Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

”HEREDITAS”

Nama : Nadiyya Fathurrahmi


Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 3 GARUT
Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas : XII IPA1
Pokok Bahasan : Prinsip pewarisan sifat berdasar hukum Mendel

1. SOAL: Uraikan bagaimana Mendel menjelaskan mengenai teori pewarisan sifat?


JAWAB : Penelitian Gregor Mendel
Pada tahun 1850-an, Mendel melakukan suatu penelitian sederhana dalam bidang pemuliaan
tanaman. Dalam proses pemuliaan tanaman, salah satu konsep dasar yang harus diketahui adalah
mekanisme penurunan sifat dari induk kepada keturunannya.
Mendel melakukan penelitian untuk mengetahui penurunan sifat dari induk kepada keturunannya
dengan menggunakan tanaman kacang ercis. Tanaman ini dipilih oleh Mendel sebagai objek
penelitiannya karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

a. Mempunyai jenis-jenis yang memiliki sifat beda yang mencolok, yaitu sebagai berikut.
1) Bentuk biji : bulat >< kisut
2) Warna biji : kuning >< hijau
3) Warna bunga : ungu >< putih
4) Sifat kulit biji : halus >< kasar
5) Warna buah : hijau >< kuning
6) Letak bunga : di ketiak >< di ujung
7) Tinggi batang : tinggi >< pendek
b. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
c. Mudah melakukan penyerbukan silang
d. Cepat berbuah atau berumur pendek.
e. Mudah dipelihara.
f. Ukuran tanaman relatif kecil.

Penelitian Mendel diawali dengan menyeleksi tanaman ercis galur murni. Tanaman galur murni,
yaitu tanaman yang apabila disilangkan sesama mereka, seluruh keturunannya mempunyai sifat yang
sama dengan induknya. Hal yang menyebabkan penelitian ini menjadi sukses adalah Mendel hanya
berkonsentrasi pada pengamatan sifat-sifat yang memiliki pemisahan yang jelas seperti warna, sifat
buah, ukuran tinggi bukan sifat yang memiliki nilai bersifat kontinu seperti berat biji (Anda akan
mengetahuinya setelah Mendel menjelaskan ini dengan Hukum probabilitas).

Pada penelitian ini, Mendel menyilangkan dua galur murni, dengan sifat sangat kontras (sebagai
contoh bunga ungu dan bunga putih). Proses penyilangan ini dikenal dengan istilah hibridisasi. Kedua
galur murni yang digunakan sebagai induk dikenal dengan istilah Generasi P (generasi parental) dan
hibrid yang dihasilkan dari proses hibridisasi dikenal dengan istilah Generasi F, Bila hibrid tersebut
melakukan persilangan antarsesamanya, maka akan dihasilkan Generasi F,, dan seterusnya. Pada
penelitiannya Mendel tidak menemukan sifat yang merupakan percampuran antara sifat dari dua
induk (sebagai contoh persilangan antara tanaman berbunga ungu dan putih tidak menghasilkan
keturunan dengan bunga berwarna ungu pucat). Mendel melakukan analisis penelitiannya
menggunakan data yang diperoleh dari Generasi F, dan menyusun beberapa hipotesis, yaitu sebagai
berikut.

a) Setiap sifat dari organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan, satu dari induk
jantan dan satu dari induk betina.
b) Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya seperti merah atau
putih, bulat atau kisut, kasar atau licin, manis atau asam, dan sebagainya. Kedua bentuk
alternatif tersebut dinamakan alel.
c) Satu dari pasangan tersebut bersifat dominan dan menutup alel yang bersifat resesif apabila
keduanya ada bersama-sama.
d) Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), pasangan faktor keturunan memisah
secara bebas.
e) Individu murni mempunyai dua alel yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

Hipotesis dan hasil penelitiannya meruntuhkan konsep "pencampuran" yang dianut pada masanya
(dimana sifat antara tidak ditemukan pada generasi F1) dan melahirkan dua hukum, yaitu Hukum
Segregasi (Law of Segregation) dan Hukum Pengelompokan Bebas (Law of Independent
Assortment).

2. SOAL : Uraikan bagaimana Mendel menjelakan mengenai hukum segregasi?


JAWAB : Hukum Segregasi

Pada penelitiannya menggunakan tujuh karakter galur murni tanaman ercis (Tabel 5.1), didapatkan
bahwa proporsi antara sifat dominan (sifat yang paling banyak ditemui) dan sifat resesif (sifat yang
paling sedikit ditemui) adalah 3: 1.
Tabel 5.1 Hasil persilangan Mendel untuk 7 karakter kacang ercis
Karakter Sifat Sifat Resesif Jumlah Generasi F2 dengan sifat Rasio
Dominan Dominan : Resesif
Warna bunga Ungu Putih 705:224 3,15:1
Posisi bunga Ketiak Puncak 651:207 3,14:1
Warna biji Kuning Hijau 6.022:2.001 3,01:1
Bentuk biji Bulat Kisut 5.474:1.850 2,96:1
Sifat kulit buah Halus Kasar 882:299 2,95:1
Warna kulit buah Hijau Kuning 428:277 2,82:1
Tinggi batang Tinggi Pendek 787:277 2,84:1

Berdasarkan hipotesis yang dibuat oleh Mendel dan data hasil in plant hybridization, Proceeding of
the Natural History Society of Brünn 4:3-47 penelitian ini, maka terdapat 4 konsep dasar yang dapat
menjelaskan rasio 3: 1 antara sifat dominan dan resesif pada generasi F2
a) Bentuk alternatif dari gen menyebabkan variasi pada keturunan yang dihasilkan.
b) Untuk setiap karakter, suatu organisme mewarisi dua salinan gen, satu dari setiap induk.
c) Jika terdapat dua alel berbeda pada satu lokus, alel dominan akan memengaruhi karakter
utama dari individu, sedangkan alel resesif tidak akan memengaruhi karakter dari individu.
d) Dua alel untuk satu karakter yang diturunkan terpisah satu sama lain selama proses
pembentukan gamet dan berakhir pada gamet yang berbeda. Konsep ini selanjutnya dikenal
dengan istilah hukum segregasi.

Keempat konsep ini lahir berdasarkan pola persilangan meng- gunakan satu karakter dari induk, yang
dikenal dengan istilah mono- hibrid penuh. Hukum II Mendel sendiri lahir dari pola persilangan
menggunakan lebih dari satu karakter, yang dikenal dengan istilah dihibrid penuh, yang akan
diterangkan selanjutnya.
3. SOAL: Setelah memahami tentang hukum segregasi. Jawablah pertanyaan berikut ini
Tanaman ercis yang heterozigot untuk polong gembung (Ii) disilangkan dengan tanaman yang
homozigot untuk polong kempes (ii). Gambarlah bujur sangkar Punnett untuk persilangan ini.
Anggaplah polen berasal dari tanaman ii.
JAWAB :

4. SOAL :Uraikan bagaimana pula Mendel menjelaskan mengenai hukum pemilahan bebas?
JAWAB : Hukum Independent Assortment
Hukum I Mendel (hukum segregasi) dirumuskan oleh Mendel melalui hasil pengamatannya pada
penurunan satu jenis karakter saja, yang dikenal dengan istilah monohibrid. Pada kenyataannya, di
alam proses monohibrid relatif jarang ditemukan. Umumnya terjadi persilangan lebih dari satu
karakter. Persilangan ini dikenal dengan istilah dihibrid dimana terjadi persilangan dengan dua
karakter berbeda atau persilangan antara dua individu yang memiliki alel berbeda di dua lokus yang
berbeda. Dengan mengikuti proses penurunan dua karakter, Mendel melahirkan hukum keduanya,
yaitu pada peristiwa fertilisasi gen yang dibawa oleh gamet jantan atau gamet betina akan
berpasangan secara bebas dan membentuk zigot. Penjelasan mengenai hukum kedua ini dapat dilihat
pada Kotak 5.3.
Pada penelitian yang dilakukannya, Mendel mengamati pewarisan karakter ukuran batang dan warna
bunga. Sebagai parentalnya, ia menggunakan kacang ercis batang tinggi, bunga ungu dengan batang
pendek, bunga putih. Kedua parental tersebut bersifat homozigot.

5. SOAL : Setelah memahami tentang hukum pemilahan bebas. Jawablah pertanyaan berikut
ini! Tanaman ercis yang heterozigot untuk posisi bunga dan panjang batang (AaTt) dibiarkan
menyerbuk sendiri, dan 400 biji yang dihasilkan kemudian ditanam. Gambarlah bujur sangkar
Punnett untuk persilangan ini. Berapa banyak keturunan yang diprediksikan memiliki bunga
terminal sekaligus kerdil? (lihat table gambar 2)
JAWAB :
6. SOAL : Tuliskan daftar gamet-gamet yang berbeda yang dapat dihasilkan oleh tanaman
ercis yang heterozigot untuk warna biji, bentuk biji, dan bentuk polong (YyRrIi; lihat table
gambar 2). Seberapa besar bujur sangkar Punnet yang anda butuhkan untuk memprediksi
keturunan hasil penyerbukan sendiri “trihibrid” ini?
JAWAB :

7. SOAL :Apa yang dimaksud dengan hukum probabilitas yang mengatur pewarisan sifat
Mendel?
JAWAB : Hukum probabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Hukum perkalian, yang menyatakan bahwa peluang menda- patkan dua kejadian bebas secara
bersamaan adalah dengan mengalikan peluang masing-masing kejadian tersebut.Sebagai
contoh, peluang mendapatkan alel RR dari persilangan induk dengan alel Rr dan Rr adalah
peluang gamet R dari sperma dikalikan peluang gamet R dari telur. (½)x(½)=¼
b) Hukum penjumlahan, yang menyatakan bahwa peluang men- dapatkan salah satu dari dua
kejadian atau lebih kejadian bebas adalah dengan menjumlahkan peluang dari masing-masing
kejadian tersebut. Sebagai contoh, peluang mendapatkan alel heterozigot dari persilangan
induk dengan alel Rr dan Rr adalah peluang mendapatkan R dari sperma dan telur
ditambahkan peluang mendapatkan r dari sperma dan telur.
1. Peluang mendapatkan R dari sperma dan telur = (½)x(½)=¼
2. Peluang mendapatkan r dari sperma dan telur = (½)x(½)=¼
3. Peluang mendapatkan heterozigot = ¼+¼=2/4=½

8 SOAL : Jika kalian memahami aturan-aturan probabilitas dalam pewarisan sifat maka
akan lebih mudah memecahkan permasalahan genetika dengan aturan probabilitas
daripada mengguankan bujur sangkar Punnett. Perhatikan soal berikut ini!
a. Untuk gen apa pun dengan alel dominan C dan alel resesif c, berapa proporsi
keturunan dari persilangan CC X Cc yang diduga merupakan dominan homozigot,
resesif homozigot, dan heterozigot?
b. Suatu organisme dengan genotip BbDD dikawinkan dengan organisme yang bergenotip
BBDd. Dengan mengasumsikan ada pemilahan bebas di antara kedua gen ini, tuliskan
genotype dari semua keturunan yang mungkin dari persilangan ini dan gunakanlah
aturan-aturan probabilitas untuk menghitung peluang terjadinya setiap genotype.
c. Tiga karakter (warna bunga, warna biji, bentuk polong) diamati dalam persilangan
diantara dua tanaman ercis (PpYyIi x ppYyii). Berapa bagian keturunan yang
diprediksikan bersifat resesif homozigot untuk setidaknya dua dari tiga kerakter
tersebut?

9 SOAL : Jelaskan prinsip-prinsip pewarisan sifat pada makhluk hidup berdasar


hukumMendel! JAWAB :
A) Setiap sifat dari organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan, satu dari induk
jantan dan satu dari induk betina.
B) Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya seperti merah atau
putih, bulat atau kisut, kasar atau licin, manis atau asam, dan sebagainya. Kedua bentuk
alternatif tersebut dinamakan alel.
C) Satu dari pasangan tersebut bersifat dominan dan menutup alel yang bersifat resesif apabila
keduanya ada bersama-sama.
D) Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), pasangan faktor keturunan memisah
secara bebas.
E) Individu murni mempunyai dua alel yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

10 SOAL :Adanya pengaruh dua gen atau lebih pada persilangan sehingga menyebabkan ratio
fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel disebut dengan
penyimpangan semu. Uraikan perbedaan macam-macam penyimpangan semu tersebut!
JAWAB :

1. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme adalah interaksi antar
gen berbeda alel yang menghasilkan filial atau keturunan dengan fenotip yang berbeda dari induknya.
Contoh atavisme dapat kamu temukan pada kasus jengger ayam
Bentuk jengger ayam dipengaruhi oleh dua gen berbeda alel, yaitu gen R yang menentukan bentuk
rose dan gen P yang menentukan bentuk pea. Ketika kedua gen ini terdapat secara bersamaan (R-P-)
maka kedua gen akan berinteraksi dan akan muncul sifat baru yaitu bentuk walnut. Dan ketika kedua
gen dominan tersebut tidak ada (rrpp) maka akan muncul sifat yang lain lagi yaitu single.

Akibatnya, terbentuklah empat jenis jengger ayam, yaitu walnut (R-P-), rose (R-pp), pea (rrP-), dan
single (rrpp). Sekarang, yuk kita coba lakukan persilangan antara jengger ayam rose (RRpp) dengan
jengger ayam pea (rrPP). Hasilnya bisa disimak pada gambar di bawah ini, ya!
PERBANDINGAN POLA GENOTIP POLA FENOTIP
9 R-P- Walnut
3 R-pp Rose
3 rrP- Pea
1 rrpp SINGLE

Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa penyimpangan semu atavisme akan
menghasilkan F2 dengan rasio fenotip 9:3:3:1.
2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya suatu gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen
dominan dari alel lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan
tersembunyi (kriptos). Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana.
Warna bunga Linaria maroccana dipengaruhi oleh 4 gen, yaitu:

A = terbentuk pigmen antosianin

a = tidak terbentuk pigmen antosianin

B = protoplasma basa

b = protoplasma asam
3. Polimeri
Polimeri adalah interaksi antar gen-gen berbeda alel yang memunculkan satu fenotip dan bersifat
kumulatif (saling menambah). Contohnya adalah warna merah pada biji gandum yang ditentukan
oleh dua gen yaitu M1 dan M2, sehingga apabila kedua gen tersebut bertemu maka ekspresi warna
merahnya akan semakin kuat.

Misalkan, akan dilakukan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih
sebagai berikut:

4. Epistasis-Hipostasis
Selanjutnya adalah epistasis-hipostasis. Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang
bersifat dominan akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi
disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis. Contoh kasus epistasis dan
hipostasis dapat ditemukan pada persilangan labu.
Perhatikan contoh kasus epistasis dan hipostasis pada persilangan labu di bawah ini:

5. Komplementer
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang terakhir adalah komplementer. Komplementer adalah
interaksi antara dua gen dominan berbeda alel yang saling melengkapi untuk memunculkan fenotip
tertentu.

Apabila salah satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh
komplementer dapat ditemukan pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari
gen:

C = membentuk pigmen warna

c = tidak membentuk pigmen warna

P = membentuk enzim pengaktif

p = tidak membentuk enzim pengaktif

Pada tumbuhan Lathyrus odoratus, warna bunga ungu hanya muncul jika tumbuhan tersebut memiliki
gen C dan gen P sekaligus. Artinya warna bunga ungu akan muncul kalau tumbuhan tersebut
membentuk pigmen warna (dipengaruhi oleh gen C) dan membentuk enzim pengaktifnya
(dipengaruhi oleh gen P).

Jadi bisa dibilang bahwa gen C dan P ini saling melengkapi ya. Nah kalau tidak punya salah satu dari
kedua gen dominan C dan P gimana? Maka bunganya tidak membentuk warna alias jadi albino
(putih).

Misalkan, dilakukan persilangan antara bunga Lathyrus odoratus berwarna putih dengan bunga
Lathyrus odoratus berwarna putih pula. Maka, akan diperoleh keturunan dan rasio fenotip sebagai
berikut:

Anda mungkin juga menyukai