein, terdapat produk lain yang
disekresikan, yaitu peroksidase. Sekresi ini berfungsi untuk mendegradasi dinding sel
sehingga jaringan akan lebih “longgar” dan pembentukan tabung polen akan lebih
mudah. Aktivitas peroksidase menjadi indikator reseptivitas stigma yang penting karena
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

polen hanya akan dapat memfertilisasi ovum jika keadaan untuk germinasi polen
memungkinkan (McInnis et al., 2005)
2.3.2. Viabilitas Polen
Parameter yang dapat dilihat dari uji viabilitas polen adalah status polen dan laju
pertumbuhan tabung polen. Keadaan polen dapat dilihat dengan sinar tampak ataupun
dengan bantuan sinar UV setelah diberikan perlakuan penambahan zat fluoresen. Polen
yang memiliki viabilitas tinggi atau dapat dikatakan polen yang masih hidup berpendar
di bawah sinar biru. Kemudian rerata waktu yang dibutuhkan untuk polen membentuk
tabung polen adalah sekitar 4 – 8 jam dari munculnya tabung hingga masuk ke dalam
ovarium (Abdelgadir et al., 2012).
2.4. Karakteristik dan Klasifikasi Lilium sp.
Tumbuhan Lilium sp. atau bakung tergolong sebagai tumbuhan berbunga dengan
bentuk hidup herba. Di dalam genus Lilium terdapat sekitar 110 speses. Karakteristik
morfologi tumbuhan ini adalah memiliki bunga yang besar dengan beranekaragam
warna. Sebagian besar tumbuhan dari genus Lilium terdistribusi di belahan bumi utara
sampai ke daerah subtropik utara. Secara taksonomi, tumbuhan ini tergolong ke dalam
ordo Liliales, famili Liliaceae, dan genus Lilium. Secara filogenetik, tumbuhan ini
tergolong ke dalam klad Tracheophytes (tumbuhan berpembuluh), klad Angiospermae,
dan monokotil. Pada praktikum ini digunakan bunga Lilium candidum L (Du et al.,
2014).

Gambar 1. Bunga Lilium sp. (Du et al., 2014)

…..
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


Berikut disajikan tabel berisi alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini.
Tabel 1. Alat dan bahan
Alat Bahan
Mikroskop cahaya Antera Lilium sp.
Mikroskop stereo Stigma Lilium sp.
Mikroskop inverted Larutan Carnoy
Kaca objek Larutan asam asetat 15%
Kaca penutup Larutan Coomaise Blue
Jarum jara Larutan lugol/I2KI2
Pinset Larutan Sudan Black
Kuas Asetokarmin
H2O2 2M
FDA (Fluorescence Diethyl Acetate)
Serbuk polen
Medium Brewbaker & Kwak

Tabel 2. Komposisi medium Brewbaker & Kwak


Bahan Komposisi (/L)
Sukrosa 100 g
H3BO4 0,1 g
Ca(NO3)2·4H2O 0,3 g
KNO3 0,1 g
MgSO4 0,2 g
Akuades Qsp 1000 mL

3.2. Cara Kerja


3.2.1. Pembuatan Preparat Meiosis
Pertama, dimasukkan antera dari kuncup bunga lily yang masih sangat muda ke
dalam vial berisi larutan Carnoy dan inkubasi selama 2-4 jam. Kemudian dibuang
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

larutan Carnoy dan dehidrasi antera dengan larutan seri alkohol 96%; 70%; 50% dan
30%, masing-masing selama 5 menit. Setelah itu dipindahkan antera ke dalam larutan
asam asetat 15% dan inkubasi selama 15 menit. Diletakkan sebuah antera di atas kaca
objek, tetesi dengan asetokarmin dan diamkan selama 5 menit. Ditutup antera dengan
kaca penutup dan squash dengan ujung pensil atau jarum jara, lewatkan di atas api
bunsen hingga asetokarmin sedikit menguap. Lalu diamati antera di bawah mikroskop
dengan perbesaran 400X.
3.2.2. Uji Protein, Karbohidrat, dan Lipid
Diambil stigma bunga Lilium sp. yang telah matang dan tempelkan eksudatnya
di kertas saring pada 3 titik. Kemudian masing-masing titik dteteskan larutan Coomasie
Blue untuk uji protein, lugol atau I 2KI uji karbohidrat, dan Sudan Black untuk uji lipid.
Setelah itu didiamkan selama 5 menit dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran
40X.
3.2.3. Uji Aktivitas Peroksidase
Diletakkan stigma segar atau yang telah disimpan dalam gliserin 50% di atas
kaca objek. Kemudian diteteskan dengan larutan H 2O2 2 M dan amati di bawah
mikroskop stereo. Selanjutnya diamati terbentuknya H2O dan gelembung O2 akibat
proses oksidasi H2O2 oleh peroksidase.
3.2.4. Pembuatan Preparat Polen
Pertama dikumpulkan polen dari antera matang pada bunga yang baru mekar
dengan menggunakan kuas dan letakkan di atas kaca objek. Kemudian ditetesi dengan
FDA (Fluorescence Diethyl Acetate) 0,1% dalam aseton, amati di bawah mikroskop
dengan sinar tampak dan hitung jumlahnya. Lalu preparat dengan sinar biru dan hitung
jumlah polen yang berpendar kehijauan. Persentase polen yang viable dihitung dengan
membandingkan jumlah polen yang berpendar kehijauan dan total polen.
3.2.5. Pertumbuhan Tabung Polen
Ditaburkan serbuk polen di atas medium Brewbaker & Kwak. Setelah itu
inkubasi medium selama 0, 1, 2, 3 , 4, 5, dan 6 jam pada suhu ruang dan kondisi gelap.
Dipotong medium yang terdapat polen dan tabung polen. Lalu diletakkan di atas kaca
objek. Tabung polen diamati dengan mikroskop inverted dan ukur pertambahan panjang
tabung.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Berikut disajikan beberapa tabel hasil pengamatan fase meiosis, uji reseptivitas stigma,
viabilitas polen, dan pertumbuhan tabung polen pada bunga Lilium sp.
4.1.1. Fase Meiosis
Tabel 3. Pengamatan fase meiosis polen Lilium sp.
Foto Pengamatan Foto Literatur Keterangan
Anafase I-Meiosis I.
Tampak kromosom
bergerak menuju ke
masing-masing kutub.

Gambar 2. Meiosis pada Gambar 3. Meiosis pada


polen Lilium sp. polen Lilium sp. (CBSC,
Perbesaran 400X 2020)
Telofase I-Meiosis I.
Kromosom pada
masing-masing kutub
telah berpisah jauh

Gambar 4. Meiosis pada Gambar 5. Meiosis pada


polen Lilium sp. polen Lilium sp. (CBSC,
Perbesaran 400X 2020)

4.1.2. Uji Reseptivitas Stigma


Tabel 4. Pengamatan reseptivitas stigma
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

Jenis Uji Hasil Uji (+/-) Foto Pengamatan Keterangan


Terjadi
perubahan warna
agak keunguan

Protein +

Gambar 6. Uji protein


Terjadi
perubahan warna
ungu-kehitaman

Karbohidrat +

Gambar 7. Uji karbohidrat


Terjadi
perubahan warna
kehitaman

Lipid +

Gambar 8. Uji lipid


Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

Tampak
gelembung udara
yang merupakan
gas O2 dari
Aktivitas
+ aktivitas
Peroksidase
peroksidase

Gambar 9. Uji aktivitas


peroksidase

4.1.3. Uji Viabilitas Polen


Tabel 5. Pengamatan uji viabilitas polen
Foto dengan Visible Light Foto dengan UV Light

Gambar 10. Polen di bawah sinar Gambar 11. Polen di bawah sinar biru
tampak

Viabilitas Polen= ( 5252 ) ×100 %=100 %


4.1.4. Pertumbuhan Tabung Polen
Tabel 6. Pengamatan pertumbuhan tabung polen
Waktu Tumbuh
Foto Pengamatan Keterangan
(jam)
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

0 Belum tampak
tonjolan tabung polen

Gambar 12. Pertumbuhan tabung


polen
2 Belum tampak
tonjolan tabung polen

Gambar 13. Pertumbuhan tabung


polen
3 Tampak sedikit
tonjolan pada polen
±80µm sesuai skala

Gambar 14. Pertumbuhan tabung


polen
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

4 Mulai tampak tabung


polen ±1500µm
sesuai skala

Gambar 15. Pertumbuhan tabung


polen
Kurva Pertumbuhan Tabung Polen

Pertumbuhan Tabung Polen


1600
1400
Panjang tabung polen (µm)

1200
1000 f(x) = 458 x − 750
800
600
400
200
0
1 2 3 4
Jam

Gambar 16. Grafik panjang tabung polen Lilium sp.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Fase Meiosis pada Tumbuhan
Ketika tumbuhan bereproduksi secara seksual, terdapat fase pembelahan meiosis
untuk menghasilkan sel gamet yaitu mikrospora dan makrospora. Mikrospora dan
makrospora dihasilkan oleh tumbuhan induk pada fase sporofitnya baik pada tumbuhan
monoseus maupun dioseus. Jumlah materi genetik pada spora adalah haploid (n),
setengah dari materi genetik yang terdapat pada induknya (Reece et al., 2014). Meiosis
pada tumbuhan serupa dengan meiosis pada organisme multiseluler eukariot lainnya,
yaitu terbagi menjadi dua tahapan.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

Pada saat terjadi mikrosporogenesis, meiosis I dan meiosis II akan menghaslkan


empat anakan dari satu sel. Dalam meiosis I, ketika berada pada masa profase I awal,
akan terjadi penyusunan kromosom homolog secara sejajar. Selanjutnya pada
pertengahan profase I, kromosom mulai terurai menjadi benang-benang kromatin.
Mendekati akhir dari profase I, kromosom homolog kembali memadat dan persiapan
menuju diakinesis yang merupakan tahap terakhir pada profase I. Setelah profase I
berakhir dan memasuki metafase I, kromosom tersusun di bidang ekuatorial sel.
Kemudian pada saat terjadi anafase I, kromosom homolog bermigrasi ke kutub yang
saling berlawanan dan terjadi pembagian materi genetik menjadi setengah. Setelah itu
memasuki tahapan telofase I, mulai tampak pembagian dinding sel. Tahap selanjutnya
dari telofase I pada meiosis I adalah meiosis II yang prosesnya serupa dengan meiosis I
(Sato, 1932). Namun, pada praktikum yang telah dilaksanakan hanya dapat dijumpai
meiosis pada tahapan anafase I dan telofase I. Diduga karena sebagian besar polen telah
selesai melakukan meiosis sehingga hanya ditemukan sedikit sel yang masih berada
pada tahapan meiosis I.
Selanjutnya pada meiosis untuk makrospora terdapat perbedaan mendasar pada
prosesnya. Pada masa awal profase I, dapat terlihat banyak retikulum endoplasma dan
nukleolus terletak di pusat sel. Memasuki pertengahan tahap profase I, nukleolus akan
bergerak dan merekat pada membran inti. Pada fase ini terjadi crossing over. Memasuki
tahapan telofase, fragmoplas yang berada di antara dyad nuclei akan tersebar.
Selanjutnya pada saat metafase II, dua dyad nuclei akan terbagi menjadi dua menjadi
empat. Di akhir meiosis II, keempat inti makrospora (tetrasporic) akan membentuk
kantung embrio (Sat0, 1932).
4.2.2. Organ Reproduksi Lilium sp.
Bunga bakung (Lilium sp.) memiliki tiga petal yang dikeliling oleh tiga sepal.
Bunga ini bersifat hemafrodit (monoseus) sebab dapat ditemukan organ reproduksi
jantan (stamen) dan juga betina (karpel). Pada bunga terdapat enam buah stamen
panjang yang terletak di tengah bunga dan memiliki polen pada anternya. Ukuran
stamen yang panjang dapat mempermudah terbawanya polen oleh angin ataupun
serangga. Bunga Lilium sp. memiliki nektar, polen yang lengket, dan petal yang atraktif.
Hal ini akan mengundang polinator untuk membantu proses polinasi. Kemudian organ
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

reproduksi betina pada Lilium sp. adalah karpel yang terdiri dari stigma, stilus, ovarium,
dan ovulum (Pelkonen & Pirttilä , 2012).
4.2.3. Uji Reseptivitas Stigma
Berdasarkan hasil uji reseptivitas stigma, pada eksudatnya ditemukan positif
mengandung protein, karbohidrat, lipid, dan peroksida. Hal ini menjadi indikator bahwa
stigma pada sampel bunga merupakan stigma yang reseptif. Dengan demikian organ
reproduksi betina pada bunga Lilium sp. siap untuk dipolinasi dan difertilisasi. Pada
stigma yang reseptif dapat ditemukan zat-zat tersebut karena berhubungan dengan
perkembangan polen.
Karbohidrat dan asam amino pada protein adalah sumber energi dan merupakan
prekursor untuk metabolisme sekunder pada bunga misalnya seperti warna dan bau.
Namun, yang terutama karbohidrat dan asam amino adalah sumber nutrien bagi polen
untuk dapat melakukan germinasi. Hidrolisis dan sintesis karbohidrat digunakan untuk
meregulasi perkembangan polen, pertumbuhan tabung polen, dan produksi nektar.
Kemudian protein yang didegradasi oleh protease menjadi konstituen-konstitutennya
(asam amino) dapat disintesis menjadi molekul yang dapat mengarahkan pertumbuhan
tabung polen dan meregulasi fertilisasi (Pacini et al., 2006).
Sedangkan lipid sebagai molekul yang bersama dengan protein berperan dalam
adhesi antara permukaan polen dan permukaan stigma (Edlund, 2004). Selain itu juga
ditemukan adanya enzim esterase pada permukaan stigma yang berfungsi untuk
mengurai kutin (waxy substance) yang terdapat pada kutikula stigma sehingga tabung
polen dapat menembus stigma (Rejon et al., 2012).
Pada uji aktivitas peroksidase, jika terdapat aktivitas yang tinggi (diindikasikan
oleh adanya gelembung gas O2), dapat dikatakan bahwa stigma tersebut telah dewasa
dan reseptif terhadap polen (Dupuis & Dumas, 1990). Fungsi peroksidase sendiri tidak
diketahui secara pasti. Namun, hal yang pasti adalah peroksidase berperan dalam
respons stress yang berfungsi untuk mengurai hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh
metabolisme. Hidrogen peroksida tergolong ke dalam ROS (reactive oxygen species)
yang berperan dalam lignifikasi, suberisasi, metabolisme auksin, pertahanan terahadap
patogen, dan komunikasi sel pada tumbuhan. Jadi dapat diperkirakan bahwa peroksidase
diperlukan untuk mengurai kelebihan peroksida yang mungkin berperan dalam
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

pertahanan patogen di stigma. Sebab pada stigma yang basah jarang ditemukan bakteri
ataupun fungi karena adanya mekanisme pertahanan seperti ini (Curtis et al.,1997).
4.2.4. Uji Viabilitas Polen
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapati bahwa seluruh polen pada sampel
bunga Lilium sp. memiliki viabilitas tinggi, yaitu 100%. Jadi, dapat dikatakan bahwa
polen yang terdapat pada bunga ini dapat melakukan germinasi dan fertilisasi. Salah
satu metode yang digunakan untuk mengamati viabilitas polen adalah dengan
penambahan reagen FDA (Fluorescence Diethyl Acetate). Reagen ini adalah senyawa
ester fluorogenik yang dapat menembus membran plasma dan dihidrolisis oleh esterase
intraseluler. Produk yang dihasilkan dari hidrolisis adalah fluoresen yang bermuatan
negatif. Ketika diberikan sinar biru, akan terjadi eksitasi elektron yang akan
memantulkan gelombang dengan panjang yang sama dengan warna hijau. Dengan
menggunakan FDA, dapat diketahui bahwa secara metabolisme apakah suatu sel masih
hidup (aktif) atau mati (Jones et al., 2016). Pada praktikum ini, FDA dapat digunakan
untuk membedakan polen mana yang memiliki viabilitas dan tidak.
Pembentukan tabung polen terjadi karena hidrasi yang mengubah polen dari sel
yang tidak terpolarisasi menjadi sel yang terpolarisasi. Setelah hidrasi akan terbentuk
struktur dari filamen-filamen yang berada di dekat nukleus menuju titik tumbuhnya
tabung. Pertama, akan terjadi pergerakan inti vegetatif yang mendahului inti generatif.
Di tempat munculnya tabung akan dijumpai banyak mitokondria dan polisakarida. Pada
saat pertambahan panjang tabung polen akan disekresikan kalose. Untuk keluar dari
polen, tabung tersebut harus menembus dinding eksin dan juga intin. Arah tumbuh
tabung polen ditentukan oleh kemoatraktan yang berasal dari stigma. Dengan adanya
tabung polen, inti generatif dapat disalurkan untuk memfertilisasi ovum yang terdapat di
dasar pistil (Tiwari & Polito, 1988).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditentukan rerata laju tumbuh (dL/dt)
adalah 458 µm/jam. Sedangkan diketahui rerata laju tumbuh tabung polen pada spesies
Lilium sp. adalah sekitar 0,3 µm/detik atau 1080 µm/jam (Barnabas & Fridvaiszky,
1984). Diduga laju pertumbuhan tabung polen yang lebih lambat disebabkan oleh
perlakuan in vitro yang minim hidrasi sehingga kurang efektif dalam menginduksi
pembentukan tabung polen.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Pada analisis fase meiosis ditemukan beberapa polen yang berada dalam
tahapan anafase I dan telofase I pada meiosis I.
2. Berdasarkan uji reseptivitas stigma, pada eksudat positif ditemukan protein,
karbohidrat, lipid, dan aktivitas peroksidase sehingga stigma tersebut reseptif
untuk menerima polen.
3. Polen pada sampel bunga memiliki viabilitas tinggi (100%) untuk melakukan
germinasi dan fertilisasi.
4. Laju pertumbuhan tabung polen Lilium sp. adalah sebesar 458 µm/jam.

5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini ke depannya adalah:
1. Dalam mengamati pertumbuhan tabung polen, perlu diperhatikan lebih lagi
faktor hidrasi karena percobaan dilakukan secara in vitro dan bukan in vivo.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

DAFTAR PUSTAKA

Abdelgadir, H., Johnson, S. and Van Staden, J. 2012. Pollen viability, pollen
germination and pollen tube growth in the biofuel seed crop Jatropha curcas
(Euphorbiaceae). South African Journal of Botany, 79, pp.132-139.

Barnabas, B., Fridvaiszky, L. 1984. “Adhesion and germination of differently treated


maize pollen grains on the stigma”. Acta Bot Hungar. 30(84):329-32.

Berger, F. 2008. "Double-fertilization, from myths to reality". Sexual Plant


Reproduction. 21 (1): 3–5.

Borghi, M. and Fernie, A. 2017. “Floral Metabolism of Sugars and Amino Acids:
Implications for Pollinators’ Preferences and Seed and Fruit Set”. Plant Physiology.
175(4):1510-1524.

CBSC. 2020. “Lily Microsporogenesis”. Carolina Biological Supply Company.


www.carolina.com. Diakses 29 Februari 2020.

Curtis, M. D., Rae, A. L., Rusu, A. G., Harrison, S. J., & Manners, J. M. 1997. A
Peroxidase Gene Promoter Induced by Phytopathogens and Methyl Jasmonate in
Transgenic Plants. Molecular Plant-Microbe Interactions. 10(3):326–
338. doi:10.1094/mpmi.1997.10.3.326

Du, Y., Wei, C., Wang, Z., Li, S., He, H. and Jia, G. 2014. Lilium spp. pollen in China
(Liliaceae): Taxonomic and Phylogenetic Implications and Pollen Evolution
Related to Environmental Conditions. PLoS ONE.9(1), p.e87841.

Edlund, A. 2004. Pollen and Stigma Structure and Function: The Role of Diversity in
Pollination. THE PLANT CELL ONLINE. 16(1):S84-S97.

Heslop-Harrison J. 1975. Incompatibility and the pollen-stigma interaction. Ann Rev


Plant Physiol. 26(1975): 403-25.

Jany, E., Nelles, H. and Goring, D. 2019. The Molecular and Cellular Regulation of
Brassicaceae Self-Incompatibility and Self-Pollen Rejection. International Review
of Cell and Molecular Biology. 1-35.

McInnis, S.M., Costa, L.M., Gutiérrez-Marcos, J.F., Henderson, C.A., Hiscock, S.J.
2005. “Isolation and characterization of a polymorphic stigma-specific class III
peroxidase gene from Senecio squalidus L. (Asteraceae)”. Plant Mol Biol.
57(2005): 659-77

Mitchell, R., Irwin, R., Flanagan, R. and Karron, J. (2009). Ecology and evolution of
plant–pollinator interactions. Annals of Botany. 103(9):1355-1363.

Ottaviano E., Mulcahy D. L. 1989. “Genetics of angiosperm pollen”. Advances in


Genetics. 26(1):1–65.
Nama: Vergio Victorio V.E. NIM: 10618064 Kelompok: 14

Pacini E, Guarnieri M, Nepi M. 2006. “Pollen carbohydrates and water content during
development, presentation, and dispersal: a short review”. Protoplasma. 228: 73–77

Pelkonen, V. Pirttilä, A. 2012. "Taxonomy and Phylogeny of the Genus Lilium".


Floriculture and Ornamental Biotechnology. 6(2): 1–8.

Ramos Abril, L., Pineda, L., Wasek, I., Wedzony, M. and Ceballos, H. (2019).
Reproductive biology in cassava: stigma receptivity and pollen tube
growth. Communicative & Integrative Biology. 12(1):96-111.

Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L. 1., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson,
R., & Campbell, N. A. 2014. Campbell Biology. Tenth. edition. Boston: Pearson.

Reiley, H. E., Shry, C.L. 2004. Introductory Horticulture. NY: Delmar/Thomson


Learning.

Rejón, J., Zienkiewicz, A., Rodríguez-García, M. and Castro, A. 2012. Profiling and
functional classification of esterases in olive (Olea europaea) pollen during
germination. Annals of Botany, 110(5): 1035-1045.

Sato, M. 1932. “Chromosome studies in Lilium. I”. Botanical Magazine of Tokyo.


46(32):68-88.

Tiwari, S.C., and Polito, V.S. 1988. Organization of the cytoskeleton in pollen tubes
of Pyrus communis: A study employing conventional and freeze-substitution
electron microscopy, immunofluorescence and rhodamine-
phalloidin. Protoplasma. 147:100–112.

Valentin-Silva, A., Coelho, V. P. de M., Ventrella, M. C., & Vieira, M. F. 2015. Timing
of pollen release and stigma receptivity period of Piper vicosanum : New insights
into sexual reproduction of the genus. American Journal of Botany. 102(4): 626–
633.

Anda mungkin juga menyukai