Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah yang terkenal akan kekayaan alamnya dan


rempah-rempah sehingga dijuluki “Mutiara dari timur” oleh bangsa Barat. Seledri
merupakan salah satu sayuran daun yang diperkenalkan oleh penjajah Belanda
pada masa itu dan di Indonesia seledri digunakan daunnya untuk menyedapkan
sop atau sebagai lalap.

Seledri memiliki nama latin Apium graveolens L. Seledri termasuk suku


adas-adasan (Apiaceae). Tanaman Seledri berukuran kurang dari 1 meter. Seledri
terjual bebas di pasar swalayan ataupun pasar tradisional di Indonesia dengan
harga yang terjangkau. Di era modern ini, seledri juga bisa digunakan sebagai
obat dan kecantikan.

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,


bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversiable (tidak dapat kembali ke asal).
Sedangkan, perkembangan adalah proses pada tubuh untuk mencapai kedewasaan
atau maturitas, maturitas tidak dapat diukur secara kuantitatif namun bisa dilihat
dari ciri-ciri perubahan yang di alami.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada


tumbuhan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari luar, seperti :
nutrisi, suhu, dan lain-lain. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari dalam, seperti : gen dan hormon.

Seledri biasanya ditanam di polybag tapi seiring dengan perkembangan


zaman seledri bisa ditanam di air atau yang biasa disebut Hidroponik. Karena
perkembangan zaman ini saya merasa tertarik untuk membandingkan Seledri jika
ditanam di polybag dengan ditanam di air. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif sekaligus kualitatif.

1
1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada perbedaan cara tumbuh seledri, lama waktu
tumbuh dan kelebihan, kekurangan yang didapatkan. Rumusan masalah pada
karya tulis ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh perbedaan media tanam terhadap


pertumbuhan dan perkembangan seledri ?
2. Berapa lama waktu tumbuh yang diperlukan jika menamam di polybag
dengan di hidroponik ?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan yang didapatkan jika menamam
dengan cara polybag ataupun hidroponik ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan


tanaman jika menggunakan media tanam yang berbeda. Selanjutnya secara khusus
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan gambaran tentang :

1. Pengaruh perbedaan media tanam terhadap pertumbuhan dan


perkembangan seledri.
2. Lama waktu tumbuh yang diperlukan jika menanam di polybag dengan
ditanam menggunakan cara hidroponik.
3. Kelebihan dan kekurangan yang didapatkan jika menanam dengan cara
polybag ataupun hidroponik.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk menyelesaikan BUGEMM evaluasi tahap 1.
2. Bagi pembaca, BUGEMM ini dapat memberi informasi mengenai
perbandingan tanaman seledri jika ditanam di polybag dengan ditanam di
air.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Seledri


Berdasarkan teori pertumbuhan dan perkembangan Seledri, terdapat
beberapa klasifikasi seperti pada tabel berikut :

1.Kingdom Plantae
1.Divisi Spermatophyta
2.Subdivisi Angiospermae
3.Kelas Magnoliopsid
4.Ordo Apiales
5.Famili Apiaceae
6.Genus Apium
7.Spesies Apium graveolens L.

Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh Schleiden
dan Schwann yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman
yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang
sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna,
artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau
spora. (http://www.pintarbiologi.com/2014/12/sifat-totipotensi-sel-tumbuhan-dan-
kultur-jaringan.html)

2.2 Teori Mengenai Media Tanam

Dalam perkecambahan seledri, dasar teori yang digunakan adalah teori


totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN yang menyatakan
bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi,
kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi,
berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. (Irnaningtyas. 2014.

3
Biologi untuk SMA/MA kelas XI) Perkecambahan biji ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

1. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).

Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup


terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
a. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
b. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
c. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya.
d. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

2. Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya


perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sampai dengan 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan
dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan
zat tumbuh gibberallin.

4
3. Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat


disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang
terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya
benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen
dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya
akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80
persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

4. Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi


tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas
cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).

Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan


benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya
mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat
perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan,
serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap
maupun ada cahaya.

5. Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik


yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah. Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman kita. Meskipun
begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini

5
masih bergantung kepada tanah. Mahluk-mahluk hidup di dalam tanah
membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat
hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan.

2.2.1 Tanah

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, semakin banyak media tanam


yang bisa dipilih untuk tanaman. Walaupun begitu, hampir sebagian besar
kegiatan pertanian dan pertanaman masih menggunakan tanah. Mahluk-mahluk
hidup di dalam tanah membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai
hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan.

Dalam media tanam / tumbuh, tanah memiliki peran yang penting di bidang
pertanian maupun perkebunan. Sebelumnya, dijelaskan terlebih dahulu, sifat fisik
tanah dan apa saja yang terkandung dalam tanah sehingga menyebabkan tanah
sering dipakai sebagai media tanam:

1. Profil tanah

Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari penampung vertikalnya


dapat dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau
biasa disebut profil tanah. Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga
horison penting yaitu horison A, B dan C.

Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering
dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada
lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami
pembusukan.

Horison B disebutkan juga dengan zona penumpukan ( illuvation zone ).


Horizon ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih banyak
mengandung unsur yang tercuci daripada horizon A.

Horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan
bagian dari batuan induk.

6
2. Warna tanah

Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna
permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik.
Semakin gelap warna semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna
tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organik rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah
yang mempunyai sistem darinase (serapan air) buruk, warna tanahnya abu-abu
karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk Fe 2+

3. Tekstur tanah

Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang


secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen
mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm

Debu, berukuran 2-50 mikron

Liat, berukuran dibawah 2 mikron

Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air
sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.

Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika


pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya
berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah
berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena
pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera
hilang terbawa air atau menguap.

(Bimbie.com.2013.pengertian,fungsi, dan peran tanah sebagai sumber daya


alam)

7
2.2.2 Pasir

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan


fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan
pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan
pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan


campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik
yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas
tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan sebagai media
tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang
tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu,
organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar
yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

2.2.3 Kapas

Kandungan dominan kapas terdiri atas serat – serat tumbuhan (selulosa).


Sedangkan zat – zat hara lainnnya sangat sedikit. Alasan utama pemakaian kapas

8
sebagai media tanam adalah karena kapas dapat menjaga kelembapan yang lebih
lama dan lebih baik daripada media tanah, sehingga kacang hijau yang ditanam di
media kapas dapat tumbuh lebih cepat daripada di tanah. Selain itu terkstur kapas
yang lembut sangat cocok untuk akar tanaman kacang hijau yang masih muda dan
lemah sehingga akar muda tersebut dapat berkembang lebih baik untuk jangka
waktu tertentu.

Kekurangannya adalah kapas tidak mengandung unsur – unsur hara yang


dapat mendukung kehidupan tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama. Oleh
karena itu, jika tanaman kacang hijau ingin bertahan hidup lebih lama, maka
tanaman tersebut harus segera dipindahkan ke media lain, tanah misalnya, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Lain halnya jika media kapas tersebut diberi
unsur – unsur hara yang dapat menunjang kehidupan tanaman kacang hijau
tersebut maka tanaman kapas dapat tumbuh lebih lama tanpa harus dilakukan
pemindahan media tanam.

2.2.4 Hidroponik

Percobaan tentang ilmu nutrisi sudah dimulai sejak abad ke 16 dengan


mengembangkan pertanian hidroponik dan sejak saat itu pertanian high-
technology ini semakin populer dan dikenal di seluruh dunia. Hidroponik berasal
dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja.
Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik
kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation,
soilless culture). Pada awalnya bertanam secara hidroponik menggunakan wadah
yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan pupuk, baik pupuk mikro
maupun pupuk makro.

Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu


bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang hanya diisi
air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah
beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara
hidroponik. Merupakan aplikasi teknologi untuk menaikkan produktivitas
tanaman pangan dalam rangka mencukupi kebutuhan seiring dengan

9
meningkatnya jumlah penduduk. Hidroponik dapat diterapkan pada sayuran,
bunga, buah dan sebagainya.

Keunggulan dari bertanam dengan cara hidroponik adalah hemat lahan dan tanpa
tanah, tepat nutrisi, minim hama dan bebas pestisida, efisien waktu dan tenaga,
hasil panen lebih baik, sumber ketahanan pangan keluarga dan masyarakat.
(Umar, Umi Fadlillah dkk. 2016. Jago Bertanam Hidroponik).

2.2.4.1 Mineral Stone Wool (Rockwool)

Mineral Stone Wool atau Rockwool merupakan media tanam yang


paling banyak digunakan dalam budi daya hidroponik, sejak awal masa
tanam (penyemaian benih) hingga tanaman besar dan dipanen. Rockwool
cocok digunakan untuk semua jenis sayuran daun. Beberapa alasan yang
menjadikan rockwool sebagai media tanam favorit system hidroponik
adalah materi ini bersifat netral (tidak mengandung pathogen penyebab
penyakit ataupun senyawa kimia). Dengan begitu, rockwool tidak
memiliki efek buruk terhadap tanaman yang ditumbuhkan didalamnya.
Kelebihan lainnya, yaitu ramah lingkungan serta mampu menampung air
hingga 14 kali kapasitas tamping tanah. Karena itu, rockwool sangat cocok
dipadukan dengan system hidroponik yang menggunakan air sebagai salah
satu komponen utamanya. (Umar, Umi Fadlillah dkk. 2016. Jago
Bertanam Hidroponik).

2.2.4.2 Coco Peat

Coco Peat merupakan media tanam yang berasal dari proses


pemisahan butir-butiran serbuk sabut dari sabut kelapanya. Fungsi media
tanam ini adalah untuk menopang pertumbuhan batang dan tanaman secara
keseluruhan yang tidak dapat ditopang apabila hanya menggunakan meda
tanam rockwool. Coco peat sebagai media tanam hidroponik bisa
digunakan untuk tanaman buah, seperti tomat, cabai, terong, dan timun.
Penggunaan coco peat biasanya dikombinasikan dengan media tanam lain.
Kelebihan coco peat sebagai media tanam hidroponik, yaitu ringan
sekaligus memiliki daya serap tinggi (mampu menahan air hingga 73%

10
atau 6-9 kali lipat dari volumenya). Dengan kemampuannya itu, coco peat
dapat menyimpan air nutrisi dalam jumlah banyak, sehingga membuat
akar tanaman tidak kekurangan air dan nutrisi. Selain itu, coco peat juga
mudah disterilkan, cukup dengan cara direndam dan dicuci dengan air,
jamur dan berbagai penyakit yang ada didalamnya dapat dihilangkan.
Sterilisasi juga menghilangkan kadar asam, zat tannin (zat anti gizi), dan
kadar klor yang tinggi, sehingga aman digunakan sebagai media tanam.
Coco peat yang dijual dalam kemasan biasanya sudah disterilkan dan siap
digunakan. (Umar, Umi Fadlillah dkk. 2016. Jago Bertanam Hidroponik).

2.2.4.3 Sekam bakar

Sama seperti coco peat, sekam bakar juga digunakan untuk media
tanam sayuran buah. Dalam praktiknya, sekam bakar biasanya digunakan
bersamaan dengan coco peat dan hidroton dengan komposisi tertentu.
Beberapa kelebihan dari sekam bakar, yaitu porous dan ringan, sehingga
tidak menambah beban terhadap pot. (Umar, Umi Fadlillah dkk. 2016.
Jago Bertanam Hidroponik).

2.2.4.4 Clayball atau Clay Granule (Hidroton)

Hidroton merupakan media tanam berbentuk bulatan kecil seperti


kelereng yang berasal dari tanah liat yang dibakar. Hidroton sangat cocok
sebagi penopang tanaman hidroponik berbatang keras seperti tomat, cabai,
timun dan papaya. Dalam penggunaannya, hidroton bisa digunakan
berulang kali. Hidroton sebagai media tanam hidroponik memiliki pH
netral dan stabil serta memiliki aerasi yang cukup baik. Bentuknya yang
bulat sempurna dengan ukuran seragam serta permukaannya yang halus
membuatnya maksimal mengisi ruang dalam pot, sehingga tidak merusak
akar dan batang tanaman. (Umar, Umi Fadlillah dkk. 2016. Jago Bertanam
Hidroponik).

11
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Istilah

3.1.1 Seledri

Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat
yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang,
Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di
Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan
daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling
lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua
dimanfaatkan.

3.1.2 Media Tanam

Media tanam disebut juga dengan media tumbuh, bagi tanaman umumnya
berupa tanah. Puluhan bahan yang berbeda yang digunakan dalam berbagai
kombinasi untuk membuat media tumbuh buatan sendiri atau komersial. Media
tanam umumnya memiliki berbagai nutrisi, mineral, air, vitamin, serta kandungan
lain yang tentunya dibutuhkan oleh tanaman, sehingga peran akar berperan
penting dalam menyerap kandungan hara yang dimiliki media tanam bisa lebih
optimal. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah dan air.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran


tertentu) serta dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu, variabel sering disebut
faktor ubah atau faktor penentu. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada
3 macam, yaitu sebagai berikut :

3.2.1 Variabel Bebas atau manipulasi


Variabel bebas yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh
media tanam bagi pertumbuhan tanaman seledri.

12
3.2.2 Variabel kontrol
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang berupa benih seledri,
sinar matahari, jumlah tanaman, dan penyiraman.

3.2.3 Variabel terikat / respon


Variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel yang dapat diukur
yaitu pertumbuhan tanaman seledri yang di tumbuhkan dalam media tanam yang
berbeda, tanah dan air.

3.2.4 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
A. Benih seledri
B. Polybag (40x50 cm)
C. Tanah, arang sekam, kompos (1:1:1)
D. Rockwool
E. Baki tempat persemaian
F. Plastik hitam besar
G. Botol plastik 600ml
H. Nutrisi

3.2.5 Prosedur penelitian


Pilih benih seledri yang berkualitas baik untuk di tanam. Kemudian,
siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan. Lalu semai benih seledri di
rockwool dan di baki semai yang telah berisi campuran tanah, kompos dan arang
sekam dengan perbandingan 1:1:1. Seledri yang ditanam di rockwool dilapisi
dengan plastik hitam besar. Pada hari ke 7 benih seledri yang telah disemai mulai
dijemur. Setelah 7-14 hari benih akan pecah dan daun-daun seledri akan mulai
tubuh. Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore pada media tanam polybag.
Amati pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tanaman seledri setelah
dipindahkan ke media tanam tersebut. Catatlah setiap perubahan yang terjadi pada
tanaman seledri tersebut.

13
3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen


yaitu untuk menguji dan melihat perbandingan pertumbuhan seledri jika
menggunakan media tanam yang berbeda.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini


dengan menggunakan observasi lapangan dari hasil observasi lapangan yang
sudah di dapatkan. Dengan menghitung lama waktu tumbuh serta mengukur
ketinggian tanaman.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi akan dibahas dan dianalisis secara
deskriptif. Data yang diperoleh lalu dibandingkan dan dianalisis. Dari hasil
analisis tersebut diharapkan dapat menimbulkan kesimpulan yang akan
menjelaskan bagaimana pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan
perkembangan seledri.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam setiap media tanam, terdapat daya intermolekul:

* merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin


rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji

* berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air

Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air
sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.

Jenis Tekstur P K Ca Fe2O3 MgO

Pasir 0,08 2,53 2,92 5,19 1,02

Debu 0,10 3,44 6,58 9,42 2,22

Liat 0,20 4,20 5,73 17,10 1,77

Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk
diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda
dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan
pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih
rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah
berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa
air atau menguap.

Sedangkan, rockwool memiliki struktur serat batuan mirip kayu lapuk yang
lembut dan juga memiliki daya serap air yang tinggi. Sehingga, media tanam
dengan rockwool dapat terjaga kelembabannya, serta memiliki persediaan air
dalam jangka waktu yang lama.

15
Dalam penelitian ini, benih dengan media tanam tanah lebih cepat daripada
dengan media tanam rockwool. Berikut adalah hasil pengukuran pertumbuhan
benih selama jangka waktu 1 bulan.

Dalam
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
cm

Tanah Rockwool Tanah Rockwool Tanah Rockwool Tanah Rockwool

Benih
- - 1,8 0,5 2,5 1,9 3,4 2,8
1
Benih
- - 1,5 0,4 2,6 2,1 3,0 2,7
2
Benih
- - 1,7 0,3 2,4 1,6 3,1 2,6
3
Benih
- - 1,8 0,4 2,7 1,9 3,3 2,9
4

Dari tabel di atas, peneliti mengambil salah satu benih untuk deskripsi lebih
lanjut.

Tanah Rockwool

Minggu
1

Pada minggu 1, benih seledri yang Pada minggu 1, benih seledri yang
ditanam di tanah belum pecah ditanam di rockwool belum pecah.
Minggu
2

16
Di minggu ke 2, benih seledri mulai Di minggu ke 2, benih seledri juga mulai
tumbuh dengan pesat. Dan sudah tumbuh namun tidak setinggi yang
terdapat 2 daun. ditanam di media tanah dan batang
seledri cenderung keriting

Minggu
3

Di minggu ke 3, batang tanaman Di minggu ke 3, batang tanaman semakin


semakin tinggi dan tetap tegak serta tinggi namun tetap keriting, daun
daun semakin membanyak. semakin membanyak.

Minggu
4

Pada minggu ke 4, batang tanaman Pada minggu ke 4, daun mulai terbentuk

17
tetap tegak dan mulai terbentuk daun sempurna (berbenruk sirip).
sempurna (daun sirip)

4.2 Analisis Data

Dengan penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap suatu tumbuhan ini,
dapat diketahui bahwa daya intermolekul dan tekstur setiap media tanam berbeda.
Hal inilah yang membuat pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Data mengatakan bahwa pertumbuhan seledri di tanah lebih mudah dan cepat
dibandingkan di rockwool. Sedangkan, pada media tanam rockwool seledri butuh
waktu yang lebih lama untuk perkecambahan benih.

4.3 Pembahasan

Setelah diteliti, ternyata pertumbuhan seledri lebih cepat di media tanam Tanah.
Alasannya :

 Rockwool memiliki pH cukup tinggi. Hal ini menyebabkan rockwool


sebaiknya tidak digunakan untuk tanaman yang membutuhkan pH relatif
rendah. Sedangkan seledri menyukai tanah yang sedikit asam dengan pH
antara 6,0-7,0.

 Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil
dari pada media tanah sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman
yang cepat dan stres yang serius.

Jadi, setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-
beda terhadap suatu pertumbuhan tanaman. Karena, setiap media tanam pasti
memiliki pH, tekstur, unsur, daya intermolekul dan yang lainnya berbeda-beda.

18
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang diangkat oleh peneliti mengenai pengaruh media


tanam tanah dengan air terhadap pertumbuhan seledri, maka oleh peneliti dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Media tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


seledri. Benih seledri yang ditanam di tanah lebih cepat pecah
dibandingkan dengan benih seledri yang ditanam di rockwool. Dan juga
batang seledri yang ditanam di rockwool keriting sedangkan batang seledri
yang ditanam di tanah tegak lurus.
2. Benih seledri yang ditanam di tanah dan di rockwool mulai tumbuh pada
minggu ke 2. Namun memiliki tinggi batang yang berbeda.
3. Kelebihan dari menanam menggunakan rockwool adalah kelembaban
tanaman terjaga karena memiliki tekstur serat, namun pada kultur substrat,
kapisitas memegang air media substrat lebih kecil dari pada media tanah
sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang
serius. Sedangkan pada media tanam tanah, tanaman harus disiram setiap
hari karena tidak semua tanah memiliki simpanan air dan unsur hara.

5.2 Saran

Saran terhadap penelitian ini adalah :

1. Lebih baik dilakukan penelitian lebih detail mengenai unsur-unsur yang


terkandung dalam media tanam.
2. Perlu dilakukan penelitian kembali untuk mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seledri.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya pH tanaman seledri diukur
langsung oleh peneliti dengan menggunakan alat ukur pH.
4. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya tanaman yang digunakan
memiliki pH relatif tinggi.

19
20

Anda mungkin juga menyukai